Вы находитесь на странице: 1из 18

BAB I

STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


 Nama : An. M
 Usia : 11 bulan
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Nama Orangtua : Ibu. A
 Alamat : Plandakan Rt 2/Rw 7
 Tanggal Puskesmas : 23-03-2018

1.2 Anamnesis
Alloanamnesis pada Ibu Pasien
Keluhan Utama : Mencret 2 hari
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 2 hari sebelum ke Puskesmas anak mencret. Mencret 4x
sehari, kurang lebih seperempat gelas aqua setiap mencret, konsistensi cair
dan terdapat ampas berwarna kekuningan, terdapat darah di sangkal dan
lendir di sangkal. Anak tidak rewel, tidak terus menangis, menyusu seperti
biasa, dan tidak tampak lemas. Menurut Ibu, anaknya juga mengalami
demam sejak mencret muncul, demam tidak terlalu tinggi. Riwayat kejang
disangkal. Penderita masih bisa BAK dengan lancar, sehari 3 kali BAK.
Gejala mimisan atau gusi berdarah disangkal. Batuk pilek disangkal
pasien. Dirumah tidak ada yang menderita demam berdarah.
Sehari-hari menurut ibu satu keluarga biasa meminum air yang
berasal dari air isi ulang. Seluruh alat makan dicuci menggunakan air
sumur yang sama. Botol susu biasanya hanya dicuci dengan menggunakan
air biasa bukan air mendidih.

1
a. Riwayat penyakit dahulu :
Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini.
Riwayat asma disangkal. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat trauma
disangkal
b. Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat alergi disangkal, riwayat asma dan TBC disangkal.
c. Riwayat pengobatan
Pasien belum berobat kemanapun dengan keluhan sekarang.
d. Riwayat Alergi
Alergi obat atau makanan disangkal. Riwayat alergi pada orang tua
disangkal
e. Riwayat kehamilan :
Selama hamil ibu pasien memeriksakan kehamilan ke bidan 1
bulan sekali. Ibu hamil An. Ini adalah kehamilan kedua kalinya. Selama
hamil ibu tidak menderita hipertensi, diabetes melitus, eklampsia atau
penyakit berat lainnya. Ibu makan dan minum sesuai anjuran bidan.
f. Riwayat Kelahiran :
By.K lahir cukup bulan ( 9 bulan) dirumah ditolong oleh bidan di
RSUD Cianjur. Pasien merupakan anak kedua dari ibu G2P1A0. Pasien
lahir spontan dan langsung menangis. Berat lahir 2900 gr, panjang badan
47 cm dan lingkar kepala ibu tidak tahu. Warna air ketuban ibu juga tidak
tahu. Diakui ibu tidak terdapat penyulit saat persalinan.
g. Riwayat pemberian makanan :
- Anak diberikan ASI eksklusif tanpa makanan tambahan apapun
semenjak lahir hingga sekarang.
- Kesan : pemberian makanan sesuai dengan usia.
h. Riwayat perkembangan
- Motorik kasar :
 Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
 Usia 8 bulan sudah bisa merangkak
 Usia 11 bulan sudah bisa berdiri namun masih suka terjatuh

2
- Motorik halus :
 Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda
 Usia 10 memukulkan 2 benda (saling disentuhkan)
- Bahasa : sudah bisa mengoceh dan bisa menyebutkan mama
- Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa
tersenyum.
Kesan : perkembangan sesuai usia
i. Riwayat imunisasi :
- Hepatitis B, BCG, Polio saat lahir
- DPT dengan HB di kombo sudah 3 kali
- Polio (ditetes) sudah 3 kali
- Campak (di paha) 1 kali
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia.

1.3 Pemeriksaan Fisik


• Keadaan Umum : Tidak tampak lemah,aktif (+), menetek (+)
• Kesadaran : Composmentis

1. Tanda Vital
• Suhu : 37,6 oC
• Pernapasan : 48x/menit

2. Status Antropometri
• Panjang Badan : 74 cm
• Berat Badan : 8 kg
• LK : 45 cm
• BB/U = (8/9) x 100 % = 88% (Gizi baik)
• TB/U = (74/73) x 100% = 101,3 % (Tinggi
baik/normal)
• BB/TB = (8/9.4) x 100% = 85 % (Gizi baik)
Kesan: Status gizi baik

3
3. Status Generalis
Kepala
• Bentuk : Normocephal, Ubun-ubun cekung(+)
• Mata : Cekung (-), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, air mata masih keluar (+)
• Hidung : Sekret (-), darah (-) ,PCH (-)
• Telinga : Sekret (-), serumen (-)
• Mulut : Mukosa mulut kering (-), POC (-)
Leher :Pembesaran KGB (-), Retraksi SS (-)
Thorax
• Pulmo
• Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris,
tidak ada bekas luka, tidak ada benjolan, retraksi ICS (-)
• Palpasi : vocal fremitus sulit dinilai
• Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan
• Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-
kanan. Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Cor
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4 linea
midklavikula sinistra.
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
• Inspeksi : Supel, datar, retraksi epigastrium (-).
• Auskultasi : Bising usus meningkat
• Palpasi : Nyeri pada epigastrium (-),turgor kulit menurun <2
detik
• Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Ekstremitas :
• Akral hangat, Edema (-), CRT < 2 detik

4
1.4 Diagnosa Kerja
 GEA tanpa dehidrasi e.c Viral infection

1.5 Diagnosa Banding


 GEA tanpa dehidrasi e.c Bacterial infection

1.6 Usulan Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan Darah dan Elektrolit
 Pemeriksaan Feses

1.7 Penatalaksanaan Komprehensif :


a. Preventif
1. Penyediaan Air Bersih
Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air
dalam terjadinya penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar
mikroba patogen, sarang insekta penyebar penyakit, bila jumlah air
bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan
dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit.
Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari
sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih
harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter
dari sumber air. Air harus ditampung dalam wadah yang bersih dan
pengambilan air dalam wadah dengan menggunakan gayung yang
bersih, dan untuk minum air harus di masak. Masyarakat yang
terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai resiko menderita
diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air besih.
2. Tempat Pembuangan Tinja
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu
jamban memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi syarat

5
kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah, tidak mengotori air
permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan
bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan murah.
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi
akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita
sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai
kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi
(Wibowo, 2003). Menurut hasil penelitian Irianto (1996), bahwa anak
balita berasal dari keluarga yang menggunakan jamban (kakus) yang
dilengkapi dengan tangki septik, prevalensi diare 7,4% terjadi di kota
dan 7,2% di desa. Sedangkan keluarga yang menggunakan kakus tanpa
tangki septik 12,1% diare terjadi di kota dan 8,9 % di desa. Kejadian
diare tertinggi terdapat pada keluaga yang mempergunakan sungai
sebagi tempat pembuangan tinja, yaitu, 17,0% di kota dan 12,7% di
desa.
3. Status Gizi
Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang
berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh (Parajanto,
1996). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi.
Menurut Gibson (1990) metode penilaian tersebut adalah;
 konsumsi makanan
 pemeriksaan laboratorium
 pengukuran antropometri
 pemeriksaan klinis
Metode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau
kombinasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif.
4. Kebiasaan Mencuci Tangan
Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya
berkaitan dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian besar
kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-

6
kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang
tercemar tinja yang mengandung mikroorganisme patogen dengan
melalui air minum. Pada penularan seperti ini, tangan memegang
peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih makanan atau
minuman tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.
b. Promotif
 Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.
 Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air
rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah,
kotoran dan air limbah dan sebagainya.
 Pendidikan kesehatan kepada masyarakat sesuai kebutuhannya.
c. Kuratif
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah
menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan
menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta
untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit
(rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh
banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang.
Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Obat
diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas
penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk
menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu
menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan
mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan
menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal
bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan
sebaiknya diminum sesuai petunjuk.

7
d. Rehabilitatif
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai
mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini
penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis
semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi
untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha
yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi
dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap
mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut
memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita
diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus
dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam
pergaulan dengan teman sepermainan.

1.8 Prognosis
• Quo ad Vitam : Bonam
• Quo ad Functionam : Bonam
• Quo ad Sanationam : Bonam

1.9 Pengkajiaan Masalah Kesehatan Pasien


1. Host
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit pada penjamu adalah

a. Daya tahan tubuh terhadap penyakit


Apabila daya tubuh host baik maka virus tidak dapat masuk ke
dalam tubuh,apabila daya tahan tubuh jelek dan host tidak memelihara
personal hygiene yang baik maka virus dengan mudah masuk dalam
tubuh host.

8
b. Umur
Kebanyakan host yang terkena diare lebih sering pada
kelompok usia 21-40th (51,2%) dan pada anak-anak (75%) jadi diare
lebih sering menyerang pada anak-anak.

c. Adat kebiasaan
Bila host kurang bias memelihara personal hygiene maka
sangat mudah virus masuk dalam tubuh.

2. Agent
 Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo
bacter,yersinia, aeromonas, dan sebagainya
 Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-
lain
 Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba
histolytica,giardia lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida
albicans)
3. Lingkungan
a. Lingkungan fisik
Keadaan lingkungan yang stuktur cuaca kering lebih sering terkena
diare .daerah dengan stuktur keadaan geografis kurang baik lebih sering
terkena diare di karenakan kurang pengetahuan.

b. Lingkungan non fisik


Lingkungan dengan social ekonomi yang rendah serta adaptasi
kebiasaan yang kurag baik atau perilaku yang kurang baik dalam
memelihara personal hygiene sangat berpontensial terjadinya diare

c. Linkungan biologis
Lingkungan yang dekat dengan hewan-hewan peliharaan yang
kurang terjaga kebersihannya seperti kotoran binatang maka dapat dengan
mudah virus masuk dalam tubuh apabila host tidak menjaga kebersihan.
Virus dari diare dapat dibawa oleh human reservoir.

9
Interaksi faktor host, agent, dan environment pada penyakit diare
merupakan interaksi antara ketiga variabel tersebut. Lingkungan yang
tidak bersih dapat menyebabkan kuman penyebab diare berkembang
dengan pesat. Perilaku host juga dapat menjadi penyebab kuman penyebab
diare masuk ke dalam tubuh host sendiri melalui jalur fecal oral.

1. 10 Diagnosis Holistik
a. Aspek Personal
Pasien datang ke puskesmas Kalitanjung diantar oleh ibu nya
dengan keluhan mencret sejak 2 hari yang lalu. Harapan setelah
berobat ke Puskesmas adalah agar pasien dapat sembnuh. Ibu
pasien khawatir jika diare pada anak nya tidak kunjung sembuh
maka akan menyebnabkan anak menjadi lemas dan berat badan
anak nya akan turun
b. Aspek Klinik
Diagnosa Kerja GEA tanpa dehidrasi e.c Viral infection
Diagnosa Banding GEA tanpa dehidrasi e.c Bacterial infection
c. Aspek Risiko Internal
Ny. A kurang memperhatikan kebersihan makan anak nya,
sepeerti tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi
anaknya makan
d. Aspek Psikososial Keluarga
Kesibukan Tn. K dalam mencari nafkah dan Ny. A yang
menjasi ibu rumah tangga menyebabkan anak nya yaitu An. M ,
cenderung mengabaikan hal –hal penting yang seharusnya mereka
perhatikan seperti kebersihan mencuci tangan dengan sabun saat
menyuapi anak makan.

10
1. 11 Rencanan Penatal,aksanaan Pasien
Table 1. Rencana Pelaksanaan
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang Biaya Keterangan
dihaarapkan

Aspek Menginformasik Pasien Saat Pasien dapat Tidak Tidak


personal an kepada pasien sembuh ada menolak
keluarga pasien berobat dengan
memberikan ke sempurna
obat yg puskesma dan dapat
diberikman s dan melakukan
sesuai anjuran saat aktifitas
dokter kunjunga sehari-hari
puskesmas. n dengan baik
Disampig itu kerumah
rutin pasien
memerikmsakan
anak nya ke
puskesmas
walaupun
kesehatan nya
sudah membaik.

Aspek Menganjurkan Pasien Saat Diare pasien Tidak Tidak


Klinik agar orang tuja paqsien b masih dapat bayar menolak
p0asien erob at n sembuh
memperhnatikan ke
secara khusus puskesma
keadaan pasien, s dan
meminumkan diberikan
obat secara oralit
teratur, dan 50ml
memeriksaan setiap
pasien rujtin ke mencret,

11
puskesmas dan zinc
melakukan 1x20mg,
pemeriksaan dan pct
penunjang syr 1cth
seperti feses dan anak
rutin di masih di
puskesmas. berikan
ASI dan
MPASI.

Aspek Menginformasik Pasien Saat Untuk Tidak Tidak


resiko an kepada orang pasien menjaga agar ada menolak
berobat penyakit
internal tua pasien agar
ke yangv
pasien sellu puskesma bdiderita
istirahat yang m s dan saat pasien tiak
kunjunga kambuh lagi
cukup,
n ke b dan
meminum obat rumah mengurangi
yang m teratur, pasien fakto-faktor
ygv b
memperhatikan
memberatkaa
kebersihan n keadaan
mencuci tangan pasien.
m dengan sabun
saat menyuapi
anak makan.

Aspek Mengvanjurkan Seluruh Saat Mengurangi Tidak Tidak


psikosos agvar bm orangv keluarg kunjunga faktor-faktor ada menolak
tua pasien a n yang dapat
ial
merubah nkerumah memperberat
keluarga kebiasaan un tu pasien keadaan
nselalu n klinis n
mencuci tangan pasien.
dengan sabun Menjaga
saat keluarga
memberikan tetap sehat.

12
anak makan.

1.12 Tindak Lanjut dan Hasil Intervensi


A. Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga : Tn. K (35 tahun)
b. Identitas Pasangan : Ny. A (30 tahun)
c. Struktur Komposisi Keluarga

Tabel 2. Anggota keluarga yang tinggal serumah

No Nama Kedudukan Gender Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan Penghasilan


dalam Keluarga Tambahan

1. Tn. K Kepala keluarga L 35 SMP Buruh - Rp


tahun 1.500.000

2. Ny. A Istri P 30 SD Ibu Rumah _ -


tahun Tangga

3. An. Y Anak P 5 - - - -
tahun

4 An. M Anak L 11 - - - -
bulan

13
2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
a. Lingkungan tempat tinggal

Tabel 3. Lingkungan tempat tinggal

Status kepemilikan rumah : menumpang/kontrak/hibah/milik sendiri

Daerah perumahan : : kumuh/padat bersih/berjauhan/mewah

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan

Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4 Pasien tinggal di rumah milik


orang sendiri yang kurang dari standar
Luas halaman rumah : tidak ada rumah sehat dengan jumlah
Tidak bertingkat penghuni empat orang yang
Lantai rumah dari : Plester Semen terdiri dari keluarga inti.
Dinding rumah dari : tembok
Jamban keluarga : ada
Tempat bermain : tidak ada
Ketersediaan air bersih :ada
Tempat pembuangan sampah :tidak ada

14
3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga
a. Sebutkan jenis tempat berobat : Puskesmas
b. Asuransi/Jaminan kesehatan : BPJS

4. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Tabel 4. Pelayanan kesehatan

Faktor Keterangan Kesimpulan


Cara mencapai pusat Jalan kaki Jarak yang dekat, selain
pelayanan kesehatan Angkot itu pasien juga merasa
Kendaraan Pribadi puas dengan pelayanan
di puskesmas
Tarif Pelayanan Sangat mahal Pasien merasa senang
kesehatan Mahal berobat di puskesmas
Terjangkau karena biaya gratis
Murah
Gratis
Kualitas pelayanan Sangat Memuaskan
kesehatan Memuaskan
Cukup Memuaskan
Tidak memuaskan

5. Pola Konsumsi Makanan Keluarga


a. Kebiasaan makan :
Keluarga Tn. K masih memberikan asi kepada anak nya yang
masih berumur 11 bulan dan memberikan makanan pendamping
ASI juga .

15
b. Menerapkan pola gizi seimbang :
Tn. K mengaku mengerti dengan pola makan gizi seimbang
untuk memberikan makanan terhadap anak nya.
6. Pola Dukungan Keluarga
a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga :
Pasien mengerti bahaya penyakit Diare. Keluarga pasien
mengatakan akan lebih rajin menjaga kebersihan anak nya,
makanan nya, serta ligkungan nya.
b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga :
Terkadang keluarga Tn. K masih sering tidak peduli dengan
kebersihan diri sendiri maupun keluarga (lupa mencuci tangang).

7. Konseling :
Patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-
oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu
difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare
yang terbukti efektif meliputi pemberian ASI yang benar,
memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping
ASI, menggunakan air bersih yang cukup, membudayakan
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar
dan sebelum makan, penggunaan jamban yang bersih dan higienis
oleh seluruh anggota keluarga, serta membuang tinja bayi yang
benar. Selain itu, diperlukan upaya-upaya untuk memperbaiki daya
tahan tubuh pejamu. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat juga mengurangi
resiko diare antara lain memberi ASI paling tidak sampai usia 2
tahun, Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan
memberi makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki
status gizi anak, dan imunisasi campak.

16
1. 13 Kesimpulan Pentalaksanaan Pasien dalam Binaan Pertama

Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya dibedakan


menjadi:yaitu pengobatan tanpa dehidrasi (dengan terapi A), pengobatan
dehidrasi ringan atau sedang (dengan terapi B), pendobatan dehidrasi berat
(dengan terapi C), teruskan pemberian makan dan pemberian antibiotik
bila perlu.
Dengan mengetahui dampak dari pada diare, maka kita harus dapat
menyadari betapa pentingnya kebersihan dalam diri dan lingkunyan. Oleh
karena itu, kita berharap dengan adanya kesadaran, semua masyarakat mau
bergotong royong untuk membersihkan dan memelihara lingkunyam
dengan baik. Mudah-mudahan harapan kita semua untuk hidup bersih
dapat diwujudkan bagi kita semua.

1. 14 Dokumentasi

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Panduan Praktek Klinin (PPK) Divisi Gastrohepatologi.Departemen


Kesehatan Anak. RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang.2014
2. Pickering LK and Snyder JD. Gastroenteritis in Nelson Textbook of
Pediatric,17Edition. 2003. page1272-1276
3. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Gastroenterologi. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1998.
hal 283-293.
4. Bannister B, Gillespie S, Jones J. Infection: microbiology and management.
3rd ed. Massachusetts: Blackwell Publishing Ltd; 2006.
5. Fauci B, et al. Harisson’s principle of internal medicine. 17th ed. New York:
McGraw-Hill; 2008.
6. Alfa, Yasmar. 2010. Diare Akut Pada Anak. Bandung : SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK UNPAD/RSHS.
7. Frye, Richard E. 2013. Diarrhea. Available at http://www.emedicine.com
diakses tanggal 24 Mei 2014.
8. Nguyen, David G. 2005. Pediatrics, Rotavirus. Available at
http://www.emedicine.com/ diakses tanggal 24 Mei 2014.

18

Вам также может понравиться