Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PNEUMOTHORAKS
DOSEN PEMBIMBING :WIWIEK RETTI A, M.Kep
NAMA KELOMPOK4 :
DEWI FITRIANI (201601013)
DIAN UMMY FRASTIKA (201601016)
DIKI IRVANDA N. A. (201601017)
DISA WALIYATUL F. (201601020)
ENDAH APRILIANI (201601021)
EVA ARISMAWATI (201601022)
HELMI RIA ASTUTI (201601027)
MAHMUD ALWI (201601035)
MELYNA SEPTIYANI (201601041)
MOCH. REVIANSYAH YS. (201601042)
NOVIAN ADY SAPUTRA (201601047)
WIDIA AZMI ULIN NUHA (201601061)
KELAS II A
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
JL.CiptomangunkusumoNo.82 A Ponorogo
Tahun Ajaran 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “PNEUMOTHORAKS “.Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas individu mata kuliah Keperawatan Kritis.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Dosen mata kuliah Keperawatan kritis yakni Ibu wiwiek retri A, S.Kep.
M.Kep yang telah banyak meluangkan waktu guna memberikan
bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan baik secara
moril maupun materil selama proses pembuatan makalah ini.
3. Teman-teman mahasiswa tingkat 2A Program Studi DIII Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Ponorogo angkatan 2016/2017 yang selalu
memberikan dukungan dan saran serta berbagi ilmu pengetahuan demi
tersusunnya makalah ini.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki
banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik
penulisannya.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini.Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................8
1.1 Latar belakang..........................................................................................................8
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................8
1.3 Tujuan makalah........................................................................................................9
1.4 Manfaat....................................................................................................................9
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................10
2.1 Definisi...................................................................................................................10
2.2 Etiologi...................................................................................................................11
2.3 Epidermologi..........................................................................................................11
2.4 Komplikasi Pneumothoraks....................................................................................12
2.5 Patofisiologi...........................................................................................................13
2.6 Manifestasi Klinis..................................................................................................16
2.7 Pemeriksaan penunjang..........................................................................................18
2.8 Penatalaksanaan.....................................................................................................14
2.8.1 Farmakologi....................................................................................................14
2.8.2 Non Farmakologis...........................................................................................19
2.9 Konsep dasar asuhan keperawatan.........................................................................21
BAB III PENUTUP........................................................................................................29
3.1 Kesimpulan............................................................................................................29
3.2 Saran......................................................................................................................29
Bibliography....................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................30
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Apa saja komplikasi dari pneuumothoraks?
5. Bagaimana patofisiologi dari pneumothoraks?
6. Apa saja manifestasi klinis pneumothoraks?
7. Tindakan pemeriksaan apa saja untuk mengetahui pneumothoraks?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien pneumothoraks?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pneumothoraks?
1.3 Tujuan makalah
1.4 Manfaat
1. Praktis
Menambah wacana dan informasi kepada pembaca tentang penyakit
pneumothoraks pada kepearawatan kritis.
2. Teoritis
Dapat mengetahui pencegahan dan penyembuhan dalam penyakit
pneumothoraks pada pasien di keperawatan kritis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
3
Perbedaan pneumothoraks dengan hemathoraks, hemotoraks adalah
pengumpulan darah dalam ruang potensial antara pleura visceral dan
parietal.Etiologi Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam pada
dada, yang mengakibatkan robeknya membran serosa pada dinding dada bagian
dalam atau selaput pembungkus paru. Robekan ini akan mengaikibatkan darah
mengalir ke dalam rongga pleura, yang akan menyebabkan penekanan pada paru.
2.2 Etiologi
Etiologi menurut Amin huda nurarif & Hardhi kusuma, 2015 antara lain :
1. Infeksi saluran nafas
2. Adanya repture ‘bleb’ pleura
3. Traumatic misalnya pada luka tusuk
4. Acute lung injery yang disebabkan materi fisik yang terinhalasi dan
bahan kimia
5. Penyakit inflamasi akut dan kronis (penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK)) , TB paru, vibrosis paru, abses paru, kanker dan tumor
metastase ke pleura.
Menurut Taqiyyah Bararah & Mohammad Jauhar, 2013 udara dapat masuk
ke dalam rongga pleura melalui tiga cara yaitu :
1. Adanya perforasi yang berasal dari paru-paru dan menembus pleura
viseralis.
2. Berasal dari udara luar yang masuk melewati perforasi pada dinding
dada dan pleura parietal (kadang dari fistula esophagus atau perforasi
abdomen).
3. Dari gas yang dibentuk oleh mikroorganisme pada kasus empyema
pleura (tetapi jarang).
Berdasarkan cara udara masuk ke rongga pleura, pneumothoraks
diklasifikasikan menjadi pneumothoraks tertutup dan pneumothoraks terbuka
(Taqiyyah Bararah & Mohammad Jauhar, 2013:218). Pada pneumothoraks
tertutup, udara di dalam rongga pleura tidak berhubungan langsung dengan udara
luar.Sedangkan pada pneumothoraks terbuka menunjukan adanya kontak antara
udara didalam rongga pleura dengan udara luar dan udara bisa keluar masuk
4
dengan bebas [ CITATION Bar13 \l 1057 ]Pada pneumothoraks dimana tekanan
intrapleural melebihi tekanan intra-alveolar, hal ini dinamakan tension
pneumothoraks [ CITATION Bar13 \l 1057 ]
Beberapa penyebab terjadinya pneumothoraks antara lain : traumatic
pneumothoraks, spontaneous pneumothoraks dan iatrogenic pneumothoraks
(Taqiyyah Bararah & Mohammad Jauhar, 2013:218).
Menurut Amin huda nurarif & Hardhi kusuma, 2015 pneumothorax dapat
diklasifikasikan menjadi spontan dan traumatic :
1. Traumatic pneumothoraks
Traumatic pneumothoraks biasanya disebabkan oleh luka tusuk
atau luka tembus dada oleh benda tajam seperti pisau atau
peluru(Taqiyyah Bararah & Mohammad Jauhar, 2013:219). Jika tipe
trauma ini terjadi maka rongga pleura akan kontak langsung dengan
udara luar, dan udara bisa bergerak keluar dan masuk ke dalam rongga
pleura, keadaan ini disebut sebagai pneumothoraks terbuka (Taqiyyah
Bararah & Mohammad Jauhar, 2013:219). Pada keadaan normal saat
udara masuk kedalam rongga pleura maka paru akan kolaps sampai
pada batas tertentu. Sedangkan pada pneumothoraks terbuka kolaps
massif akan terjadi sampai tekanan dalam rongga pleura sama engan
tekanan udara luar, pada keadaan ini mediastinum akan terdorong kea
rah terjadinya paru kolaps. [ CITATION Bar13 \l 1057 ]
Apabila setelah trauma pada dada tidak terjadi luka yang dapat
menyebabkan terjadinya kontak antara rongga pleura dengan udara luar
(seperti pada trauma tumpul), tetapi patahan fraktur iga yang tajam
merobek pleura viseralis. Hal ini menyebabkan udara dari dalam paru
masuk ke rongga pleura, dan pneumothoraks yang ditimbulkan disebut
pneumotoraks tertutup (Amin huda nurarif & Hardhi kusuma,
2015:219). Jika hubungan udara yang terjadi antara didalam rongga
pleura dengan udara luar hanya pada saat inspirasi saja dan saat
ekspirasi hubungan tersebut tertutup kembali (efek katup searah), maka
hal ini dinamakan pneumothoraks tekanan/tension pneumothoraks
(Amin huda nurarif & Hardhi kusuma, 2015:219).
5
Menurut Amin huda nurarif & Hardhi kusuma, 2015 traumatik
pneumothoraks dapat dibagi menjadi :
a. Pneumothorak iatroganik
Pneumothoraks iatroganik merupakan suatu bahaya yang
selalu terjadi selama proses tekanan positif pada ventilasi
mekanis dan terutama pada saat penggunaan volume tidal yang
tingi atau tekanan tinggi. [ CITATION Nur151 \l 1057 ]
Terjadi karena akibat komplikasi tindakan medis dan jenis ini
dibedakan menjadi 2 yaitu :
Pneumothorak traumatic iatroganik aksidental
Terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan/komplikasi
tindakan tersebut, misal pada tindakan parasentesis dada,
biopsy pleuraa, biopsy transbronkial, biopsy/aspirasi paru
perkutaneus.[ CITATION Nur151 \l 1057 ]
Pneumothorak traumatic iatroganik artificial (deliberate)
Merupakan pneumothorak yang sengaja dilakukan dengan cara
mengisi udara kedalam rongga pleura melalui jarum dengan
suatu alat Maxwell box. Biasanya untuk terapi tuberculosis
(sebelum era antibiotic), atau untuk menilai permukaan paru.
[ CITATION Nur151 \l 1057 ]
b. Pneumothorak non-iatrogenik (accidental)
2. Pneumothorak spontan
Pneumothoraks spontan dapat dibagi menjadi primer (tanpa adanya
penyakit yang mendasarinya) ataupun sekunder (komplikasi dari
penyakit paru akut atau kronik). (Amin huda nurarif & Hardhi kusuma,
2015).
6
Pneumothoraks jenis ini merupakan pneumothoraks yang terjadi
dengan tiba-tiba tanpa ada kelainan pada paru yang mendasarinya,
namun demikian ada beberapa penyakit paru yang secara sekunder
(bukan penyebab langsung) dapat mengakibatkan terjadinya
pneumothoraks spontan yaitu emfisema yang disertai pecahnya
bula/elembung pada permukaan paru, pneumonia, tuberculosis, PPOM
dan tumor pada paru [ CITATION Nur151 \l 1057 ]
Pneumothoraks spontan kemungkinan juga bisa sebagai
pneumothoraks melewati robekan pleura viseralis pada saat
terjadiinspirasi , tetapi tidak dapat keluar dari rongga pleura saat
ekspirasi dikarenakan robekan pada pleura viseralis berfungsi sebagai
efek katup searah (check valve) (Amin huda nurarif & Hardhi kusuma,
2015:220). Keadaan ini memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan
intrapleural melebihi tekanan intra-alveolar dan bentuk pneumothoraks
ini bisa digolongkan sebagai pneumothoraks tertutup dan tension
pneumothoraks (Amin huda nurarif & Hardhi kusuma, 2015:220).
3. Tension pneumothoraks
Pada tension pneumothoaks ini udara yang sudah masuk kedalam
rongga pleura tidak dapat dikeluarkan lagi sehingga terjadi timbunan
udara pada rongga pleura. Timbunan udara ini menyebabkan tekanan
dalam rongga pleura meningkat melebihi tekanan atmosfir sehingga
7
mengakibatkan paru-paru kolaps total (Amin huda nurarif & Hardhi
kusuma, 2015:220).
Tension pneumothoraks merupakan jenis pneumothoraks paling
berbahaya sehingga diperlukan tindakan kedaruratan untuk mengatasi
dengan melakukan aspirasi udara dari dalam rongga pleura (Amin huda
nurarif & Hardhi kusuma, 2015:220).
8
Penghitungan Luas Pneumotoraks
% luas pneumotoraks
= _A+B+C(cm ) x10
3
9
11
3) Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps
dengan luas hemitoraks.
AxB
2.3 Epidermologi
11
12
12
13
2.5 Patofisiologi
13
14
14
15
15
16
pada saat inspirasi tidak diikuti dengan pengembangan paru yang baik atau
bahkan paru tidak mengembang sama sekali. Tekanan pleura yang normalnya
negatif akan meningkat hingga menyebabkan gangguan ventilasi pada bagian
yang mengalami pneumotoraks.
Pneumotoraks iatrogenik merupakan komplikasi dari prosedur medis atau
bedah.Salah satu yang paling sering adalah akibat aspirasi transtorakik
(transthoracic needle aspiration), torakosentesis, biopsy transbronkial, ventilasi
mekanik tekanan positif (positive pressure mechanical ventilation). Angka
kejadian kasus pneumotoraks meningkat apabila dilakukan oleh klinisi yang tidak
berpengalaman.
Pneumotoraks ventil (tension pneumotoraks) terjadi akibat cedera pada
parenkim paru atau bronkus yang berperan sebagai katup searah. Katup ini
mengakibatkan udara bergerak searah ke rongga pleura dan menghalangi adanya
aliran balik dari udara tersebut. Pneumotoraks ventil biasa terjadi pada perawatan
intensif yang dapat menyebabkan terperangkapnya udara ventilator (ventilasi
mekanik tekanan positif) di rongga pleura tanpa adanya aliran udara balik.
Udara yang terperangkap akan meningkatkan tekanan positif di rongga
pleura sehingga menekan mediastinum dan mendorong jantung serta paru ke arah
kontralateral. Hal ini menyebabkan turunnya curah jantung dan timbulnya
hipoksia. Curah jantung turun karena venous return ke jantung berkurang,
sedangkan hipoksia terjadi akibat gangguan pertukaran udara pada paru yang
kolaps dan paru yang tertekan di sisi kontralateral. Hipoksia dan turunnya curah
jantung akan menggangu kestabilan hemodinamik yang akan berakibat fatal jika
tidak ditangani secara tepat. [ CITATION Sar11 \l 1057 ]
16
17
Menurut Amin huda nurarif & Hardhi kusuma, 2015 manifestasi klinisnya
antara lain :
1) Pasien mengeluh awitan mendadak nyeri dada pluritik akut yang
terlokalisasi pada paru yang sakit
2) Nyeri dada pluritik biasanya disertai sesak nafas, peningkatan kerja
pernapasan, dan dyspnea
3) Gerakan dinding dada mungkin tidak sama karena sisi yang sakit tidak
mengembang seperti sisi yang sehat.
4) Suara nafas jauh atau tidak ada
5) Perkusi dada menghasilkan suara hiperresonan. Perkusi hipersonor diatas
pneumothoraks dan meredup diatas paru yang mengalami kolaps.
[ CITATION Nur151 \l 1057 ]
6) Fremitus vocal dan raba berkurang [ CITATION Nur151 \l 1057 ]
7) Takikardia sering terjadi menyertai tipe pneumothoraks
8) Tension pneumothoraks
o Hipoksemia (tanda awal)
o Ketakutan
o Gawat nafas (takipnea berat)
o Peningkatan tekanan jalan nafas puncak dan rerata, penurunan
komplian, dan auto tekanan ekspirasi akhir positif (auto-PEEP) pada
pasien yang terpasang ventilasi mekanis
o Kolaps kardiovaskular (frekuensi jantung >140 kali/menit pada setiap
hal berikut : sianosis perifer, hipotensi, aktivitas lintrik tanpa denyut
nadi). [ CITATION Mor12 \l 1057 ]
Gejala biasanya bermula pada saat istirahat dan berakhir dalam 24 jam,
meskipun pneumothoraks tetap ada.Jika ukuran pneumothoraks kurang dari 15
persen pada salah satu sisi dada, maka biasanya keluhan fisik lebih ringan.Tetapi
jika pneumothoraks luas, maka biasanya terjadi penurunan suara pernafasan,
penuruna premitus, dan berkurangnya pergerakan dada.Jika terjadi takikardi berat,
hipotensi, pergeseran mediastinum atau trakea, dan resonansi yang tinggi, maka
perlu dicurigai adanya tension pneumothoraks. Pnuemothoraks yang diserati
dengan munculnya penyakit yang mendasari seperti penyakit paru obstruksi
17
18
1) Foto Rontgen
Gambaran radiologis yang tampak pada foto röntgen kasus
pneumotoraks antara lain[CITATION DEW11 \l 1033 ]:
a) Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang
kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-
kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi
berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
b) Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio
opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan
kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu
berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.
c) Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat,
spatium intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan
ke bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke
arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi
pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.
18
19
19
20
3. CT-scan thorax
CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara
emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara
dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan untuk membedakan
antara pneumotoraks spontan primer dan sekunder.
20
21
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Farmakologi
1. Penatalaksanaan Awal pada Pneumotoraks
21
22
yang menjalani anestesia yang berkepanjangan, atau pasien yang akan ditransfer
dengan jarak yang jauh dimana deteksi peningkatan atau tension pneumothorax
mungkin sulit atau tertunda (Brohi, 2004).
22
23
5. Tindakan dekompresi
23
24
klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari
ujung infus set yang berada di dalam botol.
24
25
tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O, dengan tujuan agar paru cepat
mengembang. Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan
intra pleura sudah negatif kembali, maka sebelum dicabut dapat
dilakukuan uji coba terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk
selama 24 jam. Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali menjadi
positif maka pipa belum bisa dicabut. Pencabutan WSD dilakukan pada
saat pasien dalam keadaan ekspirasi maksimal.
25
26
6. Torakoskopi
7.Torakotomi
26
27
9. Pengobatan Tambahan
27
28
1. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesis
Identitas klien harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama, atau kepercayaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan, dan pekerjaan
28
29
2. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (breathing)
Inspeksi
Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan serta penggunaan
otot bantu pernafasan. Gerakan pernafasan ekspansi dada yang
asimetris, iga melebar, rongga dada asimetris.Peningkatan
batuk yang produktif dengan sputum purulen, trakea dan
jantung terdorong kesisi yang sehat.
Palpasi
Taktil fremitus menurun pada sisi yang sakit, di samping itu,
pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang
29
30
tertingal pada dada yang sakit.Pada sisi yang sakit, ruang antar
iga bisa saja normal/melebar.
Perkusi
Suara ketuk pada sisi sakit, hipersonor sampai tympani, dan
tidak bergetar.Batas jantung terdorong ke arah toraks yang
sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi.
Auskultasi
Suara nafas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.
Pada posisi duduk,semakin ke atas letak cairan maka akan
semakin tipis, sehingga suara napas terdengar amforis, bila ada
fisel bronkopleura yang cukup besar pada pneumotorak
terbuka.
2. B2 (blood)
Perawat perlu memonitor dampak pneumotorak pada status
kardiovaskuler yang meliputi keadaan hemodinamik seperti
nadi,tekanan darah, dan pengisian kapiler darah.
3. B3(brain)
Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji, selain itu diperlukan
jega pemeriksaan GCS, apakah compos mentis,somnolen, koma.
4. B4 (blader)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan,
oleh karena itu perawat perlu memonitor adanya oliguria.
5. B5 (bowel)
Akibat sesak nafas, klien biasanya mengalami mual dan muntah,
penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
6. B6 (bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot
dan jaringan lunak dada sehingga meningkatkan resiko infeksi, klien
sering di jumpai mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan
aktifitas sehari-hari disebabkan adanya sesak nafas,kelemahan dan
keletihan fisik secara umum.
30
31
3. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d ekspansi paru yang tidak maksimal karena
akumulasi udara/cairan
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria Hasil :
NOC Status Pernafasan
31
32
32
33
33
34
3. Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder
Tujuan : nyeri hilang/berkurang
Nyeri berkurang/hilang
Dapat mengidentifikasikan ativitas yang meningkatkan/menurunkan
nyeri
Pasien tidak gelisah
Intervensi : NIC Manajemen Nyeri
34
35
35
36
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
36
37
Bibliography
DAFTAR PUSTAKA
37
38
Masengi, W. D., Loho, E., & Tubagus, V. (2016). Profil hasil pemeriksaan foto
toraks pada pasien pneumotoraks di Bagian / SMF Radiologi FK Unsrat RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2015 – Agustus 2016 . Jurnal e-
Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2 .
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC). Indonesia: Mocomedia.
Raharjoe, & N.N. (2008). Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI.
Windy D, P. M., Elvie, L., & Vonny , T. (2016). Profil hasil pemeriksaan foto
toraks pada pasien pneumotoraks di Bagian / SMF Radiologi FK Unsrat.
38