Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH
Tanggal/hari:................................................................
(...................................................) (....................................................)
Mengetahui
Pembimbing Akademik
(..........................................................................)
GAGAL GINJAL
1. DEFINISI
Gagal ginjal akut adalah sindrom klinis dimana ginjal tidak lagi
2. ETIOLOGI
AKI, yakni:
Salah satu cara klasifikasi etiologi AKI dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Klasifikasi etiologi AKI (Robert Sinto, 2010)
AKI Prarenal 1. Hipovolemia
a. Kehilangan cairan pada ruang ketiga,
ekstravaskular
b. Kerusakan jaringan (pankreatitis),
hipoalbuminemia, obstruksi usus
c. Kehilangan darah
d. Kehilangan cairan ke luar tubuh
e. Melalui saluran cerna (muntah, diare, drainase),
melalui saluran kemih (diuretik, hipoadrenal,
diuresis osmotik), melalui kulit (luka bakar)
2. Penurunan curah jantung
a. Penyebab miokard: infark, kardiomiopati
b. Penyebab perikard: tamponade
c. Penyebab vaskular pulmonal: emboli pulmonal
d. Aritmia
e. Penyebab katup jantung
3. Perubahan rasio resistensi vaskular ginjal sistemik
a. Penurunan resistensi vaskular perifer
b. Sepsis, sindrom hepatorenal, obat dalam dosis
berlebihan (contoh: barbiturat), vasodilator
(nitrat, antihipertensi)
c. Vasokonstriksi ginjal
d. Hiperkalsemia, norepinefrin, epinefrin,
siklosporin, takrolimus, amphotericin B
e. Hipoperfusi ginjal lokal
f. Stenosis a.renalis, hipertensi maligna
4. Hipoperfusi ginjal dengan gangguan autoregulasi
ginjal
a. Kegagalan penurunan resistensi arteriol aferen
b. Perubahan struktural (usia lanjut, aterosklerosis,
hipertensi kronik, PGK (penyakit ginjal kronik),
hipertensi maligna), penurunan prostaglandin
(penggunaan OAINS, COX-2 inhibi tor),
vasokonstriksi arteriol aferen (sepsis,
hiperkalsemia, sindrom hepatorenal,
siklosporin, takrolimus, radiokontras)
c. Kegagalan peningkatan resistensi arteriol eferen
d. Penggunaan penyekat ACE, ARB
e. Stenosis a. Renalis
5. Sindrom hiperviskositas
a. Mieloma multipel, makroglobulinemia,
polisitemia
AKI Renal 1. Obstruksi renovaskular
a. Obstruksi a.renalis (plak aterosklerosis,
trombosis, emboli, diseksi aneurisma,
vaskulitis), obstruksi v.renalis (trombosis,
kompresi)
2. Penyakit glomerulus atau mikrovaskular ginjal
a. Glomerulonefritis, vaskulitis
3. Nekrosis tubular akut (Acute Tubular Necrosis,
ATN)
a. Iskemia (serupa AKI prarenal)
b. Toksin
c. Eksogen (radiokontras, siklosporin, antibiotik,
kemoterapi, pelarut organik, asetaminofen),
endogen (rabdomiolisis, hemolisis, asam urat,
oksalat, mieloma)
4. Nefritis interstitial
a. Alergi (antibiotik, OAINS, diuretik, kaptopril),
infeksi (bakteri, virus, jamur), infiltasi
(limfoma, leukemia, sarkoidosis), idiopatik
5. Obstruksi dan deposisi intratubular
a. Protein mieloma, asam urat, oksalat, asiklovir,
metotreksat, sulfonamida
6. Rejeksi alograf ginjal
AKI pascarenal 1. Obstruksi ureter
a. Batu, gumpalan darah, papila ginjal, keganasan,
kompresi eksternal
2. Obstruksi leher kandung kemih
a. Kandung kemih neurogenik, hipertrofi prostat,
batu, keganasan, darah
3. Obstruksi uretra
a. Striktur, katup kongenital, fimosis
4. MANIFESTASI KLINIS
b. Kuit dan membran mukosa kering akibat dehidrasi dan nafas mungkin
berbau urine.
tergantung katabolisme.
mungkin terjadi.
5. PATOFISIOLOGI
tua pasien karena gejala penyakit primer sebagai penyebab gagal ginjal
hari atau lebih dan kadang sampai 1 bulan. Lambat laun gejala uremia
b. Fase diuretik
tetapi masih ada kelainan kecil. Yang paling lama terganggu ialah
6. KOMPLIKASI
b. Dialisis ginjal.
c. Sepsis / septisemia.
perikardium.
kesadaran.
peptikum.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
serum.
adanya obstruksi.
ureter.
ekstraskular, massa.
kemih,refluks ureter,retensi.
perikarditis.
(Smeltzer, 2011).
8. PENATALAKSANAAN
sebagainya). Disamping itu juga di tujukan pada keadaan ginjal itu sendiri.
tubuh dan juga keseimbangan asam dan basa. Faal glomerulus mungkin
urin dapat membedakan gagal ginjal akut yang disebabkan oleh faktor
prarenal atau renal. Bila jumlah urin sedikit disertai kadar natrium di urin
rendah dan berat jenis tinggi, maka parenkim ginjal tidak banyak
mengalami kerusakan, tetapi bila kadar natrium di urin tinggi dan berat
sebagai berikut :
a. Dehidrasi
maksud yang sama. Bila ada gangguan faal jantung, jumlah cairan
b. Asidosis
Asidosis disebabkan oleh retensi glomerulus dan reabsobsi tubulus
yang meninggi terhadap sulfat, laktat, fosfat, dan asam organik. Juga
natrikus. Bila kadar fosfor di dalam serum lebih tinggi harus waspada
c. Hiperkalemia
per oral atau per rektum. Juga kombinasi glukosa dan insulin dengan
perbandingan 1 unit untuk tiap 3 gram glukosa, serta larutan NaCl 3%.
darah.
d. Hiponatremia
natrium.
e. Hipokalsemia
Keadaan ini dapat timbul pada pasien dengan gagal ginjal akut dan
f. Hiperfosfatemia
g. Katabolisme jaringan
Zat hidrat arang dan lemak mempunyai sifat protein sparing effect dan
mencegah kerusakan jaringan. Bila ada muntah, zat hidrat arang dapat
gram sehari dan pada bayi jumlah kalori basal untuk mengurangi
katabolisme endogen
h. Anemia
darah.
i. Hipertensi
sehubungan dengan sifat toksiknya. Bila terjadi edema paru dan gagal
1. DEFINISI
Levin,2010)
maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan
2. ETIOLOGI
amiloidosis.
g. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati
timbale.
h. Nefropati obstruktif
3. PATOFISIOLOGI
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%.
Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun
ginjal
urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal
c. Asidosis
d. Anemia
m2
mL/menit/1,73m2
29mL/menit/1,73m2
Kardiovaskular Hipertensi
Retinopati dan enselopati hipertensif
Beban sirkulasi berlebihan
Edema
Gagal jantung kongestif
Perikarditis (friction rub)
Disritmia
Pernafasan Pernafasan Kusmaul, dispnea
Edema paru
Pneumonitis
5. KOMPLIKASI
rennin-angiotensin-aldosteron
f. Asidosis metabolic
g. Osteodistropi ginjal
h. Sepsis
i. Neuropati perifer
j. Hiperuremia
Smeltzer (2011)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
yaitu:
a. Laboratorium
a) Ureum kreatinin.
b) Mikrobiologi urin
c) Kimia darah
d) Elektrolit
e) Imunodiagnosis
b. Diagnostik
b) USG.
c) Nefrotogram.
d) Pielografi retrograde.
e) Pielografi antegrade.
a) RetRogram
b) USG.
7. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Konservatif
renal Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan
sampai tahun.
kuat.
d) Kendalikan hiperfosfatemia.
e) Terapi hiperurekemia bila asam urat serum > 10mg%.
f) Terapi hiperfosfatemia.
f) Terapi anemia.
b. Terapi simtomatik
1) Asidosis metabolik
serum K+ (hiperkalemia ) :
5mg/hari.
sama dengan 7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan
20 mEq/L.
2) Anemia
BB.
b) Anemia hemolisis
peritoneal dialisis.
(1) Hemosiderosis
3) Kelainan Kulit
Keluhan :
b) Easy Bruishing
dialisis.
4) Kelainan Neuromuskular
Terapi pilihannya :
a) HD reguler.
5) Hipertensi
terapinya meliputi :
c) Obat-obat antihipertensi.
c. Terapi pengganti
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium
a) Hemodialisa
tidak boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap
indikasi HD adalah
100 mg %
pusat ginjal.
yaitu:
reaksi penolakan
1. DEFINISI
racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium,
hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran
semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal
buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma &
Nurarif, 2012).
dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak
2011).
responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa diatasi, batu ginjal,
3. PATOFISIOLOGI
ginjal bisa terjadi karena sebab primer ataupun sebab sekunder dari
darah. Penyebab gagal ginjal dapat dibedakan menjadi gagal ginjal akut
maupun gagal ginjal kronik. Dialisis merupakan salah satu modalitas pada
penanganan pasien dengan gagal ginjal, namun tidak semua gagal ginjal
gagal ginjal akut yang tidak terkomplikasi, atau bisa juga dilakukan hanya
4. TUJUAN HEMODIALISA
5. INDIKASI HEMODIALISA
a. Kegawatan ginjal
>6,5 mmol/l )
7) Ensefalopati uremikum
8) Neuropati/miopati uremikum
9) Perikarditis uremikum
11) Hipertermia
dialisis.
2007):
muntah.
substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien
dan bekerja sebagai racun atau toksik. Gejala yang terjadi akibat
yang menumpuk, lebih berat gejala yang timbul. Diet rendah protein
b. Pertimbangan medikasi
akumulasi toksik.
7. PRINSIP HEMODIALISIS
Seperti pada ginjal, ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis,
dialisat.
jumlah zat dan air yang berpindah. Pada saat dialisis, pasien, dialiser
8. FREKUENSI HEMODIALISIS
c. Kadar Hb ≥ 10 g/dl.
d. Tekanan darah normal.
9. KOMPONEN HEMODIALISA
dapat mengalir dalam arah yang sama, atau dengan alat yang
berlawanan.
b. Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain
metabolisme
dialisa
1) Batch Recirculating
langsung buang.
berikut:
kronik.
iskemia padatangan.
10. KOMPLIKASI
dari fungsi ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit
saat menjalani HD. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita yang
al., 2007).
hipotensi, kram otot, mual muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit
a. Penyakit jantung
b. Malnutrisi
d. Anemia
e. Renal osteodystrophy
f. Neurophaty
g. Disfungsi reproduksi
i. Gangguan perdarahan
j. Infeksi
k. Amiloidosis
1) Persiapan mesin :
a) Listrik
c) Saluran pembuangan
e) AV Blood line
f) AV Fistula/ Abocath
g) Infuse set
h) Spuit 50cc, 5 cc
k) Nacl 0,90%
n) Duk steril
q) Klem, Plester
s) Gelas ukur
t) Timbangan BB
u) Formulir Hemodialisis
v) Sirkulasi darah
2) Langkah – langkah:
merah diatas
tempat khusus
h) Tutup semua klem yang ada pada slang ABL, VBL, 9untuk
obatan)
dimatikan
p) Ganti kolf NaCl dengan baru yang telah diberi heparin 500
sistemik pasien
Sirkulasi:
kompartemen dialisat
(2) Hubungkan dialyzer dengan selang dialisat biarkan
reaksi:
mengisi GB baru.
(ABL + GB + VBL)
TTV)
vena
11) Punksi outlet / vena salah satu vena yang besar biasanya
dilengan
12) Bolus heparin inj (dosis awal), fiksasi dan tutup kassa steril
13) Punksi inlet (vena atau arteri femoralis), raba arteri femoralis,
vena
11) Punksi outlet / vena salah satu vena yang besar biasanya
dilengan
12) Bolus heparin inj (dosis awal), fiksasi dan tutup kassa steril
13) Punksi inlet (vena atau arteri femoralis), raba arteri femoralis,
Cacatan:
Mesin:
(e) Heparinisasi
Dosis awal : 25 – 50 U/ kg BB
(a) Kontinus
sebelum HD selesai
Heparinisasi Minimal:
Syarat – syarat:
Catatan :
korporeal
tekanan arterial & venous, dialysate, UFR, Air leak & blood
sambungan
Catatan:
Menghadiri HD:
Persiapan alat:
Cara Bekerja:
100cc/m UFR= 0
Nacl masuk
sambil Qb dijalankan
diklem
8) Jarum outlet dicabut, bekas punksi inlet & outlet ditekan dengan
Catatan:
KASUS
1. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
3) Adanya sekret
b. Breathing
2) Pernafasan Kusmaul
3) Dispnea
c. Circulation
1) TD meningkat
2) Nadi kuat
3) Disritmia
7) Akral dingin
2. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Keluhan Utama
b. Riwayat kesehatan
herediter)
c. Anamnesa
WBC, RBC)
peningkatan kalium
penurunan HCO3
gadtritis, haus.
3. DIADNOSA KEPERAWATAN
Manajemen cairan/elektrolit
1. Identifikasi faktor terhadap bertambah buruknya
dehidrasi (misalnya obat-obatan, demam, stres,
dan program pengobatan)
2. Kaji adanya vertigo ataun hipotensi postural
3. Tentukan lokasi dan derajat edema
4. Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskular
yang diindikasikan dengan peningkatan tanda
gawat nafas, peningkatan frekuensi nadi,
peningkatan tekanan darah, bunyi jantung tidak
normal, atau suara nafas tidak normal.
5. Kaji efek pengobatan (misalnya steroid, diuretik,
litium) pada edema
6. Berikan terapi IV sesuai program
7. Health Education:
a. Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara
mengatasi edema;pembatasan diit;dan
peggunaan, dosis, dan efek samping obat yang
digunakan
b. Anjurkan pasien untuk menginformasikan
perawat bila haus
Pemantauan cairan
1. Kaji riwayat jumlah dan jenis intake cairan dan
eliminasi
2. Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan
cairan
f. Kerusakan Integritas Kulit
Beiber, S.D. dan Himmelfarb, J. 2013. Hemodialysis. In: Schrier’s Disease of the
Kidney. 9th edition. Coffman, T.M., Falk, R.J., Molitoris, B.A., Neilson,
E.C., Schrier, R.W. editors. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
Kusuma, Hardhi & Amin, Huda Nurarif. 2012. Handbook for Health Student.
Mediaction Publishing: Yogyakarta
Mutaqqin, Arif & Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Salemba Medika: Jakarta
Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. 2012. Medical – surgical nursing. Salemba
Medika: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. EGC: Jakarta
Suyono, Slamet. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta