Вы находитесь на странице: 1из 19

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN

“MEMANTAPKAN INTEGRASI NASIONAL DARI SUDUT PANDANG AGAMA


UNTUK MENCAPAI TUJUAN NASIONAL”

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. Ridwan Muis, MS.

Disusun oleh :

Kelompok 4

Komariah (J1A117074)
Kiki Fatkhu Roziqin (J1A117085)
Wiranti Intania Cahyani (J1A117089)
Fattahira Insani (J1A117090)
Fiwi Revalia Anggraini (J1A117091)
Nia Devita Sari (J1A117092)
Alip Angga Zainedi (J1A117093)
Ari Hardiyanto (J1A117094)
Fadel Max Muhammad (J1A117095)
Tanzil Aziz (J1A117096)

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul " Memantapkan Integrasi Nasional Dari Sudut Pandang Agama Untuk Mencapai
Tujuan Nasional" dengan baik. Makalah ini berisikan tentang urgensi integrasi, telaah
integrasi serta strategi memantapkan integrasi nasional.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Ir. Ridwan Muis, MS. Selaku dosen
pengampu matakuliah Kewarganegaraan. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman kami yang selalu setia membantu dalam mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT meridhai segala usaha kami. Amin .

Jambi, 29 Maret 2018

Kelompok 4
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

 Latar Belakang.............................................................................................1
 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
 Manfaat Penulisan........................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

 Agama..........................................................................................................3
 Integritas......................................................................................................3

BAB III. PEMBAHASAN

 Urgensi integritas nasional bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan


Berbangsa dan bernegara.............................................................................6
 Urgensi pencapaian tujuan nasional bagi bangsa Indonesia........................7
 Telaah integrasi nasional bangsa Indonesia dari sudut pandang agama
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.................................................8
 Strategi memantapkan integrasi nasional bangsa Indonesia dari sudut
pandang agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara......................12

BAB IV. PENUTUP

Kesimpulan.........................................................................................................14

Saran...................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Integrasi nasional terdiri dari dua kata berbeda yang saling melengkapi, yang pertama
Integrasi yaitu mempunyai arti pembauran/penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang
utuh/bulat. Istilah nasional mempunyai pengertian kebangsaan, bersifat bangsa sendiri,
meliputi suatu bangsa seperti cita-cita nasional, tarian nasional, dan perusahaan nasional.
Integritas nasional identik dengan integritas bangsa yang mempunyai pengertian suatu proses
penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial budaya yang mempunyai satuan wilayah
dan pembentukan identinas nasional atau bangsa yang harus dapat menjamin terwujudnya
keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu
bangsa.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dimuka bumi ini tidak ada hal yang sama, meskipun itu
ada tetapi pasti terkait dengan kuantitas. Tidak ada hal yang sama seluruhnya. Apalagi di
negeri indonesia tercinta ini, dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika sudah jelas tergambar
bahwa indonesia ini terdiri dari kumpulan perbedaan dari hal yang sederhana seperti bahasa
dan dialek, sampai hal yang rumit seperti kepercayaan dan adat-istiadat yang dianut.

Perbedaan dan perbedaan lain yang ada akan memunculkan dua kemungkinan, yaitu
respon positif yang berbentuk saling menghargai dan menyadari bahwa sebuah perbedaan
adalah keragaman budaya, dilain sisis berespon negatif karena perbedaan-perbedaan itu
dipandang sebuah eksistensi yang harus dibela sehingga tidak jarang menimbulkan konflik
karena ketidaksepahaman dan perasaan yang ingin selalu melebihi yang lain.

Salah satu bentuk perbedaan itu adalah agama. Agama dipandang sebagai simbol
tertinggi karena berhubungan langsung dengan sang Pencipta. Indonesia sebagai negara yang
plural mengakui banyak agama, kecenderungan terjadinya konflik sangat terbuka karena
mereka menganggap bahwa agama merekalah yang paling benar. Ada beberapa konflik yang
timbul dari perbedaan agama, seperti yang terjadi di Papua. Dilain sisi ada suatu desa yang
ditempati oleh beberapa pemeluk agama yang berbeda, itu yang terjadi di salah satu daerah
yang ada di Bali.
I.2 Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman pengertian


integritas nasional, agama sebagai bentuk perbedaan dan agama sebagai urgensi untuk
memantapkan integritas nasional untuk mencapai tujuan nasional.

I.3 Manfaat

Manfaat dari penusunan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui
pemahaman pengertian integritas nasional, mengetahui perbedaan dari sudut pandang agama
dan agama sebagai urgensi untuk memantapkan integritas nasional untuk mencapai tujuan
nasional.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Agama
Seperti yang dikemukakan oleh Roland Robertson (1970), ada dua jenis utama dalam
mendefenisikan agama: inklusif dan eksklusif.

Defenisi inklusif merumuskan agama dalam arti seluas mungkin, yang


memandangnya sebagai setiap sistem kepercayaan dan ritual yang diresapi dengan
“kesucian” atau yang diorientasikan kepada “penderitaan manusia yang abadi”. Mereka yang
menyukai pandangan inklusif pada umunya melihat agama bukan saja dari sistem teistik yang
diorganisasikan sekitar konsep tentang kekuatan supernatural, tetapi juga berbagai sistem
kepercayaan nonteistik seperti komunusme, nasionalisme dan humanisme.

Defenisi eksklusif membatasi istilah agama itu pada sistem-sistem kepercayaan yang
mempostulatkan eksistensi makhluk, kekuasaan, atau kekuatan supernatural. Sistem-sistem
kepercayaan seperti komunisme atau humanisme, karena tidak mencakup suatu dunia
supernatural, secara otomatis dikeluarkan, meskipun diterima bahwa sistem-sistem
kepercayaan nonteistik demikian itu mempunyai elemen-elemen yang sama dengan sistem-
sistem keagamaan.

Suatu agama ialah suatu sistem kepercayaan yangg disatukan oleh praktek-praktek
bertalian dengan hal-hala yang yang suci, yakni, hal-hal yang dibolehkan dan dilarang –
kepercayaan dan praktek-praktek yang mempersatukan suatu komunitas moral yang disebt
dengan Gereja, semua mereka yang terpaut satu sama lain (Durkheim, 1965).

Nottingham (1954) berpendapat bahwa agama merupajan gejala yang ada di mana-
mana, sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk membuat abtraksi ilmiah. Lebiha
lanjut juga ia mengatakan bahwa agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk
mengukur kedalaman makna mengenai keberadaannya dan keberadaan alam semesta.

Sanderson (1993) menyatakan bahwa agama merupakan suatu ciri kehidupan


manusia yang universal, dalam arti bahwa setiap masyarakat memiliki cara-cara berpikir dan
pola-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut sebagai agama. Secara sosiologis,
konsep agama terdiri dari berbagai konsep yakni, citra, kepercayaan, simbol serta nilai-nilai
spesifik tempat makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka. Tidak ada batasan
yang pasti mengenai agama dalam makna sosiologis.

II.2 Integrasi

Ramlan Surbakti (2010) lebih cocok menggunakan istilah integrasi politik daripada
integrasi nasional. Menurutnya integrasi politik adalah penyatuan masyarakat dengan sistem
politik. Integrasi politik dibagi menjadi lima jenis, yakni :
1. Integrasi bangsa,
2. Integrasi wilayah,
3. Integrasi nilai,
4. Integrasi elit-massa, dan
5. Integrasi tingkah laku (perilaku integratif).

Menurut Suroyo (2002),integrasi nasional mencerminkan proses persatuan orang-


orang dari berbagai wilayah yang berbeda, atau memiliki berbagai perbedaan baik etnisitas,
sosial budaya, atau latar belakang ekonomi, menjadi satu bangsa (nation) terutama karena
pengalaman sejarah dan politik yang relatif sama.

Saafroedin Bahar (1996) menyatakan Integrasi Nasional ialah Upaya menyatukan


seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya.

Riza Noer Arfani (2001) menyatakan Integrasi Nasional ialah Pembentukan suatu
identitas nasional dan penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya ke dalam suatu
kesatuan wilayah.

Djuliati Suroyo (2002) menyatakan Integrasi Nasional ialah Bersatunya suatu bangsa
yang menempati wilayah tertentu dalam sebuah negara yang berdaulat.

Ramlan Surbakti (2010) menyatakan Integrasi Nasional ialah Proses penyatuan


berbagai kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu identitas
nasional.

Usman (1998) menyatakan bahwa suatu kelompok masyarakat dapat terintegrasi


apabila ,

1. Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental yang dapat


dijadikan rujukan bersama, Jika masyarakat memiliki nilai bersama yang disepakati
maka mereka dapat bersatu, namun jika sudah tidak lagi memiliki nilai bersama maka
mudah untuk berseteru
2. Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus, memiliki “croos cutting
affiliation” sehingga menghasilkan “croos cutting loyality”, Jika masyarakat yang
berbeda-beda latar belakangnya menjadi anggota organisasi yang sama, maka mereka
dapat bersatu dan menciptakan loyalitas pada organisasi tersebut, bukan lagi pada
latar belakangnya.
3. Masyarakat berada di atas meiliki sifat saling ketergantungan di antara unit-unit sosial
yang terhimpun di dalamnya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Apabila
masyarakat saling memiliki ketergantungan, saling membutuhkan, saling kerjasama
dalam bidang ekonomi, maka mereka akan bersatu. Namun jika ada yang menguasai
suatu usaha atau kepemilikan maka yang lain akan merasa dirugikan dan dapat
menimbulkan perseteruan.
4. Sutrisno (1997) menegaskan; perbedaan doktrin keagamaan yang kemudian
berkembang rasa kebencian antar umat beragama menjadi sebab utama dari
munculnya konflik.
5. A Nian (1986) menegaskan; agama dapat membentengi manusia dari pengaruh
negatif transformasi nilai sosial budaya yang semakin kuat dan kompleks di masa
depan. Sementara itu, R. Strothmann dalam B.J. Brifl (1961) menegaskan; Islam di
samping sistem agama telah pula merupakan sistem politik, dan Nabi Muhammad di
samping Rasul telah pula menjadi seorang ahli negara.
6. Sidney Hook (1987) menegaskan; Islam mengakui bahwa masyarakat merupakan
bagian dari tujuan-tujuan, tujuan menjadi mahluk. Isiam percaya bahwa individu
merupakan tujuan dalam dirinya, dan negara merupakan sarana untuk mencapai
tujuan itu.
BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Urgensi Integritas Nasional bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara

Urgensi pencapaian tujuan negara Indonesia tercantum didalam pembukaan UUD 1945
pada alinea ke-4 yang dimana dibuat oleh BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan
Indonesia) pada tanggal 10-16 Juli 1945 pada saat sidang kedua, sedangkan untuk UUD 1945
sendiri disahkan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 18
Agustus 1945. Isi dari pembukaan UUD 1945 pada alinea ke-4 yang menjadi tujuan negara
tersebut, yaitu :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.

Namun, dalam penerapan tujuan negara tersebut, seperti yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 pada alinea ke-4, apakah sudah tercapainya tujuan secara
keseluruhan? Atau bahkan belum sama sekali? Berikut adalah pembahasan poin awal tentang
perlindungan warga Indonesia.

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.


Penerapan Hak Asasi Manusia (HAM) sangat dibutuhkan. Dijelaskan dalam UU No.39
Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1, bahwasanya ; “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerahNya yang wajib dihprmati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia”.

Perlindungan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan


per.lin.dung.an yang berarti (1) tempat berlindung; (2) hal (perbuatan dan sebagainya)
memperlindungi, dalam kaitannya dengan tujuan nasional perlindungan berarti menjaga
keselamatan, hak dan kesejahteraan warga Indonesia. Dalam menjaga poin tersebut ada
beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai berikut :
1. Memakai produk dalam negeri
2. Menghargai jasa para pahlawan
3. Mengikuti wajib militer
4. Menghargai perbedaan
5. Mempertahankan keutuhan wilayah NKRI
6. Memberikan kepastian dan perlindungan hukum terhadap semua warga negara tanpa
diskriminatif.

Implementasi atau penerapan poin satu tujuan nasional yang telah disebutkan diatas
namun sesungguhnya Indonesia masih harus membenah diri dalam penerapan “melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”, khususnya tentang Hak
Asasi Manusia. Salah satu penyebabnya adalah indonesia sendiri masih belum bisa
melindungi keseluruhan warga negara Indonesia. Seperti misalnya di Singapura, pelarangan
merayakan Idul Fitri di Tolikara Papua Juli 2015 sebelumnya, dan lain sebagainya . oleh
karena itu, pemerintah harus lebih meningkatkan lagi penerapan poin ini, terutama Hak Asasi
Manusia, agar seluruh warga negara Indonesia dapat melindungi secara keseluruhan serta
penerapan keadilan dalam menjalankan Hak Asasi Manusia.

III.2 Urgensi pencapaian tujuan nasional bagi bangsa Indonesia

Intergrasi nasional merupakan salah satu cara untuk menyatukan berbagai macam
perbedaan yang ada di Indonesia,dimana salah satu contohnya yaitu antara pemerintah
dengan wilayahnya. Integrasi itu sendiri dapat dikatakan sebagai suatu langkah yang baik
untuk menyatukan sesuatu yang semula terpisah menjadi suatu keutuhan yang baik bagi
bangsa Indonesia, misal menyatukan berbagai macam suku dan budaya yang ada serta
menyatukan berbagai macam agama di Indonesia.

Masyarakat yang terintegrasi dengan baik adalah harapan bagi setiap negara, salah
satunya Indonesia. Sebab masyarakat yang terintegrasi dapat mencapai tujuan yang ada di
Indonesia. Integrasi masyarakat tidak sepenuhnya dapat diwujudkan, karena setiap
masyarakat dapat melakukan suatu tindakan atau konflik bagi negaranya. Hal tersebut dapat
terjadi dikarenakan belum terupaya dengan baik untuk mengintegrasikan masyarakat. Seperti
halnya pada era reformasi tahun 1998, berbagai macam perbedaan suku,budaya dan agama
bahkan kepentingan pribadi membuat Indonesia tidak dapat mencapai tujuannya sehingga
dengan adanya integrasi usaha untuk menyatukan berbagai macam perbedaan dapat
dilakukan.

Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku, budaya dan agama. Oleh sebab
itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat Indonesia
lebih memilih untuk suatu yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya integrasi tidak
terwujud. Masyarakat Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi yang ternyata tidak
baik bagi masyarakat Indonesia. Selain pengaruh globalisasi, masyarakat Indonesia bertindak
atas wewenang sendiri maupun kelompok sehingga konflik terjadi dimana-mana seperti
pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat ibadah dan lain sebagainya. Konflik
tersebutlah yang membuat integrasi nasional susah diwujudkan. Upaya integrasi terus
dilakukan agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang mana disebutkan dalam semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap harus
diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai tujuannya.
Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di Indonesia, masyarakat
Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga tidak terjadi konflik yang
berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia.

Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyrakat Indonesia


dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau dapat dikatakan
negara yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional sangat penting untuk
diwujudkan karena integrasi nasional merupakan suatu cara yang dapat menyatukan berbagai
macam perbedaan yang ada di Indonesia.

III.3 Telaan Integrasi Nasional bangsa Indonesia dari sudut pandang agama dalam
Kehidupan berbangsa dan bernegara

A. Kekuatan/Potensi/Strongth

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperkuat integrasi nasional baik oleh negara ,
pemerintah, anggota masyarakat maupun pemuka agama. Upaya yang sangat penting
dilakukan rumusan ideologi pancasila yang lebih terbuka, sehingga penafsiran pancasila tak
akan disakralkan seperti pada masa lalu. Paradigma baru ini hendaknya mengarah pada
pemahaman ideologi yang rasional dan modern tetapi tetap dalam kerangka filosofi dan
konteks masyarakat indonesia yang notabene religius dan plural.

Dalam konteks penguatan integrasi nasional inilah agama dapat memberikan kontribusi
yang positif dalam revitalisasi ideologi pancasila. Hal ini berarti bahwa agama semestinya
menjadi faktor integratif (pemersatu) dan bukan sebaliknya sebagai faktor disintegratif
(pemecah belah )bangsa. Dan fungsi ini nilai-nilai agama dan pancasila menjadi modal sosial
bagi harmoni dan integrasi bangsa. Dan untuk mewujudkan fungsi ini diperlukan pemahaman
keagamaan yang moderat dengan memperhatikan kondis obyek masyarakat indonesia yang
multi-etnik, multi-agama dan multi-kultural. Pemahaman semacam ini akan menjelma
menjadi sikap keberagaman yang moderat dan toleran terhadap kemajemukan, bukan sikap
keberagaman yang berwatak absolutis dan radikal.

Sejalan dengan hal ini diperlukan upaya upaya counter (kontra) radikalisme secara terus
menerus, baik melalui pendekatan keamanan dan hukum maupun pendekatan agama
(teologis) pendekatan keamanan atau hukum saja tidak cukup terutama bagi radikalisme
ideologis karena para pelakunya justru merasa bangga dikenakan hukuman dan menganggap
diri mereka sebagai pahlawan. Disamping kontra radikalisme, upaya upaya deradikalisasi
tetap perlu dilakukan, terutama kepada mereka yang sudah memiliki faham radikalisme ini
terkait dengan berbagai faktor, baik faktor agama, politik maupun sosial dan ekonomi, maka
upaya upaya deradikalisasi ini semestinya juga mencakup faktor faktor ini.
B. Kelemahan/Weakness

Kelemahan pada integrasi yang terjadi di Indonesia yaitu sering terjadinya konflik yang
berlatarbelakang keagamaan. Konflik keagamaan sering terjadi dalam intensitas yang sangat
tinggi. Oleh karena itu agama merupakan sesuatu hal yang sifatnya sangat sensitif.
Ketersinggungan yang bernuansa keagamaan sering memunculkan pertentangan yang
meruncing yang disertai dengan tindak kekerasan diantara kelompok penganut suatu agama
dan kelompok penganut agama lainnya. Konflik dengan intensitas yang demikian tinggi
disebabkan karena masalah yang bernuansa keagamaan sangat mudah membangkitkan
solidaritas dikalangan sesama pemeluk agama untuk melibatkan diri kedalam konflik yang
sedang berlangsung, dengan suatu keyakinan bahwa perang ataupun konflik membela agama
adalah perjuangan yang suci. Disinilah pentingnya integrasi yang konstruktif dimana
integrasi menghasilkan kontribusi baru atau bahkan integrasi diperlukan untuk menghindari
dampak negatif.

C. Peluang/Opportunities

Perbedaan yang terdapat pada bangsa Indonesia harus diapresiasi dan dihargai sebagai
entitas kehidupan yang saling melengkapi. Penghormatan terhadap perbedaan ini penting
mmngingat seringkali terjadinya perpecahan karena perbedaan tersebut. Agama, suku,
bahasa, budaya dan keanekaragaman lainnya terkadang menjadi pemicu pertikaian karena
satu sama lain tidak memiliki sikap empati. Egosentrisme mengalahkan semangat toleransi
sehingga perbedaan yang semestinya menjadi peluang, justru malah menjadi hambatan.

Salah satu diantara momen yang bisa menyulut perpecahan karena perbedaan adalah
dinamika politik. Sentimen SARA kadang dimainkan untuk saling berburu posisi dan jabatan.
Kondisi semacam ini jelas bisa mengancam kebhinekaan Indonesia. KH. Ahmad Ishomuddin
menegaskan bahwa agama bukan menjadi syarat mutlak bagi seseorang untuk maju dalam
konstestasi politik. Yang terpenting bukan apa agamanya, tetapi bagaimana kredibilitasnya
dalam berdemokrasi.

D. Ancaman/Threat

Ancaman integrasi nasional dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, politik dan ideologi
menurut pandangan agama, yaitu :

1. Ancaman Integrasi Nasional dalam Bidang Ideologi.

Ancaman di Bidang Ideologi merupakan ancaman yang dinilai mempunyai kemampuan


yang membahayakan pemikiran masyarakat suatu negara sehingga akan mengancam terhadap
dasar falsafah Negara yaitu Pancasila.

Contohnya :

 Ideologi Komunisme,
 Ideologi leninisme,
 Ideologi marxisme, dan
 Ideologi neoliberalisme

2. Ancaman Integrasi Nasional dalam Bidang Politik.

Ancaman di Bidang Politik merupakan ancaman berupa setiap usaha dan kegiatan baik
dalam negeri maupun luar negeri yang dikategorikan sebagai hal yang membahayakan dan
memecah belah persatuan dengan mengatas namakan politik.

Contohnya :

 Politik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan),


 Politik Uang (Money Politics),
 Politik Oligarki,
 Intervensi dari negara asing,
 Intimidasi dari negara luar.

3. Ancaman Integrasi Nasional dalam Bidang Ekonomi.

Ancaman di Bidang Ekonomi merupakan setiap usaha dan kegiatan baik itu yang berasal
dari luar maupun dalam negeri yang dinilai mengancam dan membahayakan keamanan
finansial.

4. Ancaman Integrasi Nasional dalam Bidang Sosial.

Ancaman di Bidang Sosial merupakan ancaman yang berasal dari masyarakat dimana
sekelompok orang membentuk sistem semi tertutup/terbuka dimana sebagian besar
berinteraksi antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.

Contohnya :

 Kemiskinan Absolut,
 Terorisme,
 Separatisme,
 Perang,
 Kemiskinan,
 Kebodohan,
 Keterbelakangan,
 Kekerasan, dsb.
5. Ancaman Integrasi Nasional dalam Bidang Budaya.

Ancaman di Bidang Budaya merupakan setiap usaha untuk mengembangkan budaya-


budaya yang menyimpang serta diwariskan ke para penerus generasi sehingga mengalami
penyimpangan kebudayaan baik dari segi adat istiadat, bahasa, kebiasaan, pakaian, bangunan,
dsb.

Contohnya :

 Munculnya gaya hidup konsumtif yang selalu mengkonsumsi barang barang dari luar
negeri.
 Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri serta
memandang orang lain tidak ada dan tidak bermakna.
 Semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian, dan
kesetiakawanan sosial.
 Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi kepada
budaya barat tanpa diseleksi terlebih dahulu, seperti meniru model pakaian yang biasa
dipakai orang-orang barat yang sebenarnya bertentangan dengan nilai dan norma-
norma yang berlaku, misalnya memakai rok mini, lelaki memakai anting-anting, dan
sebagainya.
 Munculnya sifat hedonisme yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu nilai
hidup tertinggi.
 Semakin lunturnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.
 Merebaknya kasus dan paham LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender)
 Pengklaiman budaya Indonesia oleh negara lain, dsb.

serta pertumbuhan ekonomi nasional bangsa indonesia.

Contohnya :

 Inflasi,
 Pengangguran,
 Infranstruktur yang tidak memadai
 Sistem ekonomi yang tidak jelas.
 Daya saing rendah,
 Ketidaksiapan menghadapi globalisasi
 Ketergantungan pada pihak asing.

AMAN TERHADAP KERAGAMAN BERAGAMA

Dibawah ini adalah pasal-pasal di UUD’45 tentang keragaman beragama:

Bab XA Pasal 28E:


 Ayat (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
 Ayat (2) Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
 Ayat (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
 Ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.

Oleh karena itu barangsiapa melakukan kekerasan apalagi pembunuhan dengan alasan
agama, orang-orang tersebut adalah:

 Tidak menghargai dasar negara, yaitu Pancasila, bahkan tidak mau tahu ideologi
Pancasila dan ada kemungkinan ingin mengganti dengan ideologi berbasis agama.
 Tidak menghargai UUD’45, cenderung tidak menghargai hukum yang berlaku di
NKRI, ada kemungkinan mereka ingin mendirikan negara berbasis agama.
 Setelah tidak berhasil menggunakan teror bom, maupun teror milisi bersenjata, ada
kecenderungan Islam radikal yang sudah pasti tujuannya ingin mendirikan Negara
Islam menggunakan strategi melakukan teror bermotif perbedaan keragaman agama.

Solusinya:

 Bubarkan ormas dan organisasi Islam radikal yang meresahkan masyarakat, terutama
yang berbasis di Jakarta dan beberapa pesantren yang berbasis di Jawa Tengah.
 Bubarkan apapun yang bernama laskar (ini adalah bentuk mobilisasi militer
masyarakat sipil). Indonesia maupun umat Islam di Indonesia tidak dalam keadaan
perang saat ini. cukup ketertiban dan keamanan diserahkan pada pihak yang berwajib:
kepolisian maupun militer.
 Pemerintah harus konsisten dalam penerapan hukum terhadap pelaku kekerasan dan
premanime. Setiap pembiaran terhadap kekerasan bermotif agama hanya akan
merugikan pemerintah sendiri yang bisa memperluas gerakan Islam radikal yang sama
saja pemerintah membiarkan mereka menyusun kekuatan untuk mendirikan negara
Islam. Ini adalah salah satu akibat dari ketidak tegasan penegakan hukum di Indonesia
ataupun masih merajalelalnya mafia hukum.

Perlu diwaspadai:

 Jangan sampai kebebasan di alam demokrasi disalah gunakan bagi penganut Islam
radikal untuk menyusun kekuatan dalam rangka mendirikan Negara Islam. Dasar
NKRI adalah Pancasila. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Politisi lebih cenderung memutarbalikkan fakta untuk kepentingannya sendiri. Jangan
tercebak akrobat politik yang minta dibubarkan justru pihak yang didholimi. Siapa
melakukan kekerasan kepada siapa? Ada politisi maupun orang-orang dalam
pemerintahan (mungkin juga di kepolisian) yang cenderung mendukung berdirinya
Negara Islam.
III. Strategi memantapkan integrasi nasional bangsa Indonesia dari sudut pandang
agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan
nasional.

Strategi yang akan menuju integrasi indonesia menurut pandangan terutama agama islam
adalah dengan mengembangkan iptek mengapa karna iptek sangat berpengaruh
penting.tujuan adalah mendorong peningkatan ilmu pengetahuan (iptek) dan Inovasi untuk
menciptakan produktivitas kegiatan perekonomian. Diperlukan peningkatkan investasi dalam
Research and Development (R&D) baik dari pemerintah maupun swasta. Beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi oleh kalangan Islam apabila berkehendak untuk
membangkitkan kembali IPTEK di dunia Islam.

1. Pertama, kita harus menyadari dan memahami kembali bahwa tugas kekhalifahan
tidak lain adalah memakmurkan bumi dan berupaya menciptakan bayang-bayang
syurga di bumi. Alat untuk mengemban tugas tersebut adalah IPTEK.
2. Kedua, kita harus mampu menangkap pesan-pesan yang terkandung dalam wahyu
yang pertama kali turun. Jika diperhatikan kata iqra’ (baca), maka kita akan dapati
bahwa tidak ada obyek khusus yang harus di baca, tetapi obyeknya bersifat umum,
meliputi segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh kata tersebut, yaitu alam semesta,
masyarakat dan manusia itu sendiri.
3. Ketiga, kalangan Islam harus menyadari dan memahami bahwa hampir seperdelapan
ayat-ayat Al-Qur’an sebenarnya kita ditegur, agar kalangan Islam senantiasa
mempelajari alam semesta, untuk berfikir dengan menggunakan penalaran yang
sebaik-baiknya, untuk menjadikan kegiatan ilmiah sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan umat Islam.
4. Keempat, kita harus ingat sabda Nab Muhammad SAW : “ Sesungguhnya orang yang
berilmu adalah pewaris Nabi” , kalimat tersebut mempunyai dua sisi yang merupakan
satu kesatuan. Sisi pertama, memang orang berilmulah yang berhak disebut sebagai
pewaris Nabi, dan sisi kedua, orang-orang yang mewarisi akhlak Nabilah yang layak
disebut sebagai pewaris Nabi. Dengan demikian orang memiliki ilmu dan berakhlakul
karimah Nabi yang layak disebut pewaris Nabi dalam segala bidang ilmu apapun yang
ditekuninya.
5. Kelima, kita harus menyadari dan memahami bahwa Al-Qur’an QS Az Zumar ayat
9 menekankan bahwa apakah sama orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dengan
orang-orang yang tidak berpengetahuan. Ayat di atas merupakan sindiran
untuk menyadarkan kalangan Islam agar mempunyai kesadaran ilmiah.
6. Keenam, Para penguasa (pengambil keputusan) hendaknya menyadari dan memahami
bahwa kedudukan mereka sangat startegis dalam menumbuhkan suasan kehidupan
ilmiah, karena tumbuh suburnya IPTEK ergantung pada kebijakan-kebijakan yang
dilahirkan.
7. Ketujuh, para konglongmerat muslim seharusnya bersatu dalam suatu wadah untuk
membiayai proyek atau program-program yang berkenaan dengan pengembangan
IPTEK.
8. Kedelapan, para pengasuh pondok pesantren mulai membuka diri pada IPTEK,
dengan memasukkan IPTEK pada kurikulum dan kegiatannya, tanpa menggeser
agama.

Dari delapan syarat di atas, merupakan faktor penting bagi kebangkitan IPTEK di kalangan
Islam.
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan yang


ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Integrasi nasional sangat penting untuk diwujudkan karena integrasi nasional merupakan
suatu cara yang dapat menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia. Agama
merupakan salah satu faktor yang mendukung integrasi Indonesia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

IV.2 Saran

Integrasi nasional sangat diperlukan oleh negara Indonesia karena dari integrasi
nasional dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada di Indonesia, sehingga tidak
adanya konflik perpecahan yang terjadi dikarenakan perbedaan semata. Walaupun Indonesia
ini berbeda-beda suku, ras, agama dan budaya, tetapi Indonesia adalah negara yang
mempunyai satu tujuan untuk memakmurkan negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Alford, R.R. 1970. Religion and Politics. Dalam Roland Robertson (Eds). Sociology of
Religion: Selected Readings. Canada: Penguin Books.
Bahar, S.1996. Integrasi Nasional. Teori Masalah dan Strategi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Durkheim, Emile.1965. The ElementaryFro of The Religius Life. New York: The Free Press.
Hook, Sidney. 1987. Hak Azasi Manusia dalam Islam. Jakarta: Obor Indonesia.
Kurana, S. 2010. National Integration: Complete information on the meaning, features, and
promotion of national integration in India.
Nottingham, Elizabeth K. 1954. Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosiologi Agama.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sanderson, Stephen K. 1993. Sosiologi Makro: Suatu Pendekatan Terhadap Realitas Sosial.
Jakarta: Rajawali Press.
Surbakti, Ramlan.2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.
Usman, Sunyoto. 1998. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Вам также может понравиться