Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Latar Belakang
Perkembangan suatu penyakit didukung oleh tiga faktor, yaitu inang yang rentan,
patogen yang virulen dan lingkungan yang mendukung. Patogen terbukti memiliki daya
virulensi yaitu keberhasilan untuk menyebabkan suatu penyakit sebagai ekspresi dari
patogenisitas. Gejala layu dan rontok pada daun seiring dengan perkembangan bercak
dapat diduga sebagai akibat dari substansi-substansi yang disekresikan oleh patogen
dalam mekanisme penyerangannya untuk melumpuhkan inang. Kelompok-kelompok
utama substansi yang disekresikan patogen ke dalam tubuh tumbuhan yang
menyebabkan timbulnya penyakit, baik langsung atau tidak langsung adalah enzim,
toksin, zat pengatur tumbuh, dan polisakarida (Semangun, 1996).
Patogen adalah organisme penyebab penyakit tanaman. Patogen dapat berupa
tumbuhan parasitik, jamur parasit, bakteri parasit, virus, mikoplasma, dan nematoda
parasit. Patogen menghasilkan keturunan yang sangat banyak di dalam proses
reproduksinya, terutama jamur, bakteri, dan virus. Patogen tanaman mempunyai siklus
hidup yang singkat sehingga mampu menghasilkan banyak generasi di dalam satu
musim pertanaman. Patogen semacam ini bersifat polisiklik (beberapa generasi dalam
satu musim pertanaman) (Pracaya, 1996).
Penyakit dapat dikenal dengan mata telanjang dari gejalanya. Penyakit tumbuhan
yang belum ada campur tangan manusia merupakan hasil interaksi antara patogen, inang
dan lingkungan. Konsep ini disebut dengan segitiga penyakit atau plant disease triangle,
sedangkan penyakit tanaman yang terjadi setelah campur tangan manusia adalah
interaksi antara patogen, inang, lingkungan, dan manusia. Konsep ini disebut segi empat
penyakit atau plant disease square. Gejala layu dan rontok pada daun seiring dengan
perkembangan bercak dapat diduga sebagai akibat dari substansi-substansi yang
disekresikan oleh patogen dalam mekanisme penyerangannya untuk melumpuhkan
inang. Kelompok-kelompok utama substansi yang disekresikan patogen ke dalam tubuh
tumbuhan yang menyebabkan timbulnya penyakit, baik langsung atau tidak langsung
adalah enzim, toksin, zat pengatur tumbuh, dan polisakarida (Semangun, 1996).
B. Tujuan
Tujuan acara praktikum kali ini adalah untuk mengetahui penyebab penyakit
dengan cara mengisolasi dan mengidentifikasi patogen yang menyebabkan penyakit
pada tumbuhan.
II. TELAAH PUSTAKA
A. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Laminar Air Flow
(LAF), Cawan petri, Pipet tetes, Kertas saring, Mikroskop, Tabung reaksi, Jarum
Ose, sprayer, scalpel, wrapper dan Api Bunsen.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah media PDA, sampel
tanaman berpenyakit seperti buah dan daun cabai merah (Capsicum annum), Daun
pisang (Musa sp.), Daun pepaya (Carica papaya), Daun tomat (Solanum
lycopersicum), Daun nangka (Artocarpus heterophyllus), dan bulir padi (Oryza
sativa).
B. Cara Kerja
1. Isolasi
Sakit/sehat
Hasil difoto
2. Peremajaan
Hasil difoto
3. Identifikasi
Diamati di mikroskop
Hasil difoto
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Putih Putih
WSK Cream Putih Putih kusam Putih
Keabuan kusam
Mikroskopis
Rhizoid - - - - - -
Phymatonicum Cercospora
Hasil Kontam Kontam Kontam Kontam
omnivorum sp.
Ket: WK : Warma koloni TK : Tepi koloni
WSK : Warna sebalik koloni PP : Pola penyebaran
PK : Permukaan koloni
Isolasi merupakan teknik yang bertujuan untuk memperoleh jamur dari berbagai
habitat. Biakan yang diperoleh dari isolasi dikenal sebagai isolat murni. Hal ini dapat
dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat karena dalam media padat sel-
sel jamur akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Sigiro, 2010).
Menurut Gandjar (2006), terdapat berbagai cara untuk mengisolasi mikroorganisme,
yaitu:
1. Isolasi pada agar cawan
Prinsip isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga
diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni
yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel
tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: metode
gores kuadran, dan metode agar cawan tuang. Metode gores kuadran ini jika dilakukan
dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni
berasal dari satu sel. Metode agar tuang berbeda dengan metode gores kuadran, cawan
tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang
kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang
terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan/di dalam cawan.
2. Isolasi pada medium cair
Metode ini dapat dilakukan apabila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada
agar cawan. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa kali
pengenceran, semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin
besar.
3. Isolasi sel tunggal
Metode ini dilakukukan apabila mikroorganisme berukuran besar dan tidak dapat
diisolasi dengan metode agar cawan atau medium cair. Sel mikroorganisme dilihat
dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali, kemudian sel tersebut dipisahkan
dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang
dilakukan secara aseptis. Cara kerja isolasi jamur patogen dalam praktikum ini yaitu
memotong bagian tanaman dengan ukuran 1x1 cm (potongan sampel tersebut terdapat
bagian yang sehat dan yang sakit), kemudian potongan tersebut dicuci dengan alkohol
70% dan dikeringkan dengan tisu. Maksud dari pemotongan bagian tanaman pada
perbatasan sehat dan sakit adalah untuk menghindari kontaminasi yang terlalu banyak
(Agrios, 1996). Sampel tersebut kemudian ditanamkan pada media PDA dan diinkubasi
selama 7x24 jam. Setelah diinkubasi selama 7x24 jam, selanjutnya dilakukan
peremajaan isolat. Tujuan peremajaan isolat yaitu untuk memacu pembentukan struktur
reproduksi atau morfologi fungi (Budi, 2012). Metode peremajaan dilakukan dengan
mengambil satu plug isolat kemudian diinokulasikan ke media PDA yang baru dan
diinkubasi selama 2x24 jam.
Identifikasi adalah membandingkan isolat yang belum diketahui dengan taksa
yang ada untuk menetapkan identitasnya (Gandjar, 2006). Tujuan dilakukanya
identifikasi adalah untuk mengetahui hubungan kekerabatan. Identifikasi jamur patogen
dikarakterisasi berdasarkan pengamatan morfologi makroskopis dan mikroskopis.
Identifikasi patogen secara makroskopi dilakukan dengan mengamati bentuk koloni,
warna koloni, warna sebalik koloni (reverse side), ada tidaknya titik eksudat, garis
radial, garis konsentris, dan karakter khusus yang dimiliki. warna koloni, tipe koloni,
dan lama pertumbuhan cendawan pada medium (Retnosari et al., 2014). Pengamatan
morfologi mikroskopis (morfologi sel) meliputi ada tidaknya septat pada hifa,
percabangan hifa, warna hifa, ukuran hifa, struktur reproduksi (bentuk spora, warna
spora, permukaan spora, dan ukuran spora), tangkai penghasil spora atau sporangiofor
(warna, percabangan, permukaan, dan ukuran sporangiofor) menggunakan mikroskop
(Dewi & Aziz, 2011).
Parameter pengamatan yang dilakukan yaitu warna koloni berdasarkan
penampakan morfologinya, kemudian dilakukan beberapa kali isolasi dan inokulasi
hingga mendapatkan kultur murni. Kultur murni cendawan yang telah didapatkan
kemudian diidentifikasi. Identifikasi cendawan dilakukan melalui pengamatan morfologi
yaitu warna koloni, ada atau tidak ada sekat, dan bentuk konidia yang mengacu pada
buku identifikasi (Masniawati et al., 2013). Menurut Govindasamy et al., (2014), koloni
yang tumbuh kemudian diamati secara makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan
mikroskopis dilakukan dengan menggunakan object glass yang terlebih dahulu dibasahi
dengan alkohol 95% atau di bakar langsung di atas lampu bunsen. Kemudian sampel
dari setiap koloni yang tumbuh diambil dan diletakkan ke object glass. Object glass
tersebut diamati di bawah mikroskop. Identifikasi jamur dilakukan dengan mengamati
struktur reproduksi seperti spora.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, hanya terdapat dua kelompok yang
mengidentifikasi patogen penyebab penyakit tanaman, yaitu kelompok 3 dan 5.
Sedangkan kelompok lainnya kontaminasi. Kelompok 3 yang menggunakan daun
pepaya (Carica papaya) karakter makroskopis yang terdiri dari koloni berwarna putih,
tepi koloni bergerigi, tekstur koloni halus dan pola penyebaran koloni konsentris.
Karakter mikroskopis yang terlihat terdiri atas hifa dan konidium. Hifa berseptat dan
memiliki konidia. Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan buku identifikasi, kami
mendapatkan nama genus jamur yang sesuai dengan deskripsi diatas yaitu
Phymatotrichopsis. Phymatotrichum disebabkan oleh jamur yang ditularkan melalui
tanah. Rentang jamur yang luas mencakup berbagai tanaman. Phymatotrichum root rot
(PRR) adalah salah satu penyakit kapas (Gossypium spp.) yang paling merusak Dan
alfalfa (Medicago sativa), sumber serat alami yang paling penting dan salah satu
tanaman pakan ternak yang paling penting (Uppalapati et al., 2010). Busuk kapas sering
menyebabkan layu cepat dan kematian tuan rumah pada akhir musim semi, musim panas
dan awal musim gugur saat suhu tinggi (Olsen, 2015). Klasifikasi dari P. omnivora
menurut Agrios (2005) yaitu.
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Pezizomycetes
Ordo : Pezizales
Famili : Rhizinaceae
Genus : Phymatotrichopsis
Species : P. omnivora
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 5 karakter makroskopis yang terdiri
dari koloni berwarna putih kusam, tepi koloni bergerigi, tekstur koloni kasar dan pola
penyebaran koloni konsentris. Karakter mikroskopis yang terlihat terdiri atas hifa dan
konidium. Hifa berseptat dan memiliki konidia. Berdasarkan hasil identifikasi
menggunakan buku identifikasi, kami mendapatkan nama genus jamur yang sesuai
dengan deskripsi diatas yaitu Cercospora. Spesies Cercospora (Mycosphaerellaceae)
sering dikaitkan dengan bintik daun, tetapi juga menyebabkan nekrotik pada bunga,
buah, bracts, biji dan pedikel dari banyak tanaman yang dibudidayakan dan dari
berbagai iklim di seluruh dunia (Bakshi et al., 2015). Klasifikasi dari Cerospora menurut
Agrios (2005) yaitu:
Kingdom : Fungi
Divisi : Acomycota
Kelas : Dothideomycetes
Ordo : Capnodiales
Family : Mycosphaerellaceae
Genus : Cerospora
Spesies : Cerospora sp.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebaiknya dalam mengambil preparat untuk diamati tidak terlalu tebal pada
object glass agar hasil pengamatan mikroskopis dapat maksimal.
DAFTAR REFERENSI
Agrios G. N. 2005. Plant Pathology 5th Edition. New York: Elsevier Academic Press.
Pracaya. 1996. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Retnosari, E., Henuk, J. B. D & Sinaga, M. S. 2014. Identifikasi Penyebab Penyakit
Busuk Pangkal Batang pada Jeruk. Jurnal Fitopatologi, 10(3), pp. 93-97.