Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Fasilitator:
Oleh:
1510015
2017
1. Definisi
2. Etiologi
Beragam penyakit dapat menyebabkan DIC, dan secara umum melalui salah satu dari
dua mekanisme berikut.
Respon inflamsi sitemik, menyebabkan aktivasi jaringan sitokin dan
selanjutnya mengaktivasi proses koagulasi (contoh: sepsis atau trauma mayor)
Pelepasan atau paparan materi prokoagulan ke dalam aliran darah (contoh: pada
kanker, injury otak atau kasus obstetrik)
Pada situasi tertentu, dapat muncul kedua manifestasi tersebut (contoh: trauma
mayor atau pankretitis nekrotik).
Penyakit- penyakit yang menjadi faktor predisposisi DIC adalah sebagai berikut:
3. Manifestasi klinis
Terdapat keadaan yang bertentangan yaitu trombosis dan perdarahan bersama
sama. Perdarahan lebih umum terjadi dari pada trombosis, tetapi trombosis
mendominasi bila koagulasi lebih teraktivasi dari pada fibrinolisis. Perdarahan dapat
terjadi dimana saja. Perhatikan terutama bila terjadi perdarahan spontan dan hematoma
pada luka atau pengambilan darah vena.
Gejala yang sering timbul pada klien DIC adalah sebagai berikut:
Perdarahan dari tempat – tempat pungsi, luka, dan membran mukosa pada klien
dengan syok, komplikasi persalinan, sepsis atau kanker.
Perubahan kesadaran yang mengindikasikan trombus serebral.
Distensi abdomen yang menandakan adanya perdarahan saluran cerna.
Sianosis dan takipnea akibat buruknya perfusi dan oksigenasi jaringan.
Hematuria akibat perdarahan atau oliguria akibat menurunnya perfusi ginjal.
4. Pemeriksaan penunjang
DIC adalah suatu kondisi yang sangat kompleks dan sangat sulit untuk
didiagnosa. Tidak ada single test yang digunakan untuk mendiagnosa DIC. Dalam
beberapa kasus, beberapa tes yang berbeda digunakan untuk diagnose yang akurat. Tes
yang dapat digunakan untul mendiagnosa DIC termasuk:
D-dimer
Tes darah ini membantu menentukan proses pembekuan darah dengan mengukur
fibrin yang dilepaskan. D-dimer pada orang yang mempunyai kelainan biasanya
lebih tinggi dibanding dengan keadaan normal.
Prothrimbin Time (PTT)
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa lama waktu yang diperlukan dalam
proses pembekuan darah. Sedikitnya ada belasan protein darah, atau factor
pembekuan yang diperlukan untuk membekukan darah dan menghentikan
pendarahan. Prothrombin atau factor II adalah salah satu dari factor pembekuan
yang dihasilkan oleh hati. PTT yang memanjang dapat digunakan sebagai tanda dari
DIC.
Fibrinogen
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa banyak fibrinogen dalam darah.
Fibrinogen adalah protein yang mempunyai peran dalam proses pemnekuan darah.
Tingkant fibrinogen yang rendah dapat menjadi tanda DIC. Hal ini terjadi ketika
tubuh menggunakan fibrinogen lebih cepat dari yang diproduksi.
Complete Blood Count (CBC)
CBC merupakan pengambilan sampel darah dan menghitung jumlah sel darah
merah dan sel darah putih. Hasil pemeriksaan CBC tidak dapat digunakan untuk
mendiagnosa DIC, namun dapat memberikan informasi seorang tenaga medis untuk
menegakkan diagnose.
Hapusan Darah
Pada tes ini, tetes darah adalah di oleskan pada slide dan diwarnai dengan pewarna
khusus. Slide ini kemudian diperiksa dibawah mikroskop jumlah, ukuran dan
bentuk sel darah merah, sel darah putih,dan platelet dapat di identifikasi. Sel darah
sering terlihat rusak dan tidak normal pada pasien dengan DIC.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada DIC dirpriorittaskan mengobati penyakit yang mendasari
terjadinya DIC
Antikogulan
Secara teoritis pemberian antikoagulan heparin akan menghentikan proses
pembekuan, baik yang disebabkan oleh infeksi maupun oleh penyebab lain.
Plasma dan trombosit
Pemberian baik plasma maupun trombosit harus bersifat selektif. Trombosit
diberikan hanya kepada pasien DIC dengan perdarahan atau pada prosedur
invasive dengan kecenderungan perdarahan.
Penghambat pembekuan (AT III)
Pemberian AT III dapat bermanfaat bagi pasien KID, meski biaya pengobatan
ini cukup mahal. Direkomendasikan sebagai terapi substitusi bila AT III<70%
Obat-obat antifibrinolitik
7. Asuhan Keperawatan Teori
a. Pengkajian
Adanya faktor-faktor predisposisi:
o Septicemia (penyebab paling umum)
o Komplikasi obstetric
o SPSD (sindrom distress pernafasan dewasa)
o Luka bakar berat dan luas
o Neoplasia
o Gigitan ular
o Penyakit hepar
o Beda kardiopulmonal
o Trauma
b. Pemeriksaan fisik:
Perdarahan abnormal pada semua system dan pada sisi prosedur invatif
kulit dan mukosa membrane
Perembesan difusi darah atau plasma
Bula hemoragi
Hemoragi subkutan
Hematoma
Luka bakar karena plester sianosis akral ( estrimitas berwarna
agak kebiruan, abu –abu, atau ungu gelap )
sistem GI
Mual dan muntah
Uji guayak positif pada emesis atau aspirasi
Nasogastrik dan feses
Nyeri hebat pada abdomen
Peningkatan lingkar abdomen
sistem ginjal
Hematuria
Oliguria
sistem pernafasan
Dispnea
Takipnea
Sputum mengandung darah
sistem kardiovaskuler
Hipotensi meningkat dan postural
Frekuensi jantung meningkat
Nadi perifer tidak teraba
sistem saraf perifer
Perubahan tingkat kesadaran
Gelisah
Ketidaksadaran vasomotor
Sistem muskuloskeletal
Nyeri : otot,sendi,punggung
Perdarahan sampai hemoragi
Insisi operasi
Uterus post partum
Fundus mata perubahan visual
Pada sisi prosedur invasif: suntikan, IV, kateter arteral dan selang
nasogastrik atau dada, dll.
Kerusakan perfusi jaringan
Serebral : perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental, sakit kepala
Ginjal : penurunan pengeluaran urin
Paru : dispnea dan orthopnea
Kulit : akrosianosis ( ketidakteraturan bentuk bercaksianosis pada lengan
perifer dan kaki )
c. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
hemoragi sekunder.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tingkat
ansietas dan adanya pembekuan darah.
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
d. Intervensi Keperawatan
DX: Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
hemoragi sekunder.
Intervensi: