Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STATUS PASIEN
1.2 Anamnesis
Alloanamnesis pada Ibu Pasien
Keluhan Utama : Mencret 2 hari
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 2 hari sebelum ke Puskesmas anak mencret. Mencret 4x
sehari, kurang lebih seperempat gelas aqua setiap mencret, konsistensi cair
dan terdapat ampas berwarna kekuningan, terdapat darah di sangkal dan
lendir di sangkal. Anak tidak rewel, tidak terus menangis, menyusu seperti
biasa, dan tidak tampak lemas. Menurut Ibu, anaknya juga mengalami
demam sejak mencret muncul, demam tidak terlalu tinggi. Riwayat kejang
disangkal. Penderita masih bisa BAK dengan lancar, sehari 3 kali BAK.
Gejala mimisan atau gusi berdarah disangkal. Batuk pilek disangkal
pasien. Dirumah tidak ada yang menderita demam berdarah.
Sehari-hari menurut ibu satu keluarga biasa meminum air yang
berasal dari air isi ulang. Seluruh alat makan dicuci menggunakan air
sumur yang sama. Botol susu biasanya hanya dicuci dengan menggunakan
air biasa bukan air mendidih.
1
a. Riwayat penyakit dahulu :
Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini.
Riwayat asma disangkal. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat trauma
disangkal
b. Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat alergi disangkal, riwayat asma dan TBC disangkal.
c. Riwayat pengobatan
Pasien belum berobat kemanapun dengan keluhan sekarang.
d. Riwayat Alergi
Alergi obat atau makanan disangkal. Riwayat alergi pada orang tua
disangkal
e. Riwayat kehamilan :
Selama hamil ibu pasien memeriksakan kehamilan ke bidan 1
bulan sekali. Ibu hamil An. Ini adalah kehamilan kedua kalinya. Selama
hamil ibu tidak menderita hipertensi, diabetes melitus, eklampsia atau
penyakit berat lainnya. Ibu makan dan minum sesuai anjuran bidan.
f. Riwayat Kelahiran :
By.K lahir cukup bulan ( 9 bulan) dirumah ditolong oleh bidan di
RSUD Cianjur. Pasien merupakan anak kedua dari ibu G2P1A0. Pasien
lahir spontan dan langsung menangis. Berat lahir 2900 gr, panjang badan
47 cm dan lingkar kepala ibu tidak tahu. Warna air ketuban ibu juga tidak
tahu. Diakui ibu tidak terdapat penyulit saat persalinan.
g. Riwayat pemberian makanan :
- Anak diberikan ASI eksklusif tanpa makanan tambahan apapun
semenjak lahir hingga sekarang.
- Kesan : pemberian makanan sesuai dengan usia.
h. Riwayat perkembangan
- Motorik kasar :
Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
Usia 8 bulan sudah bisa merangkak
Usia 11 bulan sudah bisa berdiri namun masih suka terjatuh
2
- Motorik halus :
Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda
Usia 10 memukulkan 2 benda (saling disentuhkan)
- Bahasa : sudah bisa mengoceh dan bisa menyebutkan mama
- Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa
tersenyum.
Kesan : perkembangan sesuai usia
i. Riwayat imunisasi :
- Hepatitis B, BCG, Polio saat lahir
- DPT dengan HB di kombo sudah 3 kali
- Polio (ditetes) sudah 3 kali
- Campak (di paha) 1 kali
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia.
1. Tanda Vital
• Suhu : 37,6 oC
• Pernapasan : 48x/menit
2. Status Antropometri
• Panjang Badan : 74 cm
• Berat Badan : 8 kg
• LK : 45 cm
• BB/U = (8/9) x 100 % = 88% (Gizi baik)
• TB/U = (74/73) x 100% = 101,3 % (Tinggi
baik/normal)
• BB/TB = (8/9.4) x 100% = 85 % (Gizi baik)
Kesan: Status gizi baik
3
3. Status Generalis
Kepala
• Bentuk : Normocephal, Ubun-ubun cekung(+)
• Mata : Cekung (-), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, air mata masih keluar (+)
• Hidung : Sekret (-), darah (-) ,PCH (-)
• Telinga : Sekret (-), serumen (-)
• Mulut : Mukosa mulut kering (-), POC (-)
Leher :Pembesaran KGB (-), Retraksi SS (-)
Thorax
• Pulmo
• Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris,
tidak ada bekas luka, tidak ada benjolan, retraksi ICS (-)
• Palpasi : vocal fremitus sulit dinilai
• Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan
• Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-
kanan. Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Cor
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4 linea
midklavikula sinistra.
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
• Inspeksi : Supel, datar, retraksi epigastrium (-).
• Auskultasi : Bising usus meningkat
• Palpasi : Nyeri pada epigastrium (-),turgor kulit menurun <2
detik
• Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Ekstremitas :
• Akral hangat, Edema (-), CRT < 2 detik
4
1.4 Diagnosa Kerja
GEA tanpa dehidrasi e.c Viral infection
5
kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah, tidak mengotori air
permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan
bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan murah.
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi
akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita
sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai
kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi
(Wibowo, 2003). Menurut hasil penelitian Irianto (1996), bahwa anak
balita berasal dari keluarga yang menggunakan jamban (kakus) yang
dilengkapi dengan tangki septik, prevalensi diare 7,4% terjadi di kota
dan 7,2% di desa. Sedangkan keluarga yang menggunakan kakus tanpa
tangki septik 12,1% diare terjadi di kota dan 8,9 % di desa. Kejadian
diare tertinggi terdapat pada keluaga yang mempergunakan sungai
sebagi tempat pembuangan tinja, yaitu, 17,0% di kota dan 12,7% di
desa.
3. Status Gizi
Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang
berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh (Parajanto,
1996). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi.
Menurut Gibson (1990) metode penilaian tersebut adalah;
konsumsi makanan
pemeriksaan laboratorium
pengukuran antropometri
pemeriksaan klinis
Metode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau
kombinasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif.
4. Kebiasaan Mencuci Tangan
Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya
berkaitan dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian besar
kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-
6
kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang
tercemar tinja yang mengandung mikroorganisme patogen dengan
melalui air minum. Pada penularan seperti ini, tangan memegang
peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih makanan atau
minuman tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.
b. Promotif
Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.
Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air
rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah,
kotoran dan air limbah dan sebagainya.
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat sesuai kebutuhannya.
c. Kuratif
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah
menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan
menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta
untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit
(rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh
banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang.
Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Obat
diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas
penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk
menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu
menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan
mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan
menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal
bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan
sebaiknya diminum sesuai petunjuk.
7
d. Rehabilitatif
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai
mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini
penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis
semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi
untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha
yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi
dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap
mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut
memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita
diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus
dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam
pergaulan dengan teman sepermainan.
1.8 Prognosis
• Quo ad Vitam : Bonam
• Quo ad Functionam : Bonam
• Quo ad Sanationam : Bonam
8
b. Umur
Kebanyakan host yang terkena diare lebih sering pada
kelompok usia 21-40th (51,2%) dan pada anak-anak (75%) jadi diare
lebih sering menyerang pada anak-anak.
c. Adat kebiasaan
Bila host kurang bias memelihara personal hygiene maka
sangat mudah virus masuk dalam tubuh.
2. Agent
Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo
bacter,yersinia, aeromonas, dan sebagainya
Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-
lain
Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba
histolytica,giardia lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida
albicans)
3. Lingkungan
a. Lingkungan fisik
Keadaan lingkungan yang stuktur cuaca kering lebih sering terkena
diare .daerah dengan stuktur keadaan geografis kurang baik lebih sering
terkena diare di karenakan kurang pengetahuan.
c. Linkungan biologis
Lingkungan yang dekat dengan hewan-hewan peliharaan yang
kurang terjaga kebersihannya seperti kotoran binatang maka dapat dengan
mudah virus masuk dalam tubuh apabila host tidak menjaga kebersihan.
Virus dari diare dapat dibawa oleh human reservoir.
9
Interaksi faktor host, agent, dan environment pada penyakit diare
merupakan interaksi antara ketiga variabel tersebut. Lingkungan yang
tidak bersih dapat menyebabkan kuman penyebab diare berkembang
dengan pesat. Perilaku host juga dapat menjadi penyebab kuman penyebab
diare masuk ke dalam tubuh host sendiri melalui jalur fecal oral.
1. 10 Diagnosis Holistik
a. Aspek Personal
Pasien datang ke puskesmas Kalitanjung diantar oleh ibu nya
dengan keluhan mencret sejak 2 hari yang lalu. Harapan setelah
berobat ke Puskesmas adalah agar pasien dapat sembnuh. Ibu
pasien khawatir jika diare pada anak nya tidak kunjung sembuh
maka akan menyebnabkan anak menjadi lemas dan berat badan
anak nya akan turun
b. Aspek Klinik
Diagnosa Kerja GEA tanpa dehidrasi e.c Viral infection
Diagnosa Banding GEA tanpa dehidrasi e.c Bacterial infection
c. Aspek Risiko Internal
Ny. A kurang memperhatikan kebersihan makan anak nya,
sepeerti tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi
anaknya makan
d. Aspek Psikososial Keluarga
Kesibukan Tn. K dalam mencari nafkah dan Ny. A yang
menjasi ibu rumah tangga menyebabkan anak nya yaitu An. M ,
cenderung mengabaikan hal –hal penting yang seharusnya mereka
perhatikan seperti kebersihan mencuci tangan dengan sabun saat
menyuapi anak makan.
10
1. 11 Rencanan Penatal,aksanaan Pasien
Table 1. Rencana Pelaksanaan
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang Biaya Keterangan
dihaarapkan
11
puskesmas dan zinc
melakukan 1x20mg,
pemeriksaan dan pct
penunjang syr 1cth
seperti feses dan anak
rutin di masih di
puskesmas. berikan
ASI dan
MPASI.
12
anak makan.
3. An. Y Anak P 5 - - - -
tahun
4 An. M Anak L 11 - - - -
bulan
13
2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
a. Lingkungan tempat tinggal
14
3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga
a. Sebutkan jenis tempat berobat : Puskesmas
b. Asuransi/Jaminan kesehatan : BPJS
15
b. Menerapkan pola gizi seimbang :
Tn. K mengaku mengerti dengan pola makan gizi seimbang
untuk memberikan makanan terhadap anak nya.
6. Pola Dukungan Keluarga
a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga :
Pasien mengerti bahaya penyakit Diare. Keluarga pasien
mengatakan akan lebih rajin menjaga kebersihan anak nya,
makanan nya, serta ligkungan nya.
b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga :
Terkadang keluarga Tn. K masih sering tidak peduli dengan
kebersihan diri sendiri maupun keluarga (lupa mencuci tangang).
7. Konseling :
Patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-
oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu
difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare
yang terbukti efektif meliputi pemberian ASI yang benar,
memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping
ASI, menggunakan air bersih yang cukup, membudayakan
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar
dan sebelum makan, penggunaan jamban yang bersih dan higienis
oleh seluruh anggota keluarga, serta membuang tinja bayi yang
benar. Selain itu, diperlukan upaya-upaya untuk memperbaiki daya
tahan tubuh pejamu. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat juga mengurangi
resiko diare antara lain memberi ASI paling tidak sampai usia 2
tahun, Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan
memberi makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki
status gizi anak, dan imunisasi campak.
16
1. 13 Kesimpulan Pentalaksanaan Pasien dalam Binaan Pertama
1. 14 Dokumentasi
17
DAFTAR PUSTAKA
18