Вы находитесь на странице: 1из 73

PENINGKATAN SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU SENGON

(Faraserianthes Falcataria) ARAH TANGENSIAL DENGAN METODE


PEREBUSAN DAN DENSIFIKASI

Oleh:
RIKO ARIYANTO
NIM: 130 500 065

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
PENINGKATAN SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU SENGON
(Faraserianthes Falcataria) ARAH TANGENSIAL DENGAN METODE
PEREBUSAN DAN DENSIFIKASI

Oleh:
RIKO ARIYANTO
NIM: 130 500 065

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
PENINGKATAN SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU SENGON
(Faraserianthes Falcataria) ARAH TANGENSIAL DENGAN METODE
PEREBUSAN DAN DENSIFIKASI

Oleh:
RIKO ARIYANTO
NIM: 130 500 065

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Peningkatan Sifat Fisika Mekanika Kayu


Sengon (Paraserianthes falcatarian) Dengan
Metode Perebusan Dan Densifikasi

Nama : Riko Ariyanto

NIM : 130 500 065

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan

Jurusan : Teknologi Pertanian

Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

Ir. Iskandar.MP Erina Hertianti, S.Hut. MP Ir. H. Syafii,MP


NIP.19591119 198710 1001 NIP. 19700503 199512 2 002 NIP. 19680610 199512 1 001

Menyetujui, Mengesahkan,
Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Ketua Jurusan Teknologi Pertanian,
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Hj. Eva Nurmarini, S.Hut, MP Hamka, S.TP.,MP.,M,Sc


NIP. 19750808 199903 2 002 NIP. 19760408 200812 1 002

Lulus Ujian Pada Tanggal :


ABSTRAK

Priskila Risma Mariani Manurung. Perbaikan sifat fisik dan mekanika Sengon
(Faraserianthes falcataria) arah tangensial dengan metode perebusan dan
densifikasi (Di bawah bimbingan Iskandar).
Penelitian ini melatarbelakangi penjual banyak memasarkan kayu-kayu
sengon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisika sifat
mekanika kayu sengon arah tangensial dengan metode perebusan dan
densifikasi.
Penelitian diawali dengan proses persiapan bahan baku, kayu sengon
dipotong-potong menjadi balok dan balok -balok tersebut nantinya akan dijadikan
papan tangensial yang masing-masing berukuran 2 x 2 x 50 cm, 2,5 x 2 x 50 cm,
3,0 x 2 x 50 cm, dan 3,5 x 2 x 50 cm, dan pada arah tebal sebesar 5 cm. Setelah
itu papan tersebut dikeringkan secara alami sekitar 6 minggu hingga kadar airnya
mencapai 12-14%. Langkah berikutnya semua papan direbus selama kurang
lebih 45 menit pada suhu 160ºC. Setelah selesai direbus kemudian dilakukan
proses pengempaan sampai sampel uji mencapai tebal papan 2 cm dengan suhu
kempa 160ºC dengan waktu 15 menit. Kemudian sampel dipotong-potong
kembali dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm untuk pengujian sifat fisika sebanyak
10 sampel dan untuk control 5 sampel, 2 cm x 2cm x 6 cm sifat mekanika tekan
sejajar serat sebanyak 10 sampel dan untuk control 5 sampel, dan 2 cm x 2 cm x
36 cm untuk pengujian sifat mekanika MoE dan MoR sebanyak 10 sampel dan
untuk control 5 sampel.
Dari hasil pengujian sifat fisika untuk nilai rata-rata kadar air 13,4388 %
untuk ukuran tebal 2 cm, 10,7589 % untuk ukuran tebal 2,5 cm, 12,0866 % untuk
ukuran tebal 3 cm, 11,6026 % untuk ukuran tebal 3,5 cm. Nilai rata-rata
kerapatan 0,3500 gr/cm3 untuk ukuran tebal 2 cm, 0,4175 gr/cm3 untuk ukuran
tebal 2,5 cm, 0,4152 gr/cm 3 untuk ukuran tebal 3 cm, 0,4286 gr/cm3 untuk ukuran
tebal 3,5 cm. Nilai rata-rata pengembangan tebal 2,0969 % untuk ukuran tebal 2
cm, 7,1942 % untuk ukuran tebal 2,5 cm, 12,7730 % untuk ukuran tebal 3 cm,
20,7559 % untuk ukuran tebal 3,5 cm. Nilai rata-rata penyerapan air 67,6188 %
ukuran tebal 2 cm, 90,2919 % untuk ukuran tebal 2,5 cm, 89,9086 % untuk
ukuran tebal 3 cm, 104,4846 % untuk ukuran tebal 3,5 cm.
Dari hasil pengujian sifat mekanika untuk nilai rata-rata MoE 55467,7325
kg/cm2 untuk ukuran tebal 2 cm, 62261,5669 kg/cm2 untuk ukuran tebal 2,5 cm,
2 2
52893,9205 kg/cm untuk ukuran tebal 3 cm, 13,3645 kg/cm untuk ukuran tebal
2
3,5 cm. Nilai rata-rata MoR 418,0082 kg/cm untuk ukuran tebal 2 cm, 451,6825
2 2
kg/cm untuk ukuran tebal 2,5 cm, 664,7844 kg/cm untuk ukuran tebal 3 cm,
2
1,4979 kg/cm untuk ukuran tebal 3,5 cm.Nilai rata-rata tekan sejajar serat
231,6406 kg/cm2 untuk ukuran tebal 2 cm, 350,9805 kg/cm2 untuk ukuran tebal
2,5 cm, 300,3472 kg/cm2 untuk ukuran tebal 3 cm, 259,6174 kg/cm2 untuk ukuran
tebal 3,5 cm.

Kata kunci: sengon, Perebusan, Densifikasi,


RIWAYAT HIDUP

Riko Ariyanto Lahir pada tanggal 06 April 1994 di

Benua Baru Kecamatan. Muara Bengkal. Merupakan

anak ke 1 (Pertama) dari 3 (Tiga) bersaudara dari

pasangan Hadi dan ibunda tercinta Heni Purwati.

Tahun 2001 memulai pendidikan formal pada SD

Negeri 007 Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan

Timur dan lulus tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke

SMP Negeri 1 Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur,

lulus tahun 2009, selanjutnya melanjutkan Ke SMAN 1 Muara Bengkal

Kabupaten Kutai Timur Propinsi Kalimantan Timur dan lulus tahun 2012 dan

pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi Politeknik Pertanian

Negeri Samarinda.

Pada tanggal 06 Maret 2016 sampai 6 Mei 2014 mengikuti program

Praktik Kerja Lapang (PKL) di Jati Landa Art Shop Kota Sidoarjo Provinsi Jawa

Timur.
iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini

disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Sifat Kayu

dan Analisis Produk dan Laboratorium Rekayasa Pengolahan Kayu Program

Studi Teknologi Hasil Hutan. Penelitian dan penyusunan Karya Ilmiah ini

dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus tahun 2016, yang merupakan syarat untuk

menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan

mendapatkan gelar Ahli Madya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Dosen Pembimbing, Yaitu Bapak Ir.Iskandar. MP

2. Kepala Laboratorium Rekayasa Pengolahan Kayu, Yaitu Bapak,

Ir.Yusdiansyah. MP

3. Kepala Laboratorium Sifat Kayu dan Analisis Produk, Yaitu Bapak Ir.Wartomo

4. Dosen Penguji I Ibu Erina Hertianti, S.Hut. MP dan Dosen Penguji II Bapak Ir.

H. Syafii, MP yang telah banyak memberikan saran untuk kesempurnaan

laporan ini.

5. Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Yaitu Ibu Hj.Eva Numarini, S.Hut,

MP

6. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian, Yaitu Bapak Hamka, S.TP.,MP.,M.Sc

7. Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Yaitu Bapak Ir.Hasanudin, MP

8. Para Staf pengajar, administrasi dan PLP di Program Studi Teknologi Hasil

Hutan.
v

9. Ayah dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan baik doa maupun

materi.

10. Dwi Atini Putri, Ratnawati, Agustalin Jalaq, Supardi, Yohana, Ismail,

Romiyanus, Widiyanti, M.Hendriansyah Jumari, dan serta rekan-rekan

angkatan 2013.

Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, penulis menyadari

masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini, namun

semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Amin.

Penulis

Kampus Sei Keledang, September 2016


vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv


ABSTRAK ............................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3


A. Pengrtian Kayu ............................................................................. 3
B. Risalah Kayu Sengon (paraserian falcataria) ................................ 3
C. Sifat Fisika Kayu Sengon (paraserian falcataria) .......................... 7
D. Densifikasi Kayu(wood densification) ........................................... 7
E. Sifat Fisika Dan Mekanika Kayu ................................................... 14

III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 19


A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................ 19
B. Alat dan Bahan ............................................................................. 19
C. Prosedur Penelitian ...................................................................... 20
D. Analisis Data ................................................................................ 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 31


A. Hasil ............................................................................................. 31
B. Pembahasan ................................................................................ 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 40


A. Kesimpulan................................................................................... 40
B. Saran............................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 42


LAMPIRAN.............................................................................................. 44
vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Perkebunan Sengon di Tanah Merah............................................ 3

2. Alur Pembuatan Contoh Uji Sifat Fisika dan Sifat Mekanika. ........ 24

3. Grafik Kadar air pada papan sengon ............................................ 33

4. Grafik Kerapatan pada papan sengon .......................................... 34

5. Grafik Pengembangan tebal pada papan sengon......................... 35

6. Grafik Penyerapan air pada papan sengon .................................. 36

7. Grafik Pengujian Modulus of elasticity (MoE) pada papan sengon 37

8. Grafik Pengujian Modulus of rupture (MoR) pada papan sengon . 38

9. Grafik Pengujian Tekan sejajar serat pada papan sengon ............ 39

Lampiran

10. Proses Pengampelasan ................................................................ 58

11. Penjemuran Bahan Baku .............................................................. 58

12. Pengecekan Kadar Air Sebelum Perebusan ................................. 59

13. Proses Perebusan ........................................................................ 59

14. Proses Hot Press .......................................................................... 60

15. Proses Cold Press. ....................................................................... 60

16. Proses Pemotongan Sampel. ........................................................ 61

17. Pengukuran Sebelum Pengujian. .................................................. 61

18. Proses Perendaman. .................................................................... 62

19. Pengujian MoE Dan MoR.............................................................. 62


viii

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh utama Halaman

1. Nilai Rata-rata pengujian sifat fisik dan mekanik .......................... 31

Lampiran

2. Pengujian Kadar Air Ukuran Tebal Sampel 2 cm ......................... 45

3. Pengujian Kadar Air Ukuran Tebal Sampel 2,5 cm ...................... 45

4. Pengujian Kadar Air Ukuran Tebal Sampel 3 cm .......................... 46

5. Pengujian Kadar Air Ukuran Tebal Sampel 3,5 cm ...................... 46

6. Pengujian Kerapatan Ukuran Tebal Sampel 2 cm ....................... 47

7. Pengujian Kerapatan Ukuran Tebal Sampel 2,5 cm..................... 47

8. Pengujian Kerapatan Ukuran Tebal Sampel 3 cm ....................... 48

9. Pengujian Kerapatan Ukuran Tebal Sampel 3,5 cm..................... 48

10. Pengujian pengembangan tebal sampel ukuran 2 cm. ................. 49

11. Pengujian pengembangan tebal sampel ukuran 2,5 cm. .............. 49

12. Pengujian pengembangan tebal sampel ukuran 3 cm. ................. 49

13. Pengujian pengembangan tebal sampel ukuran 3,5 cm. .............. 50

14. Pengujian penyerapan air sampel ukuran 2 cm............................ 50

15. Pengujian penyerapan air sampel ukuran 2 cm............................ 50

16. Pengujian penyerapan air sampel ukuran 2 cm............................ 51

17. Pengujian penyerapan air sampel ukuran 2 cm............................ 51

18. Pengujian Uji Tekan Sejajar Serat Ukuran Tebal Sampel 2 cm ..... 51

19. Pengujian Uji Tekan Sejajar Serat Ukuran Tebal Sampel 2,5 cm .. 52

20. Pengujian Uji Tekan Sejajar Serat Ukuran Tebal Sampel 3 cm ..... 52

21. Pengujian Uji Tekan Sejajar Serat Ukuran Tebal Sampel 3,5 cm .. 53
ix

22. Pengujian MoE Ukuran Tebal Sampel 2 cm ................................. 53

23. Pengujian MoE Ukuran Tebal Sampel 2,5 cm ............................... 54

24. Pengujian MoE Ukuran Tebal Sampel 3 cm ................................. 54

25. Pengujian MoE Ukuran Tebal Sampel 3,5 cm ............................... 55

26. Pengujian MoR Ukuran Tebal Sampel 2 cm ................................ 55

27. Pengujian MoR Ukuran Tebal Sampel 2,5 cm ............................. 56

28. Pengujian MoR Ukuran Tebal Sampel 3 cm ................................ 56

29. Pengujian MoR Ukuran Tebal Sampel 3,5 cm ............................. 57


BAB I
PENDAHULUAN

Kayu sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan salah satu jenis

pohon Hutan Tanaman Industri (HTI). Kayu ini termasuk jenis cepat tumbuh

dengan kelas kuat IV dan V. Keawetan sengon termasuk dalam kelas awet IV

sampai V (Fakhri, 2001). Jumlahnya di Indonesia cukup tinggi yakni tersebar di

seluruh Jawa, Maluku, dan Papua, Karena kelas kuat dan kelas awetnya yang

rendah kayu sengon belum dapat dimanfaatkan sebagai konstruksi.

Karakteristik yang dimiliki oleh kayu sengon sangat sesuai dengan

kebutuhan industri. Dibandingkan kayu jenis lain, masa tebang sengon relatif

cepat, budidaya mudah,dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Kayu sengon

memiliki harga yang cukup menggiurkan saat ini. Oleh karena itu, kayu sengon

banyak diusahak an untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa

papan-papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan

penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan

partikel , serta bahan baku pulp dan kertas Anonim (2016).

Penelitian ini melatarbelakangi penjual banyak memasarkan kayu-kayu

sengon. Mengingat kerapatan sengon yang rendah maka dicoba mengupayakan

untuk meningkatkan kerapatan sengon dengan proses pemadatan (Densifikasi).

Kayu sengon, termasuk kayu kelas IV sampai V dengan berat jenis rata-

rata 0,33 serta kelas awet IV sampai V. Secara umum kayu sengon mempunyai

nilai penyusutan yang rendah. Kayu sengon umur 8 tahun atau lebih secara

terbatas dapat dipakai sebagai kayu struktur bangunan sederhana (Kasmudjo,

1995) dalam (Sutarno, 2003).


2

Pemadatan kayu sengon dengan menggunakan alat up ward skala

laboratorium pada kadar air jenuh (perendaman di ngin) dengan suhu kempa

100°c. Pemadatan kayu sampai 50% dicapai selama 6 jam dengan tekanan 22

bar untuk agatis dan selama 8 jam dengan tekanan 12 bar pada kayu sengon.

Sifat mekanis kayu rata-rata meningkat dari 100 hingga 200%. Disamping itu,

secara visual warna kayu menjadi lebih atraktif, lebih gelap dan stabil

dimensinya. pemulihan ke ketebalan semula dari kayu yang dipadatkan menurun

dengan meningkatnya persentase pemadatan, suhu pemanasan, dan lamanya

pemanasan. sedangkan kekerasan, kekuatan lentur, dan kekuatan geser kayu

yang dipadatkan meningkat dengan meningkatnya persentase pemadatan.

Namun demikian, kayu yang dipadatkan dengan pemanasan menghasilkan sifat

mekanis yang lebih rendah daripada yang tanpa pemanasan, kecuali untuk

kekerasan pada persentase pemadatan 61 %, Martawijaya (1981).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisika sifat mekanika

kayu sengon arah tangensial dengan metode perebusan dan densifikasi.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai informasi baru

cara meningkatkan pemanfaatan kayu sengon dengan pengujian sifat mekanika

kayu sengon arah tangensial dengan metode pemadatan (Densifikasi).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kayu

Menurut Dumanauw.J.F, (1990) menjelaskan bahwa, kayu merupakan

hasil hutan, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dibuat

barang sesuai kemajuan teknologi. Pengertian kayu disini ialah sesuatu bahan,

yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan

bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang

lebih banyak dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk

kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar.

B. Risalah Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria)

Sengon (Paraserianthes falcataria) juga dikenal dengan nama botani

Albizia moluccana Miq ; Albizia falcataria Backer ; Albizia falcataria (L) Forberg.

Nama sesuai dengan tempat tumbuh tanaman yang bersangkutan.

Gambar 1. Perkebunan Sengon Di Tanah Merah


4

1. Klasifikasi kayu sengon

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Fabales

Family : Fabaceae

Sub Family : Mimosoidae

Genus : Paraserianthes

Spesies : Paraserianthes falcataria

Sinonim : Albizia moluccana Miq.

Di daerah Jawa sengon dikenal dengan nama jeungjing (Sunda) Yor-

yoran (Madura), Angket, Kepok kepokan (Bali) dan sengon laut (Jawa), di daerah

Maluku dikenal dengan nama sika, Lapinonat (Seram) di daerah Maluku

Utara, tawa (Ternate), dangosui (Tidore) di daerah Sulawesi dikenal dengan

nama tedehu pute, di daerah Sulamesi Utara, Leletokan (Minahasa) dan di

daerah Papua dikenal dengan bae/wahogon. Sengon juga mamilki beberapa

nama di negara lain yaitu batai (Perancis,Jerman, Itali, USA, dan Kanada) kayu

machis (Serawak-Malaysia), dan puah (Brunei Darussalam).

2. Deskripsi

Pohon sengon tercatat sebagai salah satu pohon yang tercepat

pertumbuhanya di dunia. Pada umur 1 tahun dapat mencapai tinggi 7 m dan

pada umur 12 tahun dapat mencapai tinggi 39 meter dengan diameter lebih dari

60 cm dan tinggi cabang 10-30 m. Diameter pohon yang sudah tua dapat

mencapai 1 m, bahkan kadang lebih.


5

a. Benih : Pipih, lonjong 3-4 x 6-7 mm, warna hijau, bagian tengah coklat.

Jumlah benih 40.000 butir/kg. Daya berkecambah rata-rata 80%. Berat

1000 butir 16-26 gram.

b. Batang : Batang umumnya tidak berbanir, tumbuh lurus dan silindris.

Pohon sengon memiliki kulit licin, berwarna abu-abu, atau kehijau-hijauan.

Tajuknya berbentuk perisai, dan selalu hijau. Pohon sengon memiliki

c. Daun : daun majemuk dengan panjang bisa mencapai 40 cm. Dalam satu

tangkai daun terdiri dari 15-25 daun dengan daun berbentuk lonjong.

d. Bunga : Bunga berkelamin ganda,kelopak dan mahkota bunga berbentuk

lonceng dan memilki benang sari yang banyak serta kepala sari sangat

kecil. Di jawa biasanya tanaman sengon berbunga pada bulan Maret-Juni

dan Oktober-Desember. Pohon sengon kadang-kadang mulai berbunga

sejak umur 3 tahun. Buah polong sengon matang sekitar 2 bulan setelah

pembungaan dan ketika matang, polong terbuka dan biji akan terpencar

ke atas tanah. Vektor penyerbukanya tidak diketahui, tetapi berdasarkan

bentuk bunga dapat diduga bahwa vektornya adalah lebah dan kupu-

kupu.

e. Buah : Sengon memiliki buah yang lurus berbentuk polong, retak

sepanjang kedua sisinya, dan berisi banyak biji. Pada waktu muda biji

berwarna hijau dan ketika sudah tua berwarna coklat tua kekuningan. Biji

sengon berbentuk pipih dengan kulit tebal, tidak bersayap tanpa

endosperma dengan lebar 3-4 mm dan panjang 6-7 mm.

3. Tempat tumbuh dan penyebaran

Pohon sengon dapat tumbuh mulai dari pantai sampai daerah dengan

ketinggian 1600 m di atas permukaan laut (DPL). Pohon sengon banyak di tanam
6

di daerah tropis, akan tetapi pohon sengon tersebut dapat beradaptasi dengan

iklim monsoon dan lembab dengan curah hujan 200-2.700 mm/tahun serta bulan

kering sampai 4 bulan.

Sengon dapat di tanam di tapak yang kurang subur tanpa dipupuk.Akan

tetap, tidak tumbuh subur pada lahan dengan drainase jelek. Pohon sengon

merupakan salah satu jenis yang memerlukan cahaya untuk pertumbuhanya.

Pohon sengon merupakan salah satu jenis yang paling cepat tumbuh (fast

growing specie) di dunia. Pertumbuhan Sengon hingga 7 m/tahun dalam tahun

pertama penanaman. Sengon juga merupakan salah satu jenis pohon pioner

terutama di hutan hujan dataran rendah yang mengalami

Degredasi (penurunan kualitas). Secara umum sengon tersebar di Maluku,

papua nugini, kepulauan Solomon dan bismark

4. Manfaat dan penggunaan

Sengon merupakan pohon serbaguna atau memilki beragam manfaat dari

semua bagian pohonya, mulai dari daun hingga perakaranya dapat dimanfaatkan

untuk beragam keperluan. Selain itu saat ini sengon menjadi salah satu pohon

alternative yang dapat ditanam secara ikstensif yang bertujuan untuk

Rehabillitasi lahan-lahan marginal.

Karakteristik yang dimiliki oleh sengon sangat sesuai dengan kebutuhan

industri. Dibandingkan jenis lain, masa tebang sengon relatif cepat, budidaya

mudah, dan dapat tumbuh diberbagai jenis tanah. Pohon sengon memilki harga

yang cukup menggiurkan saat ini. Oleh karena itu, kayu sengon banyak

diusahakan utuk berbagai keperluan dalalm bentuk kayu olahan berupa papan-

papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti,papan

penyekat,pengecoron semen dalm kontruksi,industri kotrek api,pensil,papan


7

partikel,serta bahan baku industri pulp dan ketas.Selain itu, kayu sengon untuk

tujuan bubur kertas (pulp and paper) memiliki pangsa pasar yang prosektif

dimata dunia.

C. Sifat Fisika Kayu Sengon

Sengon (Albizia Mulocanna) termasuk kelas awet IV dan V dan kelas kuat

IV dan V, dengan berat jenis 0,33 (0,24-0,49). Kayunya lunak dan mempunyai

nilai penyusutan arah radial dan arah tangensial berturut 2,5 persen dan 5,2

persen (basah sampai kering tanur) menurut Martawijaya (1981).

D. Densifikasi Kayu (wood densification)

Menurut Tomme et al (1998) bahwa, sampai saat ini produk-produk kayu

yang dipadatkan dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti

bahan untuk furnitur dan bahan interior lainnya atau pun untuk keperluan

konstruksi. Manfaat produk pemadatan juga cocok untuk lantai, furnitur, bahan

interior, bahan komposit keteknikan, dan surface densified wood, dibawah

pengaruh kadar air dan panas produk kayu yang dipadatkan diketahui dapat

pulih kembali ke bentuk semula. Pemadatan bersifat tidak stabil dimana kayu

terpadatkan dapat kembali mengembang ketika berada pada kelembaban dan

suhu tinggi atau direndam ke dalam air. bahkan fiksasi yang telah terjadi dapat

kembali bila kayu direbus lagi

Menurut Dwianto (1999), bahwa agar kayu yang dipadatkan tidak pulih

kembali ke bentuk dan ukuran semula, ada tiga cara yang dapat digunakan.

pertama, dengan mencegah terjadinya pelunakan kembali yaitu dengan

memperlakukan kayu dengan bahan-bahan penolak air. kedua, dengan

membentuk ikatan silang diantara komponen penyusun kayu misalnya dengan

tetraoksan tetramer dari formaldehida), para formaldehida atau tetraoksana.


8

Menurut Stamm (1964), tebal produk staypak cenderung tidak berubah

lagi ketika emadatan berlangsung dibawah kondisi yang menyebabkan lignin

ampu mengalir dan membebaskan tegangan dalam (inter nal str ess). pada cara

ini stabilitas optimum diperoleh dengan mengkombinasikan kadar air kayu, suhu

dan lamanya emanasan, meneliti fiksasi permanen dari pemadatan kayu sugi

dengan pemanasan pada kondisi kering. hasil yang diperoleh adalah fiksasi

permanen dicapai pada suhu 180ºc selama 20 jam, atau pada suhu 9 200ºc

selama 5 jam, atau pada suhu 220ºc selama 3 jam. sementara itu berdasarkan

hasil penelitian yang juga menggunakan kayu sugi.

Menurut Dwianto et al. (1998), fiksasi permanen dicapai setelah

pemanasan selama 20 jam pada suhu 180 ºc atau setelah pengukusan selama

10 menit pada suhu yang sama. mekanisme fiksasi terkait dengan adanya

perubahan kristalinitas akibat pemanasan atau pengukusan, fiksasi permanen

pada pemadatan tersebut dipercaya terbentuk akibat pembebasan tegangan

yang tersimpan dalam mikrofibril dan bahan matriks dal am dinding sel yang

terdegradasi.

Menurut Nugroho dan Ando (2001), penelitian yang dilakukan dengan

perlakuan awal perebusan memperoleh hasil bahwa bambu zephyr menjadi

stabil pada saat suhu pengempaan di atas 150 ºc. Kemudian pengempaan pada

suhu 180 °c selama 3 menit dengan kadar air bahan lebih dari 18% cukup untuk

merubah bentuk chopstik menjadi bentuk yang stabil. pada suhu 180oc

komponen kimia utama selulosa dan lignin) terpi sah-pisah dan menjadi plastis.

Keadaan ini menyebabkan bebasnya tegangan dalam (internal stress) dan

terjadinya fiksasi permanen.


9

Menurut Murhofik (2000) melakukan pemadatan kayu sengon dan agatis

dengan menggunakan alat up ward skala laboratorium pada kadar air jenuh

(perendaman dingin) dengan suhu kempa 100 °c. pemadatan kayu sampai 50%

dicapai selama 6 jam dengan tekanan 22 bar untuk agatis dan selama 8 jam

dengan tekanan 12 bar pada kayu sengon. sifat mekanis kayu rata-rata

meningkat dari 100 hingga 200%. Disamping itu, secara visual warna kayu

menjadi lebih atraktif, lebih gelap dan stabil dimensinya. pemulihan ke ketebalan

semula dari kayu yang dipadatkan menurun dengan meningkatnya persentase

pemadatan, suhu pemanasan, dan lamanya pemanasan. Sedangkan kekerasan,

kekuatan lentur, dan kekuatan geser kayu yang dipadatkan meningkat dengan

meningkatnya persentase pemadatan. namun demikian, kayu yang dipadatkan

dengan pemanasan menghasilkan sifat mekanis yang lebih rendah daripada

yang tanpa pemanasan, kecuali untuk kekerasan pada persentase pemadatan

61 %.

Menurut Kollmann et al. (1975), pada teknologi pengempaan dikenal dua

mesin kempa yaitu mesin kempa dingin (cold pr ess) dan mesin kempa panas

(hot pr ess). namun ada juga yang merupakan kombinasi dari keduanya yaitu

mesin kempa panas dan kempa dingin (hot and cold press). mesin kempa terdiri

dari pelat dan piston yang berbentuk bundar. Berdasarkan arah pengempaan

dikenal ada dua macam mesin kempa yaitu down-ward dan up-ward. arah

penekanan pada mesin down ward dari atas ke bawah, sedangkan jenis up ward

dari bawah ke atas. pada mesin kempa panas, kedua pelatnya dipanaskan bila

dioperasikan. pelat tersebut dipanaskan oleh pipa panas yang berisi uap air

panas atau panas yang berakhir dengan tekanan melalui boiler. Besarnya

tekanan uap dari boiler menentukan tingginya pemanasan pada pelat. Teknologi
10

pengempaan umumnya digunakan dalam proses pembuatan produk-produk kayu

komposit, pemakaian mesin kempa ditujukan untuk membantu meningkatkan

ikatan rekat antara kayu dengan perekat sebagai bahan penyusunannya

disamping itu mesin kempa juga digunakan untuk tujuan memodifikasi sifat-sifat

kayu melalui proses pemadatan. produk yang dihasilkan dikenal dengan

densified wood dalam pengoperasian mesin kempa dalam hal ini mesin kempa

panas, perlu diatur besarnya temperatur, tekanan dan lamanya pengempaan.

ketiga faktor tersebut sangat menentukan baik tidaknya produk yang dihasilkan.

Densifikasi dengan impregnasi merupakan pengisian kayu dengan vinil monomer

yang diikuti oleh polimerisasi radikal bebas kedalam lumen dan dinding sel,

penambahan bagian penting vinil polymer pada ruang kosong di dalam kayu

akan meningkatkan kekuatan kompresi, kekerasan dan daya tahan terhadap

gores.

Menurut Kollmann et al. (1975), untuk meningkatkan kualitasnya kayu

dapat dimodifikasi sifat-sifatnya. menurut salah satu cara yang bisa dilakukan,

yaitu impregnasi. dengan impregnasi, struktur rongga kayu diisi dengan berbagai

zat yang akan menyebabkan struktur kayu menjadi lebih padat. selain dengan

polimerisasi resin fenol formaldehida dan larutan vinil, impregnasi ke dalam

struktur rongga kayu juga menggunakan resin alam cair, lilin, sulfur, dan logam

ringan. kayu yang diimpregnasi dengan bahan plastik mengakibatkan bahan

plastik akan mengisi rongga sel dan membentuk ikatan dengan rantai selulosa

dari kayu.

Menurut Dwianto et al. (1998), plastisasi dinding sel dapat dilakukan

dengan berbagai cara, baik secara kimiawi, fisik atau kombinasi keduanya.

secara kimia dapat dilakukan dengan perendaman dalam bahan kimia seperti
11

larutan amonia dan secara fisik dengan peningkatan kadar air atau pemberian

panas. Berbagai cara peningkatan kadar air dan pemberian panas yang telah

dilakukan antara lain radiasi dengan gelombang mikro penguapan (Dwianto

1999), pengukusan, perendaman, perebusan dan pengukusan, dengan

memanaskan kayu jenuh gliserin dan sedikit asam sulfat. Dinding sel kayu

merupakan komposit dengan serat sebagai tulangan yang terdiri dari beberapa

lapisan yang heterogen, baik struktur maupun komposisi kandungan kimianya.

komponen utama penyusun dinding sel adalah rantai selulosa yang bergabung

membentuk satu ikatan dan mempunyai arah orientasi yang sama, disebut

mikrofibril, tiap lapisan dinding sel mempunyai arah mikrofibril yang berbeda,

yang diselubungi oleh matrik berupa lignin dan hemiselulosa (Dwianto et

al.,1998).

Molekul air yang masuk ke kayu tidak dapat 4 masuk ke daerah ristalin

mikrofibril tetapi berikatan dengan matrik dan ruang antara matrik-mikrofibril serta

bertindak sebagai agen pengembang dan plasticizer. ketika kayu dipanaskan

dalam kondisi basah maka terjadi pelunakan komponen matrik. selulosa

berikatan dengan matrik secara kimiawi dan plastisasi dinding sel akan terjadi

bila matrik yang menyelimuti selulosa melunak, sedangkan mikrofibril selulosa

tetap dalam keadaan transisi gelas karena mikrofibril hampir tidak terpengaruh

oleh lembab dan panas.

Menurut Bodig dan Jayne (1982), plastisasi kayu adalah perubahan

karakteristik kayu sehingga menjadi lebih lunak. tujuan plastisasi adalah untuk

memungkinkan pelengkungan atau pembuatan bentuk kayu dengan energi lebih

rendah dan kerusakan-kerusakan lebih kecil, atau untuk membuat kayu menjadi

suatu bentuk yang dipadatkan. setelah proses plastisasi diharapkan kayu


12

menjadi plastis sehingga mudah dibentuk dan dipadatkan. Proses plastisasi

dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara fisik dan secara kimia secara fisik,

plastisasi kayu terjadi bila tiga komponen yaitu air dalam kayu, temperatur yang

tinggi dan tekanan ada secara bersama-sama, bila salah satu komponen di atas

tidak ada maka plastisasi kayu tidak akan terjadi, sedangkan secara kimia proses

plastisasi dilakukan dengan menggunakan bahan kimia. Faktor perlakuan atau

pra perlakuan sebelum kayu dipadatkan adalah proses plastisasi yang terdiri dari

perendaman dingin, perendaman panas, perebusan dan pengukusan dengan

autoklaf.

pada tahap perlaku an dapat dilakukan dengan cara perebusan dan

pengukusan di dalam autoklaf sampai suhu mencapai lebih dari 120°c. dan pada

saat proses pengempaan dapat dilakukan dengan mengatur suhu kempa pada

alat kempa di atas 120 °c. 15 temperatur dan waktu kempa saling berkorelasi:

semakin tinggi temperatur maka waktu kempa akan semakin pendek dan

sebaliknya. temperatur yang tinggi akan merusak struktur anatomi dan kimia

kayu dan akan menurunkan kekakuan kayu. sebaliknya dengan temperatur yang

rendah, memungkinkan tidak tercapainya hasil yang diinginkan (Dwianto et

al.1999). pelunakan kayu terjadi pada dua tahap yaitu pada temperatur sekitar 80

dan 180ºc. tahap pertama terjadi pelunakan lignin saat tercapai temperatur

transisi gelas (tg) lignin sebesar 83 °c, selanjutnya terjadi dekomposisi

hemiselulosa di dinding sel menjadi monomer gula karena penguapan selama

beberapa menit pada temperatur sekitar 180 °c. pencapaian temperatur tersebut

akan lebih mudah terjadi pada kayu dengan kadar air tinggi karena adanya

pemanasan molekul air di dalam kayu.


13

Pemadatan kayu (wood densification). Tomme et. Al. (1998),

menyatakan bahwa tujuan utama pemadatan kayu adalah untuk meningkatkan

sifat -sifat mekanis seperti MODULUS YOUNG, kekerasan permukaan, kekuatan

geser serta stabilitas dimensi, yaitu dengan pengempaan untuk mengurangi

rongga-rongga kayu.

Pemadatan kayu pertama kali dikenal dengan istilah lignostone (UDSA

1999), dan menurut Bodig dan Jayne (1993), pemadatan kayu merupakan satu

usaha untuk meningkatkan mutu kayu dengan memberikan perlakuan panas.

Metode pertama yang diperkenalkan adalah pengempaan panas (sistem terbuka)

yang disebut Thermo-mechanically (TM), atau diAmerika dikenal dengan istilah

Staypak. Pada staypak kondisi pengempaan dimodifikasi yang bertujuan agar

lignin yang menyelimuti selulosa dapat dilarutkan secukupnya untuk menghindari

terjadinya tegangan dalam (internal stress) (USDA 1999). Pemadatan ini

memerlukan waktu yang lama dengan stabilitas dimensi yang rendah. Ada lagi

metoda lain yang disebut Thermo-Hydro-mechanicaly (THM), yaitu cara

pemadan kayu dengan penguapan dan pengempaan (sistem tertutup) yang

menghasilkan kayu terpadatkan dengan stabilitas dimensi lebih tinggi dan terjadi

peningkatan sifat mekanis.

Menurut Bodig dan Jayne (1993), pemadatan atau densifikasi dilakukan

melalui pengempaan kayu dengan suhu dan tekanan tertentu, terutama untuk

meningkatkan BJ-nya. Pemadatan kayu solid ditujukan untuk meningkatkan sifat-

sifat kayu baik sifat fisis maupun mekanisnya. Dari berbagai hasil penelitian

diketahui bahwa kayu-kayu yang terpadatkan dapat meningkatkan sifat fisis dan

mekanisnya. Melakukan pemadatan kayu dengan memberi perlakuan

pendahuluan perendaman, perebusan, dan pengukusan dengan air. Perlakuan


14

pendahuluan yang dilakukan dapat mengurangi cacat kempa dan dapat

membuat kayu lebih stabil. Urutan perlakuan pendahuluan dari yang terbaik

adalah pengukusan, dan perebusan. Akibat pemadatan kayu, struktur

mikroskopis kayu (rongga sel dan dinding sel) menjadi lebih pipih dan padat,

sehingga meningkatkan kekuatan lebih dari 100 % dan stabilitas dimensi.

Manfaat produk pemadatan kayu digunakan untuk lantai, furniture, bahan interior,

dan bahan komposit keteknikan (Dwianto, 1999).

E. Sifat Fisika Dan Mekanika Kayu

1. Pengertian sifat fisika

Sifat fisika merupakan bagian dari ciri makroskopik kayu, dimana ciri ini

penting diketahui guna membantu dalam pengenalan kayu (Haygreen et al.

1996). Selanjutnya Haygreen et al. (1996) menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi sifat fisika kayu seperti: Jumlah zat kayu yang terdapat pada

suatu volume tertentu dan jumlah air di dalam dinding sel, Persentase komponen

utama pembentuk dinding sel dan persentase zat ekstraktif dan susunan dan

orientasi fibril dalam sel atau jaringan termasuk jenis, ukuran, dan proporsinya.

Sifat fisika kayu yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

kadar air dan kerapatan.

a. Kadar air

Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat dalam kayu yang

dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Dengan demikian

standar kekeringan kayu adalah pada saat kering tanur. Air dalam kayu tediri

dari air bebas dan air terikat dimana keduaanya secara bersama-sama

menentukan kadar air kayu. Dalam satu pohon kadar air segar bervariasi

tergantung tempat tumbuh dan umur pohon (Haygreen dan Bowyer, 1996).
15

Kadar air kayu segar (fresh cutting) bisa mencapai lebih besar dari

100%. Kadar air dapat mempengaruhi kekuatan kayu. Apabila terjadi

penurunan kadar air maka kekuatan kayu akan meningkat. Pengaruh

penurunan kadar air terdapat sifat kekuatan kayu tampak jelas apabila kadar

air berada di bawah titik jenuh serat. Air dalam kayu terdiri atas air bebas dan

air terikat dimana keduanya dapat menentukan kadar air kayu. Dalam satu

pohon kadar air segar bervariasi tergantung pada tempat tumbuh dan umur

pohon (Haygreen et al. 1996).

b. Kerapatan

Kerapatan adalah perbandingan antara massa atau berat benda

terhadap volumenya. Air pada temperatur 4ºC mempunyai kerapatan sebesar

1 g/cm3. Oleh karena itu air pada temperatur tersebut dijadikan sebagai benda

standar. Kerapatan air akan berkurang apabila temperaturnya dinaikkan,

tetapi perubahannya sangat kecil, sehingga dapat diabaikan bila pengukuran

dilakukan pada suhu kamar (Tsoumis 1991).

Kerapatan pada bagian kayu yang posisinya lebih tinggi memiliki

kerapatan rendah. Hal ini diakibatkan karena faktor mekanis dan faktor

biologis. Kerapatan juga dipengaruhi oleh umur. Kayu yang umurnya lebih

muda memiliki kerapatan lebih rendah. Kerapatan mempengaruhi sifat-sifat

higroskopisitas, penyusutan dan pengembangan, sifat mekanis, panas, sifat

akustik, kelistrikan, dan lainnya yang berhubungan dengan pengerjaan kayu

selanjutnya (pengolahan, pengeringan, dan lain-lain) (Tsoumis 1991)

c. Pengembangan tebal

Pengembangan tebal disebabkan karena perubahan dimensi serat

akibat perubahan ukuran rongga serat akibat menyerap air. Penyerapan uap
16

air akan menyebabkan mengembangnya dinding sel serat. Sedangkan rongga

serat yang mengecil pada saat pengempaan mudah kembali keukuran semula

karena perekat tidak dapat memasuki rongga serat dan mengikatnya dengan

baik. Pengembangan tebal didefinisikan sebagai besaran yang menyatakan

pertambahan tebal contoh uji dalam persen terhadap tebal awal. Contoh uji

direndam selama 4 hari (96 jam).

d. Penyerapan Air

Kayu memiliki sifat penyerapan air yang tinggi, hal ini disebabkan

karena molekul air yang masuk diantara rantai molekul disebabkan ikatan

amida yang bersifat hidrofilik membentuk rantai utama resin poliamida.

Semakin tinggi konsentrasi kelompok amida maka semakin tinggi pula nilai

penyerapan air (Tsoumis 1991).

Penyerapan air yang tinggi merupakan kekurangan utama dari

kayu.Hal ini karena kayu mempunyai serat yang menyerap air, (Ikatan cross

link pada resin akrilik polimerisasi panas menyebabkan sulit untuk di

degradasi oleh air yang ada, yang memiliki ikatan linier tidak mampu untuk

menolak penyerapan air, selain itu sifat nilon termoplastik yang 63 higroskopik

juga menyebabkan tingginya penyerapan air bahan tersebut (Haygreen et al.

1996).

2. Pengertian Sifat Mekanika

Sifat mekanis kayu merupakan ukuran ketahanan kayu terhadap gaya

luar yang cenderung merubah bentuk benda. Ketahanan kayu tersebut

tergantung pada besarnya gaya dan cara pembebanan (tarik, tekan, geser,

pukul).
17

Kayu menunjukan perbedaan sifat mekanis dalam arah pertumbuhan

yang berbeda (aksial, radial, dan tangensial) (Tsoumis 1991). Sifat mekanis

kayu merupakan ciri-ciri terpenting dari produk kayu yang akan digunakan untuk

bahan bangunan gedung. Dalam penggunan struktural, sifat mekanis merupakan

kriteria pertama untuk pemilihan bahan yang akan digunakan (Haygreen et al.

1996).

Sifat mekanis yang diuji adalah sebagai berikut: Modulus of Elasticity

(MoE) dan Modulus of Rupture (MoR)

a. Modulus of Elasticity (MoE)

Kekuatan lentur atau Modulus of Elasticity (MoE) adalah suatu nilai

yang konstan dan merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan

dibawah batas proporsi. Tegangan didefinisikan sebagai distribusi gaya per

unit luas, sedangkan renggangan adalah perubahan panjang per unit panjang

bahan. Modulus of Elasticity (MoE) berkaitan dengan regangan, defleksi dan

perubahan bentuk yang terjadi. Besarnya defleksi dipengaruhi oleh besar dan

lokasi pembebanan, panjang dan ukuran balok serta MoE kayu itu sendiri.

Makin tinggi MoE akan semakin kurang defleksi balok atau gelagar dengan

ukuran tertentu pada beban tertentu dan semakin tahan terhadap perubahan

bentuk (Haygreen dan Bowyer, 1996).

b. Modulus of Rupture (MoR)

Merupakan sifat mekanis kayu yang berhubungan dengan kekuatan

kayu yaitu ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban atau gaya luar

yang bekerja padanya dan cenderugn merubah bentuk dan ukuran kayu

tersebut. Modulus of Rupture (MoR) dihitung dari beban maksimum (beban


18

pada saat patah) dalam uji keteguhan lentur dengan menggunakan pengujian

yang sama untruk MoE (Kollman dan Cote ,1968).


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Pengolahan Kayu

dan Laboratorium Sifat Kayu dan Analisis Produk, Jurusan Teknologi

Pertanian,Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan yaitu pada

tanggal 20 Juli sampai 19 Agustus 2016.

B. Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1) )Chainsaw

2) Meteran

3) circularsaw

4) Mesin planner

5) Penggaris panjang

6) Timbangan listrik

7) Panci

8) Kompor

9) Tabung gas

10) Hot press

11) Cold press

12) Oven,
20

13) Microkalifer

14) Desikator

15) Waterbath

16) Spidol

17) Universal Testing Machine (UTM)

18) Kalkulator

19) Kamera (dokumentasi)

20) Alat tulis menulis.

Adapun bahan yang digunakan selama kegiatan penelitian adalah

sebagai berikut :

1) Kayu Sengon ( paraserianthes falcataria)

2) Air

C. Prosedur Penelitian

1 Persiapan bahan baku

a. Dilapangan kayu sengon dipotong-potong menjadi balok dan balok-balok

tersebut nantinya akan dijadikan papan tangensial yang masing-masing

berukuran 2,0 x 2 x 50 cm, 2,5 x 2 x 50 cm, 3,0 x 2 x 50 cm, dan 3,5 x 2 x

50 cm, dan pada arah tebal sebesar 5 mm, untuk menghindari

penyusutan bahan, jumlah papan tangensial menyesuaikan papan

sampel yang dibutuhkan.

b. Setelah itu papan tersebut dikeringkan secara alami sekitar 6 minggu

hingga kadar airnya mencapai 12-14%.

c. Papan yang telah dikeringkan tersebut diserut atau diketam untuk

memperoleh ketebalan papan yang akurat serta seragam.


21

d. Langkah berikutnya semua papan direbus selama kurang lebih 45 menit

pada suhu 160 ºC.

e. Selesai perebusan kemudian sampel didinginkan dulu sekitar 10 menit

sebelum dilakukan proses pengempaan.

f. Pengempaan dilakukan sampai sampel uji mencapai tebal papan 2 cm

dengan suhu kempa 160 ºC dengan waktu 15 menit.

g. Kemudian setelah pengempaan ukur lagi tebalnya dan setelah itu dijepit

dengan menggunakan plat baja dank lam C, penjepitan ini dimaksudkan

untuk menstabilkan dimensi tebalnya, dengan waktu penjepitan sekita 24

jam.

h. Kemudian setelah sampel dijepit selama 24 jam, penjepit dilepaskan dan

dikeringkan papan-papan tadi selama sekitar satu minggu, hingga kadar

airnya kembali mencapai kadar air 12-14%.

i. Sebelum papan terpadatkan dan dipotong-potong menjadi sampel, ukur

kembali tebalnya untuk mengetahui daya pengembangannya.

2. Pembuatan sampel dengan metode perebusan dan densifikasi

Penelitian dilakukan sesuai pengujian yang akan dilakukan

a. Pada tahap ini sebelum papan dipotong-potong menjadi sejumlah sampel

maka terlebih dahulu dilakukan pemberian tanda dengan cat warna atau

spidol yang berguna untuk menandai jenis papa nasal dan arah

pengempaannya.

b. Tahap selanjutnya papan terpadatkan dipotong-potong menjadi stik-stik

berukuran 2 x 2 x 50 cm (sampel awal) dengan warna yang ada pada stik

akan mudah dikenali asal jenis papan dan arah pengempaan yang telah

dilakukan.
22

c. Kemudian Kayu dipotong lagi menjadi beberapa jenis pengujian sesuai

dengan ukuran yang telah ditetapkan, yaitu untuk pengujian sifat fisika 2

cm x 2 cm x 2 cm untuk sampel Kadar air, kerapatan, penyerapan air dan

pengembangan tebal.

d. Kemudian Kayu dipotong lagi menjadi beberapa sampel, pengujian

sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan, yaitu untuk pengujian sifat

mekanika 2 cm x 2cm x 6 cm untuk uji tekan sejajar serat dan 2 cm x 2cm

x 36 cm untuk uji MoE dan MoR.

e. Pengujian sifat fisika ini mengacu pada standar JIS Z 2102 (1957) dan

JIS Z 2103 (1957), untuk sifat mekanika yang diuji mengacu pada standar

JIS Z 2113 (1977).

3. Pembuatan Sampel

a. Pembuatan sampel sifat fisika

1) Uji Kadar air, Kerapatan, dan Pengembangan tebal dengan ukuran

sampel 2 cm x 2 cm x 2 cm sebanyak 5 sampel ulangan setiap

pengujian sebagai Kontrol .

2) Uji Kadar air, Kerapatan, dan Pengembangan tebal dengan ukuran

sampel 2 cm x 2 cm x 2,5 cm sebanyak 10 sampel ulangan setiap

pengujian sebagai Kontrol.

3) Uji Kadar air, Kerapatan, dan Pengembangan tebal dengan ukuran

sampel 2 cm x 2 cm x 3 cm sebanyak 10 sampel ulangan setiap

pengujian sebagai Kontrol

4) Uji Kadar air, Kerapatan, dan Pengembangan tebal dengan ukuran

sampel 2 cm x 2 cm x 3,5 cm sebanyak 10 sampel ulangan setiap

pengujian sebagai Kontrol


23

b. Pembuatan sampel sifat mekanika (uji tekan sejajar serat)

1) Uji Tekan sejajar serat sampel 6 cm x 2 cm x 2 cm sebanyak 5

sampel ulangan setiap pengujian sebagai Kontrol .

2) Uji Tekan sejajar serat sampel 6 cm x 2 cm x 2,5 cm sebanyak 10

sampel ulangan setiap pengujian sebagai Kontrol .

3) Uji Tekan sejajar serat sampel 6 cm x 2 cm x 3 cm sebanyak 10

sampel ulangan setiap pengujian sebagai Kontrol.

4) Uji Tekan sejajar serat sampel 6 cm x 2 cm x 3,5 cm sebanyak 10

sampel ulangan setiap pengujian sebagai Kontrol

c. Pembuatan sampel sifat mekanika (uji tekan sejajar serat)

1) Uji MoE dan MoR sampel 36 cm x 2 cm x 2 cm sebanyak 5 sampel

ulangan setiap pengujian sebagai Kontrol .

2) Uji MoE dan MoR sampel 36 cm x 2 cm x 2,5 cm sebanyak 10 sampel

ulangan setiap pengujian sebagai Kontrol.

3) Uji MoE dan MoR sampel 36 cm x 2 cm x 3 cm sebanyak 10 sampel

ulangan setiap pengujian sebagai Kontrol.

4) Uji MoE dan MoR sampel 36 cm x 2 cm x 3,5 cm sebanyak 10 sampel

ulangan setiap pengujian sebagai Kontrol


24

Proses persiapan bahan baku dan pembuatan sampel papan dengan

metode densifikasi dan perebusan arah tangensial pada gambar 2 berikut:

(1) panjang =50 cm

tebal

3,5 cm

;?? ^Aw Ð GuEsÐŽl ŽYO ?G??As?U??AY

Sampel sifat fisika 2 cm x 2cm x 2cm


;??
Sampel sifat mekanika tekan sejajar
;?? serat 2 cm x 2cm x 6 cm

Sampel sifat mekanika MoE dan MoR 2


;?? cm x 2 cm x 36 cm

Gambar 2. Alur Pembuatan Sampel Sifat Fisika dan Sifat Mekanika

Keterangan gambar sebagai berikut


;?? = Ukuran panjang sampel awal 50 cm

;?? = Sampel yang akan dipotong sesuai ukuran

= Sampel sifat fisika 2 cm x 2cm x 2cm


;??
= Sampel sifat mekanika tekan sejajar serat 2 cm x 2cm x 6 cm
;??
= Sampel sifat mekanika tekan sejajar serat 2 cm x 2cm x 36 cm
;??
= Arah Potong
y
25

4. Prosedur pengujian

a. Kadar air

Pengujian kadar air dilakukan pada papan sampel dengan ukuran

2 cm x 2 cm x 2 cm (untuk control), 2 cm x 2 cm x 2,5 cm (untuk

pengujian), 2 cm x 2 cm x 3 cm (untuk pengujian), 2 cm x 2 cm x 3,5 cm

(untuk pengujian) 5 sampel pengulangan sebagai control dan 10 sampel

pengulangan untuk pengujian dengan ketebalan yang disesuaikan

dengan menimbang masing-masing sampel untuk mendapatkan berat

awal, kemudian dimasukkan ke dalam ruang konstan sampai kering

udara dan ditimbang kembali untuk mendapatkan data berat kering udara.

Lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 100°C selama 24 jam.

Kemudian sampel dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit,

kemudian ditimbang (Haygrreen et al. 1996). Kadar air dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Dimana :

KA = Kadar air (%)


BA = Berat awal (gram)
BKT = Berat kering tanur(gram)

b. Kerapatan

Kerapatan ditentukan dengan cara mengukur berat dan volume

papan Pengujian kerapatan dilakukan pada sampel dengan ukuran 2 cm

x 2 cm x 2 cm (untuk control), 2 cm x 2 cm x 2,5 cm (untuk pengujian), 2

cm x 2 cm x 3 cm (untuk pengujian), 2 cm x 2 cm x 3,5 cm (untuk


26

pengujian) 5 sampel pengulangan sebagai control dan 10 sampel

pengulangan untuk pengujian dengan ketebalan yang disesuaikan

Kerapatan dihitung pada papan pengujian sebelum proses pengeringan

(Tsoumis 1991). Selanjutnya kerapatan dihitung menggunakan rumus

sebagai berikut

R=

Dimana :
3
R = Kerapatan (kg / cm )
M = Masa kering udara / tanur (gr)
3
V = Volume (cm )

c. Pengembangan tebal

Pengujian dilakukan dengan mengukur tebal sebelum dan setelah

perendaman 24 jam, dilakukan perendaman pada papan sampel dengan

ukuran 2 cm x 5 cm x 5 cm (untuk control), 2 cm x 5 cm x 5 cm (untuk

pengujian sampel tebal 2,5), 2 cm x 5 cm x 5 cm (untuk pengujian sampel

tebal 3 cm), 2 cm x 5 cm x 5 cm (untuk pengujian sampel tebal 3,5) 5

sampel pengulangan sebagai control dan 10 sampel pengulangan untuk

pengujian dengan ketebalan yang disesuaikan (Haygreen dan Bowyer

1996). Selanjutnya pengembangan tebal dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

P=

Dimana :

P = Pengembangan tebal (cm)


To = Tebal awal (cm)
Ti = Tebal setelah perendaman (cm)
27

d. Penyerapan air

Kayu memiliki sifat penyerapan air yang tinggi, hal ini disebabkan

karena molekul air yang masuk diantara rantai molekul disebabkan ikatan

amida yang bersifat hidrofilik membentuk rantai utama resin poliamida.

Semakin tinggi konsentrasi kelompok amida maka semakin tinggi pula

nilai penyerapan air (Tsoumis 1991). Dapat dihitung dengan rumus

berikut:

Wa = Mw-Mn x 100%
Mn

Dimana:

Wa = Penyerapan Air (%)


Mw = Berat Sampel setelah direndam (gram)
Mn = Berat Sampel mula-mula (gram)

e. Keteguhan lentur statis (MoE)

Pengujian menggunakan Universal Testing Machine (UTM).

Kemudian di tekan oleh alat Universal Testing Machine (UTM) dan dicatat

kemampuan sampel menahan beban tekanan alat. Papan pengujian MoE

dilakukan pada sampel dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 36 cm (untuk

control), 2 cm x 2,5 cm x 26 cm (untuk pengujian), 2 cm x 3 cm x 36 cm

(untuk pengujian), 2 cm x 3,5 cm x 36 cm (untuk pengujian) 5 sampel

pengulangan sebagai control dan 10 sampel pengulangan untuk

pengujian dengan ketebalan yang disesuaikan. Kemudian Keteguhan

lentur statis (MoE) (Haygreen dan Bowyer 1996). Dihitung dengan

rumus sebagai berikut:


28

Keterangan

L = Jarak sanggah (cm)


F = Selisih beban dalam daerah elastic (kg)
f
a = Tebal (jarak horizontal) penampang sampel (cm)
b = Lebar (jarak vertikal) penampang sampel (cm)
MoE = Keteguhan Lentur / Modulus of Elasticity (MoE) (kg/cm²)

Pengujian menggunakan Universal Testing Machine (UTM). Kemudian di

tekan oleh alat Universal Testing Machine (UTM) dan dicatat kemampuan

sampel menahan beban tekanan alat. Papan pengujian MoR dilakukan

pada sampel dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 36 cm (untuk control), 2 cm x

2,5 cm x 36 cm (untuk pengujian), 2 cm x 3 cm x 36 cm (untuk pengujian),

2 cm x 3,5 cm x 36 cm (untuk pengujian) 5 sampel pengulangan sebagai

control dan 10 sampel pengulangan untuk pengujian dengan ketebalan

yang disesuaikan. Untuk menentukan nilai keteguhan patah dilakukan

pengukuran terhadap beban maksimum dan luas penampang lintang

sampel. Keteguhan patah dihitung dengan rumus dalam :

Dimana :

MoR = Keteguhan Patah / Modulus of Rupture (MoR)


Fmaks = Beban maksimum (kg)
L = Jarak sanggah (cm)
a = Tebal (jarak horizontal) penampang sampel (cm)
b = Lebar (jarak vertikal) penampang sampel (cm)
29

f. Keteguhan Tekan sejajar serat

Papan pengujian menggunakan Universal Testing Machine.

Kemudian di tekan oleh alat UTM dan dicatat kemampuan sampel

menahan beban tekanan alat. Papan pengujian tekan sejajar serat

dilakukan pada sampel dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 6 cm (untuk

control), 2 cm x 2,5 cm x 6 cm (untuk pengujian), 2 cm x 3 cm x 6 cm

(untuk pengujian), 2 cm x 3,5 cm x 6 cm (untuk pengujian) 5 sampel

pengulangan sebagai control dan 10 sampel pengulangan untuk

pengujian dengan ketebalan yang disesuaikan. Untuk menentukan nilai

keteguhan patah dilakukan pengukuran terhadap beban maksimum dan

luas penampang lintang sampel (Haygreen dan Bowyer 1996), papan uji

tekan sejajar serat dihitung dengan rumus dalam :

&w AU?

Dimana:

= Keteguhan tekan sejajar serat (kg/cm²)


Pmaks = Beban maksimum (kg)
A = Luas penampang (cm²)
30

D. Analisis Data

Semua pengujian masing sesuai denga tebal pengujian sifat fisik dan

mekanikanya 5 sampel ulangan sebagai kontrol dan 10 sampel ulangan sebagai

pengujian. Nilai pengujian dihitung dari rataan 5 ulangan dan 10 ulangan dan

ditabulasikan atau dituang dalam grafik untuk selanjutnya dianalisis. Hasil

pengujian juga akan dibandingkan terhadap kontrol masing-masing pengujian.

Analisis data dilakukan dengan menghitung nilai rata -rata dari semua

data papan yang diuji. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap semua parameter

yang di uji. Menghitung rata-rata memakai rumus :

Dimana :

= Rata-rata
x = Jumlah data
n = Banyak sampel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari hasil penelitian tentang sifat fisika dan mekanika papan dari kayu

sengon (Paraserianthes falcataria) dengan metode densifikasi dan perebusan

papan pengujian sebanyak 5 sampel ulangan setiap pengujian sebagai kontrol

dan papan pengujian sebanyak 10 sampel ulangan. Dengan tebal papan 2 cm,

2,5 cm, 3 cm, dan tebal 3,5 cm, yang meliputi pengujian kadar air, kerapatan,

pengembangan tebal, keteguhan lentur / Modulus of Elasticity (MoE), keteguhan

patah / Modulus of Rupture (MoR) dan keteguhan tekan sejajar serat diperoleh

nilai rata-rata yang dapat dilihat pada tabel :

Tabel 1. Nilai Rata-rata Pengujian Sifat Fisika dan Mekanika Papan dengan
Metode Perebusan dan Densifikasi
Parameter Papan Papan Papan Papan
No
Pengujian ukuran 2 cm ukuran 2,5 cm ukuran 3 cm ukuran 3,5 cm
1 Pengujian Sifat Fisika
Kadar Air (%) 13,4388 10,7589 12,0866 11,6026
3
Kerapatan ( gr/cm ) 0,3500 0,4175 0,4152 0,4286
Pengembangan
2,0969 7,1942 12,7730 20,7559
tebal (%)
Penyerapan Air (%) 67,6188 90,2919 89,9086 104, 4846
2 Pengujian Sifat Mekanika
2
Uji MoE ( kg/cm ) 55467,7325 62261,5669 52893,9205 13,3645
Uji MoR ( kg/fcm 2) 418,0082 451,6825 664,7844 1,4979
Uji tekan sejajar
231,6406 350,9805 300,3472 259,6174
serat (kg/cm2)

Hasil penelitian pengujian sifat fisika pada Tabel 1 nilai rata-rata kadar air

terendah dimiliki papan pengujian ukuran tebal 2,5 cm yaitu 10,7589 %,

kemudian papan ukuran tebal 3,5 cm 11,6026 %, kemudian papan ukuran tebal 3

cm 12,0866 %, hingga kadar air tertinggi dimiliki oleh papan ukuran tebal 2 cm

13,4388 %.
32

Hasil pengujian sifat fisika pada Tabel 1 nilai rata-rata kerapatan terendah
2
dimiliki oleh papan ukuran tebal 2 cm yaitu 0,3500 gr/cm , kemudian papan

ukuran tebal 3 cm yaitu 0,4152 gr/cm2, kemudian papan ukuran tebal 2,5 cm

yaitu 0,4175 gr/cm2, kemudian nilai papan tertinggi dimiliki oleh papan ukuran 3,5

cm yaitu 0,4286 gr/cm2.

Hasil penelitian pengujian sifat mekanika pada Tabel 1 papan uji tekan

sejajar serat terendah dimiliki oleh papan ukuran tebal 2 cm yaitu 231,6406

kg/cm2, kemudian papan ukuran tebal 3,5 cm yaitu 259,6174 kg/cm 2, kemudian
2
papan ukuran tebal 3 cm yaitu 300,3472 kg/cm , kemudian nilai uji tekan sejajar

serat pada papan pengujian ukuran tebal 2,5 cm yaitu 350,9805 kg/cm2.

Hasil penelitian pengujian sifat mekanika pada Tabel 1 papan uji MoE

terendah dimiliki oleh papan pengujian dengan ukuran tebal 3,5 cm yaitu 13,3645

kg/cm2, kemudian papan pengujian ukuran tebal 3 cm yaitu 52893,9205 kg/cm2,

kemudian papan pengujian ukuran tebal 2 cm yaitu 55467,7325 kg/cm2,

kemudian papan pengujian tertinggi dimiliki oleh papan pengujian ukuran tebal

2,5 cm yaitu 62261,5669 kg/cm 2.

Hasil penelitian pengujian sifat mekanika pada Tabel 1 papan uji MoR

terendah dimiliki oleh papan pengujian dengan ukuran tebal 3,5 cm yaitu 1,4979
2 2
kg/cm , kemudian papan pengujian ukuran tebal 2 cm yaitu 418,0082 kg/cm ,

kemudian papan pengujian ukuran tebal 2,5 cm yaitu 451,6825 kg/cm2 dan

papan pengujian tertinggi dimiliki oleh papan pengujian dengan ukuran tebal 3
2
cm yaitu sebesar 664,7844 kg/cm .
33

B. Pembahasan

1. Kadar air

Kadar air
13,4388
14 12,0866 11,6026
12 10,7589

10
8
6
4
2
0
papan ukuran 2 papan ukuran papan ukuran 3 papan ukuran
cm 2,5 cm cm 3,5 cm

Gambar 3. Grafik Kadar Air dari Papan Sengon

Dari pengujian nilai kadar air baik papan pengujian dengan ukuran tebal 2

cm, 2,5 cm 3 cm, dan 3,5 cm semuanya menujukkan bahwa nilai kadar air sudah

memenuhi standar pengujian dengan jumlah yang di kehendaki dari kisaran

12%-14%.

Nilai kadar air terendah pada grafik diatas pada pengujian papan ukuran

tebal 2,5 cm yaitu 10,7589 %, kemudian papan ukuran tebal 3,5 cm 11,6026 %,

kemudian papan ukuran tebal 3 cm 12,0866 %, hingga kadar air tertinggi dimiliki

oleh papan ukuran tebal 2 cm 13,4388 %.

Hal ini diduga karena pada papan dengan ukuran tebal 2,5 cm mengalami

tekanan yang lebih tinggi pada saat proses pengempaan dan perlakuan

pengeringan dibawah sinar matahari yang terpapar langsung sehingga

kandungan air yang ada pada kayu mudah keluar sehingga kadar airnya dibawah

kadar air maksimal 12 %.


34

Sedangkan untuk kadar air papan pengujian ukuran tebal 2 cm, 3 cm dan

3,5 cm yang masih 11% hingga 13 % juga sudah bisa dikatakan baik karena

mencapai kadar air maksimal yang dikehendaki maka dapat dikatakan bahwa

metode (perebusan dan densifikasi) yang dilakukan pada papan pengujian ini

berhasil untuk uji sifat fisika kadar airnya. Hal ini didukung dengan persyaratan

kadar air yang ideal untuk pembuatan papan uji metode perebusan dan metode

densifikasi yang dikemukakan beragam, antara lain sebesar 12 ± 5 % (Coleman,

1966),

2. Kerapatan

KERAPATAN

0,4500
0,4000
0,3500
0,3000
0,2500 0,4286
0,4175 0,4152
0,2000 0,3500
0,1500
0,1000
0,0500
0,0000
papan ukuran 2 papan ukuran papan ukuran 3 papan ukuran
cm 2,5 cm cm 3,5 cm

Gambar 4. Grafik kerapatan dari Papan Sengon

Nilai rataan kerapatan terendah pada grafik diatas yaitu pada pengujian

papan ukuran tebal 2 cm yaitu 0,3500 gr/cm2, kemudian papan ukuran tebal 3 cm

yaitu 0,4152 gr/cm2, kemudian papan ukuran tebal 2,5 cm yaitu 0,4175 gr/cm 2,

kemudian nilai papan tertinggi dimiliki oleh papan ukuran 3,5 cm yaitu 0,4286

gr/cm2.
35

Pengukuran kerapatan pada papan pengujian dengan ukuran tebal 2 cm,

2,5 cm, 3 cm, 3,5 cm, Kerapatan mempengaruhi kualitas papan terutama

sebagai bahan bangunan,

Nilai kerapatan papan dengan ukuran tebal 3,5 cm yang tertinggi

dibandingkan dengan papan ukuran tebal 2 cm, 2,5 cm dan 3 cm. Hal ini

disebabkan oleh pengaruh tekanan saat proses pengempaan dan penjemuran

setelah pengempaaan.

3. Pengembangan Tebal

PENGEMBANGAN TEBAL

25

20

15
20,7559
10
12,773
5 7,1942
2,0969
0
papan ukuran 2 papan ukuran papan ukuran 3 papan ukuran
cm 2,5 cm cm 3,5 cm

Gambar 5. Grafik Pengembangan tebal pada Papan Sengon

Nilai rataan pengembangan tebal menunjukkan nilai terendah pada grafik

diatas yaitu ukuran papan 2 cm sebesar 2,0969 % dan nilai tertinggi pada

ukuran 3,5 cm 20,7559 %.

Hasil penelitian sifat fisika pengembangan tebal menunjukkan nilai

pengembangan tebal pada tabel 1, untuk nilai pengembangan tertinggi pada

papan ukuran tebal 3,5 cm hal ini disebabkan oleh adanya air yang mampu
36

menyerap kayu sehingga sampel kayu dapat mengembang yang berati kayu

memiliki sifat higroskopis yang berate dapat menerima dan melepas air.

4. Penyerapan Air

PENYERAPAN AIR

120 104,4846
90,2919 89,9086
100

80 67,6188

60

40

20

0
papan ukuran 2 papan ukuran papan ukuran 3 papan ukuran
cm 2,5 cm cm 3,5 cm

Gambar 6. Grafik Penyerapan air dari Papan Sengon

Nilai rataan penyerapan air pada grafik diatas menunjuk kan nilai terendah

yaitu ukuran papan 2 cm sebesar 67,6188 % dan nilai tertinggi pada ukuran 3,5

cm 104,4846 %.

Hasil penelitian sifat fisika penyerapan air menunjukkan nilai penyerapan

air pada tabel 1, untuk nilai penyerapan air tertinggi pada papan ukuran 3,5 cm

hal ini diduga masih banyaknya air yang terserap didalam sampel kayu dengan

ketebalan yang tinggi sehingga penyerapan air pada sampel kayu ukuran sampel

3,5 cm tinggi.
37

5. Keteguhan Lentur / Modulus of Elasticity (MoE)

PENGUJIAN Modulus of Elasticity MoE


(kg/cm2)

70000
60000
50000
40000
62261,5669
30000 55467,7325
52893,9205
20000
13,3645
10000
?
0
Papan ukuran Papan ukuran Papan ukuran Papan ukuran
2 cm 2,5 cm 3 cm 3,5 cm

Gambar 7. Grafik Pengujian Modulus of Elasticity ( MoE) Papan Sengon

Nilai rataan papan uji MoE terendah pada grafik diatas yaitu pada

pengujian papan ukuran tebal 3,5 cm yaitu 13,3645 kg/cm2, kemudian papan

pengujian ukuran tebal 3 cm yaitu 52893,9205 kg/cm 2, kemudian papan


2
pengujian ukuran tebal 2 cm yaitu 55467,7325 kg/cm , kemudian papan

pengujian tertinggi dimiliki oleh papan pengujian ukuran tebal 2,5 cm yaitu

62261,5669 kg/cm2.

Faktor tebal setiap ukuran papan pengujian yang berbeda mempunyai

ukuran tebal yang berbeda yang dimulai dari tebal 2 cm, 2,5 cm, 3 cm, dan 3,5

cm sama, ternyata mempunyai nilai rataan keteguhan lentur yang sangat

berbeda, dimana kemudian papan pengujian tertinggi dimiliki oleh papan


2
pengujian ukuran tebal 2,5 cm yaitu 62261,5669 kg/cm , dibandingkan papan

pengujian ukuran 2 cm, 3 cm dan 3,5 cm. Perbedaan ini disebabkan oleh ber

bedanya tebal tiap lapisan papan pengujian. Tebal lapisan merupakan salah satu

fak tor yang mempengaruhi elastisitas papan pengujian yang dihasilkan.


38

6. Keteguhan Patah / Modulus of Rupture (MoR)

PENGUJIAN Modulus of Rupture MoR


(kg/cm2)

700
600

500

400
664,7844
300
418,0082 451,6825
200

100 1,4979

0
Papan ukuran 2 Papan ukuran Papan ukuran 3 Papan ukuran
cm 2,5 cm cm 3,5 cm

Gambar 8. Grafik Pengujian Modulus of Rupture (MoR) Papan Sengon

Pada sifat mekanika nilai keteguhan patah (MoR) papan uji MoR terendah

pada grafik diatas yaitu pada pengujian papan ukuran tebal 3,5 cm yaitu 1,4979
2 2
kg/cm , kemudian papan pengujian ukuran tebal 2 cm yaitu 418,0082 kg/cm ,
2
kemudian papan pengujian ukuran tebal 2,5 cm yaitu 451,6825 kg/cm dan

papan pengujian tertinggi dimiliki oleh papan pengujian dengan ukuran tebal 3
2
cm yaitu sebesar 664,7844 kg/cm , dari kayu sengon (Paraserianthes falcataria).

Nilai terendah yaitu papan uji ukuran tebal 3,5 cm yaitu diduga karena

tebalnya 3,5 cm dan tekanan yang terlau tinggi sehingga mengalami tekanan

yang tinggi dan menghasilkan kekuatan yang rendah dan begitupun sebaliknya

papan uji tertinggi yang dimiliki papan uji ukuran tebal 3 cm yang hanya memiliki

selisih 0,5 cm dari papan pengujian yang memiliki nilai terendah sehingga

keteguhan patah dengan ketebalan papan yang berbeda masih mengalami

korelasi atau hubungan.


39

7. Keteguhan Tekan Sejajar Serat

PENGUJIAN TEKAN SEJAJAR


SERAT (kg/cm2)

400
350
300
250
200 350,9805
300,3472
150 231,6406 259,6174
100
50
0
Papan ukuran Papan ukuran Papan ukuran Papan ukuran
2 cm 2,5 cm 3 cm 3,5 cm

Gambar 9. Grafik Pengujian tekan sejajar serat Papan Sengon

Nilai rataan papan uji tekan sejajar serat terendah pada grafik diatas

pada pengujian papan ukuran tebal 2 cm yaitu 231,6406 kg/cm2, kemudian

papan ukuran tebal 3,5 cm yaitu 259,6174 kg/cm2, kemudian papan ukuran tebal

3 cm yaitu 300,3472 kg/cm2, kemudian nilai uji tekan sejajar serat pada papan
2
pengujian ukuran tebal 2,5 cm yaitu 350,9805 kg/cm .

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan nilai papan pengujian ukuran

tebal 2 cm terendah dan yang tertinggi papan pengujian ukuran tebal 2,5 cm.

Hasil penelitian ini diduga karena papan pengujian sebagai kontrol dan papan

pengujian yang memiliki tebal berbeda lebih cepat mengalami tekanan dari pada

papan kontrol ukuran tebal 2 cm.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian sifat fisik dan mekanik sengon (faraserianthes

falcataria) arah tangensial dengan metode perebusan dan densifikasi dapat

diberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai kadar air terendah dimiliki papan pengujian ukuran tebal 2,5 cm yaitu

10,7589 %, hingga kadar air tertinggi dimiliki oleh papan ukuran tebal 2 cm

13,4388 %.

2. Nilai kerapatan terendah dimiliki oleh papan ukuran tebal 2 cm yaitu 0,3500

gr/cm2, kemudian nilai papan tertinggi dimiliki oleh papan ukuran 3,5 cm

yaitu 0,4286 gr/cm2.

3. Papan uji tekan sejajar serat terendah dimiliki oleh papan ukuran tebal 2 cm
2
yaitu 231,6406 kg/cm , kemudian nilai uji tekan sejajar serat tertinggi pada

papan pengujian ukuran t ebal 2,5 cm yaitu 350,9805 kg/cm2.

4. Papan uji MoE terendah dimiliki oleh papan pengujian dengan ukuran tebal

3,5 cm yaitu 13,3645 kg/cm2, kemudian papan pengujian tertinggi dimiliki

oleh papan pengujian ukuran tebal 2,5 cm yaitu 62261,5669 kg/cm2.

5. Papan uji MoR terendah dimiliki oleh papan pengujian dengan ukuran tebal

3,5 cm yaitu 1,4979 kg/cm2, dan papan pengujian tertinggi dimiliki oleh
2
papan pengujian dengan ukuran tebal 3 cm yaitu sebesar 664,7844 kg/cm .

6. Dari hasil pengujian tersebut untuk parameter pengujian sifat fisik dan sifat

mekanik papan pengujian dengan ukuran tebal sampel uji yang berbeda

dengan control dengan ukuran tebal 2 cm didapatkan hasil yang baik dan

kuat yaitu sampel uji dengan ukuran tebal 2 cm.


41

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sifat-sifat kayu selain sifat

fisika dan sifat mekanika juga dapat meliputi pengujian sifat kimia dan

anatomi kayunya.

2. Berdasarkan hasil pengujian bahwa kualitas sifat mekanik a dari sengon

belum sepenuhnya memenuhi syarat yang ingin dicapai. Sehingga perlu

menambah jumlah sampling dan menambah ukuran tebal sampling yang

akan diuji pada penelitian selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2016). http.//co.id.mengenal kayu ( diakses pada tanggal 07 september


2016)

Bodig, J. and B, A, Jayne 1982. dalam Bandi Supraptono (2014). Perekatan


Kayu, Perannya dalam Industri Kayu. Edisi Pertama. Mulawarman
University Press. Universitas Mulawarman. Samarinda.

Bodig, J. and B, A, Jayne 1983.


Publishing Ltd. London.

Coleman, G. D, 1966. dalam (Nurmarini. E, 2007). Keteguhan Lentur Statis dan


Keteguhan Rekat Kayu Lamina Dari Kayu Palele (BLUME) A. DC)
dan Malau (Palaquium quercifolium BURCKL). Tesis Pacasarjana
Ilmu Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda. (Tidak
Diterbitkan)

Dwianto, W., M Inoue, dan M Norimoto 1998, Permanent Pixation Of


Compressive Deformation Of Albizia Wood (Parasireanthes
Falcataria), by Heat Treatment. Journal Of Tropical Forest Product.

Dwianto, W., 1999, Mechanism Of Permenant Pixation Of Radial Compressive


Deformation Of Wood by Heat Or Steam Treatment Thesis
Unpublishe.

Dumanauw.J.F, 1990. Mengenal Kayu. Pendidikan Industri Kayu Atas,


Semarang.

Fakhri, 2001. Pengaruh Jumlah Kayu Pengisi Balok Komposit Kayu Keruing dan
Sengon Terhadap Kekuatan Lentur Balok Laminasi (Glulam
Beams). Thesis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Yogyakarta.

Haygreen, J. G dan J. L. Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu
Pengantar. Terjemahan SA Hadikusumo. Editor: S
Praworohatmodjo. Universitas Mada University Press. Yogyakarta.

Houwink, R and G. Solomon. 1967. dalam Bandi Supraptono (2014).


Perekatan Kayu, Perannya dalam Industri Kayu. Edisi Pertama.
Mulawarman University Press. Universitas Mulawarman.
Samarinda.
.
Kollmann, F. F. P., E. Kuezi , dan AJ. Stamm, 1975. Principles of Wood
Science and Technology , Vol. ll. Springer Verlag. Berli.

Kasmudjo, 1995 dalam Sutarno, 2003. Pengaruh Posisi dan Jumlah


Sambungan Longitudinal Pada Balok Laminasi Kayu Sengon
Terhadap Kekuatan. Semarang. Yayasan Alumni Universitas
Diponegoro Fakultas Teknik Universitas Semarang
43

Martawijaya, A., l. Kartasujana, K. Kadir dan S. A. Prawira. 1981. Atlas Kayu


Indonesia. Jilid l. Balai Penelitian dan Pengembangan Hasil hutan.
Bogor.

Murhofik, S. 2000. Pengaruh Pemadatan Arah Radial Disertai Suhu Tinggi


Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Agatis (Aghatis loranthifolia
salisb) dan Sengon (Paraserianthes falcataria), Skripsi Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan.

Nugroho, N. dan N. Ando, 2001. Depelopment Of Structural Composite Product


Made From Bamboo II: Fundamental Properties Of Laminated
Bamboo Lumber. In Joernal Of Wood Science.

Panshin, Aj. Dan C. De zeeuw, 1980. Texbook Of Wood Technology Megrow


Hill. New York. .

Sinaga, M. dan Hadjib. 1989. Sifat Mekanis Kayu Lamina Gabungan dari Kayu
Pinus Merkusi dan Eucalyptus alba. Duta Rimba No. 113-
114/XV/1989. Pustlitbang Hasil Hutan. Bogor.

Stamm, A. J. 1964, dalam Dhedy Handono 2011. Densifikasi Kayu Randu


(Ceiba pentandra (L.) Gaertn

Tomme, F. Ph., F. Girrardet., B. Gfeller, dan P. Navi. 1998, dalam Bandi


Supraptono (2014). Perekatan Kayu, Perannya dalam Industri Kayu.
Edisi Pertama. Mulawarman University Press. Universitas
Mulawarman. Samarinda.

Tsoumis. G. 1991. Science and Technology of Wood. Structure, Properties,


Utilization. Van Nostrand Reinhold, New York. USA.
45

Tabel 2. Pengujian Kadar Air Ukuran Tebal Sampel 2 cm b

No BA (gram) BKT (gram) KA % (2 cm)


1 4,3195 3,8170 13,1648
2 3,7909 3,3437 13,3744
3 5,2951 4,6528 13,8046
4 4,7584 4,1935 13,4708
5 4,0235 3,5487 13,3795
jumlah 22,1874 19,5557 67,1942
rata-rata 4,43748 3,91114 13,4388
min 3,7909 3,3437 13,1648
max 5,2951 4,6528 13,8046

Tabel 3. Pengujian Kadar Air Ukuran Tebal Sampel 2,5 cm

No BA (gram) BKT (gram) KA % (2,5 cm)


1 4,7918 4,3508 10,13606693
2 4,2929 3,8461 11,61696264
3 5,4177 4,8714 11,21443528
4 5,1614 4,6826 10,22508863
5 4,8766 4,3987 10,86457362
6 5,0463 4,5529 10,83704891
7 4,7351 4,2754 10,75221032
8 5,1200 4,5880 11,59546643
9 5,0457 4,5354 11,25148829
10 5,0386 4,6185 9,096026849
jumlah 49,5261 44,7198 107,5894
rata-rata 4,9526 4,4720 10,7589
Min 4,2929 3,8461 9,0960
Max 5,4177 4,8714 11,6170
46

Tabel 4. Pengujian Kadar Air Ukuran Tebal Sampel 3 cm

No BA (gram) BKT (gram) KA % (3 cm)


1 7,3263 6,5574 11,7257
2 4,3566 3,8499 13,1614
3 5,0039 4,5336 10,3737
4 6,6861 5,9763 11,8769
5 7,2912 6,4588 12,8878
6 5,7303 5,1094 12,1521
7 4,1020 3,6616 12,0275
8 6,7272 5,9679 12,7231
9 7,1779 6,4290 11,6488
10 8,2353 7,3340 12,2893
Jumlah 62,6368 55,8779 120,8663
rata-rata 6,2637 5,878 12,0866
Min 4,1020 3,6616 10,3737
Max 8,2353 7,3340 13,1614

Tabel 5. Pengujian Kadar Air Ukuran Tebal Sampel 3,5 cm

No BA (gram) BKT (gram) KA % (3,5 cm)


1 6,8872 6,2233 10,6680
2 6,3956 5,6892 12,4165
3 7,0472 6,3290 11,3478
4 6,0128 5,3607 12,1645
5 7,1774 6,4604 11,0984
6 6,9366 6,2270 11,3955
7 7,5796 6,8328 10,9296
8 6,2866 5,6490 11,2870
9 6,6922 5,9557 12,3663
10 5,7929 5,1560 12,3526
Jumlah 66,8081 59,8831 116,0261
rata-rata 6,6808 5,9883 11,6026
Min 5,7929 5,1560 10,6680
Max 7,5796 6,8328 12,4165
47

Tabel 6. Pengujian Kerapatan Ukuran Tebal Sampel 2 cm

No M (gram) R (cm) T (cm) L (cm) V cm3 ( 2 cm) R gr/cm3 (2 cm)


1 4,3195 2,09 2,39 2,64 13,1871 0,3276
2 3,7909 2,07 2,39 2,50 12,3683 0,3065
3 5,2951 2,11 2,43 2,50 12,8183 0,4131
4 4,7584 2,13 2,41 2,46 12,6279 0,3768
5 4,0235 2,10 2,45 2,40 12,3480 0,3258
jumlah 22,1874 10,50 12,07 12,50 63,3495 1,7498
rata-rata 4,43748 2,10 2,41 2,50 12,6699 0,3500
min 3,7909 2,07 2,39 2,40 12,3480 0,3065
max 5,2951 2,13 2,45 2,64 13,1871 0,4131

Tabel 7. Pengujian Kerapatan Ukuran Tebal Sampel 2,5 cm

No M (gram) R (cm) T (cm) L (cm) V cm3 ( 2,5 cm) R gr/cm3 (2,5 cm)
1 4,7918 1,82 2,28 2,55 10,5815 0,4528
2 4,2929 2,06 2,07 2,59 11,0443 0,3887
3 5,4177 1,99 2,49 2,65 13,1310 0,4126
4 5,1614 1,94 2,41 2,59 12,1093 0,4262
5 4,8766 1,93 2,30 3,00 11,5858 0,4209
6 5,0463 1,94 2,48 2,56 12,3167 0,4097
7 4,7351 1,94 2,25 2,51 10,9562 0,4322
8 5,1200 2,06 2,49 2,60 13,3364 0,3839
9 5,0457 2,06 2,40 2,58 12,7555 0,3956
10 5,0386 1,80 2,38 2,60 11,1384 0,4524
jumlah 49,5261 19,54 23,55 25,84 118,9550 4,1750
rata-rata 4,9526 1,95 2,36 2,58 11,8955 0,4175
min 4,2929 1,80 2,07 2,51 10,5815 0,3839
max 5,4177 2,06 2,49 2,65 13,3364 0,4528
48

Tabel 8. Pengujian Kerapatan Ukuran Tebal Sampel 3 cm

No M (gram) R (cm) T (cm) L (cm) V cm3 ( 3 cm) R gr/cm3 (3 cm)


1 7,3263 2,43 2,60 2,61 16,4900 0,4443
2 4,3566 2,28 2,19 2,58 12,8825 0,3382
3 5,0039 2,27 2,39 2,55 13,8345 0,3617
4 6,6861 2,38 2,51 2,61 15,5916 0,4288
5 7,2912 2,32 2,49 2,64 15,2508 0,4781
6 5,7303 2,20 2,40 2,51 13,2528 0,4324
7 4,1020 2,35 2,36 2,61 14,4751 0,2834
8 6,7272 2,38 2,40 2,62 14,9654 0,4495
9 7,1779 2,24 2,60 2,65 15,4336 0,4651
10 8,2353 2,50 2,60 2,69 17,4850 0,4710
jumlah 62,6368 23,3500 24,5400 26,0700 149,6612 4,1524
rata-rata 6,2637 2,3350 2,4540 2,6070 14,9661 0,4152
Min 4,1020 2,2000 2,1900 2,5100 12,8825 0,2834
Max 8,2353 2,5000 2,6000 2,6900 17,4850 0,4781

Tabel 9. Pengujian Kerapatan Ukuran Tebal Sampel 3,5 cm

3 3
No M (gram) R (cm) T (cm) L (cm) V cm ( 3 cm) R gr/cm (3,5 cm)
1 6,8872 2,36 2,55 2,57 15,4663 0,4453
2 6,3956 2,39 2,55 2,47 15,0534 0,4249
3 7,0472 2,47 2,31 2,56 14,6066 0,4825
4 6,0128 2,6 2,41 2,51 15,7277 0,3823
5 7,1774 2,43 2,43 2,6 15,3527 0,4675
6 6,9366 2,45 2,6 2,41 15,3517 0,4518
7 7,5796 2,46 2,5 2,61 16,0515 0,4722
8 6,2866 2,41 2,66 2,54 16,2829 0,3861
9 6,6922 2,67 2,52 2,54 17,0901 0,3916
10 5,7929 2,48 2,57 2,38 15,1692 0,3819
jumlah 66,8081 24,7200 25,1000 25,1900 156,1521 4,2860
rata-rata 6,6808 2,4720 2,5100 2,5190 15,6152 0,4286
Min 5,7929 2,3600 2,3100 2,3800 14,6066 0,3819
Max 7,5796 2,6700 2,6600 2,6100 17,0901 0,4825
49

Tabel 10. Pengujian pengembangan tebal papan ukuran 2 cm

No To (cm) Ti (cm) P % ( 2 cm)


1 2,09 2,13 1,9138
2 2,09 2,13 1,9138
3 2,03 2,08 2,4630
Jumlah 6,21 6,34 6,2908
Rata-Rata 2,07 2,11 2,0969
Min 2,03 2,08 1,9138
Max 2,09 2,13 2,4630

Tabel 11. Pengujian pengembangan tebal papan ukuran 2,5 cm

No To (cm) Ti (cm) P % ( 2,5 cm)


1 2,24 2,42 8,0357
2 2,30 2,43 5,6521
3 2,28 2,46 7,8947
Jumlah 6,82 7,31 21,5826
Rata-rata 2,27 2,44 7,1942
MIN 2,24 2,42 5,6521
MAX 2,30 2,46 8,0357

Tabel 12. Pengujian pengembangan tebal papan ukuran 3 cm

No To (cm) Ti (cm) P % ( 3 cm)


1 2,30 2,70 17,3913
2 2,03 2,28 12,3152
3 2,09 2,27 8,6124
Jumlah 6,42 7,25 38,3190
Rata-rata 2,14 2,42 12,7730
MIN 2,03 2,27 8,6124
MAX 2,30 2,70 17,3913
50

Tabel 13. Pengujian pengembangan tebal papan ukuran 3,5 cm

No To (cm) Ti (cm) P % ( 3,5 cm)


1 2,24 2,67 19,19642857
2 2,30 2,65 15,21739130
3 2,19 2,80 27,85388128
Jumlah 6,73 8,12 62,26770115
Rata-rata 2,24 2,71 20,75590038
MIN 2,19 2,65 15,21739130
MAX 2,30 2,80 27,85388128

Tabel 14. Pengujian penyerapan air papan ukuran 2 cm

No Mn (gram) Mw (gram) Wa (%) 2 cm


1 18,9466 32,2375 70,1492
2 18,2863 32,0120 75,0600
3 22,4597 35,4071 57,6472
Jumlah 59,6926 99,6566 202,8565
Rata-rata 19,89753 33,2188 67,6188
MIN 18,2863 32,012 57,6472
MAX 22,4597 35,4071 75,0600

Tabel 15. Pengujian penyerapan air papan ukuran 2,5 cm

No Mn (gram) Mw (gram) Wa (%) 2,5 cm


1 28,4254 55,4303 95,0027
2 27,6692 51,9990 87,9309
3 27,1687 51,0614 87,9420
Jumlah 83,2633 75,21650 270,8757
Rata-rata 27,75443 52,83023 90,2919
MIN 27,1687 51,0614 87,9309
MAX 28,4254 55,4303 95,0027
51

Tabel 16. Pengujian penyerapan air papan ukuran 3 cm

No Mn (gram) Mw (gram) Wa (%) 3 cm


1 29,4246 56,6050 92,3730
2 22,3986 42,1850 88,3376
3 23,0156 43,5030 89,01527
Jumlah 74,8388 142,293 269,7259
Rata-rata 24,94626 47,431 89,9086
MIN 22,3986 42,185 88,3376
MAX 29,4246 56,605 92,3730

Tabel 17. Pengujian penyerapan air papan ukuran 3,5 cm


No Mn (gram) Mw (gram) Wa (%) 3,5 cm
1 22,4524 46,0125 104,9335483
2 22,3761 44,1144 97,14963734
3 21,9728 46,4441 111,3708767
Jumlah 66,8013 136,571 313,4540624
Rata-rata 22,2671 45,52366 104,4846875
MIN 21,9728 44,1144 97,14963734
MAX 22,4524 46,4441 111,3708767

Tabel 18. Pengujian Uji Tekan Sejajar Serat Ukuran Tebal Sampel 2 cm

Dimensi Contoh Uji


No F Maks A cm2 (2 cm) tk// (2 cm)
R (cm) T (cm)
1 1300 2,11 2,45 5,1695 251,4750
2 1150 2,06 2,50 5,1500 223,3010
3 1220 2,10 2,45 5,1450 237,1234
4 1360 2,19 2,49 5,4531 249,3994
5 1010 2,06 2,49 5,1294 196,9041
Jumlah 6040 10,52 12,38 26,047 1158,2029
rata-rata 1208 2,104 2,476 5,2094 231,6406
MIN 1010 2,06 2,45 5,1294 196,9041
MAX 1360 2,19 2,50 5,4531 251,475
52

Tabel 19. Pengujian Uji Tekan Sejajar Serat Ukuran Tebal Sampel 2,5 cm

Dimensi Contoh Uji 2


No F Maks A cm (2,5 cm) tk// (2,5 cm)
R (cm) T (cm)
1 1410 1,18 2,47 2,9146 483,7714
2 1415 1,88 2,48 4,6624 303,4918
3 1415 1,90 1,41 2,679 528,1822
4 1380 2,29 2,40 5,496 251,0917
5 1310 1,99 1,45 2,8855 453,9941
6 1400 2,00 2,40 4,8000 291,6667
7 1270 2,07 2,41 4,9887 254,5753
8 1400 1,93 2,41 4,6513 300,9911
9 1490 1,70 2,44 4,1480 359,2093
10 1480 2,11 2,48 5,2328 282,8314
Jumlah 13970 19,05 22,35 42,4583 3509,805
Rata-rata 1397 1,905 2,235 4,24583 350,9805
MIN 1270 1,18 1,41 2,6790 251,0917
MAX 1490 2,29 2,48 5,4960 528,1822

Tabel 20. Pengujian Uji Tekan Sejajar Serat Ukuran Tebal Sampel 3 cm

Dimensi Contoh Uji


No F Maks A cm2 (3 cm) tk// (3 cm)
R (cm) T (cm)
1 2140 2,50 2,47 6,1750 346,5587
2 1780 2,51 2,50 6,2750 283,6653
3 2150 2,51 2,38 5,9738 359,9049
4 1840 2,37 2,41 5,7117 322,1458
5 1870 2,59 2,46 6,3714 293,4991
6 1700 2,50 2,47 6,1750 275,3036
7 1940 2,50 2,44 6,1000 318,0328
8 2200 2,60 2,45 6,3700 345,3689
9 1150 2,25 2,31 5,1975 221,2602
10 1250 2,20 2,39 5,2580 237,7330
Jumlah 18020 24,53 24,28 59,6074 3003,4724
Rata-rata 1802 2,453 2,428 5,96074 300,3472
MIN 1150 2,20 2,31 5,1975 221,2602
MAX 2200 2,60 2,50 6,3714 359,9049
53

Tabel 21. Pengujian Uji Tekan Sejajar Serat Ukuran Tebal Sampel 3,5 cm

Dimensi Contoh Uji 2


No F Maks A cm (3,5 cm) tk// (3,5 cm)
R (cm) T (cm)
1 1640 2,57 2,51 6,4507 254,236
2 1680 2,65 2,44 6,466 259,8206
3 1840 2,56 2,44 6,2464 294,5697
4 1600 2,48 2,59 6,4232 249,097
5 1480 2,64 2,50 6,600 224,2424
6 1700 2,70 2,46 6,6420 255,947
7 1680 2,55 2,43 6,1965 271,1208
8 2030 2,60 2,48 6,448 314,8263
9 1670 2,70 2,46 6,6420 251,4303
10 1430 2,49 2,60 6,4740 220,8835
Jumlah 16750 25,94 24,91 64,5888 2596,174
Rata-rata 1675 2,594 2,491 6,45888 259,6174
MIN 1430 2,48 2,43 6,1965 220,8835
MAX 2030 2,7 2,6 6,6420 314,8263

Tabel 22. Pengujian MoE Ukuran Tebal Sampel 2 cm

No b (cm) a (cm) L MoE (kg/cm 2) 2 cm


1 2,07 2,30 30 80 0,3 71469,1557
2 2,10 2,41 30 100 0,5 45926,4996
3 2,10 2,35 30 90 0,3 74302,2809
4 2,10 2,46 30 100 0,5 43182,6363
5 2,11 2,47 30 100 0,5 42458,0900
Jumlah 10,48 11,99 150 470 2,1 277338,6626
Rata-rata 2,096 2,398 30 94 0,42 55467,7325
MIN 2,07 2,3 30 80 0,3 42458,0900
MAX 2,11 2,47 30 100 0,5 74302,2809
54

Tabel 23. Pengujian MoE Ukuran Tebal Sampel 2,5 cm

No b (cm) a (cm) L MoE (kg/cm 2) 2,5 cm


1 2,2 2,29 30 110 0,4 70259,8695
2 2,16 2,37 30 130 0,3 101724,8554
3 2,08 2,36 30 100 0,4 61722,6321
4 2,11 2,44 30 100 0,3 73405,8351
5 2,09 2,4 30 110 0,5 51398,0263
6 2,29 2,41 30 120 0,4 63174,0060
7 2,17 2,42 30 110 0,4 60357,4155
8 2,19 2,52 30 100 0,5 38520,1555
9 2,15 2,46 30 120 0,5 50614,0667
10 2,32 2,45 30 130 0,5 51438,8064
Jumlah 21,76 24,12 300 1130 4,2 622615,6685
Rata-rata 2,176 2,412 30 113 0,42 62261,5669
MIN 2,08 2,29 30 100 0,3 38520,1555
MAX 2,32 2,52 30 130 0,5 101724,8554

Tabel 24. Pengujian MoE Ukuran Tebal Sampel 3 cm

2
No b (cm) a (cm) L MoE (kg/cm ) 3 cm
1 2,23 2,16 30 110 0,4 82598,1557
2 2,19 2,22 30 40 0,4 28170,9008
3 2,22 2,2 30 10 0,2 14277,5194
4 2,31 2,21 30 120 0,5 64971,9967
5 2,25 2,26 30 120 0,5 62374,5146
6 2,15 2,27 30 110 0,5 59048,7111
7 2,25 2,28 30 130 0,5 65809,7228
8 2,2 2,16 30 40 0,4 30445,2706
9 2,26 2,00 30 60 0,4 56001,1062
10 2,24 2,29 30 130 0,5 65241,3074
Jumlah 22,3 22,05 300 870 4,3 528939,2054
Rata-rata 2,23 2,205 30 87 0,43 52893,9205
MIN 2,15 2 30 10 0,2 14277,5194
MAX 2,31 2,29 30 130 0,5 82598,1557
55

Tabel 25. Pengujian MoE Ukuran Tebal Sampel 3,5 cm

No b (cm) a (cm) L MoE (kg/cm 2) 3,5 cm


1 2,29 36,5 30 90 0,3 18,1849
2 2,28 36,5 30 80 0,5 9,7412
3 2,25 36,5 30 90 0,4 13,8697
4 2,27 36,4 30 80 0,5 9,8568
5 2,20 36,5 30 80 0,4 12,6192
6 2,31 36,5 30 100 0,4 15,0229
7 2,30 36,0 30 110 0,5 13,8386
8 2,27 36,0 30 100 0,4 15,9335
9 2,34 36,5 30 70 0,4 10,3812
10 2,20 36,5 30 90 0,4 14,1966
Jumlah 22,71 363,92 300 890 4,2 133,6445
Rata-rata 2,271 36,392 30 89 0,42 13,3645
MIN 2,20 36,00 30,00 70,00 0,30 9,7412
MAX 2,34 36,51 30 110 0,5 18,1849

Tabel 26. Pengujian MoR Ukuran Tebal Sampel 2 cm

No b (cm) a (cm) L F Maks MoR (Kg/cm2) 2 cm


1 2,07 2,30 30 108 443,8235
2 2,10 2,41 30 112 413,2160
3 2,10 2,35 30 112 434,5858
4 2,10 2,46 30 108 382,4254
5 2,11 2,47 30 119 415,9902
Jumlah 10,48 11,99 150 559 2090,0409
Rata-rata 2,096 2,398 30 111,8 418,0082
MIN 2,07 2,3 30 108 382,4254
MAX 2,11 2,47 30 119 443,8235
56

Tabel 27. Pengujian MoR Ukuran Tebal Sampel 2,5 cm

No b (cm) a (cm) L F Maks MoR (Kg/cm 2) 2,5 cm


1 2,20 2,29 30 112 436,8546
2 2,16 2,37 30 152 563,7748
3 2,08 2,36 30 112 435,0540
4 2,11 2,44 30 122 437,0290
5 2,09 2,4 30 144 538,2775
6 2,29 2,41 30 126 426,2982
7 2,17 2,42 30 130 460,3259
8 2,19 2,52 30 120 388,2832
9 2,15 2,46 30 130 449,6216
10 2,32 2,45 30 118 381,3066
Jumlah 21,76 24,12 300 1266 4516,8254
Rata-Rata 2,18 2,41 30,00 126,60 451,6825
Min 2,08 2,29 30,00 112,00 381,3066
Max 2,32 2,52 30,00 152,00 563,7748

Tabel 28. Pengujian MoR Ukuran Tebal Sampel 3 cm

2
No b (cm) a (cm) L F Maks MoR (Kg/cm ) 3 cm
1 2,23 2,28 30 116 450,2938
2 2,19 2,22 30 30 125,0788
3 2,22 2,2 30 120 502,5687
4 2,31 2,21 30 144 574,3525
5 2,25 2,26 30 130 509,0453
6 2,15 2,27 30 132 536,1623
7 2,25 2,28 30 172 661,7421
8 2,20 2,16 30 240 1052,1886
9 2,26 2,00 30 360 1792,0354
10 2,24 2,29 30 116 444,3769
Jumlah 22,3 22,17 300 1560 6647,8443
Rata-Rata 2,23 2,217 30 156 664,7844
Min 2,15 2,00 30 30 125,0788
Max 2,31 2,29 30 360 1792,0354
57

Tabel 29. Pengujian MoR Ukuran Tebal Sampel 3,5 cm

No b (cm) a (cm) L F Maks MoR (Kg/cm2) 3,5 cm


1 2,29 36,5 30 106 1,5635
2 2,28 36,5 30 94 1,3926
3 2,25 36,5 30 94 1,4104
4 2,27 36,4 30 90 1,3458
5 2,20 36,5 30 92 1,4125
6 2,31 36,5 30 120 1,7547
7 2,30 36,0 30 120 1,8116
8 2,27 36,0 30 110 1,6826
9 2,34 36,5 30 72 1,0393
10 2,20 36,5 30 102 1,5660
Jumlah 22,71 363,92 300 1000 14,9790
Rata-Rata 2,271 36,392 30 100 1,4979
MIN 2,20 36,00 30,00 72,00 1,0393
MAX 2,34 36,51 30 120 1,8116
58

Gambar 10. Proses pengampelasan

Gambar 11. Penjemuran bahan baku


59

Gambar 12. Pengecekan kadar air sebelum perebusan

Gambar 13. Proses perebusan


60

Gambar 14. Proses hot press

Gambar 15. Proses cold press


61

Gambar 16. Proses pemotongan sampel

Gambar 17. Pengukuran sebelum pengujian


62

Gambar 18. Proses perendaman

Gambar 19. Pengujian MoE dan MoR

Вам также может понравиться

  • ID None
    ID None
    Документ7 страниц
    ID None
    ZanneArienta
    Оценок пока нет
  • Latar Belakang 01
    Latar Belakang 01
    Документ54 страницы
    Latar Belakang 01
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Proposal Pemetaan Desa 4
    Proposal Pemetaan Desa 4
    Документ15 страниц
    Proposal Pemetaan Desa 4
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Proposal Pemetaan Desa 2
    Proposal Pemetaan Desa 2
    Документ10 страниц
    Proposal Pemetaan Desa 2
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Model Model Molekul
    Model Model Molekul
    Документ3 страницы
    Model Model Molekul
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • I
    I
    Документ10 страниц
    I
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Faktor Mempengaruhi Tenaga Kerja Mebel
    Faktor Mempengaruhi Tenaga Kerja Mebel
    Документ69 страниц
    Faktor Mempengaruhi Tenaga Kerja Mebel
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Resume PSDH Pak Zul
    Resume PSDH Pak Zul
    Документ9 страниц
    Resume PSDH Pak Zul
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • 1 PB
    1 PB
    Документ7 страниц
    1 PB
    Hesti
    Оценок пока нет
  • 10 PP 010
    10 PP 010
    Документ25 страниц
    10 PP 010
    Ristania Fidyani Hidayat
    Оценок пока нет
  • Model Model Molekul
    Model Model Molekul
    Документ3 страницы
    Model Model Molekul
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Cover Mikro 4
    Cover Mikro 4
    Документ1 страница
    Cover Mikro 4
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Data Satelit
    Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Data Satelit
    Документ6 страниц
    Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Data Satelit
    M Erwin Wibowo
    Оценок пока нет
  • 215 763 1 PB
    215 763 1 PB
    Документ12 страниц
    215 763 1 PB
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • LP - BCR Xiii
    LP - BCR Xiii
    Документ15 страниц
    LP - BCR Xiii
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Judul38
    Judul38
    Документ55 страниц
    Judul38
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Lampiran Gambar
    Lampiran Gambar
    Документ1 страница
    Lampiran Gambar
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Material Dan Mutu Kayu
    Material Dan Mutu Kayu
    Документ7 страниц
    Material Dan Mutu Kayu
    mustain_heny
    Оценок пока нет
  • 71 148 1 SM
    71 148 1 SM
    Документ9 страниц
    71 148 1 SM
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Kebakaran Hutan PDF
    Kebakaran Hutan PDF
    Документ17 страниц
    Kebakaran Hutan PDF
    naynanay
    Оценок пока нет
  • Dampak Kebakaran Hutan Terhadap
    Dampak Kebakaran Hutan Terhadap
    Документ17 страниц
    Dampak Kebakaran Hutan Terhadap
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Analisis Data Ekologi 6
    Analisis Data Ekologi 6
    Документ7 страниц
    Analisis Data Ekologi 6
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Praktikum Ekologi Cover
    Praktikum Ekologi Cover
    Документ2 страницы
    Praktikum Ekologi Cover
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Lampiran Gambar
    Lampiran Gambar
    Документ1 страница
    Lampiran Gambar
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • I
    I
    Документ10 страниц
    I
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Hasil Dan Pembahasan
    Hasil Dan Pembahasan
    Документ1 страница
    Hasil Dan Pembahasan
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Laporan Praktikum Mikro 3
    Laporan Praktikum Mikro 3
    Документ1 страница
    Laporan Praktikum Mikro 3
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Armin Cendol
    Armin Cendol
    Документ2 страницы
    Armin Cendol
    Armin XVI
    Оценок пока нет
  • Praktikum Ekologi Cover
    Praktikum Ekologi Cover
    Документ2 страницы
    Praktikum Ekologi Cover
    Armin XVI
    Оценок пока нет