Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kualitas akhir badan air penerima, dengan memperhatikan kemampuan sungai untuk
menerima air buangan, pengenceran dan self purification. Stream standard pada
umumnya digunakan pada sungai yang kondisinya masih baik. Stream standard yang
digunakan adalah PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
2. Effluent standard
Effluent standard merupakan suatu batasan atau baku mutu konsentrasi air
buangan yang boleh dikeluarkan dan dibuang ke badan air penerima tanpa
memperhatikan kondisi badan air penerima. Standard ini lebih baik untuk digunakan
karena lebih aman dari terjadinya pencemaran tetapi akan lebih memberatkan pada
pelaku usahawan karena beban yang harus diolah oleh instalasi pengolahan air limbah
akan semakin berat. Sistem ini juga akan berakibat buruk apabila badan air penerima
kering, sehingga badan air tersebut hanya akan berisi effluen air buangan dan akan
mengalami kesulitan dalam melakukan self purification. Effluent standard yang
digunakan adalah Kepmen LH No. 51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan Industri.
2.2.2 Pemilihan Standar
Menurut Metcalf & Eddy (2003), beberapa hal yang menjadi pertimbangan
dalam pemilihan standard adalah:
1. Kondisi badan air penerima yang menyangkut segi kuantitas dan kualitas badan
air dalam menerima limpasan air buangan. Dari segi kualitas adalah tentang
pengaruh yang mungkin timbul bila badan air tersebut menerima buangan
terutama menyangkut masalah pencemaran dan self purification (kemampuan
memurnikan diri badan air tersebut). Sedangkan dari kuantitas adalah berkaitan
dengan kemampuan badan air tersebut untuk mengencerkan air buangan yang
diterimanya. Bila debit air buangan lebih besar dari debit badan air penerima
maka penerapan effluent standard akan lebih baik karena memiliki safety factor
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan stream standard.
2. Tata guna air atau pemanfaatannya dari badan air penerima tersebut, apabila
badan air tersebut dijadikan sebagai badan air penerima hasil pengolahan air
buangan, tidak akan mengganggu atau membahayakan pemanfaatannya.
3. Jumlah kegiatan yang menggunakan suatu badan air sebagai penerima hasil
pengolahan air buangannya. Pada badan air di mana banyak kegiatan atau
industri yang membuang air hasil pengolahan air buangannya maka akan lebih
baik jika diberlakukan stream standard.
Khusus untuk air buangan buangan wc/air kotor/tinja, besaran yang sering
digunakan dalam perencanaan tangki septic dan bangunan peresapan adalah 25
lt/orang/hari.
2.3.3 Kualitas
Menurut Sugiharto (1987), air buangan dikelompokan menjadi 3 komposisi
yaitu fisik, kimia dan biologi. Kualitas air buangan dapat diketahui melalui beberapa
sifat dan karakteristiknya yang meliputi:
a. Karakter Fisik
Menurut Metcalf & Eddy (2003), hal yang terpenting untuk karakteristik fisik air
buangan adalah sebagai berikut:
1. Total Solid
Total Solid merupakan residu atau sisa dari penguapan pada suhu 103 sampai
105 oC. Settleable solid adalah partikel padat yang dapat mengendap selama lebih
kurang 60 menit di dalam Imhoff-cone. Settleable solid (ml/L) berbentuk lumpur yang
dapat dibuang dengan pengolahan primary sedimentation. Sementara total solid atau
residu dari penguapan lebih jauh diklasifikasikan sebagai nonfilterable (suspended) atau
filterable.
2. Bau
Bahan buangan industri yang bersifat organik dan air limbah dari kegiatan
industri pengolahan bahan makanan seringkali menimbulkan bau yang sangat
menyengat hidung. Mikroba di dalam air akan mengubah bahan buangan organik,
terutama gugus protein, secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan
berbau. Bau dalam air buangan domestik sering disebabkan oleh produksi gas dari
dekomposisi organik. Yang menjadi penghasil utama bau dari air buangan adalah H2S.,
yang merupakan produksi mikroorganisme anaerobik yang mereduksi sulfat menjadi
sulfit.
3. Suhu
Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya panas
reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Penghilangan panas dilakukan dengan
proses pendinginan oleh air. Air pendingin yang meningkat suhunya tersebut kemudian
dibuang ke lingkungan. Apabila air tersebut dibuang ke sungai maka air sungai secara
otomatis akan meningkat pula suhunya. Air sungai yang suhunya naik akan
mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar oksigen yang
terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Sedangkan di pihak lain
setiap kehidupan memerlukan oksigen untuk bernafas. Proses turunnya kadar oksigen
yang terlarut dalam air berasal dari udara yang lambat berdifusi ke dalam air. Penyebab
utama kejadian ini adalah tingginya kenaikan suhu air yang mengakibatkan semakin
sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.
4. Berat jenis
Berat jenis yaitu massa per volume (kg/m3). Berat jenis penting sebagai
karakteristk fisik karena akan mempengaruhi struktur/lapisan dari air buangan tersebut
(komposisi). Jika perbedaannya hanya sedikit dengan berat jenis air maka secara
esensial tidak terlalu berpengaruh.
5. Warna
Degradasi bahan buangan industri dapat pula menyebabkan terjadinya
perubahan warna air. Tingkat pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada warna
air, karena bahan buangan industri yang memberikan warna belum tentu lebih
berbahaya dari bahan buangan industri yang tidak memberikan warna. Seringkali zat-zat
yang beracun justru terdapat di dalam bahan buangan industri yang tidak
mengakibatkan perubahan warna pada air sehingga air tetap tampak jernih. makin hitam
warna air buangan mengindikasikan kualitas air buangan tersebut rendah.
6. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan ukuran dengan menggunakan cahaya untuk
mengindikasikan kualitas air terutama pada kandungan materi tersuspensi atau koloid.
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti lempung,
lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainnya. kekeruhan merupakan sifat
optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Hal ini
tidak dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis
zat suspensi, karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butir. Secara umum
tidak ada hubungan mendasar antara kekeruhan dengan konsentrasi suspended solid
dalam air buangan yang tidak diolah.
b. Karakteristik Kimia
1) Organik
1. Zat Organik
Komponen zat organik utama terdiri atas C, H, O, N. Komponen lain adalah S, P
juga Fe. Pembagian grup secara prinsipil dari organik yang didapat di air buangan
adalah protein (40-60%), karbohidrat (25-50%), dan lemak/minyak (10%).
2. Protein
Protein merupakan komponen utama makhluk hidup. Struktur kimia protein
sangat kompleks dan tidak stabil tergantung pada bentuk dekomposisinya. Sebagian
dapat larut di air dan sebagian lagi tidak larut. Semua protein mengandung C, H, O dan
N. Nitrogen merupakan proporsi yang konstan kira-kira 16%.
3. Karbohidrat
Terdistribusi merata di alam, termasuk gula, tepung, selulosa, juga wood.
Karbohidrat mengandung C, H, O, dan N. Gula tidak larut dalam air tetapi tepung dapat
larut dalam air. Gula cenderung terdekomposisi, tepung dilain pihak lebih stabil tapi
dapat berubah menjadi gula dengan aktivitas mikroba atau asam cair.
mengganggu karena dapat teroksidasi oleh kalium dichromat. Warna larutan air
lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi oksidasi adalah
kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah
oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama
dengan jumlah kalium bichromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin
banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air lingkungan makin banyak
tercemar oleh bahan buangan organik. Dengan demikian maka seberapa jauh tingkat
pencemaran air lingkungan dapat ditentukan.
2) Inorganik
1. pH
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
berkisar antara 6,5 – 7,5. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang
dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu
kehidupan organisme di dalam air.
2. Klor
Klor merupakan zat kimia yang sering digunakan karena harganya murah dan
memiliki daya desinfeksi hingga beberapa jam setelah pembubuhannya (residu klor).
Klor selain dapat membasmi bakteri juga dapat mengoksidasi ion-ion seperti Fe dan
Mn. Infiltrasi air tanah oleh klor dapat menyebabkan pencemaran seperti pencemaran
oleh sulfat.
3. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer, alkalinitas merupakan
pertahanan air terhadap pengasaman. Alkalinitas disebabkan oleh ion karbonat,
bikarbonat, hidroksida dan juga borat, fosfat dll.
Jika dalam air buangan alkalinitas terlalu tinggi, air menjadi agresif dan
menyebabkan karat pada pipa, sebaliknya jika alkalinitas rendah dan tidak seimbang
dengan kesadahan dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada dinding saluran yang dapat
memperkecil penampang basah saluran. Alkalinitas tinggi juga menunjukkan adanya
senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat, propionat, amoniak dan sulfit.
Alkalinitas juga merupakan parameter pengontrol untuk anaerobic digester dan instalasi
lumpur aktif.
4. Nitrogen
Nitrogen amat erat hubungannya dengan nutrisi/nutrient karena nitrogen
merupakan amat penting untuk proses biologi (memberi makan bakteri pendegradasi).
Nitrogen dapat ditemui dalam berbagai bentuk seperti : NH3, N2, NO2-, NO3-.
N2 lenyap dari larutan sebagai gelembung gas, karena kadar kejenuhannya agak
rendah. Namun gas N2 juga dapat diserap oleh air dari udara dan digunakan oleh
ganggang dan beberapa jenis bakteri untuk pertumbuhannya.
Amoniak dalam air permukaan berasal dari air seni dan tinja, juga dari oksidasi
zat organis secara mikrobiologis. Amoniak tinggi mengindikasikan pencemaran. Untuk
air minum kadarnya harus nol karena amoniak menimbulkan bau yang tak sedap.
Amoniak dapat dihilangkan sebagai gas melalui aerasi atau reaksi dengan asam
hipoklorik HOCl atau kaporit dsb, hingga menjadi kloramin yang tidak berbahaya atau
sampai menjadi N2. Pada air buangan, amoniak dapat diolah secara mikrobiologis
melaui proses nitrifikasi hingga menjadi nitrit dan nitrat.
Nitrit dan nitrat merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi. Nitrit biasanya
tidak bertahan lama dan merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara amoniak
dan nitrat pada instalasi pengolahan air buangan. Nitrit sendiri membahayakan
kesehatan karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, hingga darah
kehilanggan kemampuan untuk mengangkut oksigen. merupakan salah satu unsur
penting untuk sintesa protein tumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat pada konsentrasi
tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tak terbatas, sehingga air
kekurangan oksigen terlarut yang menyebabkan kematian ikan
5. Fosfat
Fosfat berpengaruh pada pertumbuhan algae sehingga perlu dikontrol
keberadaannya. Buangan kota, mengandung lebih kurang 4 – 15 mg/l fosfor sebagai P.
Fosfor yang sering muncul dalam bentuk orthophosfat, polifosfat dan organik fosfat.
Fosfor mempunyai jumlah lebih sedikit dalam buangan domestik, tetapi fosfat akan
menjadi kontaminan yang besar dalam buangan industri dan buangan lumpur.
6. Komponen Inorganik Toksik
Anion-anion toksik seperti Sianida, Krom termasuk dalam buangan industri
terutama dalam penyepuhan logam dan dibuang atau diolah dengan pretreatment. Fluor
juga merupakan anion toksik.
7. Gas
Gas sepeti H2S, CH4 (Metan), Oksigen terlarut masuk kedalam kelompok
inorganik yang dapat mengakibatkan bau.
c. Karakteristik Biologi
Menurut Metcalf & Eddy (2003), mikroorganisme utama yang dijumpai pada
pengolahan air buangan adalah:
1. Bakteri dengan berbagai bentuk (batang, bulat, spiral ). Bakteri Escherichia coli
merupakan bakteri yang dapat dijadikan sebagai indikator polusi pada buangan
manusia.
2. Jamur. merupakan organisme yang mendekomposisikan karbon di biosfer dan
dapat memecah materi organik, dapat hidup dalam pH rendah, suhu rendah dan
juga area rendah.
3. Algae. Dapat menyebabkan busa dan mengalami perkembangan yang pesat.
Algae menjadi sumber makanan ikan, bakteri yang akibatnya adalah kondisi
anaerobik.
4. Protozoa.
5. Virus.
Tabel 2.2 Penyakit Potensial yang Dapat Timbul Pada Air Buangan
Organisme Penyakit Akibat
Bakteri
Escherichia coli Gastroenteritis Diare
Legionella pneumophila Legionellosis Pernafasan akut
Leptospira Leptospirosis Sakit kuning, demam
Salmonella typhi Tifus Demam tinggi, diare
Shigella Shigellosis Disentri
Vibrio Cholera Kolera Diare berat, dehidrasi
Virus
Adenovirus Penyakit pernafasan
Hepatitis A Infeksi hepatitis Sakit kuning, demam
Norwalk agent Gastroenteritis Mual, muntah.
Protozoa
Balantidium coli Balantidiasis Diare, disentri
Cryptosporidium Cryptosporidiosis Diare
Sumber: Metcalf & Eddy, Inc., 2003
Secara umum effluen dari air buangan diukur berdasarkan organisme indikator
Total coliform dan fecal coliform (Metcalf & Eddy, 2003 ).
f. Final Sludge dan Ash Disposal, hasil akhir dari pengolahan lumpur dapat
berupa lumpur kering, tanah atau bau. Hasil tersebut diharapkan sudah
aman untuk dibuang dan dimanfaatkan.
4. Pengolahan lanjutan (Advanced Treatment)
Kadangkala konsentrasi efluen yang dihasilkan dari proses secondary treatment
masih belum dapat memenuhi yang diharapkan. Hal ini sering terjadi bila effluent yang
dibuang debitnya lebih besar dari badan air penerima, oleh karena itu dilakukan
perlakuan tambahan. Perlakuan tambahan merupakan pengolahan lebih lanjut yang
dimaksudkan untuk menghilangkan kadar zat tertentu seperti nitrogen dan fosfor.
2.4.2 Pengolahan menurut sifatnya
1. Pengolahan Fisik
Merupakan operasi yang digunakan dalam pengolahan air buangan, dimana
perubahan dilakukan melalui penggunaan gaya fisika atau mekanisme fisis. Metode ini
digunakan untuk menghilangkan zat padat kasar dan terapung di dalam limbah. Unit-
unit pengolahannya, meliputi:
Screening Chamber
Grit Chamber
2. Pengolahan Kimia
Merupakan operasi yang digunakan dalam pengolahan air buangan untuk
menghilangkan atau mengubah kontaminan dengan penambahan bahan kimia. Metode
ini digunakan untuk menghilangkan partikel tersuspensi dan koloidal. Unit-unit
pengolahannya, meliputi:
Chemical precipitation
Gas transfer
Absorbsi
Ion exchange
Desinfeksi, dll.
3. Pengolahan Biologis
Merupakan operasi yang digunakan dalam pengolahan air buangan untuk
menghilangkan kontaminan dengan memanfaatkan aktifitas biologis. Metode ini
digunakan untuk menyisihkan kandungan organik yang dapat terurai menjadi lumpur
biologis dan gas. Unit pengolahan biologis meliputi:
a. Pengolahan Aerobik:
RBC
b. Pengolahan Anaerobik:
Digestion dari sewage sludge
Anaerobic pond, dll
c. Pengolahan Fakultatif:
Kolam aerasi fakultatif
Sebelum menentukan alternatif sistem pengolahan air buangan maka perlu
dilakukan inventarisir rencana bangunan pengolah air buangan. Tujuan inventarisasi
bangunan pengolah air buangan ini adalah untuk menjelaskan jenis unit-unit pengolah
air buangan secara kuantitatif maupun kualitatif yang mungkin disertai pula dengan
kriteria disain masing-masing unit.
Unit-unit tersebut terdiri dari unit operasi dan unit proses yang masing-masing
berdiri sendiri tetapi mempunyai hubungan yang erat. Unit operasi dimaksudkan untuk
mengolah air buangan secara fisik, sedangan unit proses merupakan unit-unit yang
mengolah air buangan secara biologi atau secara kimiawi.
Pengolahan air buangan di daerah perkotaan ditujukan untuk mengolah air yang
telah dikumpulkan oleh jaringan saluran (sewer) sebelum dibuang ke badan air
penerima. Secara umum unit pengolahan yang digunakan untuk air buangan baku
adalah seperti pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Unit Pengolahan Air Buangan Baku
No. Kontaminan Unit Pengolahan
- Sedimentasi - Filtrasi
- Koagulasi/sedimentasi
1 Zat padat tersuspensi
- Penambahan polimer kimia - Floatasi
- Screening, comminution - Land tratment
- Intermitten sand
- Activated sludge
filtrasi
2 Organik yang terurai - Trickling filter
- Rotating biological
- Aerated lagon
- Land treatment
- Chlorinasi - Hipochlorinasi
3 Pathogen
- Ozonisasi - Land treatment
W 4/3
hL = ( ) hv sin (2.1)
d
Di mana:
hL = kehilangan tekanan pada kisi-kisi (m)
= faktor bentuk batang “factor Kirschmer”
W = lebar atau diameter batang (m)
d = jarak bukaan antar batang (m)
hv = velocity head (m)
Kriteria desain bar screen, seperti pada Tabel 2.4 berikut:
Tabel 2.4 Kriteria Desain Bar Screen
diletakkan secara in-line (langsung sebagai bagian dari flow diagram) dan off-line (tidak
langsung berada pada sistem pengolahan).
TAR in-line :
Fluktuasi TAR Rata-rata
pompa
Gambar 2.1 TAR In-Line
TAR off-line :
debit
Fluktuasi Rata-rata
minimum
TAR
pompa
batang sepanjang 6-7,5m (20-25 ft), dengan kecepatan putaran 1,6 rpm. Permukaan
piringan dapat datar, berombak bergerigi, untuk menambah luas permukaan.
Pertumbuhan biologis yang melekat (menempel) pada cakram mengasimiliasi
material organik dalam air limbah. Aerasi diberikan dengan aksi perputaran yang
memaparkan cakram tersebut pada udara setelah berkontak dengan air limbah.
Kelebihan biomassa terkupas dalam tangki, yang dalam hal ini aksi perputaran cakram
mempertahankan padatan biomassa tersebut dalam suspensi. Akhirnya, aliran air limbah
membawa padatan - padatan tersebut keluar dari sistem ke dalam suatu clarifier, yang
dalam hal ini padatan akan dipisahkan. Dengan mengatur (menyusun) beberapa set
cakram dalam rangkaian seri, maka memungkinkan untuk mencapai suatu tingkat
pemisahan organik dan nitrifikasi yang tinggi.
Salah satu sistem RBC yang tersedia secara komersial adalah proses BIO-SURF.
Modul dasar proses BIO-SURF adalah suatu sumbu baja dengan panjang 25 ft yang
mendukung sekumpulan cakram polyethilene berdiameter 12 ft. Media BIO-SURF
terdiri dari dataran (alternating flat) dan lembaran berombak polyethylene. Susunan
semacam itu memberikan luas permukaan yang lebih besar daripada cakram datar yang
sederhana. Jarak tertentu antara kelompok cakram sepanjang suatu sumbu putar yang
sama memberikan suatu seri tahap pengolahan untuk aliran yang kecil. Akan tetapi,
dalam instalasi yang besar, suatu modul 25 ft digunakan sebagai satu tahap tunggal.
Biasanya modul dengan panjang 25 ft diameter 12 ft terdiri dari kurang lebih 104000 ft2
luas permukaan total. Setiap modul ini dipIsahkan dengan suatu motor 5 hp. Proses
BIO-SURF dapat dirancang untuk memproduksi suatu BOD5 effluen sebesar 10 mg/l.
Komposisi effluen antara 10 sampai 20 mg/l BOD5 biasanya terdiri kurang lebih 1/3
BOD5 terlarut dan 2/3 BOD5 tak larut.
Tabel 2.8 Kriteria desain untuk RBC
Tingkat Pengolahan
Secondary Nitrifikasi
Kombinasi
Nitrifikasi Terpisah
Beban Hidrolik, gal/ft2.d 2.0-4.0 0.75-2.0 1.0-2.5
Beban Organik
lb SBOD5/103ft2.da,b 0.75-2.0 0.5-1.5 0.1-0.3
lbtBOD5/103ft2.da,b 2.0-3.5 1.5-3.0 0.2-0.6
Beban maximum pada
tingkat pertama
lb SBOD5/103ft2.da,b 4-6 4-6
lb tBOD5/103ft2.da,b 8-12 8-12
Tingkat Pengolahan
Secondary Nitrifikasi
Kombinasi
Nitrifikasi Terpisah
Beban NH3 ,lb/103 ft2. D 0.15-0.3 0.2-0.4
Waktu retansi hidrolik, , h 0.7-1.5 1.5-4 1.2-2.9
Effluen BOD5,mg/L 15-30 7-15 7-15
Effluen NH3,mg/L <2 1-2
Sumber: Metcalf & Eddy, 2003
a
Keterangan: Temperatur air buangan di atas 55oF
b
SBOD = Soluble BOD
c
TBOD = Total BOD
Catatan: gal/ft2 . d x 0.0407 = m3 / m2 . d
Lb/103.ft.d x 0.0049 = kg/m2 . d