Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lingkungan hidup makin banyak menarik perhatian masyarakat luas.

Baik kalangan pemerintah, universitas, media massa maupun masyarakat

umum membicarakannya. Permasalahan lingkungan mendapat perhatian

yang sangat besar di hampir semua negara di dunia, termasuk di Indonesia.

Ini terutama terjadi dalam dasawarsa 1970-an setelah diadakannya Konferensi

PBB tentang lingkungan hidup di Stockholm dalam tahun 1972. Dalam

konferensi Stockholm telah disetujui banyak resolusi tentang lingkungan

hidup yang digunakan sebagai landasan tindak lanjut. Salah satu diantaranya

ialah didirikannya badan khusus dalam PBB yang ditugasi untuk mengurus

permasalahan lingkungan, yaitu United Nations Environmental Programme,

disingkat UNEP. Badan ini bermarkas di Nairobi, Kenya.

Perhatian tentang lingkungan hidup di Indonesia, telah mulai muncul di

media massa sejak tahun 1960-an. Pada umumnya berita itu berasal dari

dunia barat yang dikutip oleh media massa kita, oleh karena berita itu berasal

dari dunia barat, masalah lingkungan yang diliput oleh media massa adalah

terutama yang mengenai pencemaran. Tonggak sejarah tentang

permasalahan lingkungan hidup di Indonesia ialah diselenggarakannya

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


1
Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh

Universitas Padjajaran di Bandung pada tanggal 15-18 Mei 1972. Seminar itu

merupakan seminar tentang lingkungan hidup yang pertama kalinya diadakan

di Indonesia.

Berbicara mengenai permasalahan lingkungan hidup, tidak terlepas

dengan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya.

Jadi, pada hakekatnya yang menjadi perhatian ialah masalah ekologi, karena

aktivitas apapun yang berhubungan dengan makhluk hidup, terutama

manusia, selalu memiliki fungsi, peranan, dan kedudukan yang berkaitan

dengan lingkungan.

Secara etimologi, kata ekologi berasal dari dua suku kata bahasa

Yunani, yaitu: “oikos” yang artinya rumah tangga dan “logos” yang artinya

ilmu. Jadi secara etimologi, ekologi merupakan suatu ilmu tentang rumah

tangga makhluk hidup; atau ilmu tentang makhluk hidup di dalam rumah

tangganya. Karena inti permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan

timbal balik antara makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan

hidupnya, dan ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup

dengan lingkungannya disebut dengan ekologi, sehingga permasalahan

lingkungan hidup pada hakekatnya adalah permasalahan ekologi.

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


2
Konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem, yaitu suatu sistem

ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup

dengan lingkungannya. Menurut Mohammad Taufik Makarao, ekosistem

adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh

menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,

stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Dalam sistem ini, semua

komponen bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk

oleh komponen hidup dan takhidup di suatu tempat yang berinteraksi

membentuk suatu kesatuan yang teratur.

Masing-masing komponen itu mempunyai fungsi, dan selama masing-

masing komponen itu melakukan fungsinya dan bekerja sama dengan baik,

keteraturan ekosistem itu pun terjaga dan ekosistem tersebut ada dalam suatu

keseimbangan tertentu yang bersifat dinamis yang selalu dapat berubah-

ubah. Kadang perubahan itu besar, kadang kecil, yang dapat terjadi secara

alamiah, maupun sebagai akibat dari perbuatan manusia. Dengan konsep

ekosistem, unsur-unsur dalam lingkungan hidup tidak berdiri sendiri-sendiri

tetapi terintegrasi sebagai komponen yang saling berkaitan dalam suatu

sistem.

Permasalahan lingkungan hidup yang kini menjadi permasalahan dunia

tidak terlepas dari adanya pengelolaan terhadap lingkungan hidup yang tidak

terkontrol dengan baik. Dampak negatif yang muncul dalam pengelolaan

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


3
lingkungan hidup tidak terlepas dari hakekat pembangunan yang secara sadar

melakukan pemanfaatan sumber daya alam untuk dapat mencapai tujuan

pembangunan.. Di dalam mengelola atau memanfaatkan lingkungan hidup,

“tidak jarang manusia tertarik dan terpesona oleh tujuan yang dikejarnya saja

sehingga tidak menyadari akibat-akibat sampingannya” berupa resiko yang

bersifat langsung muncul maupun “laten” bagi kelanjutan kehidupan manusia

beserta generasi di masa mendatang.

Pembangunan dengan lingkungan hidup memang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya, baik dari segi manfaat maupun segi

pengaruh negatif dari hasil sampingan yang diberikan secara bersamaan.

Mengingat akan keterkaitannya tersebut, berbagai usaha dilakukan

Pemerintah Indonesia sebagai penanggung jawab utama dalam pengelolaan

lingkungan hidup di Indonesia untuk dapat memperkecil dampak negatifnya

agar tercipta lingkungan hidup yang baik dan sehat. Salah satu wujud

usahanya adalah berupa penetapan peraturan perundang-undangan di

bidang lingkungan hidup, seperti misalnya Undang-undang No. 5 tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (selanjutnya

disebut UU Konservasi).

Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa kekayaan berupa

sumber daya alam yang berlimpah, baik di darat, di perairan maupun di udara

yang merupakan modal dasar pembangunan nasional di segala bidang. Modal

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


4
dasar sumber daya alam tersebut harus dilindungi, dipelihara, dilestarikan, dan

dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia pada

khususnya dan mutu kehidupan manusia pada umumnya menurut cara yang

menjamin keserasian, keselarasan dan keseimbangan, baik antara manusia

dengan Tuhan penciptanya, antara manusia dengan masyarakat maupun

antara manusia dengan ekosistemnya, sehingga pengelolaan sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya sebagai bagian dari modal dasar tersebut pada

hakikatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang

berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila.

Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian

terpenting dari sumber daya alam yang terdiri dari alam hewani, alam nabati

ataupun berupa fenomena alam, baik secara masing-masing maupun

bersama-sama mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk

lingkungan hidup, yang kehadirannya tidak dapat diganti.

Mengingat sifatnya yang tidak dapat diganti dan mempunyai

kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan manusia, maka upaya

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah menjadi

kewajiban mutlak dari tiap generasi untuk melindunginya. Seperti misalnya di

Taman Nasional Bali Barat sebagai kawasan konservasi sumber daya alam

hayati yang harus dijaga dari tindakan yang tidak bertanggung jawab yang

dapat menimbulkan kerusakan pada kawasan suaka alam dan kawasan

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


5
pelestarian alam ataupun tindakan lain yang melanggar ketentuan UU

Konservasi, diancam dengan pidana yang berat berupa pidana badan dan

denda. Pidana yang berat tersebut dipandang perlu karena kerusakan atau

kepunahan salah satu unsur sumber daya alam hayati dan ekosistemnya akan

mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat yang tidak dapat dinilai

dengan materi, sedangkan pemulihannya kepada keadaan semula tidak

mungkin lagi. Akibat dari sifatnya yang luas dan menyangkut kepentingan

masyarakat secara keseluruhan, maka upaya konservasi sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban

Pemerintah serta masyarakat.

Konservasi hutan adalah bertujuan untuk memastikan fungsi utama

perlindungan kawasan hutan terjamin seperti perlindungan tanah,

perlindungan kawasan tadahan air, dan kestabilan cuaca. Dalam penerapan

hukum konservasi hutan, kondisi utama yang dikehendaki bersama adalah

berlangsungnya keutuhan dan fungsi hutan sebagai penunjang ekologi dalam

pembangunan nasional. Karena itu, hutan beserta fungsi dan peranannya

harus dikelola secara rasional, terencana dan terpadu antara lain melalui

sistem kebijaksanaan pengelolaan hutan secara lestari. Berhasilnya konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berkaitan erat dengan tercapainya

tiga sasaran konservasi, yaitu:

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


6
a. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem

penyangga kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan

kesejahteraan manusia (perlindungan sistem penyangga kehidupan);

b. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-

tipe ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu

pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan

kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi

kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah);

c. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati

sehingga terjamin kelestariannya (pemanfaatan secara lestari).

Aktivitas-aktivitas menggalakkan perlindungan hutan termasuk

rehabilitasi kawasan hutan dengan habitat kepelbagaian spesies fauna dan

flora yang unik untuk tujuan memulihkan fungsi ekologi kawasan tersebut.

Akibat sampingan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang bijaksana,

belum harmonisnya penggunaan dan peruntukan tanah serta belum

berhasilnya sasaran konservasi secara optimal, baik di darat maupun di

perairan dapat mengakibatkan timbulnya gejala erosi genetik, polusi, dan

penurunan potensi sumber daya alam hayati, dan terganggunya habitat asli di

kawasan konservasi.

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


7
Frekwensi kejahatan yang terjadi di kawasan konservasi yang semakin

hari semakin meningkat, dimana sering kita jumpai di media cetak mengenai

kasus pembalakan liar dan kasus perburuan satwa langka di kawasan

konservasi taman nasional Bali barat. Menurut catatan Direktorat Konservasi

Keanekaragaman Hayati, Departemen Kehutanan, polulasi Jalak Bali pada

tahun 1942 diperkirakan masih sekitar 1.000 ekor dengan luas habitat sekitar

370 kilometer persegi, Pada era 1990-an, populasinya menyusut menjadi 100

ekor dengan luas habitat sekitar 16 kilometer persegi, namun pada tahun

2005 jumlahnya tinggal 13 ekor dengan luas habitat sementara habitatnya

tinggal tiga kilometer saja. Bahkan survei yang melibatkan peneliti dari LIPI

dan para pecinta burung, termasuk Forum Konservasi Satwa Liar Indonesia

pada Januari 2005, hanya menemukan lima ekor saja. Termasuk satu Jalak Bali

yang ditemukan tanpa cincin melingkar di pergelangan kakinya (berdasarkan

data yang diperoleh dari kantor Taman Nasional Bali Barat)


Catatan Kompas menunjukkan, 39 Jalak Bali dicuri komplotan pencuri

Jalak Bali pada tahun 1999. Agustus 2000, sebanyak 13 Jalak Bali kembali

dicuri dari Pusat Penangkaran Jalak Bali di Tegal Bunder. Selama tahun 2006

terdapat enam kasus penangkapan Jalak Bali secara ilegal yang ditangani

pengelola TNBB bersama kepolisian setempat.

Kondisi demikian tentu tak luput dari kerusakan TNBB sebagai

habitatnya. Salah satunya diakibatkan oleh penebangan liar (illegal logging),

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


8
baik dalam bentuk kayu gelondongan ataupun kayu bakar. Kondisi itu

diperkuat lagi dengan adanya penemuan kayu-kayu tak bertuan di dalam

hutan, yang merupakan hasil penebangan liar. Sedikitnya sejak Juli hingga

September 2001 tim PKH telah berhasil mengamankan kayu hasil curian

sebanyak 1570 batang atau setara dengan 127,377 meter kubik.


Akibat dari banyak terjadinya pelanggaran di kawasan tersebut dan

sanksi hukum terhadap pelanggar UU Konservasi banyak yang tidak berjalan

sebagaimana mestinya, membuat banyak kalangan mempertanyakan

efektifitas penerapan UU Konservasi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Upaya pemerintah terhadap pelestarian sumber daya alam hayati

berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.


2. Penegakan hukum terhadap Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya

BAB II
PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

 Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang

terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


9
alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur nonhayati di

sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.


 Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya

alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk

menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara

dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.


 Ekosistem sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan timbal

balik antara unsur dalam alam, baik hayati maupun nonhayati yang

saling tergantung dan pengaruh mempengaruhi.


 Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati, baik yang

hidup di darat maupun di air.


 Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di

darat dan/atau di air, dan/atau di udara.


 Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas dan/atau

dipelihara, yang masih mempunyai kemurnian jenisnya.


 Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan/atau di air,

dan/atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang

hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.


 Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup

dan berkembang secara alami.


 Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di

darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga

kehidupan.

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


10
 Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya

mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau

ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya

berlangsung secara alami.


 Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri

khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang

untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap

habitatnya.
 Cagar biosfer adalah suatu kawasan yang terdiri dari ekosistem asli,

ekosistem unik, dan/atau ekosistem yang telah mengalami degradasi

yang keseluruhan unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan bagi

kepentingan penelitian dan pendidikan.


 Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu,

baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan

sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis

tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya.


 Taman national adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk

tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,

pariwisata, dan rekreasi.


 Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan

koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


11
atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata,

dan rekreasi.
 Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama

dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

B. ANALISIS

Dari analisis berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya antara lain;


1. Upaya terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta

keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya

peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.


2. Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,

dilaksanakan melalui kegiatan:

a. pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta

ekosistemnya;

b. pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.


3. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan

perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam.

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


12
(a) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk

kegiatan pembinaan Habitat untuk kepentingan satwa di dalam suaka

marga satwa.
(b) Perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan

luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain

yang tidak asli.


4. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

dilakukan melalui kegiatan:

a. Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam;

b. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.


5. Kawasan taman nasional dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari

zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluan.
6. (a)Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan

perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional.


(b) Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan

luas zona inti taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa

lain yang tidak asli.


(c) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan

fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan

raya, dan taman wisata alam.


7. (a) Pengelolaan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam

dilaksanakan oleh Pemerintah.

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


13
(b) Di dalam zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya, dan

taman wisata alam dapat dibangun sarana kepariwisataan berdasarkan

rencana pengelolaan.
(c) Untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, Pemerintah dapat

memberikan hak pengusahaan atas zona pemanfaatan taman nasional,

taman hutan raya, dan taman wisata alam dengan mengikutsertakan

rakyat.
(d) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),

dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.


8. Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak

mengurangi kewenangan penyidik sebagaimana diatur dalam Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

dan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berwenang untuk:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya;

b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak

pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

c. memeriksa tanda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan suaka

alam dan kawasan pelestarian alam;

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


14
d. melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana di

bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

e. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan sehubungan

dengan tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya;

f. membuat dan menandatangani berita acara;

9. (1) Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal

33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)

tahun dan denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah).

(2) Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat

(2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling

lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00

(seratusjuta rupiah).

(3) Barangsiapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal

32 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)

tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratusjuta

rupiah).

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


15
(4) Barangsiapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat

(2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling

lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah).

(5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) dan ayat (4) adalah pelanggaran.

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari analisis berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya disimpulkan sebagai

berikut ;
1. Salah satu wujud usaha untuk mempertahankan sumber daya alam hayati

adalah berupa penetapan peraturan perundang-undangan di bidang

lingkungan hidup, seperti misalnya Undang-undang No. 5 tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

(selanjutnya disebut UU Konservasi).


2. Masing-masing komponen itu mempunyai fungsi, dan selama masing-

masing komponen itu melakukan fungsinya dan bekerja sama dengan

baik, keteraturan ekosistem itu pun terjaga dan ekosistem tersebut ada

dalam suatu keseimbangan tertentu yang bersifat dinamis yang selalu

dapat berubah-ubah.
3. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri

dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani

(satwa) yang bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara

keseluruhan membentuk ekosistem.

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


17
Berhasilnya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

berkaitan erat dengan tercapainya tiga sasaran konservasi, yaitu:


a. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem

penyangga kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan

kesejahteraan manusia (perlindungan sistem penyangga kehidupan);


b. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-

tipe ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu

pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan

kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi

kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah);


c. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati

sehingga terjamin kelestariannya (pemanfaatan secara lestari).

B. KESIMPULAN

Dari analisis berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya disimpulkan sebagai

berikut ;
1. Perlu dilakukan identifikasi sumber daya alam hayati dan ekosistem secara

berkesinambungan demi untuk terwujud pengelolaan sumber daya alam

hayati dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

2. melakukan pemantauan, pengawasan, pembinaan terhadap pengelolaan

sumber daya alam hayati dan ekosistem yang di miliki di setiap

daerah/kab/kota.

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


18
3. Melakukan upaya pencegahan dengan berdasarkan Instrumen

pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri

atas:

a. KLHS;

b. tata ruang;

c. baku mutu lingkungan hidup;

d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;

e. amdal;

f. UKL-UPL;

g. perizinan;

h. instrumen ekonomi lingkungan hidup;

i. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup;

j. anggaran berbasis lingkungan hidup;

k. analisis risiko lingkungan hidup;

l. audit lingkungan hidup; dan

m. instrumen lain sesuai dengan kebutuhan

4. Perlu implementasi kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam hayati

dan ekosistem sesuai dengan fungsinya secara lebih tegas.

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


19
DAFTAR PUSTAKA

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


20
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian


Alam Proyek Pengembangan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, Jakarta September 1991.

Rachmad K.Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan dan Sumber Daya Alam

Dr. Helmi, S.H.,M.H Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Jambi 2012

Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan

Materi Bimbingan Teknis oleh Kementerian Lingkungan Hidup Pusat


Pengelolaan

Modul Bimbingan Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu oleh


Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2012.

Makalah Hukum dan Kebijakan Lingkungan


21

Вам также может понравиться