Вы находитесь на странице: 1из 8

PEDAGOGIK TRANFORMATIF DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH OLEH :

FARICHIN 1. Konsep Pedagogik Transformatif Pedagogik transformatif berarti ilmu pendidikan


yang bersifat transformatif (berubah-ubah) sesuai dengan perubahan zaman dan realitas sosial.
Pedagogik transformatif merupakan perkembangan dari paradigma konservatif atau
postmodernisme dan paradigma liberal. Ada beberapa prinsip yang membuat pedagogik
transformatif berbeda dari paradigma pendidikan yang lain tersebut. Prinsip tersebut adalah 1.
pendidikan harus mampu membuka wawasan dan cakrawala berpikir baik pada guru sebagai
pendidik maupun pada siswa sebagai peserta didik. 2. pendidikan harus dapat menciptakan ruang
bagi peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis diri sendiri dan dunia di sekitarnya.
3. masyarakat, pendidikan, dan sekolah sebagai kontestan kekuasaan dan kontrol dalam
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang positif antar keseluruhan unsur tersebut
untuk menciptakan suatu pendidikan yang bermakna. 4. kebenaran bersifat terbuka sehingga
semua orang dapat meyakini kebenaran tersebut tanpa ada perkecualian. Hal yang mendasari
pedagogik transformatif Pedagogik transformatif lahir dari suatu tuntutan zaman yang tak
terelakkan. Tuntutan tersebut timbul karena beberapa hal yaitu 1. pendidikan dianggap sebagai
pendidikan yang terasing dari kehidupan sosial. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendidikan
yang merakyat dan dapat dirasakan kebermaknaannya oleh semua pihak yang berkecimpung
dalam dunia pendidikan. 2. peserta didik bukanlah objek tetapi subjek dalam proses pendidikan
yang merupakan bagian dari komponen guru dan masyarakat. Dari sini akan tampak proses
seorang anak sebagai peserta didik menyerap suatu pengetahuan dengan usahanya sendiri. 3.
pendidikan bukanlah transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada peserta didik yang hampir
tanpa inovasi dan kreasi. Dengan adanya penerapan pedagogik transformatif, diharapkan adanya
perubahan guru dalam pembuatan perencanaan pembelajaran yang nantinya akan dipraktikan
dalam proses pembelajaran di kelas. 4. terjadinya kemacetan transformasi sosial sehingga
pendidikan di Indonesia masih jauh dikategorikan sebagai pendidikan yang kritis. Pendidikan
masih berorientasi pada paradigma konservatif dan liberalis. Oleh karena itu, perlu adanya
gerakan penciptaan pendidikan kritis yang sesuai dengan pedagogik transformatif. 5. pendidikan
kita sulit dibedakan dengan pelatihan atau training. Hal ini terbukti dari proses pembelajaran
yang cenderung searah yang secara tidak langsung memupus kreativitas peserta didik dalam
mengembangkan gerak pikir yang bebas. Dengan melihat kondisi di atas, diperlukan suatu
kesadaran bersama untuk menempatkan dan melaksanakan pendidikan yang mampu
mengantarkan anak ke arah kemandirian dalam menghayati hidup dan kehidupannya. Adapun
landasan yang diterapkan dalam pedagogik transformatif adalah 1. tujuan pendidikan adalah
memanusiakan manusia. 2. pendidikan harus sesuai dengan konteks (kontekstual) yang ada di
masyarakat sebagi lingkungan tempat hidup siswa. 3. pengakuan individual bahwa peserta didik
memiliki karakteristik gaya belajar, minat, dan potensi yang dapat berkembang. 4. partisipasi
yang menunjukkan manusia (peserta didik) yang telah mampu meraih kesuksesan yang lebih
baik harus berpartisipasi sebagai penggerak perubahan bagi masyarakat. Pedagogik transformatif
di sekolah Penerapan pedagogik transformatif di sekolah sudah mulai muncul dari adanya
perubahan pandangan pada guru dan sekolah sebagai komponen pendidikan di lini terdepan.
Perubahan pandangan tersebut tampak pada: 1. adanya kesadaran dan kemauan dari guru untuk
mengubah model pembelajaran konvensional dengan model yang inovatif seperti kooperatif,
kuantum. 2. adanya usaha memanfaatkan lingkungan sebagai sarana pembelajaran sehingga
pembelajaran yang berlangsung sesuai konteks. 3. adanya usaha menciptakan pembelajaran yang
“Paikem” (Pembelajaran, aktif, inovatif, efektif, dan menyenangkan) dengan pelaksanaan
pedagogik transformatif di sekolah diharapkan pendidikan akan menciptakan generasi yang siap
bersaing dalam era globalisasi. Di samping hal di atas, ada beberapa kekuatan lain dari
penerapan pedagogik transformatif di sekolah. Di antaranya adalah 1. adanya dukungan
kurikulum yang membebaskan sekolah dan guru mengeksplorasi rencana pendidikan tingkat
satuan pendidikan ke arah yang diharapkan. 2. dukungan sekolah mengikutsertakan guru dan
tenaga kependidikan untuk mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan peningkatan kualitas
pembelajaran. 3. adanya minat dan kemauan guru untuk mengubah pola pembelajaran yang lebih
bermakna. Namun demikian, ada pula tantangan yang harus diatasi dalam penerapan pedagogik
transformatif di sekolah. Tantangan tersebut adalah 1. tidak semua guru memiliki kemampuan
dan kemauan untuk melakukan perubahan dalam proses pembelajaran. 2. masih adanya guru
yang merasa menjadi penguasa di kelas sehingga adanya penekakan kreativitas siswa yang
dipaksa mengikuti pola guru yang konvensional. 3. sistem kelas dan tata ruang yang
menghambat mobilitas siswa dalam belajar yang bersifat kooperatif dan kontekstual. 4. sarana
sekolah yang kurang memadai di beberapa daerah. 2. TEORI BELAJAR YANG COCOK
UNTUK PEDAGOGIK TRANSFORMATIF Untuk menentukan teori belajar yang paling
memungkinkan diterapkan untuk pedagogik transformatif perlu dibandingkan kesamaan tujuan
dan pandangannya. Dengan adanya kesamaan tersebut, dimungkinkan suatu teori belajar sesuai
dengan pedagogik transformatif atau tidak. Menurut Tilaar, ada beberapa ciri dari pedagogik
transformatif yaitu: 1. aspek pendekatannya berupa a. individuasi partisipatif b. penyadaran dan
pengembangan potensi individu c. humanisme sosiokultural d. penggerak kebudayaan 2. guru
sebagai mitra pembelajar 3. peserta didik sebagai subjek yang partisipatif 4. proses
pembelajarannya dialogis partisipatif berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas, dapat dilihat adanya
kesesuaian antara pedagogik transformatif dengan teori belajar konstruktivisme. Kesesuaian
tersebut dapat dilihat dari hal-halhal berikut ini 1. dilihat dari proses belajar yang berorientasi
pada konstruktivesme, tampak adanya persamaan dengan pedagogik transformastif. Dalam
konstruktifisme tampak adanya a. belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan
pengalaman sehingga pengetahuan berubah. b. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman
dengan dunia fisik dan lingkungan (kontekstual) c. Pengetahuan adalah kegiatan aktif peserta
didik yang berinteraksi dengan lingkungan. 2. kegiatan bukanlah mentransfer pengetahuan dari
guru melainkan kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri
pengetahuannya. 3. pembelajaran berarti partisipasi guru dan siswa dalam membentuk
pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. 4.
guru dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai mediator dan fasilitator agar siswa mampu
mengekspresikan gagasannya. 5. peserta didik dianggap sebagai pemikir yang mampu
menghasilkan teori-teori tentang dunia dan kehidupan. Dari ciri-ciri yang ada pada pedagogic
transformative,ternyata tertuang semua pada teori belajar konstruktivisme. Teori berlajar ini yang
akan melahirkan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang inovatif seperti Contektual
Teaching and Learning (CTL), Quantum Teaching, Quantum Learning, Coopertive Learning. 3.
MODEL PEMBELAJARAN Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan pedagogik
transformatif adalah Jigsaw (Model Tim Ahli). Jigsaw merupakan model pembelajaran yang
berlandaskan pada pendekatan Cooperative Learning. Pendekatan ini sangat sesuai dengan PT
karena didasari dari satu tujuan mengubah pola pembelajaran tradisional ke arah yang lebih
humanis. Alasan pemilihan Jigsaw sebagai model pembelajaran yang sesuai dengan PT adalah 1.
pembelajaran dengan jigsaw adalah pembelajaran berkelompok yang memungkinkan siswa
sebagai peserta didik untuk berlatih menghargai pendapat orang lain; berkomunikasi dengan
bahasa yang santun; mengungkapkan ide dan pikiran dalam berkomunikasi. 2. meskipun kerja
berkelompok, kontribusi individu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tim. 3. adanya
kompetisi antartim sehingga peserta didik akan lebih tertantang untuk menggali informasi
sedalam mungkin. 4. adanya tanggung jawab individu untuk menginformasikan pengetahuan
yang dimilikinya kepada anggota tim lainnya. 5. hasil akhir daya serap terhadap informasi yang
disampaikan bersifat individual sehingga akan lebih adil dan fair terhadap daya serap individu.
Dari hal-hal-hal di atas, tampak sekali bahwa Jigsaw sesuai dengan pedagogik transformatif
Dalam jigsaw tampak semangat PT yang tergambar pada 1. kegiatan belajar berpusat pada siswa
untuk mengekplorasi dan menemukan sendiri informasi yang diperlukan. 2. proses pembelajaran
dialogis partisipatif antarsiswa di bawah kendali dan kontrol guru. 3. adanya kerja sama dan
menghargai antarindividu dalam satu tim. 4. kerja sama dalam tim pada hakikatnya mendukung
jasil kerja seluruh warga kelas. 5. guru sebagai fasilitator dan motivator dalam proses
pembelajaran. 6. semua individu memiliki tanggung jawab yang sama terhadap kemajuan
seluruh anggota tim. Dalam pelaksanaan model Jigsaw pada pembelajaran bahasa Indonesia,
akan terjadi pembelajaran yang terintegrasi antarketerampilan bahasa. Semua keterampilan
berbahasa di latihkan pada siswa. Sebagai contoh pada rencana pembelajaran membaca cerita
yang merupakan inti kompetensi dasar, akan muncul pula keterampilan berbicara dan
mendengarkan pada saat diskusi dan presentasi, dan keterampilan menulis pada saat
mereproduksi cerita Garis Besar Program Pembelajaran Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas
/ semester : VII / 1 Standar Kompetensi : Membaca 7. Memahami isi cerita anak dengan
berbagai teknik membaca Kompetensi Dasar : 7.1 menceritakan kembali isi cerita anak yang
telah dibaca Indikator : 1. mampu menentukan pokok-pokok isi cerita 2. mampu menyusun peta
cerita 3. mampu menceritakan kembali cerita yang telah dibaca dengan bahasa sendiri Waktu : 6
x 40 menit Pendekatan Belajar : Cooperative Learning Model Pembelajaran : Jigsaw ( Model
Tim Ahli) dengan modifikasi Materi Pelajaran : 1. Pokok-pokok isi cerita 2. cara pembuatan peta
cerita berdasarkan poko cerita 3. menceritakan kembali dengan bahasa sendiri Strategi
pembelajaran : Penjelasan, diskusi, penugasan Langkah-langkah kegiatan I. kegiatan awal a.
apersepsi tentang cerita-cerita yang pernah dibaca. b. motivasi tentang kebermanfaatan membaca
cerita II. Kegiatan Inti a. penjelasan tentang pokok-pokok cerita. b. Tanya jawab seputar pokok-
pokok cerita c. Pelaksanaan jigsaw • Guru membagi siswa dalam kelompok yang bervariasi
antara 4 – 5 anak. • Guru menjelaskan aturan permainan dalam pembelajaran jigsaw • Siswa
berkelompok sesuai dengan pembagian yang telah ditentukan. • Guru membagi lembaran cerita •
Siswa membaca cerita yang telah dibagi • Para tim ahli berdiskusi membahas hal-hal yang
berkaitan dengan bidang keahliannya. Misalnya anggota nomor satu sebagai ahli peristiwa
bertugas mencari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita tersebut; siswa nomor dua sebagai
ahli setting menentukan setting cerita. • Masing-masing anggota dalam tim ahli mencari dan
menemukan informasi sebanyak mungkin sesuai dengan keahliannya. • Diskusi ahli selesai
dilanjutkan dengan diskusi dalam tim semula. Dalam diskusi ini, masing-masing ahli bertugas
menjelaskan hasil temuannya kepada seluruh anggota tim sampai anggota tim yang lain paham. •
Tim membentuk peta cerita berdasarkan hasil temuan dari masing-masing ahli. • Presentasi
laporan pembuatan peta cerita yang ditanggapi tim lain. • Seluruh siswa menceritakan kembali
cerita yang telah dibaca berdasarkan peta cerita yang telah dibuat oleh tim. III. Penutup a. Guru
dan siswa merefleksi proses diskusi tim ahli. b. Guru dan siswa merefleksi hasil pembuatan peta
cerita. c. Guru merefleksi reproduksi cerita d. Pemberiab reward bagi tim terbaik

Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ

MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF BERBASIS HOW TO LEARN DAN


TRANSFORMASI PESERTA DIDIK
Pembelajaran transformatif (transformatif learning) merupakan model pembelajaran yang
dikembangkan dari perspektif transformasi sebagaimana awalnya digagas dan dikembangkan
oleh Mezirow (1978). Sebagai teori pembelajaran, pembelajaran transformatif muncul sekitar
tahun 1970-an, berawal dari hasil studi yang dilakukan Mezirow terhadap pengalaman belajar
para wanita yang kembali lagi bersekolah setelah lama meninggalkan bangku sekolah. Hail
penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran mampu merubah perspektif yang dimiliki
dalam memaknai kenyataan dan pengalaman hidup yang dialami. Sejak saat itu, banyak
bermunculan penelitian tentang pembelajaran transformatif, dan fokus studi transformasi
semakin meluas, mulai dari transformasi personal, transformasi sosial, pembelajaran
interkultural, refleksi kritis, lifestyle, bahkan perubahan karir.

Patria Cranton (2002) memahami pembelajaran transformatif sebagai kegiatan pembelajaran


yang ditujukan untuk proses penyadaran peserta didik terhadap kesalahan atau kelemahan
perspektif beserta asumsi dasar yang dimiliki, untuk kemudian beralih pada perspektif baru yang
dinilai tepat. Melalui pembelajaran transformatif, para peserta didik dikondisikan untuk secara
terus-menerus melakukan refleksi, mempertanyakan atau bahkan menggugat terhadap perspektif
yang telah dimiliki selama ini.

PENDEKATAN PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF :

1. Cognitive-Rational Approach

2. Emancipatory Approach

3. Developmental Approach

4. Spiritual-Integrative Approach

STRATEGI IMPLEMENTASI MODEL :

1. Persiapan Pembelajaran

a. Melakukan prakondisi kepada peserta didik

b. Penyiapan perangkat dan media pembelajaran

c. Pengaturan latar belajar

d. Penyiapan strategi monitoring dan evaluasi belajar

e. Peningkatan pemahaman pendidik tentang pembelajaran

transformatif

2. Pelaksanaan Pembelajaran Transformatif

a. Mengubah peran pendidik menjadi fasilitator belajar

b. Memperlakukan peserta didik sebagai subjek belajar

c. Mendayagunakan pengalaman peserta didik dan potensi


lingkungan sebagai penunjang sumber belajar

d. Membangun interaksi pembelajaran berbasis interaksi

konsultatif-dialogik

e. Rambu-rambu pola interaksi edukatif dalam pembelajaran

transformatif

f. Memilih dan menerapkan kata-kata persuasif dalam

pembelajaran

g. Persyaratan pendidik dalam pembelajaran fasilitatif

h. Suasana kreatif dalam proses pembelajaran transformatif

3. Evaluasi Pembelajaran

SKEMA MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF


Sumber :

Hardika, Dr. M.Pd. 2012. Pembelajaran Transformatif Berbasis Learning How To Learn.
Malang: UMM Press.

Вам также может понравиться