Вы находитесь на странице: 1из 6

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

RSIAD PANTI NUGROHO PURALINGGA


Jl. Soekarno-Hatta KM. 2, Karangmanyar, Kalimanah, Purbalingga 53322
Telp (0281) 891434, Fax (0281) 894064
Email : rskbdpantinugrohopurbalingga@yahoo.co.id
Web Website : rsiadpantinugrohopurbalingga.go.id

KEPUTUSAN DIREKTUR RSIAD PANTI NUGROHO PURBALINGGA


Nomor: / /2018
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN
RSIAD PANTI NUGROHO PURBALINGGA

DIREKTUR RSIAD PANTI NUGROHO PURBALINGGA


Menimbang : a. bahwa dalam memberikan pelayanan terhadap pasien diperlukan
upaya meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di Rumah Sakit
Ibu Anak Panti Nugroho Purbalingga;
b. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di Ibu
Anak Panti Nugroho Purbalingga diperlukan Kebijakan Pelayanan
Pasien;
c. bahwa sesuai butir a dan b diatas perlu ditetapkan dengan Surat
Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu Anak Panti Nugroho
Purbalingga.
Mengingat : 1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 /Menkes/Per/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
8. Keputusan Dirjend Bina Upaya Kesehatan No. HK.
02.04/1/2.790/2011 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSIAD PANTI NUGROHO PURBALINGGA


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSIAD PANTI NUGROHO
PURBALINGGA.

Kesatu : Kebijakan Pelayanan Pasien Rumah Sakit Ibu Anak Panti Nugroho
Purbalingga. sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini.

Kedua : Kebijakan Pelayanan Pasien Rumah Sakit Ibu Anak Panti Nugroho
Purbalingga. sebagaimana terlampir bersama surat keputusan ini sebagai
pedoman dalam pelayanan pasien di Rumah Sakit Ibu Anak Panti
Nugroho Purbalingga.

Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkannya dan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat hal - hal yang perlu
penyempurnaan, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI : PURBALINGGA
Pada Tanggal : 2 Juli 2018
DIREKTUR RSIAD PANTI NUGROHO
PURBALINGGA

dr. Sulistya Rini Candra D, M.Kes


NIP.19720110 2002 122 003

Tembusan Kepada Yth.:


1. Pejabat Struktural
2. Ka.Komite Medis
3. Ka.SPI/Ka.Instalasi/Case
Manajer/Ka.Ruang/IPCN
4. Arsip

Lampiran Keputusan Direktur RSIAD Panti


Nugroho Purbalingga
Nomor :
Tanggal :
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN
RSIAD PANTI NUGROHO PURBALINGGA

1. Pelayanan yang diberikan kepada kelompok pasien yang sama pada semua unit kerja,
diatur oleh kebijakan dan prosedur yang menghasilkan pelayanan yang seragam.
Asuhan pasien yang seragam direfleksikan sebagai berikut :
a. Akses untuk pelayanan dan pengobatan pasien yang memadai tidak tergantung
atas kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan.
b. Akses pelayanan dan pengobatan memadai yang diberikan oleh praktisi yang
kompeten tidak tergantung atas hari – hari tertentu atau waktu tertentu. Praktisi/
tenaga yang kompeten dalam asuhan pelayanan pasien adalah Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) yang terdiri dari Dokter, Perawat/bidan, Apoteker,
Fisioterapi, dan Ahli Gizi.
c. Profesional Pembersi Asuhan (PPA) harus mengenali dengan tepat kondisi pasien
dan menentukan alokasi sumber daya yang ada di RSIAD Panti Nugroho
Purbalingga untuk memenuhi kebutuhan pasien.
d. Dalam memberikan pelayanan, semua pasien di seluruh unit rumah sakit dilayani
dengan tingkat pelayanan yang sama. Dengan demikian, pasien dengan kebutuhan
pelayanan keperawatan yang sama menerima pelayanan asuhan keperawatan yang
setingkat di seluruh unit di rumah sakit.
e. Dalam pemberian asuhan pasien, dokter Penangung Jawab Pasien (DPJP)
bertindak sebagai leader dari Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang lain.
f. Permintaan pemeriksaan diagnostik imajing dan pemeriksaan laboratorium klinik
yang dilakukan, harus berdasar indikasi klinis/rasional dari kondisi pasien.
2. Pengintegrasian pelayanan
a. Rencana pelayanan asuhan pasien dikoordinasikan dan diintegrasikan diantara
berbagai unit kerja pelayanan. Kesinambungan dan koordinasi harus terlaksana
dalam seluruh fase pelayanan pasien. Hasil atau kesimpulan rapat dari tim asuhan
atau diskusi lain tentang kolaborasi di catat dalam rekam medis pasien yaitu
dalam format CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi). Penjabaran
rencana asuhan dalam format ini ditulis dengan pola SOAP (Subjektif, Objektif,
Asesmen, Plan ).
b. Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lain dalam waktu 24
jam sesudah pasien masuk rawat inap. Rencana asuhan pasien harus individual
dan berdasarkan data asesmen awal pasien. Rencana asuhan dicatat dalam rekam
medis dalam bentuk kemajuan terukur pencapaian sasaran (menggunakan
indicator). Kemajuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai kebutuhan,
berdasarkan hasil asesmen ulang atas pasien oleh praktisi pelayanan kesehatan.
c. Pelaksanaan/ implementasi pelayanan asuhan pasien terintegrasi dan
terkoordinasikan antar unit kerja pelayanan.
d. Rencana asuhan untuk tiap pasien harus direview dan di verifikasi oleh DPJP
dengan mencatat kemajuannya dalam CPPT.
3. Perintah/ order untuk pemeriksaan laboratorium, pemberian obat, pelayanan
keperawatan dan terapi nutrisi dituliskan dalam rekam medis pasien di lokasi yang
seragam yaitu di CPPT.
a. Perintah/ order pemeriksaan radiologi dan laboratorium dilengkapi dengan
formulir pemeriksaan yang ditulis dan ditandatangani oleh DPJP, atau oleh
dr.Jaga atas perintah DPJP yang terdokumentasi dalam lembar CPPT. Perintah
tersebut harus menyertakan indikasi klinis dan alasan pemeriksaan yang rasional
agar mendapatkan interpretasi yg diperlukan.
b. Dalam hal kegawat daruratan, di pelayanan khusus di Instalasi Gawat Darurat
(IGD), Intensive Care Unit (ICU), Instalasi Hemodialisa dan Rawat Inap, Perintah
pengobatan, program tindakan, pemeriksaan laboratorium, radiologi yang
diberikan lisan melalui telepon boleh dituliskan oleh perawat yang kompeten dan
dilakukan sesuai prosedur serta tertulis dalam CPPT. Kemudian pada pertemuan
berikutnya dimintakan validasi dengan membubuhkan tanda tangan
dokter/pemberi perintah.
c. Perintah/ order pelayanan keperawatan dituliskan oleh Ketua Tim yang merawat
pasien, dan didokumentasikan dalam CPPT.
d. Perintah/ order terapi nutrisi ditulis oleh ahli gizi yang merawat pasien, dan
dituliskan dalam CPPT.
4. Rumah sakit mengidentifikasi berbagai variasi pasien dengan berbagai variasi
kebutuhan pelayanan kesehatan seperti pasien resiko tinggi. Pasien yang digolongkan
resiko tinggi diidentifikasi oleh rumah sakit berdasarkan :
a. Umur : yang termasuk dalam kelompok ini adalah anak dan lanjut usia karena
tidak dapat menyampaikan pendapatnya, tidak mengerti proses asuhan dan tidak
dapat ikut memberi keputusan tentang asuhannya.
b. Kondisi : yang termasuk dalam kelompok ini adalah pasien yang ketakutan,
bingung atau koma karena tidak mampu memahami proses asuhan bila asuhan
harus diberikan secara cepat dan efisien.
c. Kebutuhan bersifat kritis: 1) karena memerlukan peralatan yang kompleks, yang
diperlukan untuk pengobatan penyakit yang mengancam jiwa (gawat darurat,
pasien dialisis), 2) sifat pengobatan (penggunaan darah atau produk darah), 3)
potensi yang membahayakan pasien (misalnya tuberculosis, Mers), 4) Risiko
sampingan sebagai akibat suatu prosedur atau rencana asuhan (trombosis vena
dalam, ulkus dekubitus, dan jatuh).
5. Rumah sakit menyediakan pelayanan bagi berbagai variasi pasien dengan resiko
tinggi antara lain :
a. Pelayanan kasus gawat darurat
b. pelayanan resusitasi
c. Pelayanan isolasi
d. pelayanan pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya tahannya
direndahkan.
e. Pelayanan Perinatal
f. Pelayanan darah/produk darah
g. penggunaan alat penghalang (restraint) dan asuhan pasien yang diberi
penghalang.
6. Pelayanan Resusitasi
a. Tindakan resusitasi jantung paru dilakukan pada pasien dengan indikasi henti
nafas dan henti jantung
b. Tindakan resusitasi tidak dilakukan pada kematian normal seperti yang biasa
terjadi pada penyakit akut atau kronik yang berat, stadium terminal suatu penyakit
yang tidak dapat disembuhkan lagi (bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi
serebral tidak akan pulih yaitu sesudah 1/2 – 1 jam terbukti tidak ada nadi tanpa
resusitasi jantung paru). Dalam kondisi demikian, Rumah Sakit Ibu Anak Daerah
Panti Nugroho Purbalingga mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan
yang penuh hormat dan kasih sayang pada akhir kehidupannya.
c. Semua karyawan Rumah Sakit Ibu Anak Daerah Panti Nugroho Purbalingga harus
mampu melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
7. Pelayanan pasien dengan restraint
a. Restraint adalah suatu metode atau cara pembatasan/restriksi yang disengaja
terhadap kegiatan/perilaku seseorang. Cara pembatasan/restraint di RSIAD Panti
Nugroho Purbalingga dapat dengan cara pembatasan fisik, pembatasan mekanis,
suveilans teknologi, pembatasan kimia, dan pembatasan psikologis.
b. Pengambilan keputusan untuk pengaplikasian restraint dibicarakan/didiskusikan
dengan pasien, kerabat, keluarga, dan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP),
kecuali pada kondisi emergensi. Kewenangan untuk membuat keputusan
mengenai penggunaan restraint adalah Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP).
c. Restraint berperan sebagai cara/alternatif terakhir apabila metode yang kurang
restriktif lainnya tidak berhasil/tidak efektif untuk memastikan keselamatan
pasien, keluarga, staf, atau orang lain. Untuk menentukan perlu atau tidaknya
menggunakan restraint, diperlukan suatu asesmen pada setiap individu secara
komprehensif untuk menentukan kebutuhan akan restraint berikut jenis yang
dipilih.
d. Setiap episode penggunaan restraint harus dinilai dan dievaluasi serta berdasarkan
instruksi DPJP.
e. Instruksi penggunaan restraint yang bertujuan untuk manajemen perilaku
destruktif/ membahayakan harus dievaluasi dalam kurun waktu tertentu.
f. Perawat/tenaga medis lain tidak boleh memberhentikan penggunaan restraint dan
kemudian me-reaplikasinya kembali di bawah instruksi yang sama (sebelumnya).
g. Tidak terdapat kriteria mengenai perilaku apa saja yang dianggap membahayakan.
Keputusan mengenai perilaku berbahaya ini dibuat berdasarkan penilaian oleh
DPJP (Clinical Judgement). Penggunaan restraint/ (termasuk obat dan alat) harus
didokumentasikan dalam rencana perawatan / tatalaksana pasien.
h. Penggunaan restraint harus diimplementasikan dengan teknik benar dan aman.
8. Pelayanan pasien ketergantungan dan risiko kekerasan
a. Rumah sakit memfasilitasi asuhan pasien yang lemah, lanjut usia dengan
ketergantungan bantuan dan lanjut usia yang tidak mandiri.
b. Rumah sakit memfasilitasi kebutuhan asuhan pasien anak dan anak dengan
ketergantungan.
c. Pasien yang dicurigai resiko kekerasan dilakukan asesmen resiko dan identifikasi
kebutuhan pelayanannya.
9. Pelayanan Pasien Isolasi
a. Isolasi pasien adalah upaya pencegahan dan pengendalian transmisi kuman
patogen dari sumber infeksi (penderita dan karier) ke petugas atau pasien lain
termasuk terhadap pasien immunosupresif. Rumah Sakit menetapkan pemisahan
antara pasien dengan penyakit menular melalui airborne dan yang rentan karena
immunosupressed atau sebab lain.
b. Tata laksana pasien yang memerlukan perawatan di ruang isolasi harus mengikuti
kaidah-kaidah Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang berlaku di Rumah Sakit
Ibu Anak Daerah Panti Nugroho Purbalingga.
c. Ruang isolasi bertekanan negatif digunakan untuk pasien TB Paru Aktif, Diphteri,
dan Penyakit lain dengan transmisi droplet dan airborne (contohnya: varicella,
campak). Apabila ruang isolasi negatif penuh, maka pasien dilakukan perawatan
di kamar/ruang sendiri (single room).
d. Ruang isolasi kontak digunakan untuk merawat pasien dengan penularan kontak
antara lain MRSA. Apabila isolasi kontak penuh, maka pasien di rawat di ruang
sendiri jika memungkinkan. Pasien suspek atau sudah didiagnosis infeksi dengan
kebijakan isolasi/penanganan khusus secara nasional seperti TB MDR atau Flu
Burung, langsung dirujuk di rumah sakit yang telah ditetapkan menjadi Rumah
Sakit Rujukan.
e. Pembersihan ruangan, pengelolaan linen, dan sampah di ruangan isolasi harus
mengikuti kaidah-kaidah Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang berlaku di
Rumah Sakit Ibu Anak Daerah Panti Nugroho Purbalingga.
10. Pelayanan pasien dengan rasa nyeri
a. Rasa nyeri dapat merupakan pengalaman umum seorang pasien, nyeri yang
tidak teratasi mengakibatkan efek tidak diharapkan secara fisik dan psikologis.
b. Hak pasien untuk mendapatkan assessment dan pengelolaan nyeri dihargai dan
dibantu.
c. Rumah sakit memiliki proses untuk assessment dan pengelolaan rasa nyeri yang
sesuai termasuk didalamnya identifikasi pasien yang nyeri saat assessment awal
dan assessment ulang, menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan
protocol, komunikasi dan mendidik pasien dan keluarga tentang pengelolaan
nyeri dalam kontek budaya dan kepercayaan agama masing masing.
d. Mendidik para praktisi pelayanan kesehatan tentang assessment dan
pengelolaan nyeri.

Ditetapkan di : PURBALINGGA
Pada Tanggal : 2 Juli 2015
DIREKTUR RSIAD Panti Nugroho
PURBALINGGA

dr. Sulistya Rini Candra D, M.Kes


NIP.19720110 2002 122 003

Вам также может понравиться