Вы находитесь на странице: 1из 23

TUGAS BESAR

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Air Buangan


Menurut Sugiharto (2008), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari
masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air
permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal
yang bersifat kotoran umum.
Air buangan merupakan air bekas pemakaian, baik pemakaian rumah tangga
maupun pemakaian dalam proses dan operasi industri. Air buangan dibagi menjadi dua,
yaitu air buangan domestik dan air buangan non domestik (Hardjosuprapto, 2000).
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Tangga yang dimaksud dengan air limbah
rumah tangga adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman
(real estate), rumah makan (restoran), perkantoran, perniagaan apartemen dan asrama.
Air buangan non domestik adalah air bekas pemakaian yang berasal dari daerah
non pemukiman, yaitu dari daerah komersial, perkantoran, institusional, laboratorium,
rumah sakit, industri dan lain sebagainya. Kontaminan air buangan non domestik ada
yang dodominasi oleh cemaran bahan organik dan ada yang didominasi oleh cemaran
bahan anorganik (Hardjosuprapto, 2000).

2.2 Standard Air Buangan


Salah satu tujuan pengelolaan air buangan adalah agar air buangan tidak
mencemari badan air penerima ataupun mencegah tercemarnya badan air penerima.
Untuk itu dibuat suatu standard dalam menilai karakteristik air buangan.
2.2.1 Standar Air Buangan yang Digunakan
Standar yang digunakan untuk memantau karakteristik air buangan sekaligus
kualitas badan air penerima adalah:
1. Stream Standard
Stream standard menggambarkan kualitas badan air pada kondisi saat
dimasukkannya air buangan ke badan air tersebut. Standard ini sangat terpengaruh oleh
kualitas badan air itu sendiri yang selama pengalirannya mengalami perubahan debit
dan kualitas. Stream standard merupakan ambang batas yang ditentukan sebagai syarat

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-1
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

kualitas akhir badan air penerima, dengan memperhatikan kemampuan sungai untuk
menerima air buangan, pengenceran dan self purification. Stream standard pada
umumnya digunakan pada sungai yang kondisinya masih baik. Stream standard yang
digunakan adalah PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
2. Effluent standard
Effluent standard merupakan suatu batasan atau baku mutu konsentrasi air
buangan yang boleh dikeluarkan dan dibuang ke badan air penerima tanpa
memperhatikan kondisi badan air penerima. Standard ini lebih baik untuk digunakan
karena lebih aman dari terjadinya pencemaran tetapi akan lebih memberatkan pada
pelaku usahawan karena beban yang harus diolah oleh instalasi pengolahan air limbah
akan semakin berat. Sistem ini juga akan berakibat buruk apabila badan air penerima
kering, sehingga badan air tersebut hanya akan berisi effluen air buangan dan akan
mengalami kesulitan dalam melakukan self purification. Effluent standard yang
digunakan adalah Kepmen LH No. 51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan Industri.
2.2.2 Pemilihan Standar
Menurut Metcalf & Eddy (2003), beberapa hal yang menjadi pertimbangan
dalam pemilihan standard adalah:
1. Kondisi badan air penerima yang menyangkut segi kuantitas dan kualitas badan
air dalam menerima limpasan air buangan. Dari segi kualitas adalah tentang
pengaruh yang mungkin timbul bila badan air tersebut menerima buangan
terutama menyangkut masalah pencemaran dan self purification (kemampuan
memurnikan diri badan air tersebut). Sedangkan dari kuantitas adalah berkaitan
dengan kemampuan badan air tersebut untuk mengencerkan air buangan yang
diterimanya. Bila debit air buangan lebih besar dari debit badan air penerima
maka penerapan effluent standard akan lebih baik karena memiliki safety factor
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan stream standard.
2. Tata guna air atau pemanfaatannya dari badan air penerima tersebut, apabila
badan air tersebut dijadikan sebagai badan air penerima hasil pengolahan air
buangan, tidak akan mengganggu atau membahayakan pemanfaatannya.

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-2
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

3. Jumlah kegiatan yang menggunakan suatu badan air sebagai penerima hasil
pengolahan air buangannya. Pada badan air di mana banyak kegiatan atau
industri yang membuang air hasil pengolahan air buangannya maka akan lebih
baik jika diberlakukan stream standard.

2.3 Karakteristik Air Buangan


2.3.1 Sumber, Jenis dan Macam Air Buangan
Jenis dan macam air buangan dikelompokan berdasarkan sumber penghasil atau
penyebab air buangan yang secara umum terdiri dari:
1. Air buangan domestik
Air buangan yang berasal dari kegiatan penghunian, seperti rumah tinggal, hotel,
sekolahan, kampus, pertokoan, pasar dan fasilitas-fasilitas pelayanan umum. Air
buangan domestik dapat dikelompokkan menjadi:
 Air buangan kamar mandi
 Air buangan wc, air kotor/tinja
 Air buangan dapur dan cucian
2. Air buangan industri
Air buangan yang berasal dari kegiatan industri, seperti pabrik industri logam,
tekstil, kulit, pangan (makanan, minuman), industri kimia dan lainnya.
3. Air buangan yang limpasan dan rembesan air hujan
Air buangan yang melimpas di atas permukaan tanah dan meresap kedalam
tanah sebagai akibat terjadinya hujan.
2.3.2 Kuantitas
Untuk menentukan kuantitas air buangan secara pasti, sangat sulit karena banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi. Banyaknya air buangan yang dibuang dipengaruhi
oleh:
a. Jumlah air bersih yang dibutuhkan perkapita akan mempengaruhi jumlah air
buangan yang dibuang, pada umumnya besarnya air buangan ditentukan berkisar
60-70% dari banyaknya air bersih yang dibutuhkan.
b. Keadaan masyarakat dan lingkungan suatu daerah akan mempengaruhi besarnya
air buangan yang dibuang, tersebut dapat dibedakan berdasarkan

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-3
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

 Tingkat perkembangan suatu daerah (kota, urban dan pedesaan), jumlah


buangan yang dibuang dikota lebih besar dari pada jumlah buangan yang
dibuang di desa.
 Daerah yang mengalami kekeringan (sulit air) sepanjang tahun akan berbeda
cara membuang buangan nya dengan daerah yang tidak mengalami
kekeringan.
 Pola hidup masyarakat, terutama dalam menerapkan cara membuang buangan
pada masing-masing daerah akan berbeda, hal tersebut akan menentukan
jumlah air buangan yang dibuang, seperti di Jawa Barat dengan kolam
ikannya, Kalimantan dengan jamban apungnya.
c. Keserempakan pembuangan air buangan tidak sama antara sumber yang satu
dengan lainnya dalam setiap harinya.
Beberapa besaran buangan yang sering digunakan dalam perencanaan terdapat
pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Besaran Buangan dalam Perencanaan
No. Sumber Buangan Besaran Buangan
1. Amerika 100-200 lt/orang/hari
2. Eropa 40-225 lt/orang/hari
3. Indonesia 100-150 lt/orang/hari
4. Buangan Industri 50 lt/orang/hari

Khusus untuk air buangan buangan wc/air kotor/tinja, besaran yang sering
digunakan dalam perencanaan tangki septic dan bangunan peresapan adalah 25
lt/orang/hari.
2.3.3 Kualitas
Menurut Sugiharto (1987), air buangan dikelompokan menjadi 3 komposisi
yaitu fisik, kimia dan biologi. Kualitas air buangan dapat diketahui melalui beberapa
sifat dan karakteristiknya yang meliputi:
a. Karakter Fisik
Menurut Metcalf & Eddy (2003), hal yang terpenting untuk karakteristik fisik air
buangan adalah sebagai berikut:
1. Total Solid
Total Solid merupakan residu atau sisa dari penguapan pada suhu 103 sampai
105 oC. Settleable solid adalah partikel padat yang dapat mengendap selama lebih
kurang 60 menit di dalam Imhoff-cone. Settleable solid (ml/L) berbentuk lumpur yang

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-4
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

dapat dibuang dengan pengolahan primary sedimentation. Sementara total solid atau
residu dari penguapan lebih jauh diklasifikasikan sebagai nonfilterable (suspended) atau
filterable.
2. Bau
Bahan buangan industri yang bersifat organik dan air limbah dari kegiatan
industri pengolahan bahan makanan seringkali menimbulkan bau yang sangat
menyengat hidung. Mikroba di dalam air akan mengubah bahan buangan organik,
terutama gugus protein, secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan
berbau. Bau dalam air buangan domestik sering disebabkan oleh produksi gas dari
dekomposisi organik. Yang menjadi penghasil utama bau dari air buangan adalah H2S.,
yang merupakan produksi mikroorganisme anaerobik yang mereduksi sulfat menjadi
sulfit.
3. Suhu
Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya panas
reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Penghilangan panas dilakukan dengan
proses pendinginan oleh air. Air pendingin yang meningkat suhunya tersebut kemudian
dibuang ke lingkungan. Apabila air tersebut dibuang ke sungai maka air sungai secara
otomatis akan meningkat pula suhunya. Air sungai yang suhunya naik akan
mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar oksigen yang
terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Sedangkan di pihak lain
setiap kehidupan memerlukan oksigen untuk bernafas. Proses turunnya kadar oksigen
yang terlarut dalam air berasal dari udara yang lambat berdifusi ke dalam air. Penyebab
utama kejadian ini adalah tingginya kenaikan suhu air yang mengakibatkan semakin
sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.
4. Berat jenis
Berat jenis yaitu massa per volume (kg/m3). Berat jenis penting sebagai
karakteristk fisik karena akan mempengaruhi struktur/lapisan dari air buangan tersebut
(komposisi). Jika perbedaannya hanya sedikit dengan berat jenis air maka secara
esensial tidak terlalu berpengaruh.
5. Warna
Degradasi bahan buangan industri dapat pula menyebabkan terjadinya
perubahan warna air. Tingkat pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada warna

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-5
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

air, karena bahan buangan industri yang memberikan warna belum tentu lebih
berbahaya dari bahan buangan industri yang tidak memberikan warna. Seringkali zat-zat
yang beracun justru terdapat di dalam bahan buangan industri yang tidak
mengakibatkan perubahan warna pada air sehingga air tetap tampak jernih. makin hitam
warna air buangan mengindikasikan kualitas air buangan tersebut rendah.
6. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan ukuran dengan menggunakan cahaya untuk
mengindikasikan kualitas air terutama pada kandungan materi tersuspensi atau koloid.
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti lempung,
lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya. kekeruhan merupakan sifat
optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Hal ini
tidak dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis
zat suspensi, karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butir. Secara umum
tidak ada hubungan mendasar antara kekeruhan dengan konsentrasi suspended solid
dalam air buangan yang tidak diolah.
b. Karakteristik Kimia
1) Organik
1. Zat Organik
Komponen zat organik utama terdiri atas C, H, O, N. Komponen lain adalah S, P
juga Fe. Pembagian grup secara prinsipil dari organik yang didapat di air buangan
adalah protein (40-60%), karbohidrat (25-50%), dan lemak/minyak (10%).
2. Protein
Protein merupakan komponen utama makhluk hidup. Struktur kimia protein
sangat kompleks dan tidak stabil tergantung pada bentuk dekomposisinya. Sebagian
dapat larut di air dan sebagian lagi tidak larut. Semua protein mengandung C, H, O dan
N. Nitrogen merupakan proporsi yang konstan kira-kira 16%.
3. Karbohidrat
Terdistribusi merata di alam, termasuk gula, tepung, selulosa, juga wood.
Karbohidrat mengandung C, H, O, dan N. Gula tidak larut dalam air tetapi tepung dapat
larut dalam air. Gula cenderung terdekomposisi, tepung dilain pihak lebih stabil tapi
dapat berubah menjadi gula dengan aktivitas mikroba atau asam cair.

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-6
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

4. Lemak dan Minyak


Lemak merupakan organik yang stabil, mengandung alkohol atau gliserol
dengan asam lemak yang tidak mudah didekomposisikan oleh bakteri. Minyak tidak
dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas permukaan air. Lapisan
minyak di permukaan air lingkungan akan mengganggu kehidupan organisme di dalam
air. Hal ini disebabkan oleh:
 Lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari
udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen yang terlarut di dalam air
menjadi berkurang.
 Adanya lapisan minyak pada permukaan air juga akan menghalangi
masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga fotosintesis oleh tanaman air
tidak dapat berlangsung.
 Tidak hanya hewan air saja yang terganggu akibat adanya lapisan minyak
pada permukaan air tersebut, akan tetapi burung air pun ikut terganggu karena
bulunya jadi lengket dan tidak dapat mengembang akibat terkena minyak.
5. Surfactant
Surfactant adalah molekul organik besar yang sedikit larut dan menyebabkan
busa di air buangan dan effluen pada bangunan pengolahan. Busa ini cukup stabil
selama proses aerasi sehingga sulit untuk didegradasi.
6. Komponen Volatil Organik
Komponen organik akan mendidih pada suhu < 100 °C. Komponen ini penting
diperhatikan karena:
 Komponen ini cukup mobile pada tekanan uap tertentu
 Jika kompoenen ini berada di atmosfer denga0n jumlah cukup signifikan
maka efeknya adalah mengganggu kesehatan.
 Dapat menyebabkan hidrokarbon reaktif yang mengakibatkan oksidasi
fotokimia.
7. Pestisida
Konsentrasi yang tinggi dari berbagai jenis pestisida seperti Endrin, Lindan,
Silvex dsb dapat membunuh ikan, mengkontaminasi air tanah dan akan meracuni
makanan pada konsentrasi tertentu.

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-7
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

Pengukuran zat organik terdiri dari 2 parameter, yaitu:


1. Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat
organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air.
Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah, apabila suatu badan air
dicemari oleh zat organis yang berlebih maka bakteri dapat menghabiskan oksigen
terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut. Peristiwa ini dapat mengakibatkan
kematian ikan-ikan dalam air dan menyebabkan keadaan menjadi anaerobik sehingga
timbul bau pada air tersebut.
Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di
dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebagai hasil
oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak.
Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut:
CnHaObNc+ ( n + a/4 – b/2 – 3c/4 )O2 → nCO2 + ( a/2 – 3c/2 )H2O + c NH3 (2.1)
Reaksi diatas berlaku juga pada badan air sungai, air danau maupun di instalasi
pengolahan air buangan yang menerima air buangan dengan kandungan zat organis
tertentu. Gangguan yang dapat muncul pada analisis BOD adalah nitrifikasi, zat
beracun, masuknya udara pada botol BOD, kekurangan nutrien dan kekurangan bakteri
yang dibutuhkan proses tersebut.
2. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen
yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui
reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh Kalium
dikromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion krom. Kalium dikromat
(K2Cr2O7) digunakan sebagai oksidator (oxidizing agent). Reaksi oksidasi yang terjadi
adalah :
CaHbOc + Cr2O72- + H+ → CO2 + H2O + Cr 3+ (2.2)
Reaksi diatas akan membutuhkan kalor dan juga penambahan katalisator perak
sulfat (Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik
diperkirakan terdapat unsur klorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu
ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan gangguan tersebut. Klorida dapat

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-8
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

mengganggu karena dapat teroksidasi oleh kalium dichromat. Warna larutan air
lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi oksidasi adalah
kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah
oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama
dengan jumlah kalium bichromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin
banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air lingkungan makin banyak
tercemar oleh bahan buangan organik. Dengan demikian maka seberapa jauh tingkat
pencemaran air lingkungan dapat ditentukan.
2) Inorganik
1. pH
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
berkisar antara 6,5 – 7,5. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang
dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu
kehidupan organisme di dalam air.
2. Klor
Klor merupakan zat kimia yang sering digunakan karena harganya murah dan
memiliki daya desinfeksi hingga beberapa jam setelah pembubuhannya (residu klor).
Klor selain dapat membasmi bakteri juga dapat mengoksidasi ion-ion seperti Fe dan
Mn. Infiltrasi air tanah oleh klor dapat menyebabkan pencemaran seperti pencemaran
oleh sulfat.
3. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer, alkalinitas merupakan
pertahanan air terhadap pengasaman. Alkalinitas disebabkan oleh ion karbonat,
bikarbonat, hidroksida dan juga borat, fosfat dll.
Jika dalam air buangan alkalinitas terlalu tinggi, air menjadi agresif dan
menyebabkan karat pada pipa, sebaliknya jika alkalinitas rendah dan tidak seimbang
dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada dinding saluran yang dapat
memperkecil penampang basah saluran. Alkalinitas tinggi juga menunjukkan adanya
senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat, propionat, amoniak dan sulfit.
Alkalinitas juga merupakan parameter pengontrol untuk anaerobic digester dan instalasi
lumpur aktif.

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-9
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

4. Nitrogen
Nitrogen amat erat hubungannya dengan nutrisi/nutrient karena nitrogen
merupakan amat penting untuk proses biologi (memberi makan bakteri pendegradasi).
Nitrogen dapat ditemui dalam berbagai bentuk seperti : NH3, N2, NO2-, NO3-.
N2 lenyap dari larutan sebagai gelembung gas, karena kadar kejenuhannya agak
rendah. Namun gas N2 juga dapat diserap oleh air dari udara dan digunakan oleh
ganggang dan beberapa jenis bakteri untuk pertumbuhannya.
Amoniak dalam air permukaan berasal dari air seni dan tinja, juga dari oksidasi
zat organis secara mikrobiologis. Amoniak tinggi mengindikasikan pencemaran. Untuk
air minum kadarnya harus nol karena amoniak menimbulkan bau yang tak sedap.
Amoniak dapat dihilangkan sebagai gas melalui aerasi atau reaksi dengan asam
hipoklorik HOCl atau kaporit dsb, hingga menjadi kloramin yang tidak berbahaya atau
sampai menjadi N2. Pada air buangan, amoniak dapat diolah secara mikrobiologis
melaui proses nitrifikasi hingga menjadi nitrit dan nitrat.
Nitrit dan nitrat merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi. Nitrit biasanya
tidak bertahan lama dan merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara amoniak
dan nitrat pada instalasi pengolahan air buangan. Nitrit sendiri membahayakan
kesehatan karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, hingga darah
kehilanggan kemampuan untuk mengangkut oksigen. merupakan salah satu unsur
penting untuk sintesa protein tumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat pada konsentrasi
tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tak terbatas, sehingga air
kekurangan oksigen terlarut yang menyebabkan kematian ikan
5. Fosfat
Fosfat berpengaruh pada pertumbuhan algae sehingga perlu dikontrol
keberadaannya. Buangan kota, mengandung lebih kurang 4 – 15 mg/l fosfor sebagai P.
Fosfor yang sering muncul dalam bentuk orthophosfat, polifosfat dan organik fosfat.
Fosfor mempunyai jumlah lebih sedikit dalam buangan domestik, tetapi fosfat akan
menjadi kontaminan yang besar dalam buangan industri dan buangan lumpur.
6. Komponen Inorganik Toksik
Anion-anion toksik seperti Sianida, Krom termasuk dalam buangan industri
terutama dalam penyepuhan logam dan dibuang atau diolah dengan pretreatment. Fluor
juga merupakan anion toksik.

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-10
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

7. Gas
Gas sepeti H2S, CH4 (Metan), Oksigen terlarut masuk kedalam kelompok
inorganik yang dapat mengakibatkan bau.
c. Karakteristik Biologi
Menurut Metcalf & Eddy (2003), mikroorganisme utama yang dijumpai pada
pengolahan air buangan adalah:
1. Bakteri dengan berbagai bentuk (batang, bulat, spiral ). Bakteri Escherichia coli
merupakan bakteri yang dapat dijadikan sebagai indikator polusi pada buangan
manusia.
2. Jamur. merupakan organisme yang mendekomposisikan karbon di biosfer dan
dapat memecah materi organik, dapat hidup dalam pH rendah, suhu rendah dan
juga area rendah.
3. Algae. Dapat menyebabkan busa dan mengalami perkembangan yang pesat.
Algae menjadi sumber makanan ikan, bakteri yang akibatnya adalah kondisi
anaerobik.
4. Protozoa.
5. Virus.
Tabel 2.2 Penyakit Potensial yang Dapat Timbul Pada Air Buangan
Organisme Penyakit Akibat
Bakteri
Escherichia coli Gastroenteritis Diare
Legionella pneumophila Legionellosis Pernafasan akut
Leptospira Leptospirosis Sakit kuning, demam
Salmonella typhi Tifus Demam tinggi, diare
Shigella Shigellosis Disentri
Vibrio Cholera Kolera Diare berat, dehidrasi
Virus
Adenovirus Penyakit pernafasan
Hepatitis A Infeksi hepatitis Sakit kuning, demam
Norwalk agent Gastroenteritis Mual, muntah.
Protozoa
Balantidium coli Balantidiasis Diare, disentri
Cryptosporidium Cryptosporidiosis Diare
Sumber: Metcalf & Eddy, Inc., 2003

Secara umum effluen dari air buangan diukur berdasarkan organisme indikator
Total coliform dan fecal coliform (Metcalf & Eddy, 2003 ).

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-11
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

2.4 Pengolahan Air Buangan


2.4.1 Pengolahan Menurut Tingkat Perlakuan
Berdasarkan tingkat pengolahannya, pengolahan air buangan dibedakan atas:
1. Pengolahan awal (Primary Treatment)
Merupakan proses pendahuluan, dimana proses pengolahan berlangsung secara
fisik. Pada umumnya mampu mereduksi 25 – 30% BOD dan 50 – 60% kadar
suspended solid. Unit pengolahan yang termasuk di dalamnya, antara lain adalah:
a. Screening
Berbentuk seperti penyaring yang terdiri dari bilah-bilah besi yang disusun
secara horizontal dengan sudut tertentu terhadap arah aliran untuk mencegah
masuknya sampah berukuran besar yang dapat menyumbat dalam unit
pengolahan berikutnya.
b. Grit Chamber
Merupakan suatu bak yang dapat mengendapkan butiran kasar berukuran
kecil seperti pasir, gravel, dan benda berat lainnya.
c. Flow Equalization Tank ( Tangki Ekualisasi )
Dimaksudkan untuk mengendalikan fluktuasi air buangan sebelum masuk
ke unit proses biologis, sehingga tidak menyebabkan shock loading pada
pengolahan biologis.
d. Mixing
Merupakan suatu unit operasi yang dapat mencampurkan secara sempurna
antara substansi yang satu dengan yang lainnya serta mencampurkan suspensi
yang telah ada. Umumnya mixing dilakukan dengan bentuk flokulasi atau heat
transfer.
e. Sedimentasi
Suatu proses pemisahan substansi dari air buangan dengan menggunakan
prinsip gravitasi atau dapat juga dengan membuat suspensi menjadi lebih berat
dari air sehingga dapat mengendap.
2. Pengolahan Kedua (Secondary Treatment)
Pada pengolahan ini, terjadi proses biologis dimana pengolahan ini mampu
untuk mereduksi 80 – 95 % dan 90 % kadar suspended solid. Proses pengolahan
biologis merupakan unit proses yang melibatkan mikroorganisme yang

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-12
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

dikembangbiakkan dalam suatu media untuk melakukan transformasi senyawa kimia


yang ada dalam air buangan. Tujuan dari pengolahan tahap kedua ini adalah untuk
menghilangkan bahan-bahan koloid yang tidak dapat mengendap dan mengurangi bahan
organik. Secara prinsip ada empat kelompok utama proses pengolahan secara biologis,
yaitu:
- Proses aerobik
- Proses anaerobik
- Proses anoksik
- Kombinasi proses aerobik, anoksik, dan anaerobik
Jenis-jenis pengolahan secara biologis yang sering digunakan ialah :
a. Rotating Biological Contractor,
Prinsipnya hampir sama dengan trickling filter hanya saja media yang
digunakan untuk pertumbuhan bakteri pada proses ini adalah piringan plastik
yang diputar pada poros horizontal dimana sekitar 40 % dari piringan terendam
dalam air buangan.
b. Activated Sludge
Activated Sludge merupakan proses lumpur aktif yang berfungsi untuk
mengolah air dengan bantuan bakteri aerobik yang menggunakan zat-zat organik
di dalam air buangan sebagai makanannya. Untuk meningkatkan bakteri aerobik
tersebut, dilakukan aerasi dengan memasukkan oksigen ke dalam air buangan
yang akan diolah sesuai kebutuhan. Proses ini biasa digunakan untuk pengolahan
air buangan domestik serta tidak membutuhkan area yang luas.
c. Trickling Filter
Trickling filter berfungsi untuk menguraikan zat-zat organik yang terdapat
dalam air limbah dengan cara melewatkannnya pada media saring, sehingga
terbentuk slime layer (cairan lendir) akibat adanya bakteri aerobik dan
anaerobik.
Air buangan yang berasal dari bak penendap dipercikan di atas media saring
tersebut yang kemudian akan dioxidir oleh bakteri anaerobik dan aerobik yang
ada di dalamnya. Bakteri-bakteri yang menempel pada media saring akan
mendapat substrat dari air buangan, dimana pada periode tertentu akan
membentuk lapisan film pada media tersebut. Lapisan film merupakan bagian

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-13
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

yang menentukan banyaknya oksigen yang masuk untuk mensuplai


mikroorganise yang ada pada lapisan aerobik. Dalam perancangan trickling filter
perlu diperhatikan adalah:
 tipe dan karakteristik alat pembagi dari instalasi sebelumnya ke media
filter
 tipe media filter yang digunakan diusahakan yang mempunyai luas
permukaan besar, harga murah, tahan lama dan tidak mudah terjadi
clogging
 sistem underdrain cukup besar untuk mengalirkan air
 ventilasi udara cukup agar pertukaran udara terjadi
3. Pengolahan Ketiga (Tertiary Treatment)
Pengolahan ketiga adalah proses pengolahan yang digunakan untuk memproses
sludge yang dihasilkan pada pengolahan kedua. Pengolahan ketiga diperlukan karena
sludge terjadi tidak dapat dibuang begitu saja tanpa dilakukan pengolahan karena masih
mengandung kontaminan yang merugikan. Proses pengolahan terhadap sludge tersebut
antara lain:
a. Sludge Thickening, berfungsi untuk meningkatkan kandungan solid dalam
lumpur dengan cara memisahkan sebagian cairan yang terdapat dalam
lumpur. Akibat gravitasi, solid yang terkandung dalam lumpur akan masuk
ke dalam bak thickener akan mengendap dan melekat serta membentuk zona
pengendapan dan zona pemekat atau pengental ( thickening ). Supernatant
hasil pengolahan ini dikembalikan ke reaktor untuk diproses kembali.
b. Sludge Digestion, dilakukan untuk menstabilkan lumpur dengan proses
anaerobik.
c. Sludge Drying Bed, berfungsi untuk mengeringkan lumpur dari digester,
paling banyak diterapkan karena investasinya murah dan tidak menuntut
pengontrolan ekstra.
d. Conditioning, merupakan proses untuk mempertinggi penghilangan air dari
lumpur dan juga berguna untuk menghilangkan bau, mengubah sifat lumpur.
e. Incineration dan Wet Oxidation, digunakan untuk mengurangi kandungan
organik dan mengurangi volume lumpur, cara ini mampu mengurangi
lumpur sehingga menjadi sangat sedikit dan mudah membuangnya.

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-14
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

f. Final Sludge dan Ash Disposal, hasil akhir dari pengolahan lumpur dapat
berupa lumpur kering, tanah atau bau. Hasil tersebut diharapkan sudah
aman untuk dibuang dan dimanfaatkan.
4. Pengolahan lanjutan (Advanced Treatment)
Kadangkala konsentrasi efluen yang dihasilkan dari proses secondary treatment
masih belum dapat memenuhi yang diharapkan. Hal ini sering terjadi bila effluent yang
dibuang debitnya lebih besar dari badan air penerima, oleh karena itu dilakukan
perlakuan tambahan. Perlakuan tambahan merupakan pengolahan lebih lanjut yang
dimaksudkan untuk menghilangkan kadar zat tertentu seperti nitrogen dan fosfor.
2.4.2 Pengolahan menurut sifatnya
1. Pengolahan Fisik
Merupakan operasi yang digunakan dalam pengolahan air buangan, dimana
perubahan dilakukan melalui penggunaan gaya fisika atau mekanisme fisis. Metode ini
digunakan untuk menghilangkan zat padat kasar dan terapung di dalam limbah. Unit-
unit pengolahannya, meliputi:
 Screening Chamber
 Grit Chamber
2. Pengolahan Kimia
Merupakan operasi yang digunakan dalam pengolahan air buangan untuk
menghilangkan atau mengubah kontaminan dengan penambahan bahan kimia. Metode
ini digunakan untuk menghilangkan partikel tersuspensi dan koloidal. Unit-unit
pengolahannya, meliputi:
 Chemical precipitation
 Gas transfer
 Absorbsi
 Ion exchange
 Desinfeksi, dll.
3. Pengolahan Biologis
Merupakan operasi yang digunakan dalam pengolahan air buangan untuk
menghilangkan kontaminan dengan memanfaatkan aktifitas biologis. Metode ini
digunakan untuk menyisihkan kandungan organik yang dapat terurai menjadi lumpur
biologis dan gas. Unit pengolahan biologis meliputi:

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-15
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

a. Pengolahan Aerobik:
 RBC
b. Pengolahan Anaerobik:
 Digestion dari sewage sludge
 Anaerobic pond, dll
c. Pengolahan Fakultatif:
 Kolam aerasi fakultatif
Sebelum menentukan alternatif sistem pengolahan air buangan maka perlu
dilakukan inventarisir rencana bangunan pengolah air buangan. Tujuan inventarisasi
bangunan pengolah air buangan ini adalah untuk menjelaskan jenis unit-unit pengolah
air buangan secara kuantitatif maupun kualitatif yang mungkin disertai pula dengan
kriteria disain masing-masing unit.
Unit-unit tersebut terdiri dari unit operasi dan unit proses yang masing-masing
berdiri sendiri tetapi mempunyai hubungan yang erat. Unit operasi dimaksudkan untuk
mengolah air buangan secara fisik, sedangan unit proses merupakan unit-unit yang
mengolah air buangan secara biologi atau secara kimiawi.
Pengolahan air buangan di daerah perkotaan ditujukan untuk mengolah air yang
telah dikumpulkan oleh jaringan saluran (sewer) sebelum dibuang ke badan air
penerima. Secara umum unit pengolahan yang digunakan untuk air buangan baku
adalah seperti pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Unit Pengolahan Air Buangan Baku
No. Kontaminan Unit Pengolahan
- Sedimentasi - Filtrasi
- Koagulasi/sedimentasi
1 Zat padat tersuspensi
- Penambahan polimer kimia - Floatasi
- Screening, comminution - Land tratment
- Intermitten sand
- Activated sludge
filtrasi
2 Organik yang terurai - Trickling filter
- Rotating biological
- Aerated lagon
- Land treatment
- Chlorinasi - Hipochlorinasi
3 Pathogen
- Ozonisasi - Land treatment

Nutrien: - Nitrifikasi, denitrifikasi - Ammonia stripping


a. Nitrogen - Land treatment
4 - Suspended-growth - Khlorinasi
- Fixed film - Ion exchange
b. Phosphor - Penambahan garam -Koagulasi,
- Pemisahan biokimia sedimentasi

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-16
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

No. Kontaminan Unit Pengolahan


Organik yang sukar - Carbon adsorbsi
5 - Land treatment
diuraikan - Tertiery ozonisasi
6 Logam berat - Presipitasi kimia - Ion exchange
- Ion exchange
7 Zat organic terlarut - Elektrodialisis
- Reverse osmosis
Sumber: Metcalf & Eddy, Inc., 2003

2.5 Pengolahan Tingkat Pertama


Pengolahan tingkat pertama ditujukan untuk menghilangkan atau menyisihkan
bahan-bahan yang dapat mengganggu atau merusak peralatan/unit pengolahan maupun
proses pengolahan selanjutnya dan mengurangi beban pengolahan pada unit berikutnya.
2.5.1 Sumur Pengumpul (Sump Well) dan Pompa Screw
Sumur Pengumpul berfungsi untuk menampung air buangan dari ujung pipa
induk air buangan sebelum dialirkan ke sistem pengolahan. Perencanaan sumur
pengumpul tergantung pada sistem pemompaan, yang berkaitan dengan fluktuasi air
buangan dan waktu detensi atau lamanya air buangan berada dalam sumur pengumpul.
Pompa berfungsi untuk menaikkan air buangan dari sumur pengumpul sehingga
memudahkan pengaliran ke unit-unit sistem pengolahan. Salah satu pompa yang sering
digunakan adalah pompa screw karena mempunyai spesifikasi tertentu antara lain :
a. Dapat memompakan cairan dengan kapasitas yang berfluktuasi, sesuai taraf
muka air di sumur pengumpul
b. Dapat mengangkat benda-benda kasar yang ada dalam air buangan, sehingga bar
screen dapat ditempatkan di atas permukaan tanah untuk memudahkan
konstruksi dan pembersihan kotoran
c. Dapat digunakan untuk cairan yang banyak mengandung pasir dan Lumpur
2.5.2 Saluran Pembawa
Saluran pembawa berfungsi untuk menyalurkan air buangan dari satu unit
pengolahan ke unit pengolahan berikutnya.
2.5.3 Bar Screen
Berfungsi untuk memisahkan atau menyaring benda-benda kasar dari air
buangan baik yang mengapung maupun yang melayang. Benda-benda kasar tersebut
harus disingkirkan karena dapat mengganggu proses pengolahan dan dapat merusak alat
mekanis.
Kehilangan tekanan pada batang dapat dihitung berdasarkan persamaan:

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-17
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

W 4/3
hL =  ( ) hv sin  (2.1)
d
Di mana:
hL = kehilangan tekanan pada kisi-kisi (m)
 = faktor bentuk batang “factor Kirschmer”
W = lebar atau diameter batang (m)
d = jarak bukaan antar batang (m)
hv = velocity head (m)
Kriteria desain bar screen, seperti pada Tabel 2.4 berikut:
Tabel 2.4 Kriteria Desain Bar Screen

No Parameter Simbol Satuan Besaran


1 Jarak bukaan antar batang D mm 25 – 50
2 Lebar penampangbatang W mm < 25,4
3 Panjang penampang batang P mm 25 - 50
4 Sudut kemiringan batang Θ derajat 30 - 45
5 Kecepatan aliran Vs m/det 0.3 – 0.9
6 Volume material V m3/106m3 3.5 - 8
7 Maksimum head loss hL mm 150
Sumber: E. Seely, 2000
Tabel 2.5 Faktor Krischmer
No Bentuk Penampang Batang Β
1 Persegi 2.42
2 Persegi, sisi depang ½ lingkaran 2.83
3 Lingkaran 1.79
4 Persegi, sisi belakang ½ lingkaran 1.67
5 Bulat telur 0.76
Sumber: Metcalf & Eddy, Inc., 2003
2.5.4 Grit Chamber
Grit Chamber berfungsi untuk memisahkan grit, pasir, biji-bijian, organik yang
sudah memadat, kerikil, dan partikel padat lainnya, yang mempunyai specific gravity
dan kecepatan mengendap jauh lebih besar dibandingkan Ss organik biodegradable.
Hal terpenting dalam disain grit chamber adalah kecepatan aliran (horizontal
flow) harus konstan, sehingga dibutuhkan suatu alat ukur pengontrol flow, yaitu
proportional weir atau parshall flume. Kecepatan horisantal jika lebih besar dari 0.75
ft/detik maka sebagian pasir atau kerikil akan terbawa aliran. Sebaliknya jika
kecepatannya kurang dari 0.75 ft/detik bahan-bahan organik turut terendapkan sehingga
menyebabkan dekomposisi.

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-18
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

Tabel 2.6 Kriteria Desain Grit Chamber


No Parameter Simbol Satuan Besaran
1 Diameter pasir Φ Mm > 0.2
2 Kecepatan horisantal Vh m/det 0.26-0.44
3 Waktu detensi Td Detik 20-60
4 Kecepatan mengendap pasir Vs m/menit 1.0-1.3
5 Volume pasir Vol m3/103m3 0.025-0.1
Sumber: Parker,1978
2.5.5 Bak Pengendap Pertama
Bak pengendap pertama berfungsi untuk mengurangi partikel padat dalam air
buangan dengan cara mengendapkan pada suatu tangki selama waktu tertentu sehingga
terendapkan sekaligus mengurangi kekeruhan dan beban organik.
Lumpur yang dihasilkan dari bak pengendap I akan diolah lebih lanjut pada
proses penanganan lumpur, sehingga volume lumpur dapat diperkecil. Sedang fluida
atau supernatannya keluar melalui sistem pelimpah yang ditampung pada saluran
penampung/gullet menuju ke unit pengolahan biologi. Faktor penentu untuk mendesain
Bak Pengendap Pertama adalah:
 overflow rate
 kedalaman tangki
 waktu detensi
Kriteria desain untuk bak pengendap I terlihat pada tabel 2.7
Tabel 2.7 Kriteria Desain Bak Pengendap I
No Parameter Simbol Satuan Besaran
1 Waktu detensi Td Jam 1–2
2 Overflow rate Vo m3/m2 hari 30 – 50
3 Beban pelimpah m3/m2 hari 124 – 370
4 Kedalamam D M 3–6
Sumber: Syed R. Qasim, 1999
2.5.6 Tangki Aliran Rata-rata (TAR)
Tangki aliran rata-rata bertujuan untuk membuat aliran menjadi konstan (rata-
rata). Fungsi tangki ini adalah untuk menghindari masalah-masalah operasi yang
mungkin timbul akibat fluktuasi aliran dan konsentrasi selama 24 jam pengaliran.
Keuntungan yang didapat dengan menggunakan TAR adalah konsentrasi air
terolah akan lebih baik dan menghindari terjadinya shock loading. TAR dapat

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-19
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

diletakkan secara in-line (langsung sebagai bagian dari flow diagram) dan off-line (tidak
langsung berada pada sistem pengolahan).
TAR in-line :
Fluktuasi TAR Rata-rata
pompa
Gambar 2.1 TAR In-Line
TAR off-line :
debit
Fluktuasi Rata-rata
minimum

TAR
pompa

Gambar 2.2 TAR Off-Line


2.6 Pengolahan Tingkat Dua
Pengolahan tingkat dua ditujukan untuk penyisihan substansi organik
biodegradable, baik yang berada dalam bentuk koloid maupun terlarut. Pemilihan
pengolahan yang digunakan didasarkan pada:
 Efisiensi pengolahan yang diinginkan
 Karakteristik operasional yang dikehendaki
 Ketersediaan lahan
 Evaluasi ekonomi untuk keseluruhan biaya operasi
2.6.1 RBC (Rotating Biological Contactor)
RBC terdiri dari sejumlah piringan bulat yang tebal, bulat dan bergerak vertikal
pada sebuah batang horizontal yang berotasi. Unit ini dibangun dalam suatu tangki
beton sehingga permukaan air limbah yang melewati tangki tersebut hampir setinggi
sumbu putar. Ini berarti bahwa kurang lebih 40 % luas permukaan cakram total selalu
tenggelam. Sumbu tersebut secara kontinu diputar pada kecepatan 1 sampai 2 rpm.
Suatu lapisan pertumbuhan biologis 2 sampai 4 mm ketebalannya segera terbentuk pada
setiap permukaan cakram yang selalu basah tersebut.
Deskripsi Proses
Suatu serial cakram (piringan) yang terletak saling berdekatan (diameter cakram
10 sampai 12 ft) disusun pada suatu sumbu putar yang sama. Piringan yang umum
digunakan pada keadaan sebenarnya berdiameter 3,6m (12 ft) dan dipasang pada

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-20
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

batang sepanjang 6-7,5m (20-25 ft), dengan kecepatan putaran 1,6 rpm. Permukaan
piringan dapat datar, berombak bergerigi, untuk menambah luas permukaan.
Pertumbuhan biologis yang melekat (menempel) pada cakram mengasimiliasi
material organik dalam air limbah. Aerasi diberikan dengan aksi perputaran yang
memaparkan cakram tersebut pada udara setelah berkontak dengan air limbah.
Kelebihan biomassa terkupas dalam tangki, yang dalam hal ini aksi perputaran cakram
mempertahankan padatan biomassa tersebut dalam suspensi. Akhirnya, aliran air limbah
membawa padatan - padatan tersebut keluar dari sistem ke dalam suatu clarifier, yang
dalam hal ini padatan akan dipisahkan. Dengan mengatur (menyusun) beberapa set
cakram dalam rangkaian seri, maka memungkinkan untuk mencapai suatu tingkat
pemisahan organik dan nitrifikasi yang tinggi.
Salah satu sistem RBC yang tersedia secara komersial adalah proses BIO-SURF.
Modul dasar proses BIO-SURF adalah suatu sumbu baja dengan panjang 25 ft yang
mendukung sekumpulan cakram polyethilene berdiameter 12 ft. Media BIO-SURF
terdiri dari dataran (alternating flat) dan lembaran berombak polyethylene. Susunan
semacam itu memberikan luas permukaan yang lebih besar daripada cakram datar yang
sederhana. Jarak tertentu antara kelompok cakram sepanjang suatu sumbu putar yang
sama memberikan suatu seri tahap pengolahan untuk aliran yang kecil. Akan tetapi,
dalam instalasi yang besar, suatu modul 25 ft digunakan sebagai satu tahap tunggal.
Biasanya modul dengan panjang 25 ft diameter 12 ft terdiri dari kurang lebih 104000 ft2
luas permukaan total. Setiap modul ini dipIsahkan dengan suatu motor 5 hp. Proses
BIO-SURF dapat dirancang untuk memproduksi suatu BOD5 effluen sebesar 10 mg/l.
Komposisi effluen antara 10 sampai 20 mg/l BOD5 biasanya terdiri kurang lebih 1/3
BOD5 terlarut dan 2/3 BOD5 tak larut.
Tabel 2.8 Kriteria desain untuk RBC
Tingkat Pengolahan
Secondary Nitrifikasi
Kombinasi
Nitrifikasi Terpisah
Beban Hidrolik, gal/ft2.d 2.0-4.0 0.75-2.0 1.0-2.5
Beban Organik
lb SBOD5/103ft2.da,b 0.75-2.0 0.5-1.5 0.1-0.3
lbtBOD5/103ft2.da,b 2.0-3.5 1.5-3.0 0.2-0.6
Beban maximum pada
tingkat pertama
lb SBOD5/103ft2.da,b 4-6 4-6
lb tBOD5/103ft2.da,b 8-12 8-12

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-21
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

Tingkat Pengolahan
Secondary Nitrifikasi
Kombinasi
Nitrifikasi Terpisah
Beban NH3 ,lb/103 ft2. D 0.15-0.3 0.2-0.4
Waktu retansi hidrolik, , h 0.7-1.5 1.5-4 1.2-2.9
Effluen BOD5,mg/L 15-30 7-15 7-15
Effluen NH3,mg/L <2 1-2
Sumber: Metcalf & Eddy, 2003
a
Keterangan: Temperatur air buangan di atas 55oF
b
SBOD = Soluble BOD
c
TBOD = Total BOD
Catatan: gal/ft2 . d x 0.0407 = m3 / m2 . d
Lb/103.ft.d x 0.0049 = kg/m2 . d

Gambar 2.3 Rotating Biological Contactor


Sumber: Metcalf & Eddy, 1991
2.7 Pengolahan Tingkat Tiga
Pengolahan ini ditujukan untuk menyempurnakan efluen hasil pengolahan untuk
suatu tujuan tertentu, dalam hal ini ditujukan untuk penyempurnaan kualitas, misalnya
ditujukan untuk menghilangkan kandungan nitrat-nitrit dan fosfat dalam air buangan.
2.7.1 Pengolahan Lumpur
Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan tingkat satu, dua dan tiga diolah dalam
unit pengolahan lumpur, dengan tujuan untuk:
 Mereduksi volume lumpur
 Mengontrol proses pembusukan
 Menstabilkan kondisi Lumpur
 Memanfaatkan lumpur untuk keperluan lain

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-22
TUGAS BESAR
PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN

Pengolahan lumpur yang dpat dilakukan antara lain:


1. Sludge Drying Bed
Sludge drying bed berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam lumpur atau
sebagai alat pengering lumpur yang dihasilkan dari sludge digester. Setelah
dikeringkan, lumpur padatan akan dihilangkan dan dibuang ke landfill atau untuk
pelembab tanah. Keuntungan dari SDB adalah biaya rendah, menghasilkan produk
dengan kualitas tinggi, memerlukan perhatian yang lebih. Untuk SDB, terdapat lima tipe
yang digunakan, yaitu conventional sand ; paved; artificial media; vacuum-assisted;
solar ( Metcalf & Eddy, 2003 ).

Gambar 2.4 Sludge Drying Bed


Sumber: Metcalf & Eddy, 2003

AISYATUL MAS’ADAH 21080115130061


CECILIA TRISTAVANIA 21080115130101 II-23

Вам также может понравиться