Вы находитесь на странице: 1из 16

Daftar Isi

BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
Latar Belakang......................................................................................................1
A. Rumusan Masalah...................................................................................2
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
LANDASAN TEORI..............................................................................................3
A. Kajian Teori.................................................................................................3
B. Kerangka Berpikir......................................................................................7
BAB III....................................................................................................................8
PEMBAHASAN......................................................................................................8
Pancasila Sebagai Nilai Dasar dan Sistem Etika Negara Indonesia.....................8
BAB IV..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
Kesimpulan.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan cabang dari ilmu

1
kemanusiaan (humaniora). Etika sebagai cabang falsafah membahas sistem dan
pemikiran mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika sebagai cabang
ilmu membahas bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral
tertentu. Etikasosial meliputi cabang etika yang lebih khusus seperti etika
keluarga, etika profesi,etika bisnis, etika lingkungan, etika pendidikan, etika
kedokteran, etika jurnalistik,etika seksual dan etika politik.
Pancasila merupakan nilai dasar yang menjadi rambu-rambu bagi politik
hukumnasional. Nilai-nilai dasar itu kemudian melahirkan empat kaidah penuntun
hokum yang harus dijadikan pedoman dalam pembangunan hukum. Empat kaidah
itu meliputi, pertama hukum Indonesia harus bertujuan dan menjamin integrasi
bangsa,baik secara teritorial maupun ideologis.
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia sebagaimana dikemukakan oleh
Hans Kelsen merupakan Grundnorm ataupun menurut Teori Hans Nawiasky
disebut sebagai Staatsfundamentalnorm. Dalam hal ini menurut A. Hamid S.
Attamimi secara eksplisit bahwa Pancasila adalah norma fundamental Negara
(Staatsfundamentalnorm) Republik Indonesia.
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang
baik dinegara ini. Di setiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk
beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua pada
Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan beradab” sehingga tidak dapat
dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat
berandil besar.Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan kedudukan dan
implementasi Pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia dalam bentuk makalah dengan judul “Pancasila Sebagai
Sistem Etika dalam KehidupanBerbangsa dan Bernegara di Indonesia”.

A. Rumusan Masalah

2
1) Apakah Pancasila sebagai nilai dasar Negara Republik Indonesia?
2) Bagaimana implementasi Pancasila sebagai sistem etika dalam pelaksanaan
pemilu dan kehidupan sehari-hari?

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan eksistensi Pancasila sebagai philosophishce groondslag Negara
Indonesia; dan
2) Menganalisis sejauh mana implementasi Pancasila sebagai etika dalam
kehidupan bernegara berkaitan dengan pelaksanaan pemilu di Indonesia.

C. Manfaat Penulisan
Di samping itu, penulisan ini diharapkan memberikan nilai manfaat, baik dari
segiteoretis maupun praktis, yaitu:
1) Dalam tataran teoretis, diharapkan penulisan ini mampu merekonstruksi
pemikirantentang Pancasila sebagai etika dalam kehidupan bernegara di
Indonesia
2) Dalam tataran praktis, penulisan ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai
sejauhmana implementasi Pancasila sebagai etika dalam kehidupan bernegara
di Indonesia.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
i. Etika dan Norma Sosial
1. Pengertian Etika

3
Sebagai suatu usaha ilmiah filsafat dibagi,menjadi beberapa cabang
menurut lingkungan masing-masing.Cabang-cabang itu dibagi menjadi 2
kelompok bahasan pokok yaitu filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat
pertama berisi tentang segala sesuatu yang ada sedangkan kelompok kedua
membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada tersebut.
Misalnya hakikat manusia, alam, hakikat realitas sebagai suatu keseluruhan,
tentang pengetahuan, tentang apa yang kita ketahui dan tentang yang
transenden.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi. dua
kelompok yaitu etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan -
pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau
bagaimana kita harus menggambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum
merupakanprinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika khusus
dibagi menjadi etika individu yang membahas kewajiban manusia terhadap
diri sendiri dan etika sosial yang membahas tentang kewajiban manusia
terhadap manusia lain dalam hidup masyarakat, yang merupakansuatu
bagian terbesar dari etika khusus.
Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pada
umumnyamembicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat
nilai "susila" dan"tidak susila", "baik" dan "buruk". Kualitas-kualitas ini
dinamakan kebajikan yang dilawankan dengan kejahatan yang berarti sifat-
sifat yang menunjukan bahwa orang yang smemilikinya dikatakan orang

4
yang tidak susila. Sebenarnya etika banyak bertangkutan dengan Prinsip-
prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan,tingkah laku manusia
(Kattsoff, 1986). Dapat juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-
dasar filosofis dalam hubungan dengan tingkah laku manusia.

2. Nilai, Norma dan Moral dalam Kehidupan Bernegara di Indonesia


Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu
benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang
menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Nilai bersumber
pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan (motivator) sikap
dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu system merupakan salah satu
wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya. Alport
mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat
pada enam macam, yaitu : nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai
sosial, nilai politik dan nilai religi. Hierarkhi nilai sangat tergantung pada
titik tolak dan sudut pandang individu – masyarakat terhadap sesuatu obyek.
Menurut Notonagoro membedakan menjadi tiga yaitu nilai material, nilai
vital dan nilai kerohanian.
a. Nilai materialyaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia, atau kebutuhan material ragawi manusia
b. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatanatau aktivitas
c. Nilai keberohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian dapat dibedakan menjadi empat macam:
1. nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta)
manusia.
2. nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada unsure
perasaan (esthetis,gevoel, rasa) manusia.

5
3. nilai moral atau nilai kebaikan, yang bersumber pada unsure
kehendak (will,wollen, karsa) manusia.
4. nilai religious, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan
mutlak. Nilai religious ini bersumber kepada kepercayaan atau
keyakinan manusia.Dalam pelaksanaanya, nilai-nilai dijabarkan
dalam wujud norma, ukuran dan criteria sehingga merupakan suatu
keharusan anjuran atau larangan, tidak dikehendaki atautercela. Oleh
karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan
kehidupan setiap manusia. Keterkaitan nilai, norma dan moral
merupakan suatu kenyataan yang seharusnya tetap terpelihara di
setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu
mutlak digaris bawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan
Negara menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana tersebut diatas maka nilai akan berguna menuntun
sikap dan tingkah laku manusia bila dikongkritkan dan diformulakan
menjadi lebih obyektif sehingga memudahkan manusia untuk
menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari.

ii. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praktis


1. Nilai Dasar
Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca
indra manusia, tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan
tingkah laku atau berbagai aspek kehidupan manusia dalam prakteknya.
Setiap nilai memiliki nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau

6
makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal
karena menyangkut kenyataan obyektif dari segala sesuatu, contoh, hakikat
Tuhan, manusia, atau mahluk lainnya.
Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan, maka nilai dasar
itu bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama).
Segala sesuatu yang diciptakan berasal dari kehendak Tuhan. Nilai dasar
yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila
Di samping itu terdapat nilai instrumental sebagai nilai yang menjadi
pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Apabila nilai instrumental itu
berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari maka
nilai itu akan menjadi norma moral. Namun jika nilai instrumental itu
berkaitan dengan suatu organisasi atau negara,maka nilai instrumental itu
merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yangbersumber pada nilai
dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu
merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan nilai
dasar, nilaidasar belum dapat bermakna sepenuhnya bila nilai dasar tersebut
belum memilikiformulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan nyata.
Bagi kehidupan manusiamerupakan nilai moral. Bagi negara Pasal-pasal
dalam UUD 1945 merupakan nilaiinstrumental dari Pancasila.
3. Nilai Praktis
Nilai praktis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental
dalam kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praktis
merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai
instrumental. Undang-undang organik adalah wujud dari nilai praktis,

7
dengan kata lain, semua perundang-undanganyang berada di bawah UUD
sampai kepada peraturan pelaksana yang dibuat oleh pemerintah.
B. Kerangka Berpikir
Makalah ini mengungkapkan Peranan Pancasila sebagai etika politik dalam
kehidupan politik berbangsa dan bernegara khususnya dalam pemilu yang akhir-
akhir ini carut marut serta implementasi nilai dan moral kehidupan masyarakat.

BAB III

PEMBAHASAN

Pancasila Sebagai Nilai Dasar dan Sistem Etika Negara Indonesia


a) Makna Nilai Dasar Pancasila
Makna nilai dasar pancasila dikaji dalam perspektif filosofis yaitu,
Pancasila sebagaidasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang bersifat sistematis.

8
Fungsi filsafat berkaitan dengan Pancasila yaitu mempertanyakan dan
menjawab apakah dasar kehidupan berrpolitik dalam berbangsa dan bernegara.
Sangat tepat kiranya pertanyaan yang diajukan oleh Ketua BPUPKI, Dr.
Radjiman Wediodiningrat di hadapan rapat BPUPKI bahwa negara Indonesia
yang akan kita bentuk itu apa dasarnya? Kemudian Soekarno menafsirkan
pertanyaan tersebut sebagai berikut; :”Menurut anggapan saya yang diminta
oleh Paduka tuan Ketuayang mulia ialah dalam Bahasa Belanda yaitu
philosiphische grondslag dari pada Indonesia Merdeka. Philosophische
grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiranyang sedalam-dalamnya, jiwa,
hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia
Merdeka”.
Pengertian Pancasila harus dimaknai kesatuan yang bulat, hirarkhis dan
sistematis.Dalam pengertian itu maka Pancasila merupakan suatu sistem
filsafat sehingga kelima silanya memiliki esensi makna yang utuh. Dasar
pemikiran filosofisnya yaitu Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara
Republik Indonesia mempunyai makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan
kebangsaan,kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan danKeadilan. Titik tolaknya
pandangan itu adalah negara adalah suatu persekutuan hidup manusia atau
organisasi kemasyarakatan manusia. Hal demkian dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis. Nilai-nilai itu sebagai hasil
pemikiran, penilaian kritik sertahasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.
b. Nilai -nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa
Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai
sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam

9
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai
kerohanian yaitu nilai-nilai kebenaran, keadilan, kebaikan,
kebijaksanaan, estetis dan religius yang manifestasinya sesuai dengan
budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa.
Oleh karena itu, Pancasila yang diambil dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia pada dasarnya bersifat religius, kemanusiaan, persatuan,
demokrasi dan keadilan. Disamping itu Pancasila bercirikan asas
kekeluargaan dan gotong royong serta pengakuan atas hak-hak individu.

2. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental Terhadap Sistem Etika


Negara
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafas
humanisme. Oleh karena itu, Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa
saja.Meskipun Pancasila mempunyai nilai universal tetapi tidak begitu saja
dengan mudah diterima oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak pada fakta
sejarah bahwa nilai Pancasilasecara sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu
kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap moral bangsa.
Adapun Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai
Pancasila mengandung empat pokok pikiran yang merupakan derivasi atau
penjabaran dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Pokok pikiran pertama
menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara persatuan, yaitu negara yang
melindungi segenap bangsadan seluruh tumpah darah Indonesia, mengatasi segala
paham golongan maupun perseorangan.
Ketentuan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu, ”…..maka disusunlah
kemerdekaankebangsaan Indonesia dalam suatu Undang- Undang Dasar Negara
Indonesia”menunjukkan sebagai sumber hukum. Nilai dasar yang fundamental
dalam hokum mempunyai hakikat dan kedudukan yang kuat dan tidak dapat

10
berubah menginga tpembukaan UUD 1945 sebagai cita-cita Negara (staatsidee)
para pediri bangsa sekaligus perumus konstitusi (the framers of the constitution).
Di samping itu, nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu landasan moral etik
dalam kehidupan kenegaraan yang ditegaskan dalam alinea keempat Pembukaan
UUD 1945 bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa berdasar atas
kemanusiaan yang adil dan beradab. Konsekuensinya dalam penyelenggaraan
kenegaraan antara lain operasional pemerintahan negara, pembangunan negara,
pertahanan-keamanan negara, politik negara serta pelaksanaan demokrasi negara
harus senantiasa berdasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan.
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Republik Indonesia
merupakan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing
silanya. Untuk lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing
sila Pancasila,maka dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya.
Dalam silaini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah
pengejawantahan tujuanmanusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Kemanusian berasal dari kata
manusia yaitu mahluk yang berbudaya dengan memiliki potensi pikir, rasa,
karsa dan cipta. Potensi itu yang mendudukkan manusia pada tingkatan
martabat yang tinggi yang menyadari nilai-nilai dan norma-norma.
Kemanusiaan terutama berarti hakikat dan sifat-sifatkhas manusia sesuai
dengan martabat.
3. Persatuan Indonesia. Persatuan mengandung pengertian bersatunya
bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.
Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti
ideologi, politik, ekonomi, social budaya dan keamanan. Persatuan
Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruh wilayah Indonesia.

11
Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamisdalam kehidupan.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam Per-
musyawaratan/Perwakilan Kerakyatan. Rakyat merupakan sekelompok
manusia yang berdiam dalam satu wilayah negara tertentu. Dengan sila ini
berarti bahwa bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi yang
menempatkan rakyat di posisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan sosial berarti
keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik
materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap
orang yang menjadi rakyat Indonesia. Adapun makna dan maksud istilah
beradab pada sila kedua, “Kemanusiaan yangadil dan beradab” yaitu
terlaksananya penjelmaan unsur-unsur hakikat manusia, jiwa raga, akal,
rasa, kehendak, serta sifat kodrat perseorangan dan makhluk Tuhan Yang
Maha Esa sebagai causa prima dalam kesatuan majemuk-tunggal. Hal
demikian dilaksnakan dalam upaya penyelenggaraan kehidupan berbangsa
dan bernagara yang bermartabat tinggi.

b) Pancasila Sebagai Etika Politik di Indonesia


1. Pancasila Sebagai Etika dalam Pemilu
Pelaksanaan pemilu merupakan wujud dari negara yang berkedaulatan
rakyat (demokrasi). Pelaksanaan pemilu diatur dalam Pasal 22E UUD 1945
Pasca perubahan. Pelaksanaan pemilu, termasuk pemilu kepala daerah
(pemilukada) harus senantiasa didasarkan pada prinsip-prinsip Pancasila,
yaitu proses demokrasi harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi
prinsip kemanusiaan yang beradab sehingga terwujud keharmonisan dan

12
pemerintahan negara yang demokratis.Selanjutnya, pencasila mengatur
kehidupan berdemokrasi dalam batang tubuh UUD 1945. Hal yang perlu
diperhatikan agar pelaksanaan pemilihan umum yang demokratis yaitu
harus senantiasa memegang teguh prinsip konstitusionalismesebagaimana
diatur dalam Pasal 2 ayat (2) UUD 1945, yaitu “Kedaulatan berada
ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
Prinsip demikian merupakan wujud enguatan berdemokrasi dan
pembangunan sistemetika, terutama dalam pelaksanaan pemilu. Artinya,
apabila pelaksanaan pemilu telahmenyimpang dari ketentuan sebagaimana
diatur dalam UUD 1945 maka pelaksanaan hasil pemilu perlu ditinjau
ulang sehingga sesuai dengan prinsip berdemokrasi yang dibangun dalam
UUD 1945 sebagai generalisasi dari Pancasila yang berkedudukan sebagai
hukum tertinggi dalam sistem hukum di Indonesia. Upaya untuk mengatasi
berbagai kecurangan dalam pemilu, UUD 1945 mengatur pelaksanaan
pemilu demokratis, yaitu untuk menjaga konsistensi prinsip
konstitusionalisme agar pelaksanaan pemilu tetap berdasarkan pada koridor
hukum yang senantiasa menjunjung tinggi etika berpolitik, ditangani oleh
lembaga peradilan tata Negara yaitu Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai
lembaga pengawal konstitusi (the guardian of the constitution).
Implikasinya, pelaksanaan pemilu mengarah padaprinsip sebagaimana
diatur dalam UUD 1945 termasuk Pancasila.

2. Implementasi Nilai dan Moral Kehidupan Bermasyarakat


Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan
norma danjuga moral dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui
bahwa yang dimaksud dengan nilai sosial merupakan nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang

13
dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh,orang menanggap
menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk.
Demikian pula, guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan
merasa gagaldalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia, nilai berfungsi
sebagai landasan,alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan
perbuatannya.
Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup
seseorang dalam masyarakat. Itu adalah yang dimaksud dan juga contoh
dari nilai. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa norma sosial adalah
patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Norma sering
juga disebut dengan peraturan sosial.Norma menyangkut perilaku-perilaku
yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan
norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok
agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk.Pada
dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam
masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Tingkat
norma dasar didalammasyarakat dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu cara,
kebiasaan, tata kelakuan, dan adat istiadat. Misalnya orang yang melanggar
hukum adat akan dibuang dan diasingkan ke daerah lain.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, kiranya dapat disimpulkan beberapa
kesimpulan,yaitu:
a. Pancasila merupakan sebuah nilai dasar Negara Indonesia. Pancasila
diambil dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia pada dasarnya bersifat
religius, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan. Di samping itu

14
Pancasila bercirikan asas kekeluargaan dan gotong royong serta pengakuan
atas hak-hak individu.
b. Implementasi Pancasila sebagai sistem etika harus senantiasa terwujud
prinsip-prinsip sebagai nilai luhur termasuk sila kedua dari Pancasila, yaitu
“Kemanusiaanyang adil dan beradab”. Eksistensi pancasila sebagai sistem
etika dapat ditegakkan dengan mengimplementasikan prinsip
konstitusionalisme dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara
Indonesia.

1. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, kiranya dapat diuraikan beberapa saran,
yaitu:
a. Pancasila harus senantiasa diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara di Indonesia sehingga ciri kekeluargaan dan gotong royong
senantiasa dapat terwujud dalam kehidupan di Indonesia.
b. Implementasi pancasila harus senantiasa tertuang dalam setiap kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,termasuk dalam penyelenggaraan
hak berpolitik seperti pemilu dan kehidupan sehari-hari sehingga terwujud
perilaku atau etika yang sesuai dengan karakter Bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku dan Jurnal:Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum


(Legal Theory), Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi
Undang-Undang (Legisprudence). Jakarta:Prenada Media Group

Jazim Hamidi. Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945

15
dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jurnal Konstitusi
Volume 3 Nomor 1,Februari 2006: Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi

Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila.Yogyakarta: Paradigma

Mahkamah Konstitusi. 2009. Kongres Pancasila: Pancasila dalam


Berbagai Perspektif. Jakarta: Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi

Notonagoro. 1971. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara

16

Вам также может понравиться