Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
bagi 30,000 dari total sekitar 40,000 jenis tumbuhan obat yang telah dikenal di dunia.
Jumlah tersebut mewakili 90% dari tumbuhan obat yang terdapat di wilayah Asia.
Lebih dari 1000 jenis diantaranya telah digunakan sebagai tumbuhan obat yang
potensi multi fungsi yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial
bagi kesejahteraan umat manusia. Sumber daya hutan juga bersifat multi guna dan
Hasil Hutan Kayu yang hanya memberikan sumbangan 20%, melainkan juga manfaat
hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan jasa lingkungan (pemanfaatan aliran air,
saat ini potensi HHBK tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal (Anonim,
2009). Paradigma ini makin menyadarkan kita bahwa produk HHBK merupakan
salah satu sumber daya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan paling
ditetapkan jenis-jenis HHBK yang terdiri dari 9 kelompok HHBK yang terdiri dari
557 spesies tumbuhan dan hewan. Pada saat ini terdapat 5 jenis HHBK yang
mendapat prioritas pengembangannya yaitu Rotan, Bambu, Madu Lebah, Sutera dan
daerah. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) menurut Permenhut tersebut adalah hasil
hutan hayati baik nabati maupun hewani dan turunannya yang berasal dari hutan
kecuali kayu. Produk HHBK ini mencakup (1) hasil nabati beserta turunannya seperti
kayu, rotan, bambu, rerumputan, tanaman obat, jamur, getah-getahan, bagian atau
yang dihasilkan tetumbuhan; dan (2) hasil hewani beserta turunannya seperti satwa
liar dan hasil penangkarannya, satwa buru, satwa elok, serta bagian atau yang
dihasilkan hewan hutan. Sedangkan benda non hayati yang secara ekologi merupakan
suatu kesatuan ekosistem dengan organ hayati penyusun hutan seperti air, udara
bersih dan sehat serta jasa tidak termasuk dalam definisi Permenhut ini. Selama ini
HHBK hampir tidak tersentuh dalam kegiatan kehutanan yang masih mengandalkan
hasil hutan kayu baik dari hutan alam maupun dari hutan tanaman. Padahal potensi
pemanfaatan yang bernilai ekonomis sangat besar yang perlu digali dan pengelolaan
kualitas produk serta pemasaran lokal. Pemungutan HHBK lebih banyak dilakukan
lingkungan.
1. Nilai hasil hutan berupa kayu dan HHBK (seperti rotan, bambu, resin (anis), biji-
bijian, madu, minyak lemak, minyak atsiri, tanin dan tumbuhan bahan obat). Manfaat
dari hasil hutan ini bemilai sekitar Rp 1,2 juta/ha/ tahun atau 0,04 % dari total nilai
hutan (TNH).
2. Nilai fungsi hutan sebagai pencegah erosi, penghasil 02, penyerapan C02,
pengendali banjir dan prasarana angkutan air: Rp 21,4 juta/ha/tahun (0,07 % dari
TNH).
3. Nilai habitat satwa hidup (flora dan fauna) yang dilindungi dan endemic serta
manfaat sosial budaya dan nilai religius, memberi manfaat keindahan alam, udara
segar dan suasana nyaman sebagai objek wisata Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu
4. Nilai lain yang sampai saat ini belum dapat dikalkulasikan. Nilai HHBK
sebenarnya dapat diperoleh dari posisi nilai 1) dan 3), karena HHBK juga dapat
dihasilkan dari satwa dan flora hidup. Peranan HHBK dalam menunjang kegiatan dan
kenyataan.
dalam pengelolaan hutan yang lestari antara lain adalah program peningkatan peranan
sekitar hutan (Silva dan Atar, 1995; Arnold dan Perez, 1998). Oleh karena itu, ke
depan pembangunan kehutanan diharapkan tidak lagi hanya berorientasi pada hasil
Adapun tujuan dari Praktikum Hasil Hutan Non Kayu adalah mahasiswa dapat
mengetahui manfaat yang diberikan oleh jenis-jenis hasil hutan non kayu dan dapat
menjadi literatur dalam pembelajaran mata kuliah Hasil Hutan Non Kayu (HHNK).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara ekologis HHBK tidak memiliki perbedaan fungsi dengan hasil hutan
kayu, karena sebagian besar HHBK merupakan bagian dari pohon. Menurut UU
Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, disebutkan bahwa HHBK adalah hasil hutan hayati
maupun non hayati. Hasil hutan Bukan kayu (HHBK) merupakan salah satu hasil
hutan selain kayu dan jasa lingkungan. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. 35
tahun 2007, HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta
produk turunan dan budidayanya kecuali kayu yang berasal dari hutan. Beragam
manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan dapat diperoleh dari keberadaan HHBK ini.
Sementara ini ada 558 komoditas HHBK yang menjadi urusan Departemen
didapatkan dari hutan tanpa harus menebang pohon. Mencakup hewan buruan,
rambut hewan, kacang-kacangan, biji, buah beri, jamur, minyak, daun, rempah-
rempah, rempah daun, gambut, ranting untuk kayu bakar, pakan hewan ternak, dan
madu. Selain itu, tumbuhan paku, kayu manis, lumut, karet, resin, getah, dan ginseng
Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil hutan
beserta produk turunannya dan budidayanya kecuali kayu. Hasil hutan bukan kayu
merupakan potensi besar yang terpendam di hutan dan belum digali untuk dikelola
secara lestari sampai saat ini. Beberapa faktor yang menyebabkan belum
hasil hutan bukan kayu, dan tidak tersedianya sarana dan prasarana untuk
kayu dari hutan alam semakin menurun. Perubahan paradigma dalam pengelolaan
Salah satu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan masyarakat adalah
tanaman obat-obatan yang berkaitan langsung dengan masyarakat yang ada di sekitar
hutan. Sebagian dari jenis tanaman obat yang terdapat di Desa Bobo ada yang sudah
dikenal dan ada pula yang belum dikenal dalam ilmu pengetahuan yang dapat
setempat secara terbatas sebagai obat tradisional. Berdasarkan hal ini, akan sangat
menarik untuk meneliti jenis-jenis tanaman yang merupakan sumber atau bahan baku
peluang besar serta memberi kontribusi bagi pembangunan dan pengembangan hutan.
Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) berasal dari bagian pohon atau tumbuh-
tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang
diperlukan oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku
rumit sebagaimana dalam pemungutan hasil hutan kayu (timber), masyarakat hutan
memanfaatkan HHNK dari dalam hutan. Masyarakat tidak dilarang memungut dan
memanfaatkan HHNK baik di dalam hutan produksi maupun hutan lindung, kecuali
di dalam kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam (Departemen Kehutanan
1990).
Secara umum peranan HHNK dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dalam ekosistem hutan, HHNK merupakan bagian dari ekosistem hutan. Beberapa
hasil HHNK diperoleh dari hasil pohon, misalnya getah-getahan, tanin resin dan
minyak atsiri. Sedangkan selebihnya dari palm, hasil satwa ataupun anggrek. Untuk
nipah, dll merupakan bagian dari ekosistem yang berfungsi menjaga abrasi oleh
terhadap perubahan yang terjadi di luar sistem hutan rakyat. Resiliensi adalah suatu
Contohnya adanya perubahan nilai tukar mata uang. Pada saat terjadi krisis moneter,
HHNK memiliki peran yang besar terhadap pendapatan rumah tangga dan devisa
hasil.
Dengan pengaturan terhadap HHNK baik dari proses produksi, pengolahan dan
telah dapat menjadi sektor basis. Dengan adanya kegiatan produksi dan pengolahan
alam hayati yang tinggi, tercermin dengan keanekaragaman jenis satwa dan flora.
Jika kita mampu mengolah dan memanfaatkan sumber daya hutan tersebut secara
HHNK, 2013).
sebagai bahan bangunan. Penggunaan hasil hutan kayu tetap tidak lepas dari
tetap mengandalkan bamboo sebagai pagar, tiang, jendela, dan atap. Rotan sebagai
bahan furniture dan pengikat kayu dan ijuk sebagai bahan atap rumah. Di beberapa
daerah di Indonesia penggunaan hasil hutan non kayu sebagai komponen structural
Bagi masyarakat pedesaan hasil hutan non kayu merupakan sumber ddaya yang
hutan non kayu sebagai pangan (pati sagu, umbi-umbian, pati aren, nira aren), bumbu
makanan (kayu manis, pala) dan obat-obatan. Selain itu, mereka juga menggunakan
hasil hutan non kayu sebagai bahan pembuat pakaian seperti sarung sutera sebagai
pembuat kertas dan papan komposit, nira aren sebagai penghasil gula, cuka dan
bioethanol, rotan sebagai furniture yang menarik, bahan ekstraktif sebagai parfume,
dll. Oleh karena itu, semakin tinggi peradaban manusia semakin tinggi pula tingkat
Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan ini adalah kamera, alat tulis,
2. Mencatat semua vegetasi berpotensi menghasilkan produk hasil hutan bukan kayu.
bukan kayu.
IV. PEMBAHASAN
Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil hutan
II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik nabati dan hayati
beserta produk turunannya dan budidayanya kecuali kayu. Hasil hutan bukan kayu
merupakan potensi besar yang terpendam di hutan dan belum digali untuk dikelola
secara lestari sampai saat ini. Beberapa faktor yang menyebabkan belum
hasil hutan bukan kayu, dan tidak tersedianya sarana dan prasarana untuk
kayu dari hutan alam semakin menurun. Perubahan paradigma dalam pengelolaan
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berasal dari bagian pohon atau tumbuh-
tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang
diperlukan oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku
rumit sebagaimana dalam pemungutan hasil hutan kayu (timber), masyarakat hutan
memanfaatkan HHBK baik di dalam hutan produksi maupun hutan lindung, kecuali
Hasil hutan non-kayu dihargai tinggi oleh masyarakat yang tinggal di sekitar
hutan dan seringkali merupakan sumber mata pencaharian mereka. Hasil hutan non-
kayu juga banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil hutan non-kayu
selain dengan melakukan penebangan kayu. Hasil hutan non-kayu juga mampu
dibatasi oleh suku, tingkat usia, dan tingkat kemapanan. Penggunaan hasil hutan non-
kayu oleh penduduk setempat dapat bernilai ekonomi, historis, prestis, dan religius.
Hasil hutan non-kayu merupakan bahan baku industri, mulai dari industri tanaman
yang digali dari hutan untuk keperluan manusia. Hasil-hasil hutan ini termasuk
produk-produk yang dihasilkan oleh hewan (misalnya sarang burung walet, madu,
dan lainnya), rotan, bambu dan serat-serat (mis: pandan yang dapat dianyam menjadi
produk selain kayu yang berasal dari bahan biologis, diperoleh dari hutan dan
kayu bukan semata terletak pada pemilihan komoditi unggulan, kendatipun upaya
tersebut merupakan fokus tindakan untuk memajukan. Sisi lain dari pengembangan
yang juga dibutuhkan adalah, upaya fokus untuk memberikan dukungan data dan
kualitas produk. Hasil hutan non kayu adalah amanah yang dititipkan untuk disyukuri
A. Kesimpulan
adalah hasil hutan hayati maupun non hayati. Hasil hutan Bukan kayu (HHBK)
merupakan salah satu hasil hutan selain kayu dan jasa lingkungan. Menurut Peraturan
Menteri Kehutanan No. 35 tahun 2007, HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati
maupun hewani beserta produk turunan dan budidayanya kecuali kayu yang berasal
dari hutan. Kemudian pada pengamatan dihutan produksi abeli terdapat potensi Hasil
hutan Bukan kayu (HHBK) seperti sagu, pandan hutan, alang alang, bambu, dan lain
lainnya.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah agar dalam proses pengamatan praktikan