Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Masa lalu sering kita sebut dengan sejarah. Kata ‘sejarah’ berasal dari
beberapa bahasa di antaranya bahasa arab yaitu Syajarotunyabg artinya pohon.
Seperti akar pohon yang terus berkembang dari tingkay sederhana ke tingkat
kompleks. Dalam perkembangannya menjadi akar, keturunan asal-usul, riwayat
dan silsilah.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep sebab akibat ini merupakan hal yang sangat penting dalam
memberikan penjelasan tentang peristiwa sejarah.Setiap peristiwa sejarah
terjadi tentu ada sebabnya. Begitu juga peristiwa itu akan menimbulkan
akibat. Akibat dari peristiwa itu akan menjadi sebab pada peristiwa yang
berikutnya demikian seterusnya.
Mengenai sebab dari peristiwa sejarah itu bisa langsung dan sangat
dekat dengan peristiwa sejarah.Tetapi sebab itu juga dapat ditarik jauh dari
waktu peristiwanya. Sebagai contoh: peristiwa datangnya bangsa Barat ke
Indonesia karena ingin mendapatkan rempah-rempah dari negeri asalnya
agar lebih murah (sebab yang dekat/langsung dengan peristiwa datangnya
ke Indonesia). Mengapa mereka harus datang ke Indonesia untuk
mendapatkan rempah-rempah yang lebih murah? rempah-rempah sulit
didapat di Eropa dan kalau pun ada harganya sangat tinggi karena
perdagangan di Laut Tengah dikuasai Turki Usmani setelah berhasil
menguasai Bizantium/Konstantinopel (sebab yang tidak langsung dengan
peristiwanya). Pertanyaan berikutnya juga ditampilkan misalnya mengapa
3
Turki Usmani menduduki Konstantinopel dan menguasai Laut Tengah,
dan begitu seterusnya.
4
dinilai eviden. Kemudian dengan imajinasinya sejauh mungkin dalam sejarah
sejarawan merekonstruksi fakta menjadi sejarah.
2.2.1 Multikausalitas
5
keadaan, atau perkembangan dikembalikan kepada satu faktor saja. Faktor itu
dipandang sebagai faktor tunggal atau satu-satunya faktor yang menjadi faktor
kausal. Sejak abad ke-19 kita mengenal determinisme geogfaris, yaitu bahwa
faktor lokasi yang menentukan situasi/atau perkembangan suatu bangsa.
Bangsa-bangsa di negeri dingin pada umumnya maju oleh karena kondisi
ekologinya menuntut "jiwa" yang mampu menyesuaikan diri dan mengatasi
kondisi alamiah yang berat. Sebaliknya, di negeri panas (tropika) alam sangat
memudahkan hidup sehingga tidak menimbulkan banyak tantangan berat.
Determinisme rasial lebih menekankan faktor biologis sebagai penentu
kemajuan suatu bangsa.
6
Dalam kaitannya dengan mencari kausalitas, maka dalam hal ini lebih
ditekankan adanya multikausalitas dan bukan monokausalitas. Di sinilah letak
perbedaan dengan determinisme.
Apa yang secara populer dikatakan kondisi telah masak bagi pecahnya
suatu gejolak, sebenamya dapat dikembalikan pada struktur-struktur dalam
masyarakat yang mempunyai kecenderungan (tendensi) ke arah terjadinya
suatu gejolak. Acapkali kecenderungan struktural itu dimanifestasikan oleh
gejala-gejala seperti keresahan sosial. Perubahan sosial seringkali
menimbulkan keterasingan diri (alienasi), karena terpisah dari kelompok
primordialnya, anomi, yaitu situasi seseorang yang kehilangan keamanan
7
sosial karena pengaruh individualisasi, kehilangan ikatan-ikatan
solidaritasnya.
Apabila berbagai kondisi mental itu dialami secara kolektif, maka pada
kelompok itu timbul kecenderungan struktural untuk bertindak secara agresif.
Dapat dikatakan pula bahwa kesemuanya itu menciptakan kondisi yang harus
ada (necessary condition) bagi terjadinya gejolak. Hal ini perlu dibedakan dari
sufficientcondition, ialah kondisi yang cukup untuk menimbulkan ledakan
kejadatau umpamanya invasi tentara Nazi ke Cekoslovakia pada tahun 1939
untuk meletuskan Perang Dunia II.
8
Menunjukkan kausalitas sesungguhnya merupakan inti dari penjelasan
sejarah (historical explanation), yang diharapkan dari penjelasan itu tidak lain
ialah jawaban terhadap pertanyaan: Mengapa terjadi peristiwa itu?
Dalam pada itu, ada cara lain untuk menjelaskan atau menerangkan,
ialah dengan memberikan arti atau makna kepada suatu peristiwa. Hal ini
dapat dilakukan dengan menginterpretasikan atau menafsirkan.
9
Acapkali masalah motivasi menjadi kunci untuk mengungkapkan
aktornya. Pada umumnya struktur peristiwa mengikuti suatu pola logis oleh
karena pelaku pada umumnya bertindak berdasarkan pemikiran logis pula,
juga termasuk liku-liku cara menyembunyikan perbuatannya atau usaha
mengelabui para pelacaknya. Semua berkas yang ditemukan mempunyai
fungsi sebagai petunjuk dan saksi tindakan tertentu. Di sini pelacakan berarti
mengikuti mata rantai sebab-akibat. Oleh karena pola kelakuan rasional
lazimnya mempunyai struktur logis, maka selalu diindahkan konsistensi atau
koherensi perbuatan aktor sekitar suatu peristiwa, mulai dari perencanaan
sampai pelaksanaan, dari alasan dan tujuan tindakan dengan sarana-sarana
yang dipakai. Selama fakta-fakta itu lengkap, akan lebih mudah dilakukan
rekonstruksi peristiwa, termasuk kausalitasnya. Hilangnya fakta atau
persaksian dapat menyulitkan hal itu.
10
yang sederhana ke yang lebih maju. Unsur-unsur mana yang berubah
dan faktor-faktor apakah yang menyebabkan perubahan (kausalitas).
2) Dalam berbagai teori senantiasa perubahan sosial mempunyai arah,
yaitu dari yang sederhana bentuknya ke yang kompleks, berarti yang
Iebih baik fungsinya untuk menyelenggarakan proses hidupnya. Ada
teori evolusi, teori kemajuan, keori Darwinisme sosial, teori positivis,
dan lain sebagainya. Teori-teori ini masuk filsafat sejarah atau filsafat
sosial, maka tidak dibahas di sini.
3) Dalam studi sejarah tentang perubahan sosial yang dikaji masalah
pola-pola, struktur, dan tendensi dalam proses perubahan itu. Fokus
perhatian ada pada transformasi struktural serta faktor-faktor yang
menyebabkannya Apakah struktur yang sama berasal dari struktur lain
yang sama pula dan apakah faktor kausalnya? Apakah struktur yang
sama berasal dari kausalitas yang sama dan sebaliknya apakah
kausalitas yang sama selalu menghasilkan struktur yang sama?
Dari uraian di atas telah menjadi jelas bahwa suatu studi sejarah
komparatif hanya layak dilakukan dengan melakukan studi sejarah struktural
analitis. Yang hendak diperbandingkan bu'xan fakta dan proses ansick tetapi
berbagai pola, tendensi, dan struktur yang ada "di dalamnya".
11
Golongan-golongan sosial baru, antara lain elite baru, mendapatkan
perubahan hubungan sosial serta struktur sosial pada umumnya. Di sini terjadi
transformasi struktural. Dalam membandingkan dua situasi historis A dan B
maka yang perlu dilacak ialah: (1) sistem produksi baru dengan
komersialisasi, komunikasi, dan modernisasi teknologi; (2) fungsi-fungsi baru
serta golongan sosial baru; (3) timbulnya elite baru; dan (4) struktur
kekuasaan baru beserta sistem politik baru. Struktur-struktur pada A dapat
dibandingkan dengan yang muncul pada B dan sekaligus ditunjukkan fakta-
fakta kausalnya. Baik persamaan dan perbedaannya tampak, terutama fakta-
fakta historis yang unik sebagai kausalitas, konteks, historisnya, fakta politik
yang menentukan.
a) Sebagai unit, Indonesia dan India terlalu besar, lagi pula sifatnya
pluralistik. Generalisasi untuk kedua negeri amat sulit, lebih-lebih
perbandingannya;
b) Sulit mengisolasi suatu proses atau aspek gejala sejarah karena selalu
tercakup dalam suatu sistem;
c) Justru perkembangan historis masing-masing menciptakan
ketidakrataan baik soal kronologi maupun soal geografi kultural. Oleh
karena itu, perbandingan perlu dibatasi pada subunit dengan membuat
12
beberapa faktor konstan, antara Iain kebudayaan yang mirip, daerah
geografis yang mirip pula.
Butir (4) dan (5) mencakup tema atau gejala yang sama, maka relevan
untuk studi terna tersebut, contohnya, umpamanya soal feodalisme, birokrasi,
kapitalisme, dan lain sebagainya.
Pada umumnya mereka melacak asal mula atau latar belakang sosial
dari sistem kekuasaan yang muncul menjelang Perang Dunia Kedua dan
sesudahnya, yaitu totalitarianisme di Jerman, Rusia, dan Jepang di satu pihak
dan negara-negara demokrasi Inggris, Francis di pihak lain. Golongan-
golongan sosial manakah vang sesungguhnya berfungsi sebagai sokoguru
demokrasi. Perbandingan juga mencakup struktur sosial pada umumnya
dengan menyertakan peran petani juga. Seluk-beluk hubungan sosial yang
bergeser-geser serta melembaga secara kokoh dapat berfungsi sebagai dasar
yang kokoh bagi tradisi dan demokrasi. Mengenai sejarah Indonesia, sejarah
13
komparatif dapat diterapkan untuk memungkinkan generalisasi yang berlaku
bagi berbagai sejarah lokal. Kalau sudah diperoleh kesamaan pola, tendensi,
dan struktur, maka unsur yang sama itu dapat dimasukkan dalam sejarah
nasional. Tema-tema yang memerlukan pelacakannya antara lain sistem
politik pada umumnya, struktur kekuasaan khususnya, feodalisme,
pratrimonialisme, birokrasi, sistem agraris, elite tradisional, elite modern,
dampak modernisasi di berbagai bidang, dan lain sebagainya. Kesemuanya
akhirnya akan mempermudah rekonstruksi sejarah nasional, khususnya dalam
aspek strukturalnya. Gambaran sejarah struktural Indonesia itu akan menjadi
komplementer dengan penulisan yang lebih berfokus pada proses integrasi; di
sini segi prosesualnyalah yang diutamakan. Sudah barang tentu kemudian
pengaruh timbal-balik antara kedua aspek dapat dikaji, sehingga tercapailah
suatu sintesis yang semakin bulat.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kausalitas adalah Hubungan sebab akibat yang mana sebab adalah Peristiwa
mengapan sesuatu itu terjadi, sedangkan akibat efek suatu peristiwa. Sebab akibat
selalu berhubungan.
15
DAFTAR PUSTAKA
16