Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tinjauan Teori
1. Definsi lansia
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Seseorang dikatakan lanjut
usia ketika berumur diatas 56 tahun, tidak mempunyai penghasilan dan tidak
berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-
hari (Priyanto, 2012).
Menurut World Health Organisation (WHO) lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikatagorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebutAging Process atau Proses Penuaan.
1
l. Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi penyakit diri
dan pasangan hidup dan kematian pasangan hidup dan orang yang
disayangi; menyesuaikan diri dengan orang yang disayangi
m. Membangun filosofi hidup yang bermakna dan menemukan kenyamanan
dalam filosofi atau agama.
4. Teori Penuaan
a. Teori Biologis (Suprajitno, 2014).
1) Teori radikal bebas
Radikal bebas adalah produk metabolism seluler yang
merupakan bagian molekul yang sangat aktif. Molekul ini memiliki
muatan ekstraseluler kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan
protein, mengubah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat
bereaksi dengan lipid yang berada dalam membrane sel,
mempengaruhi permeabilitas, atau dapat berkaitan dengan organel sel.
2
2) Teori cross-link
Teori cross-link ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan
elastic, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama
meningkatkan rigiditas sel, cross – linkage diperkirakan akibat reaksi
kimia yang menimbulkan senyawa antara molekul-molekul yang
normal terpisah. Kulit yang menua merupakan contoh cross- linkage
jaringa ikat terikat usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang
dinding arteri, tanggalnya gigi, dan tendon kering dan berserat (Potter
& Perry, 2010).
3) Teori Imunologis
Mekanisme seluler tidak teratur diperkirakan menyebabkan
serangan pada jaringan tubuhh melalui autoagrasi atau imunodefisiensi
(penurunan imun). Tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan
protein sendiri dengan protein asing, sistem imun menyerang dan
menghancurkan jaringan sendiri pada kecepatan yang meningkatkan
secara bertahap.
Dengan bertambahnya usia kemampuan sistem imun untuk
menghancurkan bakteri, virus, dan jamur melemah, bahkan sistem ini
mungkin tidak tahan terhdap serangannya sehingga sel mutasi
terbentuk beberapa kali. Disfungsi sistem imun ini dioerkirakan
menjadi faktor dalam perkembangan penyakit kronis seperti kanker,
diabetes dan penyakit kardiovaskuler, serta infeksi (Potter & Perry,
2010).
3
c) Disengangement adalah instrinsik dan tidak dapat diletakkan secara
biologis dan psikologis
d) Disengangement bermanfaat baik bagi lanjut usia dan masyarakat
(Potter & Perry, 2010).
c. Teori aktivitas
Lanjut usia dengan keterlibatan sosial yang lebih besar memiliki
semnagat dan kepuasaan hidup yang tinggi, penyesuaian kesehatan
mental yang lebihh positif dari pada lansia yang kurang terlibat secara
sosial (Potter & Perry, 2010).
4
Permasalahan dari aspek psikologis, Menurut Martono (2011),
beberapa masalah psikologis lansia antara lain :
1) Kesepian, yang mengalami oleh lansia pada saat meninggalnya
pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama gangguan pada
pendengaran.
2) Duka cita, dimana pada priode duka cita ini merupakan periode yang
sangat rawan bagi lansia. Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat,
atau bahkan hewan kesayangan bias meruntuhkan ketahanan jiwwa
yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya menicu
terjadinya ganguan fisik dan ksesehatannya
3) Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi
dan kemampuan beradaptasi sudah menurun
4) Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia,
gangguan panic, gangguan cemas umum. Pada lansia gangguan cemas
merupakan kelanjutandari dewasa muda dan biasanya berhubungan
dengan skunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat,
atau gejala penghentian mendadak suatu obat.
5) Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bias terjadi
pada lansia, baik sebagai kelnjutann keadaan dari dewasa muda atau
yang timbul pada lansia.
5
6. Pathway Proses Menua
Proses Menua
Usia 25-35 Penurunan hormon Usia 35-45 Usia 45 produksi hormone sudah
(testosteron, growt hormon, Penurunan hormon 25 berkurang hingga akhirnya
estrogen) % berhenti
Peningkatan radikal
bebas
Kerusakan sel-seDNA
(sel-sel tubuh)
Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)
6
7. Perubahan sistem pada lansia
Adapun erubahan-perubahan yang terjadi pada lajut usia (Maryam
Siti, 2015) :
a. Perubahan fisik
1) Sel
Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan terganggunya mekanisme perbaikan sel.
2) Sistem persarafan
Lambat dalam merespon dan lambat mencerna saat berinteraksi,
mudah lupa akan sesuatu yang akan dikerjakan, kurang sensitifitas
terhadap sentuhan.
3) Gangguan pada pendengaran
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam
terutama pada bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, pendengaran bertambah
menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau
stress.
4) Sistem penglihatan
Hilangnya respon terhadap sinar kornea lebih terbentuk sfesis (bola),
lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak
menyebabkan gangguan penglihatan, hilangnya daya akomodasi.
5) Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dindingan aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah naik bisa
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah yang sering
dialami oleh lanjut usia.
6) Sistem respirasi
Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia pada lanjut usia.
7
7) Sistem gastrointestinal
Kesehatan gigi yang buruk dan indra pengecapan menurun adanya
iritasi yang kronis dari selaput lender, hilangnya sensitifitas dari dari
syaraf pengecapan, rasa lapar menurun.
8) Sistem reproduksi
Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara, pada laki-laki testis
masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.
9) Sistem integument
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik, kulit kepala dan rambut menipis,
rambut berwarna kelabu.
10) Sistem musculoskeletal
Lanjut usia yang melakukan aktifitas seccara teratur tidak kehilangan
massa atau tonus otot dan tulang sebanyak lanjut usia yang tidak
aktif. Serat otot berkurang ukurannya dan kekuatan otot berkurang
sebanding penurunan massa otot, penurunan massa dan kekuatan
otot.
b. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu
perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan.
Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam-
jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan), dan
kenangan jangka pendek atau seketika (0-10menit, kenangan buruk). I.Q.
(Intellegentian Quantion) tidak berubah dengan informasi matematika
dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan
ketrampilan psikomotor (terjadinya perubahan pada daya membayangkan
karena tekanan–tekanan dari faktor waktu).
Semua organpada proses menua akan mengalami perubahan
structural dan fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan
8
karena fungsi neuron diotak secara progresif. Kehilangan fungsi ini
akibat menurunnya aliran darah ke otak, lapisan otak terlihat berkabut
dan metabolism di otak lambat. Selanjutnya sangat sedikit yang di
ketahui tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif pada
lanjut usia. Perubahan kognitif yang di alami lanjut usia adalah demensia,
dan delirium.
c. Perubahan psikolog
Lanjut usia akan mengalami perubahan–perubahan psikososial
seperti
1) Merasakan atau sadar akan kematian (sence of awareness of
mortality)
2) Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah
perawatan, bergerak lebih sempit.
3) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic derivation)
meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit,
bertambahnya biaya pengobatan.
4) Penyakit kronis dan ketidak mampuan.
5) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
6) Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan gizi akibat kehilangan penghasila atau jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman
teman dan famili serta pasangan.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri.
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Stanley dan Patricia, 2011 Pemeriksaan laboatorium rutin
yang perlu diperiksa pada klien lansia untuk mendeteki dini gangguan
kesehatan yang sering dijumpai pada klien lansia yang belum diketahui
adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit degeneratif) yaitu :
9
a. Pemerikasaan hematologi rutin
b. Urin rutin
c. Glukosa
d. Profil lipid
e. Alkalin pospat
f. Fungsi hati
g. Fungsi ginjal
h. Fungsi tiroid
i. Pemeriksaan feses rutin
10
Kuku Penurunan laju pertumbuhan
Kepala Tulang nasal, wajah
menajam, & angular
Mata Penurunan ketajaman
penglihatan, akomodasi,
adaptasi dalam gelap,
sensivitas terhadpa cahaya
Kepala dan telinga Penurunan menbedakan nada,
leher berkurangnya reflek ringan,
pendengaran kurang
Mulut, faring Penurunan pengecapan, aropi
papilla ujung lateral lidah
leher Kelenjar tiroid nodular
Peningkatan diameter antero-
posterior, peningkatan rigitas
Thoraxs & dada, peningkatan RR dengan
paru-paru penurunan ekspansi paru,
peningkatan resistensi jalan
nafas
Peningkatan sistolik,
Sistem perubahan DJJ saat istirahat,
kadiovaskuler nadi perifer mudah dipalpasi,
ekstremitas bawah dingin
Berkurangnnya jaringan
Payudara payudara, kondisi
menggantung dan mengendur
Penurunan sekresi keljar
Sistem saliva, peristatik, enzim
pencernaan digestif, konstppasi
wanita Penurunan estrogen, ukuran
Sistem uterus, atropi vagina
reproduksi pria Penurunan testosteron,
11
jumlah sperma, testis
Penurunan filtrasi renal,
Sistem nokturia, penurunan kapasitas
perkemihan kandung kemih,
inkontenensia
wanita Inkontenensia urgensi &
stress, penurunan tonus otot
perineal
pria Sering berkemih & retensi
urine.
Penurunan masa & kekuatan
otot, demineralisasi tulang,
Sistem pemendekan fosa karena
muskoloskeletal penyempitan rongga
intravertebral, penurunan
mobilitas sendi, rentang gerak
Penurunan laju reflek,
Sistem penurunan kemampuan
neurologi berespon terhadap stimulus
ganda, insomia, periode tidur
singkat
12
3) Tingkat Kemandirian Lansia
A : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
mandi, berpakaian dan mandi
B : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
satu dari fungsi tambahan
C : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi dan satu fungsi tambahan
D : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F : kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil
G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
4) Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral
pada seluruh tingkat kesehatan dan kesejahteraan lansia. Alat skrining
singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi social lansia
adalah APGAR Keluarga. Instrument disesuaikan untuk digunakan
pada klien yang mempunyai hubungan social lebih intim dengan
teman-temannya atau dengan keluarga. Nilai < 3 menandakan
disfungsi keluarga sangat tinggi, nilai 4 – 6 disfungsi keluarga sedang.
A : Adaptation
P : Partnership
G :Growth
A :Affection
R : Resolve
13
5) Keamanan Rumah
Perawat wajib mengobservasi lingkungan rumah lansia untuk
menjamin tidak adanya bahaya yang akan menempatkan lansia pada
resiko cidera. Faktor lingkungan yang harus diperhatikan :
a) Penerangan adekuat di tangga, jalan masuk & pada malam hari
b) Jalan bersih
c) Pengaturan dapur dan kamar mandi tepat
d) Alas kaki stabil dan anti slip
e) Kain anti licin atau keset
f) Pegangan kokoh pada tangga / kamar mandi
b. Perubahan Kognitif
Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul
akibat kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif.
Akan tetapi perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak
selama penuaan tidak mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi
secara nyata (ebersole &hess, 1994). Adapun Pengkajian status kognitif
bisa dilakukan dengan menggunakan :
2. SPMSQ (short portable mental status quetionnaire)
Digunakan untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual
terdiri dari 10 hal yang menilai orientasi, memori dalam hubungan
dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh dan kemam[uan
matematis.
3. MMSE (mini mental state exam)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi,
registrasi,perhatian dank kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.
Nilai kemungkinan paliong tinggi adalaha 30, dengan nialu 21 atau
kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan
penyelidikan leboh lanjut.
14
4. Inventaris Depresi Bec
Berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejal dan sikap yang
behubungan dengan depresi. Setiap hal direntang dengan
menggunakan skala 4 poin untuk menandakan intensitas gejala.
c. Perubahan psikososial
Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi
pada penuaan. Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa
perubahan biasa terjadi pada mayoritas lansia.
2. Diagnosa keperawatan
1. Aspek fisik atau biologis
a. ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak
mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi
makanan karena factor biologi.
b. gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan
kemampuan fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur
dan cemas.
c. inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan
neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet
melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu
mengontrol pengosongan.
d. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan
neuromuscular yang ditandai dengan : perubahan gaya berjalan, gerak
lambat, gerak menyebabkan tremor, usaha yang kuat untuk perubahan
gerak.
2. Aspek psikososial
a. Coping individu tidak efektif b.d percaya diri tidak adekuat dalam
kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari
karakteristik atau hubungan.
15
b. Ansietas b.d perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola
interaksi , fungsi peran, lingkungan, status ekonomi yang ditandai
dengan : Ekspresi yang mendalam dalam perubahan hidup, Mudah
tersinggung, Gangguan tidur
3. Aspek spiritual
a. distress spiritual b.d perubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau
orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan
social, kurang sosiokultural.
16
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan / kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 ketidakseimbangan nutrisi : NOC NIC
kurang dari kebutuhan Status Nutrisi Manajemen ketidakteraturan
tubuh b.d tidak mampu Setelah dilakukan tindakan makan (eating disorder
dalam memasukkan, keperawatan selama .... x ..... management)
memasukan, mencerna, jam diharapkan status nutrisi Aktivitas-aktivitas Aktivitas-aktivitas
mengabsorbsi makanan klien... dengan kriteria hasil : 1. Ajarkan dan kuatkan konsep 1. Memberi dukungan dan
karena faktor biologi. indikator A T nutrisi yang baik pada klien motivasi kepada klien
Yang ditandai dengan : Asupan gizi 1 5
1. peningkatan fekunensi nadi Asupan makanan 1 5 2. Kembangkan hubungan 2. Mempermudah proses
2. nafsu makan Energi 1 5 suportif dengan klien pelaksanaan intervensi
3. status nutrisi : energi Rasio berat badan 1 5
3. Dorong klien untuk 3. Agar klien bisa melakukan
Skala Indikator :
memonitor diri sendiri pemenuhan kebutuhan
1. Tidak Adekuat
terhadap asupan makanan secara mandiri
2. Sedikit Adekuat
dan kenaikan atau
3. Cukup Adekuat
pemeliharaan berat badan
4. Sebagian Besar Adekuat
5. Sepenuhnya Adekuat
4. Gunakan teknik modifikasi
4. Karena pada lansia terjadi
tingkah laku untuk
perubahan tingkah laku
meningkatkan berat badan
17
dan untuk menimimalkan
berat badan.
18
3 Inkontinensia urin NOC NIC
fungsional b.d keterbatasan Kontinensia urin Perawatan Inkontinensia Urin
neuromuscular. Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-aktivitas Aktivitas-aktivitas
yang ditandai dengan : keperawatan selama .... x ..... 1. Monitor eliminasi urin 1. Mengetahui jumlah output
1. waktu yang diperlukan ke jam diharapkan klien mampu... urin
toilet melebihi waktu untuk dengan kriteria hasil :
menahan pengosongan indikator A T 2. Bantu klien mengembangkan 2. Membantu merangasang
bladder Kontinensia urin 1 5 sensasi keinginan BAK. otot sistem perkemihan
2. tidak mampu mengontrol Respon BAK 1 5
pengosongan. Kontrol tepat urin 1 5 3. Modifikasi baju dan 3. Agar klien mudah BAK
Pengosongan badder 1 5 lingkungan untuk
dengan lengkap
memudahkan klien ke toilet.
Prediksi pengeluran 1 5
urin
Skala indikator 4. Instruksikan pasien untuk
4. Menjaga keseimbangan
1. tidak pernah menunjukkan mengonsumsi air minum
cairan
2. jarang menunjukkan sebanyak 1500 cc/hari.
3. kadang-kadang menunjukkan
4. sering menunjukkan
5. secara konsisten
menunjukkan
4 Hambatan mobilitas fisik NOC : Ambulasi NIC
b.d kerusakan Setelah dilakukan tindakan Latihan dengan Terapi
musculoskeletal dan keperawatan selama .... x ..... Gerakan (Exercise Therapy
neuromuscular. jam diharapkan klien mampu... Ambulation)
Yang ditandai dengan : dengan kriteria hasil :
19
1. Perubahan gaya berjalan indikator A T Aktivitas-aktivitas Aktivitas-aktivitas
2. Gerak lambat Memposisikan 1 5 1. Dorong untuk bergerak 1. Agar klien mampu
penampilan tubuh secara bebas namun masih melakukan proses
Ambulan : berjalan 1 5 dalam batas yang aman mobilisasi secara mandiri
Menggerakkan otot 1 5
2. Gunakan alat bantu untuk
Menyambung gerakan 1 5
bergerak, jika tidak kuat 2. Memudahkan proses
Skala indikator
untuk berdiri (mudah mobilisasi klien
1. Sangat terganggu
goyah/tidak kokoh)
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
3. Kosultasi kepada pemberi
4. Sedikit terganggu
terapi fisik mengenai rencana 3. Membantu memulihan
5. Tidak terganggu
gerakan yang sesuai dengan fungsi otot
kebutuhan
5 Coping individu tidak NOC NIC
efektif b.d percaya diri tidak Koping Coping Enhancement
adekuat dalam kemampuan Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-aktivitas Aktivitas-aktivitas
koping, dukungan social keperawatan selama .... x ..... 1. Dorong aktifitas sosial dan 1. Membantu peningkatan
tidak adekuat yang dibentuk jam diharapkan klien mampu... komunitas koping
dari karakteristik atau dengan kriteria hasil :
hubungan. indikator A T 2. Dorong pasien untuk 2. Agar klien bisa
Yang ditandai dengan: Mengidentifikasi pola 1 5 mengembangkan hubungan bersosialisasi
1. Putus asa koping efektif
2. Sering menyendiri Mengidentifikasi pola 1 5 3. Dorong berhubungan dengan 3. Mempunyai teman untuk
koping tidak efektif
seseorang yang memiliki bercerita
Melaporkan 1 5
tujuan dan ketertarikan yang
20
penurunan stres sama
Kontrol perasaan 1 5
Menggunakan 1 5
dukungan sosial 4. Dukung pasein untuk 4. Agar koping menjadi
Skala indikator menguunakan mekanisme efektif
1. tidak pernah menunjukkan pertahanan yang sesuai.
2. jarang menunjukkan
3. kadang-kadang menunjukkan 5. Kenalkan pasien kepada 5. Agar klien mempunyai
4. sering menunjukkan seseorang yang mempunyai teman bercerita
5. secara konsisten latar belakang pengalaman
menunjukkan yang sama.
6 distress spiritual b.d NOC NIC
perubahan hidup, kematian penerimaan status kesehatan Penanaman harapan (hope
atau sekarat diri atau orang Setelah dilakukan tindakan instillation)
lain, cemas, mengasingkan keperawatan selama .... x ..... Aktivitas-aktivitas Aktivitas-aktivitas
diri, kesendirian atau jam diharapkan klien mampu... 1. Pengkaji pasian atau keluarga 1. Mengidentifikasi
pengasingan social, kurang dengan kriteria hasil : untuk mengidentifikasi area perubahan koping
sosiokultural. indikator A T pengharapan dalam hidup
Yang ditandai dengan : Mengekspresikan 1 5
1. Menyendiri oerientasi positif 2. Melibatkan pasien secara 2. Meningkatkan koping
2. Putus asa Mengekspresikan arti 1 5 aktif dalam perawatan diri
kehidupan
3. Murung
Mengekspresikan 1 5
pikiran optimis 3. Mengajarkan keluarga 3. Membantu koping klien
Mengekspresikan rasa 1 5 tentang aspek positif agar tetap positif
pengharapan
21
percaya diri
Skala indikator
1. Tidak pernah dilakukan 4. Membantu pengembalian
4. Memberikan kesempatan
2. jarang dilakukan koping efektif
pasien atau keluarga terlibat
3. kadang-kadang dilakukan
dalam support group.
4. sering dilakukan
5. dilakukan secara konsisten 5. Agar koping menjadi
5. Mengembangkan mekanisme
efektif
paran koping pasien
22