Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cedera otak traumatik relatif sering terjadi, mengakibatkan lebih dari 1 juta admisi
pada unit gawat darurat di seluruh dunia. Kerusakan akibat cedera otak traumatik amat
bervariasi, dari cedera kepala ringan sampai cedera berat dan kematian. Cedera otak
traumatik dapat terjadi sebagai cedera tunggal, maupun sebagai bagian dari trauma
multipel. Penyebab utama cedera otak traumatik adalah kecelakaan lalu lintas, jatuh,
olah raga maupun perkelahian. Pengelolaan segera cedera otak traumatik difokuskan
pada pencegahan cedera sekunder, dengan mencegah terjadinya hipoksia dan
hipoperfusi yang secara bermakna menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Epidural Hematoma (EDH) adalah perdarahan yang terjadi pada ruang epidural,
biasanya terjadi pada fossa kranii media karena adanya laserasi arteri meningea media,
walaupun bisa juga terjadi pada fossa anterior ataupun posterior. EDH seringkali terjadi
bersama fraktur tulang kranium. Secara klasik, pasien EDH memiliki lucid interval
(Suarjaya dan Himendra, 2012).
EDH sangat penting untuk cepat didiagnosa; karena bila terdeteksi segera dan
dilakukan evakuasi dan kontrol perdarahan segera, biasanya hasilnya baik dengan
mortalitas kurang dari 10%. Gejala klinis sebagai akibat dari hematoma intrakranial
seperti EDH, terutama tergantung pada kecepatan hematoma ini terbentuk. Bila
hematoma terbentuk dengan cepat seperti pada akut EDH (akibat cedera kepala),
subdural, ataupun hematoma intraserebral, akan terjadi gangguan neurologis dengan
cepat dan peningkatan tekanan intracranial (TIK) yang mengancam kehidupan.
Sehingga perlu dilakukan pengendalian TIK serta mempertahankan oksigenasi dan
perfusi otak, diikuti dengan dekompresi dengan pembedahan. Waktu sangatlah penting
pada pembedahan EDH, evakuasi dan kontrol perdarahan dalam waktu yang singkat
sangat penting untuk menghindari cedera neurologis yang permanen (Suarjaya dan
Himendra, 2012).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Epidural hematoma (EDH) atau hematoma epidural adalah suatu hematoma yang
terjadi diantara duramater dan tulang yang timbul akibat sobekan arteri meningea
media atau pada salah satu cabangnya (Ngoerah, 2017). Epidural hematoma adalah
kumpulan darah yang terletak diantara duramater dan periosteum yang disebabkan oleh
laserasi traumatic pada arteri meningeal (Baehr dan Frotscher, 2012). Epidural
hematoma adalah perdarahan yang terjadi pada ruang epidural, biasanya terjadi pada
fossa kranii media karena adanya laserasi arteri meningea media, walaupun bisa juga
terjadi pada fossa anterior ataupun posterior (Suarjaya dan Himendra, 2012).
2.2. Etiologi
Epidural hematoma disebabkan oleh pecahnya arteri meningea media dan/atau
cabangnya (Bachrudin, 2013). Epidural hematoma, sebagian besar berasal dari
perdarahan arteri pada duramater, dan hanya 10 % dari perdarahan epidural ini berasal
dari perdarahan vena (Suarjaya dan Himendra, 2012). Pecahnya arteri tersebut
umumnya disebabkan oleh laserasi traumatik pada arteri meningeal. Diperlukan
tekanan yang cukup besar untuk menimbulkan kumpulan cairan pada lokasi tersebut
karena duramater berlekatan erat dengan permukaan dalam periosteum (Baehr dan
Frotscher, 2012).
2.3. Mekanisme Cedera Otak
Cedera otak dapat terjadi akibat benturan langsung atau tidak langsung pada
kepala. Benturan dapat dibedakan dari macam kekuatannya, yakni kompresi, akselerasi
dan deselerasi (perlambatan). Sulit dipastikan kekuatan mana yang paling berperan.
Dari tempat benturan, gelombang kejut disebarkan ke semua arah. Gelombang ini
mengubah tekanan jaringan, dan bila tekanan cukup besar, akan terjadi kerusakan
jaringan otak ditempat benturan yang disebut coup, atau ditempat yang berseberangan
dengan datangnya benturan disebut contra coup.

2
Gambar 1: Trauma yang langsung membentur kepala coup (kiri); contracoup (kanan)

Fraktur tulang tengkorak seringkali terjadi bersama cedera otak traumatik. Makin
berat cedera otak traumatiknya, makin besar kemungkinan terjadi fraktur tulang
tengkorak. Kejadian fraktur tulang tengkorak pada cedera otak traumatik adalah sekitar
3% dari pasien yang masuk ruang gawat darurat, 65% dari pasien yang masuk ruang
rawat intensif neuro, dan 80% dari pasien cedera otak traumatik yang meninggal.
Fraktur tulang tengkorak adalah masalah yang penting, sebab memiliki insiden
perdarahan intrakranial yang lebih besar disbanding pasien cedera otak traumatik yang
tidak mengalami fraktur. Fraktur tulang tengkorak juga berkaitan dengan komplikasi
cedera otak traumatik, seperti menjadi sumber infeksi (Suarjaya dan Himendra, 2012).
2.4. Gejala Klinis
Gejala hematoma epidural antara lain:
 Ada lucid interval, yakni diantara saat terjadi trauma kapitis dan waktu
terjadinya koma terdapat kondisi dimana kesadaran penderita masih baik
(Ngoerah, 2017), atau pada waktu trauma kesadaran menurun namun beberapa
saat (6-24 jam) kesadaran menurun dan seterusnya menjadi koma (Bachrudin,
2013).
 Chusing sign: tekanan darah yang semakin tinggi, nadi yang semakin
melambat.
 Sindrom weber akibat gangguan nervus III oleh karena herniasi tentorii:
midriasis di sisi ipsilateral dan hemiplegi di sisi kontralateral dari garis fraktur.

3
 Tanda Babinski di kontralateral (menunjukkan hematoma yang bertambah
berat).
 Funduskopi dapat memperlihatkan papil edema (setelah 6 jam kejadian).
 Foto roentgen: fraktur linear yang jalannya melintang dengan jlannya arteri
meningea media atau salah satu cabangnya.
 Computed Tomography-Scan (CT-Scan) kepala: hematoma seperti (Ngoerah,
2017).
2.5. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos kepala (skull x-ray). Dari foto polos kepala dapat ditemukan fraktur.
b. CT-Scan. Perdarahan epidural lokasinya antara tabula interna tulang tengkorak
dan dura. Perdarahan ini biasanya bentuknya bikonveks, karena batas luarnya
mengikuti bentuk tabula interna tulang tengkorak, dan batas dalamnya adalah
lokasi di mana dura melekat secara kuat pada tengkorak.

Gambar 2: ilustrasi perdarahan epidural

4
Gambar 3: (a) CT menunjukkan 0.5 cm epidural hematoma pada region temporal kiri. (b) CT menunjukkan 1 cm
epidural hematoma. (c) CT menunjukkan 0.5 cm epidural hematoma. (d) CT menujukkan resolusi komplit
epidural hematoma pada region emporal kiri.

c. Gambaran MRI yang didapat bervariasi tergantung onset trauma dan letak
perdarahan.
2.6. Penatalaksanaan
1) Evaluasi awal pasien cedera otak traumatik meliputi evaluasi trauma sistemik
seperti mengikuti protokol Advanced Trauma Life Support (ATLS). Protokol
ini menekankan pemeriksaan sistematis untuk cedera trauma, dimana jalan
nafas, ventilasi dan sirkulasi harus dinilai terlebih dahulu. Penilaian pada sistem
sirkulasi harus meliputi semua tempat perdarahan eksternal termasuk luka
terbuka pada kepala, dan segera dilakukan upaya untuk mengontrol perdarahan.
Setelah evaluasi trauma awal dan pasien berada dalam kondisi hemodinamik
stabil, dapat dilanjutkan dengan evaluasi yang terfokus pada cedera kepalanya.

5
2) Penting untuk mendapatkan keseluruhan gambaran mekanisme trauma yang
terjadi, karena dapat memperkirakan beratnya cedera otak traumatik yang
terjadi. Setelah anamnesa yang memadai, dilakukan penilaian status neurologis.
 Evaluasi neurologis adalah penilaian Glasgow Coma Scale (GCS).
Walau penilaian GCS sudah merupakan bagian dari evaluasi trauma
awal, harus dilakukan berulang untuk menilai adanya penurunan status
neurologis.
 Pemeriksaan neurologis lain yang penting pada pasien cedera kepala
adalah penilaian ukuran pupil dan reaktifitas pupil terhadap cahaya,
respon refleksinya, adanya asimetri ataupun flaksiditas pada
ekstremitas, maupun postur deserebrasi (ekstensi lengan yang rigid)
ataupun dekortikasi (fleksi lengan yang rigid).
3) Setelah dilakukan resusitasi, stabilisasi dan penilaian neurologis, pemeriksaan
untuk diagnostik dapat dilakukan.
 Harus dilakukan rontgent lateral C-spine dan toraks. Foto rontgent polos
kepala sekarang jarang dilakukan untuk cedera kepala tertutup, tetapi
masih penting pada evaluasi trauma tembus kepala.
 CT-Scan, sekarang merupakan pemeriksaan diagnostik terpilih pada
evaluasi cedera otak traumatik karena cepat, relatif sudah tersedia di
banyak rumah sakit, dapat mengidentifikasi sebagian besar fraktur pada
tengkorak dan secara akurat dapat menunjukkan lokasi perdarahan akut
yang terjadi. CT-Scan standar untuk evaluasi cedera otak traumatik
adalah scan tanpa kontras.
Perdarahan epidural lokasinya antara tabula interna tulang
tengkorak dan dura. Perdarahan ini biasanya bentuknya bikonveks,
karena batas luarnyamengikuti bentuk tabula interna tulang tengkorak
dan batas dalamnya adalah lokasi di mana duramelekat secara kuat pada

6
tengkorak. Perdarahan epidural, sebagian besar berasal dari perdarahan
arteri pada dura, sehingga dapat membesar dengan cepat.
4) Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK) hampir selalu terjadi pada pasien
cedera kepala yang memerlukan tindakan operasi, dan induksi anestesia terbaik
dilakukan dengan obat induksi yang menurunkan TIK.
 Propofol (1,5-3 mg/kg) + fentanyl (2-5 μg/kg) sangat memuaskan.
Apabila didapatkan adanya hemodinamik yang tidak stabil, dapat
digunakan etomidate (0,1-0,4 mg/kg).
5) Tindakan operasi pada cedera otak traumatik diindikasikan bila terjadi efek
massa yang bermakna. Indikasi tindakan operasi adalah:
 Volume hamatoma > 30 ml
 Keadaan pasien memburuk
 Pendorongan garis tengah > 5 mm
 Fraktur tengkorak terbuka, dan fraktur tengkorak depresi dengan
kedalaman >1 cm
 EDH dan SDH ketebalan lebih dari 5 mm dan pergeseran garis tengah
dengan GCS 8 atau kurang
 Tanda-tanda lokal dan peningkatan TIK > 25 mmHg (Suarjaya dan
Himendra, 2012).
Tindakan operasi dengan membuat lubang pada tengkorak (burr hole),
kemudia darah dihisap (Bachrudin, 2013).
2.7. Prognosis
Prognosis epidural hematoma tergantung pada lokasinya (infratentorial lebih
jelek), besarnya, dan kesadaran saat masuk kamar operasi. Jika ditangani dengan cepat,
prognosis epidural hematoma biasanya baik, karena kerusakan otak secara menyeluruh
dapat dibatasi. Prognosis sangat buruk pada pasien yang mengalami koma sebelum
operasi.

7
Prognosis dari penderita SDH ditentukan dari GCS awal saat operasi, lamanya
penderita datang sampai dilakukan operasi, lesi penyerta di jaringan otak, serta usia
penderita pada penderita dengan GCS kurang dari 8 prognosisenya 50 %, makin rendah
GCS, makin jelek prognosisnya makin tua pasien makin jelek prognosisnya adanya lesi
lain akan memperjelek prognosisnya (Wilson dan Price, 2006).

8
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tanjung-KLU
Status : Menikah
3.2. Anamnesa
Laki-laki 25 tahun, pekerjaan wiraswasta, datang diantar ke IGD RSUP NTB
dengan keluhan kesadaran menurun setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan lalulintas motor dengan motor yang terjadi pada pukul 01.00 WITA (13-
9-2012), yaitu kira-kira 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Saat kejadian pasien dalam
pengaruh minuman beralkohol dan dibonceng sepeda motor. Setelah kecelakaan pasien
sempat sadar namun tidak mengingat kejadian. Sesampai di rumah sakit pasien sudah
tidak sadarkan diri, mual dan muntah tidak ada, kejang tidak ada. Tidak ada cairan atau
darah yang keluar dari hidung, mulut maupun telinga.
3.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Koma
GCS : E1Vx(mayo)M4
Tanda vital
 Tekanan Darah :140/60
 Nadi : 80 x/menit
 Frekuensi Nafas : 32 x/menit
 Suhu : 38,30 C

9
Status Generalis
 Kepala dan Leher : Cephal hematom regio temporoparietal (+) kanan,
Vulnus appertum regio frontal kanan ukuran 3x2 cm,
vulnus laseratum regio parietal kiri dan regio
zygomatikus kanan ukuran 3x1 cm.
 Mata : Hematom palpebra superior dan inferior kanan, edema
palpebra superior dan inferior kanan, Pupil: Bentuk bulat,
RP -/+ anisokor, ukuran 5 mm/2 mm
 THT : Otorea (-), Rhinorea (-), jejas (-), deformitas hidung (-),
deformitas maxilla (-) deformitas mandibula(-)
Toraks
 Inspeksi : Bentuk dan ukuran thorax normal, gerak dinding dada
simetris, jejas (-)
 Palpasi : Pengembangan dinding dada simetris, nyeri tekan (-),
krepitasi (-) ictus cordis teraba di ICS V sinistra
 Perkusi : Pulmo: sonor pada kedua lapangan paru.
Cor : Batas Kanan: ICS II linea parasternal kanan,
batas kanan bawah pada ICS IV linea parasternal kanan),
Batas Kiri : ICS V linea midklavikula sinistra,
 Auskultasi : Pulmo: (vesikuler +/+, ronki -/-, whezing -/-)
Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur(-), Gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : distensi (-), jejas (+) di regio hypokondrium kiri
 Auskultasi : bising usus 2-4x/menit
 Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen

10
Ekstremitas
 Atas Kanan : Jejas (-), hematome (-), deformitas (-), gerakan
aktif (+), edema (-), akral hangat (+).
Kiri : Jejas (-), hematome (-), deformitas (-),
pergerakan kurang aktif (+), edema (-), akral
hangat (+).
 Bawah Kanan : Jejas (-), hematome (-), deformitas (-), gerakan
aktif (+),, edema (-), akral hangat (+).
Kiri : Jejas (-), hematome (-), deformitas (-),
pergerakan kurang aktif (+), edema (-), akral
hangat (+).
Status Neurologis
 GCS : E1Vx(mayo)M4
 Kesadaran : Koma
 Saraf kranial
 NI : Sde
 N II : Sde
 N III, IV, VI : Ptosis (-) Posisi bola mata ditengah,
Pupil : RCL -/+, anisokor, bentuk bulat regular, ukuran 5
mm/ 2 mm,
Nistagmus (-)
 NV : Reflex kornea : Tde
 N VII : Sde
 N VIII : Sde
 N IX : posisi arkus pharing di tengah
 X : Sde
 XI : Sde
 XII : Sde

11
 Rangsangan Meningeal
 Kaku Kuduk : tde
 Kernig sign : tde
 Brudzinski I : tde

 Motorik
Motorik Superior Inferior
Dx Sx Dx Sx
Pergerakan Aktif kurang aktif Kurang
Kekuatan sde sde sde Sde
Tonus Otot Dbn dbn dbn Dbn
Bentuk otot Dbn dbn dbn Dbn
 Refleks fisiologis
 Bisep +/++
 Triceps +/+
 Patela +/+
 Achiles +/+
 Refleks Patologis
 Babinski -/+
 Chaddock -/-
 Scaefer -/-
 Gordon -/-
 Oppenheim -/-
 Sensibilitas
 Eksteroseptif : Nyeri : sde
Suhu :sde
Rasa raba halus : sde
 Proprioseptif : Rasa nyeri dalam : sde
 Fungsi kortikal : Rasa diskriminasi : sde

12
3.4. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboraturium tanggal 13 September 2012
WBC : 13,24
GDS : 181 mg/dL
2. Skull AP/Lateral

Gambar 4: Skull AP, tidak tampak Fraktur Gambar 5: Skull Lateral: Tidak tampak Fraktur

13
3. CT-Scan kepala

Gambar 6: CT Scan kepala menunjukan gambaran Epidural hematom berupa gambaran hiperdens
homogen berbentuk bikonveks diantara tabula interna dan duramater regio fronto temporal kanan

14
3.5. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
didapatkan, maka pasien didiagnosis dengan cedera otak berat et kausa EDH fronto
temporal kanan + trauma abdomen.
3.6. Resume
Dilaporkan suatu kasus seorang laki-laki 25 tahun dengan diagnosis cedera otak
berat et kausa Epidural Hematoma fronto-temporal kanan + trauma abdomen. Pasien
masuk rumah sakit dengan keluhan penurunan kesadaran yang dialami setelah
kecelakaan lalu lintas.
Saat kejadian Os dalam pengaruh alkohol. Setelah kecelakaan os tidak sadarkan diri
(+), mual(-) muntah(-) kejang(-) os tidak ingat kejadian. Keluar cairan/darah dari
hidung (-), mulut (-) dan telinga (-).
Pemeriksaan fisik lokalis: kesadaran koma, GCS E1Vx(mayo)M4. Frekuensi
napas 32 x/menit, teratur Cephal hematom regio temporoparietal (+) kanan, Vulnus
appertum regio frontal kanan ukuran 3x2 cm, vulnus laseratum regio parietal kiri dan
regio zygomatikus kanan ukuran 3x1 cm. Mata : hematom palpebra superior dan
inferior kanan, edema palpebra superior dan inferior kanan, pupil: bentuk bulat, reflek
pupil -/+ anisokor, ukuran 5 mm/2 mm, THT : otorea (-), rhinorea (-), jejas (-),
deformitas hidung, maxilla dan mandibula(-). Pemeriksaan status neurologis: kesan
hemiparese kiri (+). Refleks fisiologis: bisep +/++. Refleks Patologis: babinski -/+.
3.7. Follow Up
Tang S O A P
gal
13/9/ Penurunan Kesadaran: Koma, -COB,  O2 masker 8 lpm
2012 kesadaran Post KLL GCS: E1Vx(mayo)M4. -Febris  Pasang mayo, NGT
motor vs motor. Tekanan Darah:140/60 -takipneu dan kateter urine
Setelah kecelakaan Nadi : 80 x/menit -dehidrasi  Infus NaCl 0,9% 19-
os tidak sadarkan Frekuensi Nafas: 28 -Hiper- 31 tpm
diri(+) mual(-) x/menit glikemia  Manitol 15-30 gr/6 jam
muntah(-) kejang(-) Suhu: 38,30 C  Ketorolac 18 mg-30
os tidak ingat UT : 35 cc/jam, warna mg/ hari
kejadian. Keluar kuning  Piracetam 3 gram/ 8
cairan/darah dari NGT :40 cc, warna jam iv
bening
 Seftriaxon 1-2 gr/hari

15
hidung (-), mulut (-)  Ranitidin 50 mg/ 6-8
dan telinga (-). Kepala: jam
Cephal hematom regio  Kutoin 600-900 mg iv
temporoparietal kanan,  Kalnex 1-2 ampul
Vulnus appertum regio
frontal kanan ukuran  Pro Craniotomy
3x2 cm, vulnus
laseratum regio parietal
kiri dan regio
zygomatikus kanan
ukuran 3x1 cm
Mata:
Hematom palpebra
superior dan inferior
kanan, edema palpebra
superior dan inferior
kanan, Pupil: Bentuk
bulat, RP -/+ anisokor,
ukuran 5 mm/2 mm.
THT:
Otorea (-), Rhinorea (-)
jejas (-), deformitas
hidung (-),deformitas
maxilla (-) deformitas
mandibula(-).

Laboratorium
WBC ; 13,24
GDS : 181
14/9/ Tidak sadar Post Kesadaran: Koma, -COB +
Keluarga setuju OK
2012 KLL. Gelisah(+) GCS: E1Vx(mayo)M4. EDH
Pupil: RP -/+ anisokor, -Febris ACC anastesi
bentuk bulat, ukuran 5 -Oligouria
Operasi Craniotomy
mm/2 mm -Takipneu
Tekanan Darah:140/60 -Anemia FT(D) + evakuasi EDH:
Nadi : 80 x/menit -Hiper- -Sumber perdarahan dari
Frekuensi Nafas: 32 glikemia arteri meningica media
x/menit
Suhu: 38,30 C -Volume EDH ± 60 cc
UT : 30 cc/jam, warna
kuning
NGT : 20 cc warna Instruksi Post Operasi
bening  O2 masker 6 lpm
Drain : 15 cc, warna  Infus D5 ½ NS 30
merah pekat tpm
 Manitol 15-30 gr/6
Laboratorium jam
HB : 7,2  Inj Farmadol 1 mg/8
RBC: 2,43 jam
HCT: 22,1
 Jika Hb < 10 g/dl
PLT :73
transfuse

16
WBC:8,71
GDS: 181
Masuk 3 kolf WB (saat
OK)

15/9/ Os masih tidak sadar Kesadaran: koma, - Post op Transfusi 2 kolf WB


2012 Post KLL. GCS: E1Vx(mayo)M2. Craniotomy
Gelisah(+) Pupil: RP -/+ anisokor, FT(D) +  O2 masker 6 lpm
bentuk bulat, ukuran 5 evakuasi  Infus D5 ½ NS 30
mm/2 mm EDH H+1 tpm
Tekanan Darah:130/60 -Febris  Manitol 15-30 gr/6
Nadi : 84 x/menit -dehidrasi jam
Frekuensi Nafas: 34 -Takipneu  Inj Farmadol 1 mg/8
x/menit jam
Suhu: 39,30 C
UT : 30 cc/jam, kuning
NGT :40 cc, warna
bening
Drain: 30 cc, warna
merah

16/9/ Pasien masih tidak Kesadaran: koma, -Post op -Trakheostomy


2012 sadar. GCS: E1Vx(pipa Craniotomy -Transfusi 1 kolf WB
thraceostomy)M2. FT(D) +
Pupil: RP -/- anisokor, evakuasi
bentuk bulat, ukuran 5 EDH H+2
mm/3 mm -Febris
TD:140/60 -Anemia
Nadi : 90 x/menit, -dehidrasi
lemah -Takipneu
Frekuensi Nafas: 34
x/menit
Suhu: 40,0 C
UT: 50 cc/jm
NGT :80 cc, warna
bening
Drain : 40 cc,warna
kemerahan
Laboratorium
HB : 8,7
RBC: 3,18
HCT: 29,5
PLT :73
WBC:7,2
17/9/ Pasien tidak sadar, Kesadaran: koma, -Post op
2012 Kejang(-) GCS: E1Vx(pipa Craniotomy  Inf manitol 100cc/6
thraceostomy)M2. FT(D) + jam
Pupil: RP -/- anisokor evaluasi  Inj Metamizole 500
5/2 mm EDH H+3 mg/8 jam
- Oliguria

17
Laboratorium -Dehidrasi  Inj triasco 1 gr/12
HB : 10,9 jam
RBC: 3,80  Inj Farmadol 1 mg/8
HCT: 34,3 jam
PLT :127
WBC:10,3
GDS: 117

UT :50 cc/ jam, warna


kuning
NGT: 80 cc, warna
bening
Drain: 40 cc warna
merah

Masuk 1 kolf PRC


8.00
KU; lemah
Kesadaran: E1Vx(pipa
tracheostomy)M2
TD: 100/Palpasi,
N : 170x/menit

10.30
N : Bradikardi –
asistole
CPR (+)
Injeksi SA300-600 mcg
i.v
Adrenalin(+)1:1000
0,3-0,5 ml i.m. Diulang
tiap 15-20 menit
RJP(+)

11.00
N: 160 x/menit, lemah,
irama sinus
TD 110/80

11.30
N: Menurun, lemah dan
irregular – asistole
CPR(+)
Inj adrenalin 1:1000
0,3-0,5 ml i.m. Diulang
tiap 15-20 menit,
Inj SA 300-600 mcg i.v

11.45
Irama sinus
N 150 x/menit

18
Grojok RL 1 flash

12.10
Bradikardia, asistole
RJP(+),
SA 300-600 mcg i.v
Adrenalin 1:1000 0,3-
0,5 ml i.m.

13.00
Pasien meninggal

19
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Cedera otak traumatik relatif sering terjadi dan kerusakan akibat cedera otak
traumatik bervariasi dari cedera kepala ringan sampai berat bahkan kematian.
Pengelolaan segera cedera otak traumatik difokuskan pada pencegahan cedera
sekunder, dengan mencegah terjadinya hipoksia dan hipoperfusi yang secara bermakna
menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Epidural hematoma (EDH) adalah perdarahan yang terjadi pada ruang epidural,
biasanya terjadi pada fossa kranii media karena adanya laserasi arteri meningea media,
walaupun bisa juga terjadi pada fossa anterior ataupun posterior. EDH seringkali terjadi
bersama fraktur tulang kranium. Secara klasik, pasien EDH memiliki lucid interval.
EDH sangat penting untuk cepat didiagnosa; karena bila terdeteksi segera dan
dilakukan evakuasi dan kontrol perdarahan segera, biasanya hasilnya baik dengan
mortalitas kurang dari 10%. Waktu sangatlah penting pada pembedahan EDH,
evakuasi dan kontrol perdarahan dalam waktu yang singkat sangat penting untuk
menghindari kelainan neurologis permanen bahkan kematian.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bachrudin, Moch. 2013. Neurologi Klinis. Malang: Penerbitan Universitas


Muhammadiyah Malang.
Baehr, M dan Frotscher. 2012. Diagnosis topik Neurologu DUUS Edisi ke-Empat.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ngoerah, Gd. I Gst Ngr. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Denpasar: Udayana
Udayana University Press
Suarjaya, I Pt Pramana dan Himendra Wargahadibrata. 2012. Manajemen Perioperatif
Epidural Hematoma Akibar Cidera Otak Traumatik. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Denpasar.
Wilson M. L, Price S. A. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: Rineka Cipta.

21

Вам также может понравиться

  • Referensi Qory
    Referensi Qory
    Документ1 страница
    Referensi Qory
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Referensi Qory
    Referensi Qory
    Документ1 страница
    Referensi Qory
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • BLEFARITIS
    BLEFARITIS
    Документ47 страниц
    BLEFARITIS
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar CBD
    Kata Pengantar CBD
    Документ2 страницы
    Kata Pengantar CBD
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Journal Reading + Telaah
    Journal Reading + Telaah
    Документ32 страницы
    Journal Reading + Telaah
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar CBD
    Kata Pengantar CBD
    Документ2 страницы
    Kata Pengantar CBD
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi LMA
    Daftar Isi LMA
    Документ3 страницы
    Daftar Isi LMA
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Overview Journal
    Overview Journal
    Документ2 страницы
    Overview Journal
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • CBD (Autosaved)
    CBD (Autosaved)
    Документ36 страниц
    CBD (Autosaved)
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar Mata
    Kata Pengantar Mata
    Документ2 страницы
    Kata Pengantar Mata
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Hepatoma CBD Ku
    Hepatoma CBD Ku
    Документ1 страница
    Hepatoma CBD Ku
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • CBD Hepatoma: Uswatun Hasanah 0 1 3 - 0 6 - 0 0 0 7
    CBD Hepatoma: Uswatun Hasanah 0 1 3 - 0 6 - 0 0 0 7
    Документ50 страниц
    CBD Hepatoma: Uswatun Hasanah 0 1 3 - 0 6 - 0 0 0 7
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Bab Iii CBD Ku
    Bab Iii CBD Ku
    Документ23 страницы
    Bab Iii CBD Ku
    Uswatun Hasanah
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ1 страница
    Bab I
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Case Based Discussion
    Case Based Discussion
    Документ1 страница
    Case Based Discussion
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Bab Iii CBD Ku
    Bab Iii CBD Ku
    Документ23 страницы
    Bab Iii CBD Ku
    Uswatun Hasanah
    Оценок пока нет
  • Case Based Discussion: Epidural Hematoma
    Case Based Discussion: Epidural Hematoma
    Документ44 страницы
    Case Based Discussion: Epidural Hematoma
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi CBD Epidural Hematoma
    Daftar Isi CBD Epidural Hematoma
    Документ2 страницы
    Daftar Isi CBD Epidural Hematoma
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Case Based Discussion: Epidural Hematoma
    Case Based Discussion: Epidural Hematoma
    Документ44 страницы
    Case Based Discussion: Epidural Hematoma
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi CBD Epidural Hematoma
    Daftar Isi CBD Epidural Hematoma
    Документ2 страницы
    Daftar Isi CBD Epidural Hematoma
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Case Based Discussion: Epidural Hematoma
    Case Based Discussion: Epidural Hematoma
    Документ44 страницы
    Case Based Discussion: Epidural Hematoma
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Epidural Hematoma
    Epidural Hematoma
    Документ1 страница
    Epidural Hematoma
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Epidural Hematoma
    Epidural Hematoma
    Документ1 страница
    Epidural Hematoma
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • AFASIA
    AFASIA
    Документ16 страниц
    AFASIA
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar Epidural Hematoma
    Kata Pengantar Epidural Hematoma
    Документ1 страница
    Kata Pengantar Epidural Hematoma
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ5 страниц
    Kata Pengantar
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет
  • CBD Neuro
    CBD Neuro
    Документ23 страницы
    CBD Neuro
    Fitrahtul'Qory'Aqidah
    Оценок пока нет