Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dosen : FAUZAN,ST.,MT.
PERENCANAAN KOPLING
PADA MOBIL AVANZA
OLEH:
MUCHLIS ZAIN
D211 O7 O99
Asalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia, atas terselesaikannya Tugas Elemen Mesin II ini walaupun masih jauh dari tarap
kesempurnaan.
Dalam Tugas Elemen Mesin II ini, penulis mencoba merencanakan suatu kopling
mobil Avanza, dengan daya dan putaran mesin yang tertentu. Dalam merencanakan kopling
ini penulis mengambil literatur dari berbagai buku-buku mesin dan masukan dari teman-
teman serta dosen.
Akhir kata penulis mengharapkan adanya sumbang saran yang dapat beramanfaat bagi
penulis untuk memperbaiki isi perencanaan ini.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb
( Penyusun)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang....................................................................... 1
1.2. Tujuan.................................................................................... 1
1.3. Batasan masalah..................................................................... 2
BAB II TEORI DASAR
2.1. Pengertian kopling.................................................................... 3
2.2. Klasifikasi kopling.................................................................... 4
2.3. Rumus-rumus yang digunakan dalam percobaan...................... 6
BAB III PERENCANAAN
3.1. Desain Poros............................................................................. 10
3.2. Desaimn Kampas Kopling........................................................ 14
3.3. Karakteristik Kopling............................................................... 26
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan................................................................................ 31
4.2. Saran.......................................................................................... 31
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 32
NOMENKLATUR
Nama dan Lambang Satuan
Jari-jari rata-rata cm
Panjang (l) cm
Diameter kritis cm
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kendaraan merupakan sarana terpenting dalam
sistem transportasi dan sangat dibutuhkan. Ide pengembangan sarana transportasi yang
yang terjadi pada sarana transportasi tersebut. Kendaraan yang dahulunya bersifat klasik
dimana mengandalkan tenaga hewan, kini telah berubah menjadi modern yang lebih
Mobil sebagai salah satu sarana transportasi, kerap dipakai oleh segenap
dengan kendaraan bermotor lainya. Diantaranya adalah dapat mengangkut beban yang
besar, dapat dipakai untuk menempuh perjalanan yang jauh, memiliki konstruksi yang
permesinannya. Hal ini membuktikan bahwa mesin tersebut yang terdiri dari bermacam-
macam elemen mesin memegang peranan yang sangat penting. Salah satu elemen mesin
yang akan dibahas lebih jauh pada tugas perencanaan ini adalah kopling, dalam hali ini
1.2. Tujuan
Karena suatu perencanaa elemen mesin haruslah benar-benar akurat atau teliti,
maka khusus dalam perencanaan kopling ini terdapat beberapa tujuan yang hendak
Dalam perencanaan kopling ini tidak semua bagian-bagian dari sebuah kopling
kami jabarkan. Hanya sebahagian saja dimana dalam hal ini yang kami bahas adalah :
1. Diameter poros
2. Diameter sepline
5. Efisiensi kopling
6. Lamamya pemakaian
BAB II
TEORI DASAR
2.1. Pengertian Kopling
Kopling merupakan suatu bagian dari mesin yang berfungsi sebagai sambungan
poros dengan elemen mesin yang dengan terus menerus atau kadang-kadang harus ikut
berputar dengan poros tersebut. Elemen mesin serupa itu ialah umpamanya puli sabuk,
poros yang lain dalam arah memanjang sebagai akibat perubahan yang
kopling cakar.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencana kopling adalah sebagai
berikut :
c) Titik berat kopling sebanyak mungkin harus terletak pada gasris sumbu
tidak, kopling akan berayun. (Apabila titik barat terletak dalam garis-
putaran dan daya poros pengerak ke poros yang digerakkan secara pasti
(tanpa terjadi slip), dimana sumbu poros tersebut terletak pada suatu
1. Kopling kaku
Kopling ini dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu
segaris. Kopling ini dipakai pada mesin dan poros transmisi umumnya di pabrik-
Kopling box atau kotak digunakan apabila dua buah poros dan
Kopling flens kaku terdiri dari naf dengan flens yang terbuat dari besi
cor atau baja cor dan dipasang pada ujung poros yang diberi pasak
serta diikat dengan flensnya. Dalam beberapa hal, naf pada poros
Kopling rantai
Kopling gigi
3. Kopling universal, kopling ini terbagi atas:
Kopling universal
daya serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam
keadaan diam maupun berputar. Jenis kopling tidak tetap ini adalah
1. Kopling cakar
Kopling ini berfungsi untuk meneruskan momen dengan kontak positif (tidak
dengan perantaraan gesekan) sehingga tidak terjadi slip. Ada dua bentuk kopling cakar
yaitu:
Berdasarkan banyaknya plat yaitu kopling plat tunggal dan kopling plat
banyak
kering.
elektromagnetik.
3. Kopling kerucut
4. Kopling friwill
5. Kopling gesek ( dutch )
BAB III
PERENCANAAN
Data perencanaan dari Mobil Avanza dengan type standart deck :
1. Daya maksimum : 83 Ps
2. Putaran maksimum : 4200 rpm
3.1. Desain Poros
A. Perhitungan Diameter Poros
1. Momen Puntir Yang terjadi
N
Mp 71620
n
83
Mp 71620 1415,34kg .cm
4200
2. Momen Puntir Yang Direncanakan
Mtd = Mp. V ; V = Faktor Keamanan
=16
= dipilih 4, untuk mengantisipasi adanya
pembebanan yang tiba-tiba.
Semakin tinggi faktor keamanan maka momen puntir yang direncanakan
semakin baik terhadap perencanaan poros.
Mtd = (1415.34) (4)
= 5661.36 kg.cm.
3. Momen Gesek
Mfr = . Mtd ; = Faktor konstanta
= 1,2 1,5
= dipilih 1,2 untuk memperoleh gesekan yang
kecil, sehingga poros yang direncanakan tidak
mudah aus.
Semakin besar konstanta maka momen gesek yang terjadi semakin rendah
menyebabkan gesekan yang terjadi juga semakin besar.
Mfr = (1,2) (5661.36)
= 6793,63 kg.cm
4. Diameter Poros
Karena poros merupakan bagian dari suatu mesin yang sangat vital, maka
material poros yang digunakan haruslah benar-benar kuat. Untuk menjaga agar dalam
operasinya lebih aman maka dipilih baja St – 60 sebagai bahan poros dalam perencanaan
ini.
Poros dianggap berada pada kondisi beban dinamis II dengan faktor keamanan
S = 5 8 maka tegangan-tegangan yang terjadi adalah sebagai berikut : (dipilih S = 6)
a. Tegangan tarik yang diizinkan :
6000
boll II 1000 kg cm 2
6
b. Tegangan geser yang diizinkan :
bollII
bollII
1,73
1000
boll
II 578,03 kg cm 2
1,73
c. Diameter Poros
5.Mfr
Dp 3
bol
5.6793,63
= 3
578,03
= 3,88 cm
= 4 cm
5. Pemeriksaan tegangan geser pada poros
P P
s
A dp 2
4
Mp 1415,34
P 141,34kg
l 10
141,34
s 2
11,25 kg cm 2
4
x 4
Material poros cukup aman karena tegangan geser yang terjadi lebih kecil
dari tegangan geser yang diizinkan yaitu :
s <
11,25 < 578,03 kg/cm2
B. Perhitungan Splines
Splines berfungsi untuk menghubungkan poros dengan cakra sehingga momen
puntir cakra dapat dipindahkan melalui alur splines yang mengakibatkan poros berputar
bersama-sama dengan cakra.
1. Pemilihan bahan splines
Dari perencanaan ini material poros yang digunakan adalah baja St 70
maka bahan sepline yang digunakan juga adalah baja St 70 yang bekerja
pada kondisi pembebanan dinamis II dengan faktor keamanan yang
diambil adalah 8. Selanjutnya dari bahan tersebut kita dapat menentukan
tegangan – tegangan yang diizinkan, yaitu :
Tegangan tarik yang diizinkan adalah :
7000
bol II = = 1166,6 kg/cm2
6
Tegangan geser yang diizinkan adalah :
bol II 1166,6
bolII =
1,7 1,7
= 5 cm
4. Jari-jari rata-rata splines (rms)
rms = ¼ (Ds + dp)
= ¼ (5 + 4)
= 2,25 cm
5. Tingi splines
h = 0,1 Ds
= 0,1 (5)
= 0,5 cm
6. Lebar Splines (w=b)
w = 0,25 Ds
= 0,25 (5)
= 1,25 cm
7. Diameter rata-rata splines (Dms)
Dms = 2 rms
= 2 (2,25)
= 4,5 cm
8. Koreksi faktor keamanan pada spline
Tegangan geser yang terjadi pada spline
Mfr
g
rm.F .z.
z = 2.rm
= 2 . 2,25
= 4,5 cm
F = 0,8 . 4,5 . 6/10
= 2,16 cm2
6793,63
g
2,25.2,16.10.0,75
= 186,38 kg/cm2
Dalam hal ini dipilih 0,5 sebab semakin besar permukaan geges maka gaya
geseknya juga semakin besar sehingga kopling dapat berfungsi dengan baik.
2. Perbandingan jari-jari dalam dan jari-jari luar adalah :
rig
= (0,6 – 0,8)
rog
Dalam hal ini dipilih 0,6 sebab semakin kecil perbandingan jari-jari dalan dan
jari-jari luar maka geseknya juga semakin kecil sehingga kopling dapat
berfungsi dengan baik.
3. Momen gesek (Mfr)
Mfr = f . P . Fm . rm
Dimana Fm = 2π .rm . b . z
Z = jumlah plat gesek
= 2 ( direncanakan )
= 2π . rm . 0,5rm . 2
= 2π . rm2
Mfr = f. P . 2π . rm3
Mfr
rm = 3
f .P.2
6793,63
= 3
0,2.8.2.3,14
= 8,77 cm
Sehingga dari persamaan (A) didapat lebar permukaan gesek :
b = 0,5.rm
= 0,5.8,77
= 4,38 cm
Karena rm = ½ ( rog + rig ) maka :
rm = ½ ( rog + 0,6 rog )
8,77 = ½ (1,6) rog
rog = 10,96 cm
rig = 0,6 rog
= 0,6 . 10,96
= 6,57 cm
Syarat tebal plat gesek ( 0,2 0,5 ) cm sehingga diplih 0,5 cm
Semakin tebal pelat gesek yang direncanakan maka semakin baik karena
semakin lama dipakai.
Diameter luar pelat gesek :
Dog = 2 rog
= 2 (10,96 )
= 21,92 cm
Diameter dalam pelat gesek adalah :
Dig = 2 rig
= 2 ( 6,57)
= 13,14 cm
B. Perhitungan Plat Tengah Gesek
Plat ini disatukan dengan naf dan juga berfungsi untuk memegang plat
gesek. Dimensi – dimensi plat gesek tengah yang direncanakan adalah sebagai
berikut :
1. Dimeter luar plat tengah sama dengan diameter luar palat gesek.
Dot = Dog = 21,92 cm
2. Bahan plat tengah yaitu St-60
t = 6000 kg/cm2
3. Tebal pelat tengah direncanakn 0,4 cm
t = 0,4 cm
4. Diameter dalam plat tengah direncanakan sama dengan diameter luar
naf yaitu sama dengan diameter luar naf
Dit = 7 cm
C. Naf
Naf berfungsi untuk mentransmisi daya poros ke plat gesek dan
penghubung antara poros dan seplain
Dimensi – dimensi yang direncanakan :
1. Diameter luar naf
Don = 7 cm
2. Diameter dalam naf sama dengan diameter poros
Din = 6,25 cm
3. Panjang naf direncanakan sama dengan panjang splain yaitu 6 cm
4. Bahan naf direncanakn adalah St-60.
D. Perhitungan kopling dan komponen-komponennya
1. Berat plat gesek
G1 = 2 Do g Di g . t.γ/4
2 2
asbes = Massa jenis asbes = 2,1 gr/cm3
= 2 21,92 2 13,14 2 .0,5 x 2,1/4
= 507,45 gram
2. Berat plat tengah
G2 2
= 2 Do t Di t . t.γ/4
2
baja = 7,8 gr/cm3
G2 = 2 21,92 2 7 2 0,4 x 7,8/4
= 2113,59 gr
3. Berat naf
G3 = 1
4 2
Do n Di n . t.γ
2
baja = 7,8 gr/cm3
= 1
4 7 2 5 2 0,6 x 7,8
= 176,34 gr
4. Berat rumah kopling
G4 = 1
4 Dog 2. ak 2
- Din 2 . t.γ
½ ql x ½ ql
Mx
qx
½ ql x/2
x/2
Mx = 0
= -½ ql.x + ½ qx2
Karena
d2y
Mx = EI
dx 2
d2y
Maka EI 2
= -½ qlx + ½ qx2
dx
dy
EI = -¼ qlx2 + 1/6 qx3 + c1
dx
EI y = 1/12 qlx3 + 1/24 qx4 + c1x + c2
Syarat Batas :
Pada x = 0 ; y = 0 ; C2 = 0
dy
x= ½l ; =0
dx
-¼ ql (1/2 l)2 + 1/6 q(1/2 l)3 + c1 = 0
-1/8 ql3 + 1/12 ql3 + c1 = 0
c1 = 1/24 ql3
Sehingga persamaannya menjadi :
1 ql 3 qx 4 ql 3 x
y =
EI 12 24 24
ql 1 2 l q 2 gl 2
1 1 3 1 1 4 1 3 1
y =
EI 12 24 24
1 ql 4 qx 4 ql 4
y =
EI 96 384 48
1 5.ql 4
y =
EI 384
Dimana :
E = Modulus elastisitas untuk beban poros St 70
= 21500 kg/mm2 = 2,15.106 kg/cm2
I = Momen Inersia poros
~ 1/64..dp4
~ 1/64.3,14.44 = 11,739 cm4
q= Beban terbagi merata
Gp
~ /l = 0,979/10 = 0,0979 kg/cm
Sehingga lendutan akibat berat poros adalah :
1 5.0,0979.10 4
y =
2,15 . 10 ..7,36
6
384
Gtot = P
x
Mx b
a
b
Pb/l Pb/l
Mx =0
Pb
= .x
l
Karena :
d2y
Mx = EI
dx 2
Maka :
d2y Pb
EI = .x
dx 2 l
dy Pbx 2
EI = c1
dx 2.l
Pbx 2
EI y = c1 x c 2
2.l
Syarat batas :
x = 0 ; y = 0 ; C2 = 0
dy
x = 1/2l dan = 0 , maka :
dx
dy Pbx 2
EI = c1
dx 2.l
Pbx 2
C1 =
2.l
C1 = Pbl/8
Sehingga :
1 Pb.x 3 Pb.l.x
y = .
EI 6.l 8
1 P. l 3
y = .
EI 48
Dimana :
E = Modulus elastisitas kopling dipakai standar baja St 70
= 21500 kg/mm2 = 2,15.106 kg/cm2
I = Momen inersia poros
3,14.4 4
= /64 .dp =
1 4
7,36
64
P = Berat total kopling 1,672 kg
Sehingga lendutan akibat beban terpusat dari berat kopling adalah :
1 P. l 3
y = .
EI 48
1 1,672.10 3
y = .
2,15.10 6 .7,36
48
y = 2,2013.10-6 cm
Maka Ytotal adalah :
= y1 +y2 cm
= 0,8075.10-6 +2,2013.10-6 cm
= 3.10-6
Putaran Kritis
1
ncr = 300 ytot
1
ncr = 300
3.10 6
P
L/2
A B
l
P/2 P/2
Momen lentur terjadi maximum pada L = l/2
½.l
A Ml1
P/2
Ml1 = 0
P l Pl
= .
2 2 4
2. Akibat beban terbagi merata (berat poros)
L = 1/2
A B
1/4
ql/2 ql/2
X= l/2
Ml2
qx
ql/2
Ml2 =0
= -qx.(l/4) + q.(l/2).(l/2)
= - (ql2/8) + ql2/4)
= ql2/8.
3. Momen lentur yang terjadi
Ml = Ml1 + Ml2
= Pl/4 + ql2/8
dimana : P = Berat kopling = 1,672 kg
l = Panjang poros = 10 cm
q = Berat beban terbagi merata
= qp/l = 0,97/10 = 0,0974 kg/cm.
Ml = (0,0979.102/8) + (1,672.10/4)
= 5,3975 kg.cm
G. Diameter Kritis
Pemeriksaan diameter kritis menggunakan momen reduksi
Mred = Ml 2 (Mp ) 2
= 817,682 kg.cm
Diameter kritis
Mrd
=
0,1.bol II
817,682
=
0,1 x 600
=3,69 cm
Karena diameter kritis adalah 3,69 cm dan diameter poros adalah 4 maka
dalam perencanaan ini dianggap aman sebab diameter kritis lebih kecil
dari diameter poros.
dcr dp
3,69 4 cm
3.3. KARAKTERISTIK KOPLING
A. Suhu Kampas Kopling
Suhu kampas kopling sama dengn suhu kopling dan akan
meningkat akibat gesekan/slip saat penyambungan. Kenaikan suhu ini tidak
melebihi batas tertentu agar plat gesek lebih awal. Untuk asbes suhu kerja yang
direncanakan adalah 250o. Untuk menghitung kenaikan suhu kopling
direncanakan (diambil asumsi) :
waktu penyambungan : 1 detik
panas ditimbulkan oleh plat tengah
1. Energi yang hilang karena gesekan
Mt.t..
Wfr =
2
Mt = Momen puntir rencana
= Mtd . 9,81
= 56.61 . 9,81
= 555,34 Nm
t = Waktu penyambungan (0,2 1) detik
= dipilih 1 detik.
Semakin cepat waktu penyambungan maka energi yang hilang juga semakin
kecil agar energi yang dihasilkan tidak terbuang percuma.
ω = Kecepatan sudut
2. .n 2. .4200
= =
60 60
= 439,6 rad/sekon
Sehingga:
555,34.1.439,6
Wfr =
2
= 12,2064.104 Joule.
2. Kenaikan temperatur
Q = Wfr
Q = 2,488.105 Joule
Q = Go . Cp . t
Q
t = Go.Cp
= 159 oC
Karena temperatur kopling dipengaruhi oleh temperatur luar maka :
t kop = t udara + t
= (27 + 159)C
= 186 C
Karena temperatur kopling lebih kecil dari temperatur yang direncanakan
maka kondisi kopling berada dalam keadaan aman.
Tkop < tdirencaanakan
186 < 250C
B. Umur Kopling
Umur kopling plat gesek kering adalah lebih rendah dari pada plat gesek basah.
Umur kopling gesek basah kurang lebih sepuluh kali umur kopling gesek kering. Karena
laju keausan plat gesek sangat tergantung pada macam bahan geseknya, tekanan kontak,
kecepatan keliling, temperatur dan lain-lain, maka agak sukar menentukan umur secara
lebih teliti.
Lama gesekan
a.k . Am
Ld = Nfr
= ¼ (3,14)(21,922 – 13,142). 2
= 60,51 cm2
k = Kerja spesifik untuk bahan asbes,
dimana daya yang merusak asbes (5 - 8) dk/cm3
dipilih 8
= 5968 waat jam/cm2
Nfr = Daya yang hilang karena gesekan
Mtd . .t .z
=
2.3600
1 60
Nfr = 555,34 . 439,6. .
2 3600
= 2034,39 Watt
Maka :
Lama gesekan adalah :
0,5.60,51.5968
Ld = 2034,39
= 188,75 jam
Dalam penentuan umur kopling, direncanakan penyambungan oleh
kopling 60 kali tiap jamnya dimana waktu kopling menyambung 1 detik dan
melepas 1 detik. Sehingga waktu yang diperlukan tiap jam adalah ~ 60(1 + 1)
detik/jam 120 detik/jam
Jika diperkirakan kendaraan dipakai selama 10 jam setiap hari, maka :
N = 10 jam/hari x 120 detik/jam
N = 1200 detik/hari
= 0,3 jam/hari
Sehingga umur kopling didapat adalah :
Lt = 188,75 / 0,3
=1,7 tahun
Jadi kopling dapat dipakai selama 1,7 tahun
C. Efisiensi Kopling
A
210
39
POTONGANA-A A TAMPAKKANAN
TAMPAKDEPAN
Satuan : mm Digambar :Muchlis Zain Keterangan
Skala :1-1 Diperiksa :Fauzan,ST.,MT.
Tanggal :11-12-2009 Dilihat :Fauzan,ST.,MT.
4.2 Saran
1. Untuk perencanaan ini sebaiknya diperhatikan bahan yang
digunakan untuk desain poros dan komponen-komponen kopling.
2. Suatu perncanaan sebaiknya diperhatikan bahwa harga yang
didapat dari hasil perhitungan harus lebih kecil daripada harga yang
diizinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dobrovolsky, Machine Element
Perry, Robert, H, Engineering Manual, Mc. Graw Hill Book Company
Rune, Ir, Zaenab A, Materi Kuliah Elemen Mesin
Ressang, Prof.Dr.Ir.H. Arifuddin, Materi kuliah Mekanika Kekuatan Material I
Stolk, Ir, Elemen Mesin; Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin, 1993, Jakarta, Erlangga
Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, 1987, Jakarta, PT. Pradnya
Paramita