Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Keperawatan sebagai pelayanan/asuhan profesional bersifat humanistik,
menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar
profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan
utama. Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas
utama dalam pengembangan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan
profesi dan tuntutan global, mengingat setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan yang profesional serta memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi di Indonesia.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus
bersifat kondusif dengan berdasarkan kepada konsep pengelolaan keperawatan
dan langkah-langkah konkret dalam pelaksanaannya. Proses profesionalisasi
merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan
diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan
dirinya dalam sistem pelayanan kesehataan. Langkah-langkah tersebut dapat
berupa penataan sistem model asuhan keperawatan profesional (MAKP) mulai
dari ketenagaan, penetapan sistem MAKP, dan perbaikan dokumentasi
keperawatan dengan menerapkan sistem SME (sesuai standar, mudah
dilaksanakan, efisien dan efektif) (Nursalam,2011).
Pengembangan berbagai aspek keperawatan harus bersifat saling
berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan.
Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan,
ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama
keperawatan dalam proses profesionalitas. Perubahaan-perubahaan ini akan
membawa dampak yang positif seperti makin meningkatnya mutu pelayanan
kesehatan/ keperawatan yang diselenggarakan, makin sesuainya jenis dan keahlian
1
tenaga kesehatan/ keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat,
bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan. Oleh karena alasan-alasan
di atas maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, sehingga
perlu adanya manajemen Keperawatan.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana
konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri. Untuk
mencapai kondisi tersebut diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang
profesional, dan salah satu faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut
adalah bagaimana asuhan keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai
pendekatan model asuhan keperawatan yang diberikan. Sehingga tujuan
pemberian asuhan keperawatan untuk memandirikan pasien dapat berfungsi
secara optimal (Suarli dkk, 2009).
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan instrumen mahasiswa saat
praktik belajar klinik selama satu minggu mulai 8 September 2014 sampai dengan
17 September 2014 di ruangan Aster menemukan beberapa masalah berdasarkan
elemen penting manajemen. Di dalam sistem manajemen Man, di temukan
ruangan aster memiliki 14 orang perawat, sesuai dengan perhitungan jumlah
perawat menurut rumus Depkes dibutuhkan sebanyak 13 perawat, sehingga
tenaga perawat di ruang rawat Aster sudah mencukupi.
Hasil pengamatan didapatkan bahwa pendokumentasian proses
keperawatan belum optimal dilakukan.Hal itu dapat terlihat dari:Tentang
pengkajian dari penilaian observasi format pengkajian dari 10 sampel status
pasien yang di isi dengan lengkap di temukan 3 status pasien terisi lengkap (30%)
dan yang tidak lengkap 7 status pasien (70%).
Tentang diagnosa keperawatan dari penilaian observasi format diagnosa
keperawatan dari 10 sampel status pasien yang di isi dengan lengkap di temukan 7
status pasien terisi lengkap (70%) dan yang tidak lengkap 3 status pasien (30%).
Tentang Perencanaan keperawatan dari penilaian observasi format
diagnosa keperawatan dari 10 sampel status pasien yang di isi dengan lengkap di
2
temukan 5 status pasien terisi lengkap (50%) dan yang tidak lengkap 5 status
pasien (50%).
Tentang Pelaksanaan keperawatan dari penilaian observasi format
implementasi keperawatan dari 10 sampel status pasien yang di isi ditemukan 10
status pasien terisi lengkap (100%).
Tentang evaluasi keperawatan dari penilaian observasi format
diagnosa keperawatan dari 10 sampel status pasien yang di isi ditemukan
temukan 10 status pasien terisi lengkap (100%).
Hal ini disebabkan oleh belum adanya pelatihan untuk perawat pelaksana
di ruangan aster. Sementara untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien aspek pendokumentasian merupakan hal yang penting di semua tahapan
proses keperawatan. Dokumentasi merupakan penulisan dan pencatatan suatu
kejadian dan aktifitas tertentu secara legal. Diyakini bahwa banyak informasi dan
data pasien yang harus dicatat oleh perawat ke dalam pendokumentasian status
kesehatan dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif dengan tim
kesehatan, data dasar penelitian, sumber informasi bagi pendidikan dan legalitas
hukum.
Data peralatan (logistik) yang diperlukan dalam memberikan asuhan
belum memadai, sehingga perawatan mengoptimalkan yang ada, seperti instrumen
yang kurang memenuhi kebutuhan idealnya seperti alat untuk mengukur vital
sign. standar infus yang tidak memadai dan jumlahnya yang tidak sesuai dengan
jumlah pasien/tempat tidur yang ada.Instrumen bedah yg terlihat berkarat tidak
memadai untuk melakukan Asuhan keperawatan bedah. Papan nama sudah ada
tetapi ada yang belum sesuai dengan nama pasien masing-masing per tempat
tidur.
Sesuai dengan hal di atas maka kelompok akan mengintegrasikan konsep,
teori, dan prinsip-prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam
situasi nyata di ruangan Aster RS.TK II Putri Hijau Medan.
3
1.2.Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengelola manajemen asuhan dan manajemen
pelayanan keperawatan tingkat dasar secara profesional dengan pengintegrasian
kemampuan kepemimpinan secara efektif.
1.2.2. Tujuan Khusus
Selama praktek manajemen keperawatan, mahasiswa mampu :
1. Menerapkan konsep, teori dan prinsip-prinsip manajemen keperawatan,
dan mengintegrasikan konsep kepemimpinan dalam pengelolaan
manajemen pelayanan tingkat dasar dengan menjadi agen pembaharu
dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik pada ruang di
ruangan Aster RS.TK II Putri Hijau Medan dengan situasi nyata, meliputi:
a. Melakukan pengumpulan data yang terkait dengan situasi
kepemimpinan dan manajemen keperawatan yang diidentifikasi
berdasarkan fungsi manajemen ruangan di ruangan Aster RS.TK II
Putri Hijau Medan. (4M : Man, Methode, Money, Matherial )
b. Merumuskan analisa situasional dalam bentuk SWOT.
c. Merumuskan masalah berdasarkan fungsi-fungsi manajemen, baik
masalah manajemen pelayanan maupun manajemen asuhan
keperawatan di ruangan Aster RS.TK II Putri Hijau Medan.
d. Menyusun rencana penyelesaian masalah sesuai dengan analisa SWOT
yang disusun secara operasional dalam Planning of action ( POA ).
e. Melakukan tindakan sesuai dengan rencana tindakan dalam POA.
f. Mengevaluasi keberhasilan tindakan yang telah dilaksanakan.
g. Menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan evaluasi tindakan.
2. Menerapkan konsep, teori dan prinsip-prinsip manajemen keperawatan,
dan mengintegrasikan konsep kepemimpinan dalam pengelolaan
manajemen asuhan keperawatan pada klien di Ruangan Aster secara
profesional dalam menjalankan peran (role play) sebagai kepala ruangan,
ketua tim, dan perawat pelaksana, sehingga mampu melakukan kegiatan-
kegiatan:
4
a. Timbang terima (operan) pasien dengan perawat antar shift
b. Melakukan pre dan post confrence dengan sesama perawat pelaksana.
c. Melaksanakan ronde keperawatan dengan anggota tim.
d. Menjalankan asuhan keperawatan sesuai dengan klien kelolaan
e. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan bersama perawat di
ruang aster
1.3. Manfaat Penulisan
Diharapkan praktik manajemen ini akan memberikan manfaat kepada :
1. Mahasiswa :
a. Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep, teori dan prinsip-prinsip
yang didapat di akademik kedalam situasi nyata di lapangan dengan
mengunakan prinsip praktek manajemen keperawatan baik dalam
manajemen pelayanan maupun dalam manajemen asuhan keperawatan.
b. Meningkatkan kepercayaan diri dalam melaksanakan Asuhan
Keperawatan baik sebagai kepala ruangan, ketua tim ,dan perawat
pelaksana.
2. Pasien
a. Meningkatkan kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan asuhan
keperawatan.
b. Pasien dapat memahami perbedaan perawat dengan tenaga medis lain
yang ada di rumah sakit
3. Staf Perawat
a. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang konsep MAKP pada
ruangan kelolaan manajemen.
b. Menambah pengetahuan perawat tentang manajemen pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan melalui diskusi penyegaran kembali
konsep terkait.
c. Memberi pedoman kepada perawat tentang metode MAKP (metode
asuhan keperawatan profesional
5
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
6
aplikasi unsur dan konsep dari beberapa teori dan model keperawatan yang di
adopsi, digabung, dikembangkan serta dilaksanakan. Kemungkinan diantaranya
teori dan model yang mewarnai asuhan keperawatan yaitu teori yang
dikemukakan oleh Ida Jean Orlando yang dikenal dengan teori proses
keperawatan atau disiplin proses keperawatan.
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional
yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui
manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan
keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol
pelayanan tersebut.
2. 2. Fungsi Manajemen
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama
yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing
(kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).
2.2.1 Planning (Perencanaan)
Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan
merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan
personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada
perencanaan yang sebelumnya dan memodifikasi rencana yang diperlukan
(Swanburg, 1999). Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam
manajemen, karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Menurut Muninjaya, (2005) fungsi perencanaan merupakan landasan
dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan
tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan
dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan
secara efektif dan efesien.
7
Perencanaan membantu untuk menjamin klienatau pasien akan menerima
pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan serta pelayanan ini diberikan oleh
pekerja Di dalam proses keperawatan keperawatan agar mendapat hasil yang
memuaskan sesuai tujuan (Swansburg, 1999)
a. Tujuan Perencanaan
b. Prasyarat perencaan
8
c. Dasar pertimbangan
Pengumpulan data
e. Jenis Perencanaan
Perencanaan Strategi
Perencanaan Operasional
9
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana
tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang
sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang
terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan
peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan
proyek.
f. Manfaat Perencanaan
Memudahkan kordinasi
Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
g. Keuntungan Perencanaan
10
h. Kelemahan Perencanaan
a. Prinsip Pengorganisasian
11
Unity of comand
Specialization
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan.
Mendelegasikan wewenang
12
yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang
dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff
bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk
studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan,
dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima
elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan
pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola
program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang
diberikan.
13
Perencanaan: penetapan tujuan, standar, penetapan aturan, prosedur,
penyusunan rencana, perkiraan, prediksi dan proyeksi di masa
mendatang untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
1. Tercapainya tujuan
B. Perencanaan ketenagaan
14
2. Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan
1. Rasio antara perawat dan pasien dalam ruangan perawatan intensif adalah
1:1 atau 1: 2
3. Rasio antara perawat dengan pasien saat shift pagi atau sore adalah 1:5,
untuk malam hari di ruang rawat dan lain-lain 1:10
15
a. Keperawatan mandiri (selft care)
d. Keperawatan intensif
a. Metode fungsional
Keutungan:
3. Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana
16
Kerugian :
Keuntungan :
Kerugian :
1. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan
17
c. Metode tim keperawatan/ keperawatan kelompok
Keuntungan :
3. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim
cara ini efektif untuk belajar
Kerugian :
1. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi
koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas
terhambat
18
Keuntungan :
Kerugian :
e. Metode modular
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai
berikut:
19
Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung,
waktu perawatan tidak langsung, dan waktu pendidikan kesehatan.
Dihitung berdasarkan ketergantungan pasien.
Dasar yang digunakan dalam metode ini adalah beban kerja dari tiap-tiap
unit atau institusi. Setiap unit harus memproyeksikan kegiatan atau
keluaran yang akan dihasilkan pada masa mendatang (Arwani, 2005).
b. Bobot (weight)
c. Kapasitas tenaga
20
6. Perhitungan menurut Depkes RI
Autokratik
21
Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif
atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
Demokratis
Laissez faire
22
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah
diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 2007).
2.2.6.Manfaat Pengawasan
23
Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
1. Bahan baku dari industri jasa kesehatan adalah manusia, yang seyogianya
tujuan utamanya adalah melayani kebutuhan manusia, bukan untuk
menghasilkan produk dengan proses dan biaya yang seefisien mungkin.
Unsur manusia perlu mendapat perhatian dan tanggung jawab utama
pengelola rumah sakit khususnya menyangkut pertimbangan etika dan
nilai kehidupan manusia.
2. Industri rumah sakit yang disebut sebagai pelanggan tidak selalu mereka
yang menerima pelayanan. Pasien adalah mereka yang diobati di rumah
sakit. Akan tetapi kadang-kadang bukan pasiennya sendiri yang
menentukan di rumah sakit mana dia harus dirawat. Kadang-kadang pasien
masuk rumah sakit tertentu karena instruksi dokternya.
24
Menurut Tracendi (2005) penilaian mutu pelayanan kesehatan menjadi
salah satu issu yang paling kompleks dalam dunia pelayanan kesehatan. Penilaian
mutu pelayanan rumah sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada bidang
kesehatan, pasien tidak dalam posisi yang mampu menilai secara pasti mutu
pelayanan klinik yang diterimanya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pelayanan
yang tidak bermutu yang diterimanya maka kesehatan pasien dan jiwanya menjadi
taruhannya. Salah satu defenisi mengatakan bahwa mutu pelayanan kesehatan
biasanya mengacu pada kemampuan rumah sakit memberi pelayanan yang sesuai
dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima oleh pasiennya. Dalam hal
ini tentu perlu dipertimbangkan penggunaan sumber daya yang seefisien mungkin.
Institute of Medicine Comitee di Amerika Serikat mengatakan bahwa kualitas
pelayanan kesehatan dinilai dari bagimana pelayanan itu, baik bagi perorangan
maupun populasi, dapat meningkatkan derajat kesehatan dan dilakukan sesuai
dengan perkembangan ilmu yang ada di masa itu.
Ada banyak aspek yang dapat dipakai untuk menilai mutu pelayanan
kesehatan. Misalnya dapat dinilai dari struktur pelayanan itu sendiri dan
bagaimana bentuk pelayanan yang diberikan. Hal ini meliputi ruang lingkup
pelayanan, tingkat pendidikan yang memberi pelayanan dan juga berbagai
karakteristik lainnya. Salah satu contoh yang dapat dilihat yaitu dari profesi
keperawatan. Pendidikan tinggi keperawatan dikembangkan berdasarkan dan
bertolak dari paradigma keperawatan, orientasi pendidikan tinggi keperawatan
yang kokoh, sehingga menghadapi masa depan tidak tergoyahkan oleh perubahan-
perubahan pandangan perorangan, terutama yang bersifat jangka pendek dan
berlaku sesaat. Jenis dan jenjang pendidikan keperawatan dikembangkan dengan
memperhatikan dua faktor yaitu prakiraan tuntutan kebutuhan pengembangan
bidang keperawatan dimasa depan, khususnya pelayanan/ asuhan keperawatan dan
pendidikan keperawatan, dan tekanan perkembangan IPTEK keperawatan yang
berkembang pesat.
25
memberikan dukungan bagi perawat. Hal ini bertujuan untuk memberi pelayanan
kepada pasien yang lebih optimal dan juga menciptakan tenaga keperawatan yang
profesional. Tenaga keperawatan profesional dibagi menjadi empat yaitu tenaga
keperawatan profesional sebagai pelaksana pelayanan Askep dan pelaksana
pendidikan keperawatan, tenaga keperawatan profesional sebagai pengelola
keperawatan, tenaga peneliti dan pengembangan bidang keperawatan serta tenaga
pembantu pelaksana pelayanan/ askep yang merupakan tenaga non profesional
yang dihasilkan melalui pendidikan pada jenjang pendidikan menengah sebagai
pendidikan kejuruan atau vokasional/SPK. Proses pemberi pelayanan itu sendiri
juga dapat dinilai untuk mengetahui mutunya. Untuk itu perlu juga dilakukuan
perhitungan beban kerja. Dalam hal ini, dapat dilihat bagaimana interaksi antar
pemberi pelayanan dengan yang dilayaninya. Kegiatannya dapat meliputi
pengamatan langsung pada pelayanan pada pasien di ruang rawat, melihat data
rekam medik, serta menilai kepatuhan dan kelayakan pengobatan yang diberikan.
Bentuk penilaian lain adalah mengamati hasil pelayanan kesehatan yang
diberikan, seperti angka mortalitas, angka terjadinya infeksi nasokomial, angka
kecacatan dan lain-lain (Longes, 2000).
Penilaian mutu pelayanan kesehatan juga dapat dilihat dari mutu logistik
rumah sakit. Mutu pelayanan logistik sendiri dapat diukur dari total biaya yang
dikeluarkan dan prestasi yang dicapai. Pengukuran prestasi adalah menyangkut
tersedianya barang, kemampuan dilihat dari waktu pengantaran dan konsistensi,
26
dan mutu dari usaha. Penyediaan barang dalam proses logistik harus dapat
memuaskan pasien, karyawan rumah sakit yang membutuhkannya. Kunci
keberhasilan pelayanan logistik dengan kualitas yang baik adalah dengan
melakukannya secara baik, secara terus menerus dalam berbagai keadaan dan
sedapat mungkin mencapai hasil seperti yang diharapkan. Untuk ini diperlukan
tenaga yang terampil, sarana dan prasarana yang baik, serta sistem monitoring
berkala yang memadai. Penyediaan bahan logistik yang tepat dan cepat tentu akan
sangat membantu keberhasilan penanganan pasien. Keterlambatan pelayanan
logistik tentu akan mengakibatkan keterlambatan pelayanan pengobatan pasien.
Ketersediaan bahan logistik selama 24 jam penuh sesuai kebutuhan pelayanan
merupakan kebutuhan bagi rumah sakit.
Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lain.
27
Status biologis-psikologis-sosial-spritual
28
Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
29
utama dalam sistem akreditasi rumah sakit, dari tahun 2012 dan selanjutnya
(Nursalam, 2011).
30
e. Monitoring pembiayaan
Pendokumentasian seluruh prosedur tindakan keperawatan terhadap pasien
sebaiknya harus dilakukan untuk memudahkan melakukan rincian pembiayaan
secara tepat.
f. Legalitas pendokumentasian
Pendokumentasian merupakan bukti otentik terhadap segala Asuhan
Keperawatan yang dilakukan pada pasien sehingga tidak terjadi insiden,
perubahan status kesehatan pasien akibat penyakit yang diderita ataupun pasien
injury akibat kelalaian pasien/keluarganya dapat dibuktikan secara legal.
g. Riwayat kesehatan
Pendokumentasian data sangat berguna dalam hal penyimpanan tentang
status riwayat kesehatan pasien di masa lalu serta dapat digunakan di masa datang
bila pasien mengalami masalah kesehatan yang berhubungan dengan riwayat
kesehatan yang lalu.
2.5.3 Manfaat dan pentingnya dokumentasi
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat
dari berbagai aspek yaitu :
Hukum
Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan
bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien. Dan untuk
mengetahui sejauh mana kesehatan pasien dapat teratasi dan seberapa jauh
31
masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang
akurat. Hal ini membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
(Nursalam, 2001).
Komunikasi :
Keuangan :
Pendidikan :
Penelitian :
Akreditasi :
32
dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi
peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapai
tingkat kepangkatan yang lebih tinggi (Nursalam, 2001).
33
2.5.6.Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan gambaran rencana intervensi untuk
mengidentifikasi dan memprioritaskan asuhan keperawatan berdasarkan
respons, tanggapan, dan pengaruh asuhan keperawatan terhadap klien. Jika
memungkinkan catatan keperawatan dapat juga tertera dalam diagnosis
keperawatan.
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi
Catatan perkembangan
Berbentuk dalam tabel dan grafik selama 24 jam antara lain : berat badan,
tinggi badan, kurva tanda-tanda vital, intake-output cairan dalam 24 jam,
34
daftar pemberian obat-obatan, kurva pemberian obat (kemoterapi, terapi
hormon) (Carpenito, 1998).
Format ini harus spesifik sesuai dengan kebutuhan pasien dan memenuhi
ketentuan administrasi dan legalitas perpindahan antar unit dan
perpindahan
Perencanaan pulang
Format mencakup personal data pasien, data kesehatan secara umum dan
khusus, surat diizinkan pulang dari dokter yang merawat berikut ringkasan
laporan klinis sesuai kondisi pasien, penyuluhan kesehatan (Carpenito,
1998).
Perawatan di rumah
Metode kasu biasa disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang
merupakan metode paling awal. Ini merupakan metode “client centered”, dimana
setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Dasar pemikiran metode ini adalah seorang perawat professional paling siap untuk
melaksanakan semua asuhan keperawatan yang diperlukan pasien. Perawat
35
tersebut mengkaji, menyusun diagnosa, membuat rencana, melakukan tindakan
dan evaluasi pada setiap pasien. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
pada setiap pergantian shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus ini biasa
diterapkan satu pasien satu perawat dan metode kasus ini digunakan pada unit
perawatan yang memerlukan keahlian keperawatan pada tingkat ahli, seperti pada
unit keperawatan kritis atau ruang pemulihan pasien setelah di anestesi.
Keuntungan metode kasus :
Pasien mendapat asuhan keperawatan secara holistik dan terus menerus
oleh ahlinya.
Komunikasi antara perawat-pasien dan dokter dengan anggota staf lainnya
berlangsung terus menerus.
Perawat mendapat kepuasan karena dapat melakukan semua yang menjadi
wewenangnya.
Kerugian metode kasus:
Tidak ada seorangpun perawat yang bertanggung jawab
mengkoordinasikan Perawat profesional banyak menghabiskan waktu
untuk melaksanakan tugas yang dapat dilakukan orang yang tidak trampil.
Perencanaan yang dibuat kemungkinan tidak dapat terlaksana karena
kurangnya waktu.
Pengkajian yang dilakukan oleh perawat tidak akurat karena kurangnya
komunikasi.
Asuhan keperawatan tidak terkoordinasi dari shift ke shift atau hari ke hari
karena perubahan dalam penugasan
Tidak ada seorang pun perawat yang bertanggung jawab
mengkoordinasikan selama asuhan 24 jam.
Tugas kepala perawat :
1. Membuat penugasan untuk setiap tenaga perawat.
2. Menerima laporan.
Tugas perawat katim :
36
1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya pada shift tertentu.
2. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam memberi asuhan
keperawatan pada pasien.
KEPALA RUANGAN
2.6.2.Metode Fungsional
Sistem tugas disini mengacu pada ilmu manajemen yang diterapkan pada
bidang administrasi bisnis, yang berfokus pada tugas/pekerjaan yang harus
diselesaikan. Dalam pendekatan yang berorientasi pada tugas ini, tenaga dengan
latar belakang pendidikan kurang melakukan tugas yang lebih ringan atau tidak
kompleks dibandingkan dengan perawat profesional. Dalam model ini dibutuhkan
pembagian tugas (job description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang
jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan
pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi
keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga
keperawatan
37
KEPALA RUANGAN
38
Tugas dan tanggungjawab kepala perawat di ruang perawatan :
1. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf.
2. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit atau ruangan.
3. Memberikan kesempatan dan bantuan kepada ketua tim untuk
pengembangan kepemimpinan/ manajemen.
4. Menjadi narasumber atau konsultan bagi tim.
5. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan.
6. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
Tugas dan tanggung jawab ketua tim :
1. Mengkaji setiap klien dan mempertimbangkan intervensi rencana asuhan
keperawatan yang tepat.
2. Mengkoordinasikan rencana asuhan keperawatan dengan tindakan medis.
3. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok
dan memberikan bimbingan melalui konferensi.
4. Mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya.
Tugas dan tanggung jawab anggota tim :
1. Merawat setiap pasien di unit perawatan.
2. Melaksanakan instruksi keperawatan yang tertera dalam rencana
keperawatan secara teliti termasuk program pengobatan.
3. Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan yang dilakukan serta
respon pasien.
Keuntungan :
1. Memanfaatkan kekuatan semua anggota tim.
2. Tim mendukung pengembangan dan produktivitas kelompok.
3. Pengambilan keputusan organisasi mendekati ”groos root”.
4. Komunikasi diantara anggota tim baik karena sering diskusi mengenai
asuhan keperawatan.
5. Meningkatnya kepuasan pasien.
6. Biaya efektif.
39
Kerugian :
1. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.
2. Diperlukan staf yang adekuat.
3. Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.
4. Dapat mengarah dan fragmentasi pelayanan bila konsep tidak
diimplementasikan secara total.
5. Sering mendapat kesulitan dalam menetapkan waktu untuk konferensi dan
membuat rencana keperawatan
KEPALA
RUANGAN
40
keperawatan klien sejak masuk unit perawatan sampai keluar dari unit
keperawatan.
Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu, akuntabilitas,
otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5 K yaitu, kontinuitas, komunikasi,
kolaborasi, koordinasi, dan komitmen. Pada metode keperawatan primer terdapat
kontinuitas keperawatan dan bersifat konfrehensif serat dapat
dipertanggungjawabkan. Setiap PP biasanya merawat 4-6 klien dan
bertanggungjawab selama 24 jam selama klien tersebut dirawat di rumah sakit
atau di suatu unit.
Tugas dan tanggung jawab kepala perawat :
1. Identifikasi siapa perawat yang ingin menjadi perawat primer.
2. Memberikan dukungan dan pendidikan.
3. Menjamin semua staf perawat dan pemberi asuhan lain memahami peran
perawat primer dan asosiet.
4. Menjadi model peran, pembimbing dan konsultan.
5. Menjamin dan mempertahankan mutu asuhan
6. Mengelola aspek fiskal keuangan.
7. Memberikan otonomi pada perawat primer untuk menjalankan
pendelegasian dan pengambilan keputusan yang tepat.
Tugas dan tanggungjawab perawat primer :
1. Memenuhi kebutuhan pasien secara total selama dirawat di rumah sakit.
2. Melakukan pengkajian secara komprehensif dan merencanakan asuhan
keperawatan.
3. Mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan membuat rencana pulang pasien.
4. Memberikan asuhan keperawatan pasien sesuai rencana dan
mengkoordinasikan dengan tim anggota kesehatan lain: dokter, dietisien,
perawat lain, menginformasikan keadaan pasien kepada kepala ruangan,
dokter dan staf keperawatan.
41
5. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat, membuat jadwal perjanjian klinik, mengadakan knjungan
rumah dan lain-lain.
Tugas dan tanggungjawab perawat asosiet :
Melaksanakan tugas dan tanggung jawab perawat primer bila perawat
primer tidak ada.
Keuntungan :
1. Memungkinkan perawat primer untuk pengembangan diri melalui
implementasi ilmu pengetahuan
2. Model praktek didasarkan pada ilmu pengetahuan.
3. Fokus pada kebutuhan pasien.
4. Meningkatnya otonomi.
5. Memungkinkan asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.
6. Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.
7. Meningkatnya kesempatan untuk pengembangan hubungan antara
perawat-pasien/keluarga.
8. Peningkatan mutu asuhan, karena :
Hanya ada satu perawat yang bertanggung jawab dalam
perencanaan dan kordinasi asuhan keperawatan.
Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien.
Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.
PP bertanggung jawab selama 24 jam.
Rencana pulang klien dapat diberikan lebih awal.
Rencana asuhan keperawatan dan rencana medik dapat berjalan
paralel.
9. Perbaiki retensi perawat.
10. Meningkatnya kepuasan perawat, dokter, pasien/ keluarga.
Kerugian :
1. Diperlukan perawat berpendidikan tinggi dan berpengalaman.
2. Diperlukan kemampuan komunikasi yang baik antara perawat primer
dengan rekan perawat (perawat asosiet).
42
3. Perawat primer dapat mengambil tanggung jawab rekan perawat untuk
mengimplementasikan asuhan keperawatan yang diberikan.
4. Karena pindah ke unit yang berbeda pasien dalam kondisi kritis
kemungkinan mempunyai beberapa perawat primer.
5. Biaya tinggi.
6. Length of Stay menjadi singkat.
2.6.5. Metode Modul
Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi keperawatan
tim-primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim
melalui penugasan modular. Sistem ini dipimpin oleh perawat register (Ners).
Dan anggota memberikan asuhan keperawatan di bawah pengarahan dan
pimpinan modulnya. Idealnya 2-3 perawat memberikan asuhan keperawatan
terhadap 8-12 pasien. Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan mempunyai pandangan
yang holistik terhadap setiap kebutuhan pasien, asuhan diberikan semenjak pasien
masuk rumah sakit sampai pasien pulang. Keuntungan pada metode modular mutu
pelayanan keperawatan meningkat karena pasien mendapat pelayanan
keperawatan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien.
Tidak banyak tenaga perawat register (Ners) yang dimanfaatkan sehingga biaya
menjadi lebih efektif.
Tugas dan tanggungjawab kepala perawat :
1. Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien.
2. Memberikan motivasi pada staf perawat.
3. Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan.
Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler :
1. Memimpin, mendukung, dan menginstruksikan perawat non profesional
untuk melaksanakan tindakan perawatan.
2. Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi: mengkaji,
merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan.
3. Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat patner kerjanya.
Tugas dan tanggung jawab anggota tim :
Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan ketua tim.
43
Keuntungan :
1. Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.
2. Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.
3. Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.
4. Meningkatnya kepuasan pasien.
5. Biaya efektif.
Kerugian :
1. Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien
yang tidak diharapkan.
2. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.
3. Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.
44
45
BAB III
PENGKAJIAN SITUASIONAL
45
Misi Ruang Aster
” Melayani dengan ramah, adil, profesional, iklas, hormat, tanpa memandang
pangkat/jabatan.”
Motto Ruang Aster
A = Antusias
S = Senyum
T = Tanggap
E = Efisien
R = Ramah
Bidang keperawatan di RS.TK II Putri Hijau Medan adalah suatu unit
kerja, yang merupakan unsur staf dalam organisasi yang mempunyai tugas
melakukan pelayanan kesehtan dan asuhan keperawatan, logistik keperawatan
serta etika dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Adapun ruang lingkup organisasi bidang keperawatan Rumah Sakit TK II
Putri Hijau Medan mencakup pelayanan Asuhan Keperawatan serta peningkatan
mutu pelayanan dan Asuhan Keperawatan, penyusunan kebutuhan tenaga
keperawatan dan peningkatan mutu, serta pelaksanaan etika profesi, dan
mencakup logistik kebutuhan pelayanan dan Asuhan Keperawatan serta
pemantauan, pengawasan dan penilaian kegiatan dan Asuhan Keperawatan.
3.1.1. Gambaran Umum Ruang Aster RS.TK II Putri Hijau Medan
Ruang Aster merupakan ruang rawat inap wanita yang disediakan khusus
untuk pasien interna dan pasien bedah. Ruang Aster memiliki 9 kamar rawatan,8
kamar yang masing-masing berisi 3 tempat tidur pasien dan1 kamar berisi hanya
1 tempat tidur pasien dengan kasus penyakit dalam dan kasus bedah.
Pada kesempatan ini, mahasiswa Program Profesi Ners Fakultas
keperawatan Gerbong Manajemen Keperawatan diberi kesempatan mempelajari
manajemen keperawatan di ruang rawat inap Aster yang merawat pasien dengan
kasus penyakit dalam dan kasus bedah.
Lokasi dan denah Ruang Rawat Inap Aster Rumah Sakit TK II Putri hijau
Medan :
46
a. Lokasi ruang aster bersebelahan dengan ruang sakura Rumah Sakit TK
II Putri Hijau Medan
b. Disebelah selatan berada ruang Teratai
c. Disebelah utara berbatasan dengan ruang flamboyan Rumah Sakit
Tembakau Deli Medan
d. Disebelah timur bersebelahan dengan Akper Kesdam I/BB Medan
47
STRUKTUR ORGANISASI KEPERAWATAN RUANG ASTER RUMAH
SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN TAHUN 2014
Sertu
Juliandari, Amk Sutri,Amk
Hainuddin,Amk
48
8 – 10 pasien 4 – 8 pasien Rewansi,Amk
10 – 12 pasien
49
Dinas pagi : jam 07.00-14.00 WIB
Dinas sore : jam 14.00-20.00 WIB
Dinas malam : jam 20.00-08.00 WIB
Dari hasil observasi didapatkan BOR (bed Occupation rate /Angka rata rata tempat
tidur) ruangan aster adalah:
Bulan Juni 2014
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
BOR = x 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑑 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖
109
BOR = x 100 %
25 𝑥 30
109
= x 100 %
750
= 14,53 %
50
Bulan September 2014
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
BOR = x 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑑 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖
63
BOR = x 100 %
25 𝑥 14
63
BOR = x 100 %
350
= 18 %
Jumlah rata-rata pasien setiap harinya mulai tanggal 08 September 2014 s/d
17 September 2014 sebanyak 14 orang dengan BOR : 18 % dan hampir seluruhnya
dengan tingkat ketergantungan pasien partial Care.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan Perawat di
ruangan Aster adalah :
Perhitungan jumlah tenaga peawat yang dibutuhkan pada ruang rawat inap
Langkah 1 :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 51
= = 7,28 Perawat
𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/ 𝑠ℎ𝑖𝑓𝑡 7
Langkah 2 :
51
Hari libur (loss day)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛+𝑐𝑢𝑡𝑖+ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
x Jumlah perawat
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
52+12+14
x 7,28 = 1,98 Perawat
286
Langkah 3 :
Tugas non keperawatan (membuat rincian pasien pulang, kebersihan ruangan) =25 %
Jumlah tenaga peawat + loss day x 25% = 7,28+1,98x25%
= 9,26 x 25% = 2,31
Langkah 4 :
Maka perhitungan jumlah kebutuhan perawat adalah:
Tenaga yang tersedia + factor koreksi = 7,28 + 1,98 + 2,31
= 11,57
2. Douglas
Penetapan jumlah tenaga keperawatan di ruang rawat inap Aster Rumah Sakit
TK II Putri Hijau Medan berdasarkan ketergantungan pasien sebagai berikut :
Contoh : penetapan tenaga perawat yang dibutuhkan pada tanggal 08
September 2014
Rata-rata jumlah pasien selama 10 hari : 14 orang .
2 orang dengan minimal care
12 orang dengan partial care
3.1 Tabel perhitungan tingkat ketergantungan klien
Tingkat Pagi Sore Malam
ketergantungan
Minimal Care 2 x 0,17 = 0.34 2 x 0.14 = 0.28 2 x 0,07 = 0.14
Partial Care 12 x 0.27 = 3,24 12 x 0,15 = 1,8 12 x 0.10 = 1,2
Total Care - - -
Jumlah 3,58 2,08 1,34
53
3.2 Tabel Data Ketenagaan Ruang Rawat Inap Aster Rumah Sakit Tk II Putri
Hijau Medan Tahun 2014
NO Nama Pendidikan Lama Pelatihan yang pernah
Kerja diikuti
1 Lamhotnida S1-Keperawatan 20 tahun Manajemen bangsal
Patien safety
2 Rosanita S1-Keperawatan 10 tahun Manajemen Bangsal
3 Megawati siregar SPK 25 tahun Tidak ada
55
2.METODE
Metode penugasan yang digunakan adalah metode TIM tetapi belum
terlaksana sebab belum tersosialisasi dengan benar dan juga sistem yang belum
sepenuhnya mendukung metode penugasan tersebut.
Ruangan Aster Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan memberikan pelayanan
kepada anggota TNI, pasien umum, Asuransi, Perusahaan, Jankesmas, Askes yang
menjadi rekanan Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan . Pelayanan yang dilakukan
belum sesuai dengan standart asuhan keperawatan (SAK). Tindakan keperawatan
menggunakan SOP (Standar Operasional Prosedur).
Ruangan Aster memiliki alur pendelegasian tugas sebagai berikut:
Kepala Ruangan
Ka. Tim
Perawat Pelaksana
Berdasarkan Hasil wawancara dengan karu dan beberapa perawat pelaksana
mereka mengeluhkan kekurangan sarana dan prasarana, sehingga menghambat
pelayanan keperawatan dan mereka juga harus melakukan tugas non keperawatan
seperti mengambil obat ke farmasi, pendokumentasian resep, mengurus surat
keterangan kematian dan terkadang ikut melakukan kebersihan ruangan. Dalam hal
ini untuk memberikan asuhan keperawatan perawat juga melibatkan mahasiswa yang
praktek di ruangan Aster Rumah Sakit TK II Putri Hijau.Dimana dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan pasien belum terisi dengan lengkap sesuai
dengan pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan dan tiap-tiap tindakan
adalah berdasarkan SOP (Standart Operational Procedur) sudah ada.
Dari hasil observasi tentang asuhan keperawatan untuk menilai kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang Aster didapat hasil:
NO Lengkap Tidak Lengkap Total
1 Pengkajian 30 % 70 % 100%
2 Diagnosa 70 % 30 % 100%
3 Perencanaan 50 % 50 % 100%
4 Implementasi 100 % 0% 100%
5 Evaluasi 100 % 0% 100%
56
Dari hasil penilaian pendokumentasian yang dilakukan oleh mahasiswa hampir
semua status asuhan keperawatan pendokumentasi askepnya belum terisi dengan
lengkap seperti pengisian format pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan
evaluasi.
3.MONEY
Dalam urusan biaya pasien dinas(TNI,PNS hankam dan keluarga), Askes,
Jamkesmas tidak dipungut biaya, pasien umum asuransi dan perusahaan sistem
pembayaran biaya dilakukan oleh Yanmasum Rumah Sakit TK II Putri Hijau.
4.MATERIAL
Ruang rawat inap Aster melayani pasien kelas III yang terdiri dari 9 kamar,
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
- 5 kamar penyakit dalam
- 2 kamar kasus bedah
- 2 Kamar isolasi
Berikut ini daftar ruangan kelas III Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan.
Tabel 3.3 Jumlah ruangan dan tempat tidur Ruangan Rawat Inap Aster
Kelas Kamar Jumlah tempat tidur
1 3
2 3
3 3
4 3
III 5 3
6 3
7 3
8 3
9 1
JUMLAH 9 25
57
a.Fasilitas ruang rawat inap Aster
Tabel 3.4 Daftar inventaris alapakes Ruangan Aster Rumah Sakit TK II
Putri Hijau Medan 2014
NO Nama Barang Jumlah Kondisi Standar Penambah
an
1 Tensi Meter 1 2/ruangan
2 States cop 1 4/ruangan
3 Thermometer 1 5/ruangan
4 Reflek hamer -
5 Tong Spatel 1
6 Korentang 1 3/ruangan
7 Gunting Hecting 1
8 Gunting Lurus 1
9 Arteri Kelm Kecil -
10 Arteri Klem -
Besar
11 Arteri Kelm -
Sedang
12 Pingset Anatomis 1 6/ruangan
13 Pingset cirugis 1 6/ruangan
14 Gunting Perban 1 2/ruangan
15 Nerbeken Sedang 1
16 Nerbeken Kecil 1
17 Nerbeken Besar 1
18 Instrumen Stenlis 1
sedang
19 Instrumen Stenlis 1
besar
20 Tromol Besar 1
21 Tromol Kecil 1
22 Eskap 2
23 Urinal Plastik - 1:1/2
24 Pispot Plastik 9 1:1/2
58
25 Timbangan 1
Dewasa
26 Kepala O2 2
27 Kunci O2 1
28 Senter 1
29 Brangkart 1
30 Section -
31 Sterilisator 1
32 Selang O2 2
2 TV 7
4 Kursi Panjang 4
7 Telepon 1
8 Kereta O2 1
59
14 Troli Diet 1 1/ruangan
16 Nebulezer 1 Rusak
18 Kursi 2
19 Kulkas 1
20 Irigator -
Tabel 3.6 : Daftar inventaris Alat Tenun untuk pasien Ruang rawat inap
Aster RS TK II Putri Hijau Medan Tahun 2014
15 Thermos -
16 Gelas Kedaung -
17 Rak Piring 1
60
18 Ompreng 25 1:1
Alumunium
19 Mangkok Puding 25
20 Mangkok Obat 25 1:1
21 Tempat Obat -
Plastik
22 Sarung Bantal 80 80
23 Topi Operasi 20 1:1
24 Stik Laken Biru 18 1:1
25 Piring Kecil -
26 Laken 75 1:4
Catatan :
1. Kebutuhan alat Alat – Alat kesehatan /instrument idealnya : 1:3 (1 alat
kesehatan : untuk 3 Pasien )
2. Kain tenun ( laken, sarung bantal ) idealnya 3 : 1 (1 pasien dipersiapkan untuk
persedian 3 alat tenun ) :
1 dipakai
1untuk persedian
1 kotor
a. Administrasi Penunjang.
Sarana dan prasarana ruang rawat inap Aster, setiap ruangan tersedia kamar
mandi /WC , setiap pasien menggunakan lemari tersendiri yang disediakan Rumah
sakit. Kondisi administrasi penunjang nurse station cukup baik : ada lembaran
injeksi, buku obvservasi vital sign, lembar dokumentasi. buku overan. buku
inventaris. Tidak terdapat ruang khusus tempat obat/cairan dan pengelolaannya,
tidak tersedianya kulkas untuk penyimpanan obat-obatan, semua obat-obatan/cairan
berada di lemari berada diluar Nurse station. Nurse station sebagai ruang pertemuan
perawat melakukan aktivitasnya antara lain : diskusi masalah pasien, overan pasien
dan inventaris , ruang visite dokter, ruang pertemuan perawat, tempat menuliskan
asuhan keperawatan dan sebagainya. Idealnya disediakan ruang Karu yang
berdampingan dengan ruang Nurse Station yang akan menjadi tempat pertemuan
antara perawat membahas masalah – masalah kondisi pasien, dan kegiatan perawat
lainnya.
61
Metode asuhan Keperawatan
a. Penerapan MAKP.( M-3- Method)
Dari hasil pengamatan dan wawancara tentang Pembagian tugas Karu
membagi beberapa ruangan kepada perawat pelaksana untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dan bertanggung jawab atas asuhan pasien masing-
masing . Komunikasi antar perawat dilakukan dengan lisan dan buku komunikasi
yang berisi catatan penting tentang pasien. Metode asuhan keperawatan (fungsional,
team, kasus, primer) sudah dapat dilaksanakan secara maksimal.
b. Overan
Overan dilakukan setiap pergantian sift (pagi pukul 07.00 wib, sore pukul
14.00 , malam pukul 20.00 wib) oleh seluruh perawat yang telah dinas dan akan
dinas. Kegiatan overan pagi dan sore dipimpin langsung oleh Karu. Hal-hal yang
disampaikan dalam overan belum berfokus pada masalah keperawatan. Selama
overan selalu ada tanya jawab yang berhubungan dengan pasien. Lamanya overan
tiap pasien lebih kurang 5 menit. Pelaporan pasien dicatat dalam buku khusus yang
ditandatangani oleh perawat yang bertugas. Setelah overan perawat langsung
melaksanakan tugasnya. Masalah pendokumentasian asuhan keperawatan setiap
pasien belum lengkap dilakukan perawat sesuai dengan data yang sudah disebutkan
diatas.
c. Ronde
Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan kepala ruangan pelaksanaan
ronde keperawatan di ruang rawat inap aster sudah dilakukan.Sudah adanya
pembentukan team untuk membicarakan kasus pasien yang ada diruangan, atau yang
memerlukan perhatian khusus. Biasanya kalau ada masalah/kasus pasien,maka
perawat pelaksana melapor pada Karu, kemudian Karu membicarakan dengan
Kepala bagian keperawatan, dan kalau diperlukan dibicarakan dengan Kepala
Keperawatan Kainstalwatnap. Ronde Keperawatan diperlukan untuk memecahkan
masalah/kasus yang penting bersama pasien.
d. Pengelolaan obat.
Data yang diperoleh tentang pengadaan obat, bahwa obat/obatan dipesan
sesuai dengan kebutuhan pasien yang telah di resepkan oleh dokter yang merawat
dan secara sentralisasi. Tidak ada ruang (kamar) khusus untuk lemari obat/cairan ,
semua obat-obatan ditempatkan lemari obat yang ada di luar ruang nurse station.
Cairan ditempatkan di lemari khusus yang ada diluar ruangan nurse station. Alur
62
penerimaan obat : obat dipesan ke bagian farmasi setelah mendapat resep dari dokter
pengobatan, lalu di ditempatkan dilemari obat. Perawat akan memberikan obat pada
waktu yang ditetapkan, Setiap pemberian obat-obat suntik dilakukan di nurse station.
Idealnya ada 1 ruangan untuk menempatkan lemari obat, dan pengelolaan obat.
c. Perencanaan pulang (discharge planing)
Dari hasil pengamatan perencanaan pulang dilaksanakan oleh perawat dengan
memberikan penjelasan kepada pasien/keluarga. format perencanaan pulang sudah
ada. Tidak ada brosur atau leaflet isi tentang penjelasan tentang penyakitnya pasien,
sehingga pasien kadang lupa tentang isi penjelasan perawat.
d. Dokumentasi
Model dokumentasi keperawatan yang digunakan POR (problem oriented
Solving). Dari hasil pengamatan dokumentasi dilakukan meliputi pengkajian yang
menggunakan head to toe dan ROS (review of body system ) serta diagnosis dan
evaluasi dengan menggunakan SOAP.
Sistem pendokumentasian dilakukan dengan manual. Catatan perawat,
catatan perkembangan sudah berkesinambungan dalam lembar evaluasi sudah
lengkap. Pendokumentasian asuhan keperawatan tidak segera dilakukan tetapi diisi
bila keadaan ruang memungkinkan.
e. Pemasaran.
Pelanggan Rumah Sakit TK II Putri Hijau berasal dari berbagai daerah, dan
sekitar kota Medan. Pelanggan yang dirawat inap, berasal dari umum kiriman dokter
yang bekerja di RS.TK II Putri Hijau dan berbagai asuransi dan perusahaan,
pemerintah yang menjadi rekanan dari RS. Pemasaran dilakukan oleh tim yang
sudah ditetapkan oleh R.S. Perawat tidak mempunyai tugas untuk untuk melakukan
marketing secara khusus, hanya melakukan perawatan secara paripurna.
63
ANALISIS SWOT FUNGSI MANAJEMEN BERDASARKAN ELEMEN MAN, METHODE, MONEY DAN MATERIAL
DI RUANG ASTER RUMAH SAKIT TK II Putri Hijau TANGGAL 08 SEPTEMBER s/d 17 SEPTEMBER 2014
1. MAN (Sumber Daya Manusia)
Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity Threatened
(Kesempatan) (Ancaman)
Jenis ketenagaan diruangan : Perawat dalam pengisian askep Adanya mahasiswa yang Persaingan antar rumah
S1 = 4 orang pada status pasien belum sedang praktek di RS TK II sakit yang semakin berat
D3 = 9 orang mengaju dengan SAK yang Putri Hijau yang dapat dalam memberikan
SPK = 1 orang disediakan diruangan. dimanfaatkan untuk pelayanan yang terbaik
Gaya kepemimpinan Karu yang Perawat belum melaksanakan membantu melakukan dan profesional .
demokratis teknik cuci tangan yang benar asuhan keperawatan Tuntutan masyarakat
Kepala ruangan sudah optimal sesuai SOP dan tindakan yang Terbukanya kesempatan yang lebih untuk
dalam melaksanakan tugas- dilakukan belum sesuai SOP. yang diberikan oleh mendapatkan pelayanan
tugasnya pimpinan , melanjutkan yang profesional.
pendidikan yang lebih Masyarakat yang sudah
tinggi dan adanya kemauan mengetahui arti
perawat untuk melanjutkan pentingnya kesehatan.
jenjang pendidikan yang
lebih tinggi
64
2. METODE
Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity Threatened
(Kesempatan) (Ancaman)
Penerapan Metode : Tersedianya jumlah perawat Adanya tuntutan yang
Metode penugasan adalah diruang aster untuk lebih dari
Memiliki visi, misi, rumah metode TIM tetapi belum melaksanakan metode pasien/masyarakat untuk
sakit secara global yang terlaksana karena belum penugasan tim mendapatkan pelayanan
merupakan pedoman untuk tersosalisasi dengan benar Jenjang pendidikan tenaga yang profesional
melaksanakan pelayanan dan sisitem yang belum perawat yang sudah Rumah sakit lain yang
Metode asuhan sepenuhnya mendukung memungkinkan untuk mempunyai SDM yang
keperawatan bersifat tim metode penugasan ini. dilaksanakan metode lebih baik dan berkualitas
Ruangan memiliki SOP SAK belum dilaksanakan penugasan tim . Kebebasan PERS
(Standar Operasional secara optimal. Adanya mahasiswa STIKes menyebabkan mudahnya
Prosedur)dan SAK(Standar SU yang praktek Manajemen penyebaran informasi
Asuhan Keperawatan) Keperawatan dan Adanya kesadaran pasien
Operan pasien dilakukan mahasiswa lainnya dan keluarga akan
setiap pergantian shif oleh Kerja sama yang baik antara tanggung jawab dan
perawat pelaksana secara perawat dan mahasiswa yang tanggung gugat.
ronde bed to bed dinas Akreditasi Rumah sakit
Tersedia jumlah tenaga akan pendokumentasian
yang profesional. yang menjadi keharusan
65
dari pemerintah kepada
Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi keperawatan Metode TIM akan semua Rumah sakit.
Telah tersedia format untuk tidak segera dilakukan, yang meningkatkan pelayanan Masyarakat yang
dokumentasi asuhan menyebabkan tidak keperawatan diruangan semakin kritis menuntut
keperawatan seluruhnya asuhan pelayanan yang
Dokumentasi keperawatan keperawatan tertulis profesional
yang dilakukan meliputi dicatatan keperawatan Tingginya tuntutan dari
pengkajian sistem head to toe Keluarga /pasien untuk
serta sampai evaluasi yang mendapatkan pelayanan
menggunakan SOAP dan perehatian dari
perawat
66
3. MONEY
67
4. MATERIAL
68
3.3. Rumusan Masalah
1.Man
Perawat dalam pengisian askep pada status pasien belum sesuai dengan
SAK.
Perawat belum melaksanakan teknik cuci tangan yang benar sesuai SOP
dan tindakan yang dilakukan belum sesuai SOP
2.Metode
Metode penugasan adalah metode TIM tetapi belum terlaksana karena
belum tersosialisasi dengan benar dan sisitem yang belum sepenuhnya
mendukung metode penugasan ini.
SAK belum dilaksanakan secara optimal
Dokumentasi keperawatan tidak segera dilakukan, yang menyebabkan
tidak seluruhnya asuhan keperawatan tertulis dicatatan keperawatan
3.4. PERENCANAAN/POA
Berdasarkan rumusan masalah yang didapat, maka kelompok menawarkan
alternatif penyelesaian masalah yang ada disesuaikan dengan kondisi ruangan
antara lain
Tanggal Penanggung
No Masalah Rencana tindakan
pelaksanaan jawab
1 Man
- Perawat belum Sosialisasi Jumat, 26 Flora,
memberikan pendokumentasian September Maria,
penjelasan secara asuhan 2014 Meyrini,
benar dalam keperawatan di Leviana,
pengisian askep ruangan Aster Meilin,
pada status pasien frida
belum sesuai Florida
dengan SAK.
69
2 MAN
Perawat belum Sosialisasi SOP Jumat, 26 Meyrini,
melaksanakan teknik cuci tangan pada September Levianna,
cuci tangan yang perawat ruang 2014 Frida.h,
benar sesuai SOP. Aster. Meilin,
Maria,
Florida,
Flora
70
N Masalah Rencana Implementasi Evaluasi Tindak lanjut
o Kegiatan
1 Perawat Sosialisasi Dilaksanakan Setelah Sebaiknya
belum pendokumen pada tgl 26 dilakukan karu
memberikan tasian asuhan september sosialsasi memonitorin
penjelasan keperawatan 2014 di pendokumen g pengisian
secara benar di ruangan ruangan aster tasian asuhan status setiap
dalam Aster RSPH dan keperawatan hari, bila
pengisian dihadiri oleh 8 didapati hasil perlu
askep pada orang perawat dari 8 orang dilakukan
status pasien ruangan yang perawat yang penyegaran
belum terdiri dari hadir, 5 pengsian
sesuai karu, wakaru orang sudah status asuhan
dengan serta katim paham keperawatan
SAK dan perawat tentang cara dengan
pelaksana pendokument lengkap
asian status setiap 3 bulan
secara secara rutin
lengkap bagi semua
perawat di
rungan aster.
2 Perawat Sosialisasi Dilaksanakan Setelah Sebaiknya
belum SOP cuci pada tgl 26 dilakukan karu
melaksanak tangan pada september sosialsasi mensupervisi
an teknik perawat ruang 2014 di cuci tangan secara ketat
cuci tangan Aster. ruangan aster sesuai tindakan cuci
yang benar RSPH dan dengan tangan bagi
sesuai SOP. dihadiri oleh 8 standard setiap
orang perawat WHO perawat
71
ruangan yang didapati hasil ruangan
terdiri dari dari 8 orang sebelum dan
karu, wakaru perawat yang sesudah
serta katim hadir semua melakukan
dan perawat sudah tindakan
pelaksana mampu keperawatan,
melakukan sekaligus
tekhnik cuci katim juga
tangan yang harus
baik dan mengawasi
benar sesuai setiap harinya
dengan
standard
WHO
72
73
BAB IV
PEMBAHASAN
73
Jumlah tempat tidur yang ada sebanyak 25, dengan rata-rata jumlah pasien
perhari di ruangan aster 10-13 orang, Selain melakukan tugas-tugas asuhan
keperawatan, perawat juga melakukan tugas-tugas administrasi. Maka dapat
dilihat bahwa berdasarkan kebutuhan tenaga perawat. Menurut Depkes dengan
tingkat kebutuhan pasien ( partial care, minimal care) jumlah perawat yang
dibutuhkan adalah 10 orang, sedangkan bila dilihat dari jumlah tempat tempat
tidur maka perawat yang dibutuhkan adalah 11-12 orang perawat.
Disamping itu pihak Rumah Sakit agar memberi kesempatan kepada
perawat untuk meningkatkan pengetahuannya melalui seminar, pelatihan yang
diadakan di institusi itu sendiri atau ketempat lain.
4.1.2 Metode.
Metode penugasan yang dilakukan di ruang rawat inap Aster adalah :
metode tim, dimana karu membagi perawat pelaksana atas beberapa ruangan dan
bertanggung jawab atas asuhan keperawatan pada klien. Namun tidak sepenuhnya
metode ini dilaksanakan, karena perawat juga memberikan asuhan kepada semua
pasien yang membutuhkannya, hal ini disebabkan karena metode tim belum
terisosialisasi dengan baik, disamping itu juga perawat melaksanakan tugas-tugas
non keperawatan. Keberadaan mahasiswa yang berdinas kurang dimanfaatkan
dengan maksimal. Dan tidak dilakukan pembagian tugas kepada mahasiswa.
Mahasiswa mengusulkan metode tim saat ini adalah yang terbaik, perawat
pelaksana diberi tugas dan tanggung jawab sesuai fungsinya. Sistem tugas
mengacu pada ilmu manajemen yang berfokus pada tugas dan pekerjaan yang
harus diselesaikan. Dalam pendekatan yang berorientasi pada tugas
ini,memerlukan perawat profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian
tugas (job description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas.
Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan
pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi
keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga
keperawatan. Keberadaan mahasiswa yang praktek dinas dimanfaatkan untuk
membantu melakukan tugas keperawatan dibawah pengawasan masing-masing
perawat pelaksana. Mahasiswa melakukan role play dengan metode tim dengan
74
memanfaatkan tenaga mahasiswa yang ada. Metode ini belum maksimal
dilaksanakan , berhubung masih belum terisosialisasi. Mahasiswa mengusulkan
kepada kepala ruangan untuk : Menetapkan suatu metode tim dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien. Mahasiswa telah memberikan gambaran
tentang metode yang dipergunakan, dan memperbaharui struktur organisasi.
Dalam hal tersebut kepala ruangan bersedia dan mempertimbangkan penerapan
metode tersebut.
Pendokumentasian asuhan keperawatan yang merupakan suatu bukti
otentik akan respon dan tindakan keperawatan yang dilakukan akan maksimal bila
masing-masing perawat pelaksana yang bertanggung jawab terhadap pasien
segera menuliskannya pada lembar dokumentasi asuhan keperawatan. Ketidak
lengkapan pendokumentasian akan menyebababkan kehilangan data tentang status
riwayat pasien. Disamping itu status kesehatan yang ditulis dalam dokumentasi
dapat digunakan dimasa yang akan datang. Dokumentasi juga memiliki aspek
hukum, menjadi alat komunikasi dan jaminan kualitas asuhan keperawatan untuk
kebutuhan akreditasi suatu rumah sakit.
Tujuan umum dari pendokumentasian adalah: Mengidentifikasi status
kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien,merencanakan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan. Dokumentasi
juga dapat digunakan untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika, disamping itu
dokumentasi juga merupakan :
75
i. Informasi untuk murid.
76
Pada pendokumentasian asuhan keperawatan dari 10 sampel status,
didapati ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi perawat diruang aster yaitu:
1. Pada RM 6 didapati pengisian status dilakukan oleh perawat
ruangan,sementara pengisian diagnosa kerja dan tandatangan dilakukan
oleh dokter spesialis yang merawat.
2. Pada RM 13a didapati Petugas Laboratorium dan Radiologi jarang dan
bahkan hampir tidak pernah mengisi tindakan yang telah dilakukan.
3. Pada Daftar tindakan pemeriksaan penunjang ,Petugas Laboratorium dan
Radiologi juga jarang sekali mengisi jenis tindakan yang telah mereka
lakukan.
77
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis situasional yang telah dilakukan oleh mahasiswa
selama melakukan praktek Manajemen Keperawatan mulai tanggal 8 September
s/d 01 oktober 2014 di ruang Rawat Inap Atser di Rumah Sakit TK II Putri Hijau
Medan maka ditemukan :
MAN
Perawat dalam pengisian askep pada status pasien belum sesuai
dengan SAK.
Perawat belum melaksanakan teknik cuci tangan yang benar
sesuai SOP dan tindakan yang dilakukan belum sesuai SOP
Karu sudah pernah mendapatkan pelatihan manajemen
keperawatan dan patient safety.
METODE
Metode asuhan keperawatan yang dilakukan adalah: Karu
membagi atas beberapa perawat pelaksana untuk
bertanggungjawab melaksanakan asuhan keperawatan.
Metode penugasan adalah metode TIM tetapi belum terlaksana
karena belum tersosialisasi dengan benar dan sisitem yang
belum sepenuhnya mendukung metode penugasan ini.
SAK belum dilaksanakan secara optimal.
Dokumentasi keperawatan tidak segera dilakukan, yang
menyebabkan tidak seluruhnya asuhan keperawatan tertulis
dicatatan keperawatan.
5.2. SARAN
5.2.1. Untuk Pihak Rumah Sakit
Adanya pelatihan bagi tenaga perawat di ruangan aster dalam hal
pendokumentasian askep status pasien untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan sesuai dengan Visi Misi Rumah Sakit “Memberikan pelayanan
78
kesehatan yang cepat, tepat dan akurat serta Memberikan Pelayanan terbaik
dengan keunggulan Pusat pelayanan kedaruratan Tahun 2017”
79
DAFTAR PUSTAKA.
80
im Manajemen Keperawatan
Program Profesi Ners STikes Sumatera Utara