Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
KELOMPOK III
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
FORMULASI DAN EVALUASI
SEDIAAN LIPSTIK
I. TUJUAN
1.1 Untuk mengetahui dan memahami formulasi yang baik pada pembuatan
sediaan lipstik.
1.2 Untuk mengetahui tahapan-tahapan formulasi produk kosmetik lipstik.
1.3 Untuk mengetahui hasil uji evaluasi pengujian produk lipstik.
1
pertambahan penduduklah yang dapat meningkatkan pasaran lipstik. Lipstik adalah
make-up bibir yang anatomis dan fisiologisnya berbeda dari kulit bagian badan
lainnya. Misalnya, stratum corneum-nya sangat tipis dan dermisnya tidak
mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak, sehingga bibir mudah
kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering. Hanya
air liur yang merupakan pembasah alami untuk bibir (Tranggono dan Latifah,
2007).
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik
yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi
antara 36-38oC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap
suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat
lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62oC,
biasanya berkisar antara 55-75oC (Ditjen POM, 2010).
Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyrakat, antara lain :
1. Melapisi bibir secara mencukupi
2. Dapat bertahan di bibir selama mungkin
3. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket
4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.
5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya
6. Memberikan warna yang merata pada bibir
7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya
8. Tidak menetaskan menyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau
berbintik-bintik, atau memperllihatkan hal-hal lain yang tidak menarik
(Tranggono dan Latifah, 2007).
2.3 Bibir
Bibir merupakan lipatan membran otot yang mengelilingi bagian anterior
mulut. Bibir terdiri dari dua bagian, atas (labirin superius oris) dan bawah (labirin
inferius oris). Kulit bibir memiliki 2-5 lapisan, sangat tipis dibandingkan dengan
kulit wajah yang memiliki 16 lapisan. Kulit bibir juga membentuk perbatasan antara
kulit luar wajah, dan selaput lendir interior bagian dalam mulut. Kulit bibir tidak
2
berbulu dan tidak memiliki kelenjar keringat. Kulit bibir mengandung lebih sedikit
melanosit (sel yang memproduksi pigmen melanin yang memberikan warna kulit).
Hal inilah yang menyebabkan pembuluh darah muncul melalui kulit bibir, yang
memberikan warna merah bibir. Pada warna lebih gelap efek tersebut kurang
menonjol, seperti pada kasus kulit bibir yang mengandung lebih banyak melanin
sehingga secara visual lebih gelap. Wilayah yang lebih dalam yang membentuk
bibir terdiri dari lapisan otot lurik, otot orbicularis orbis, dan jaringan ikat longgar.
Otot membuat daerah tepi zona merah terang memberikan bentuk bibir. Bibir
memiliki kepekaan sentuhan yang bagus. Jaringan labial memiliki banyak reseptor
sensorik, termasuk Meissner, sel Merkel, dan ujung saraf bebas (Draelos, 2010).
3
mirisin yang merupakan kandungan malam putih. Larut
sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak
lemak dan minyak atsiri. Sebagian larut dalam benzena
dingin dan dalam karbon disulfida dingin. Pada suhu lebih
kurang 30o C larut sempurna dalam benzena dan dalam
karbon disulfida.
d. Suhu Lebur : 62-65oC
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
f. Penggunaan : Basis sediaan semisolid.
(Depkes RI, 1995).
3.3 Minyak Jarak (Oleum Ricini)
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dari biji Ricinus
communis Linnae ( Familia Euphorbiaceae), tidak mengandung bahan tambahan.
a. Pemerian : Cairan kental, transparan, kuning pucat atau hampir tidak
berwarna; bau lemah, bebas dari bau sing dan tengik ; rasa
khas.
b. Kelarutan : Larut dalam etanol; dapat bercampur dengan etanol
mutlak, denganasam asetat glasial, dengan kloroform dan
dengan eter.
c. Bobot Jenis : 0,957 dan 0,961
d. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan hindarkan dari panas
berlebih.
e. Penggunaan : emollient
(Depkes RI, 1995; Rowe et al., 2009)
3.4 Olive Oil
a. Pemerian : Minyak, berwarna kuning pucat atau kuning kehijauan
terang, bau dan rasa khas lemah dengan rasa ikutan agak
pedas. Berat molekul 18,02 gram/mol.
b. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol, bercampur dengan eter, dengan
kloroform dan dengan karbon disulfide.
c. Bobot Jenis : Antara 0,910 dan 0,915
d. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
e. Penggunaan : emollient
(Depkes RI, 1995).
4
3.5 Setil Alkohol
a. Pemerian : Berupa lilin, berwarna putih, berbentuk serpihan, granul,
kubus, bau dan rasa lemah
b. Kelarutan : Larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat
dengan peningkatan temperatur, praktis tidak larut dalam
air.Ketika dilelehkan dapat bercampur dengan lemak,
parafin padat atau cair, dan isoprpil miristat.
c. Titik Lebur : 45-52ºC
d. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
e. Penggunaan : Setil alcohol pada konsentrasi 2-5% digunakan sebagai
emolien; 2-5% digunakan sebagai agen pengemulsi;
digunakan sebagai agen pengeras (Stiffening agent) pada
konsentrasi 2-10%; dan sebagai pengabsorpsi air pada
konsentrasi 5%.
(Rowe et al., 2009).
3.6 Propilenglikol
a. Bobot Molekul : 76,09 g/mol
b. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, manis,
berasa sedikit tajam seperti gliserin
c. Penggunaan : Propilenglikol pada konsentrasi 15% digunakan sebagai
humektan pada sediaan topikal; 15-30% digunakan
sebagai bahan pengawet pada sediaan larutan dan
semisolida; digunakan sebagai solven atau kosolven
dengan konsentrasi 10-30% pada sediaan larutan aerosol,
10-25% pada sediaan larutan oral, 10-60% pada sediaan
parenteral, dan 5-80% pada sediaan topical
d. Kelarutan : Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%,
gliserin, dan air; larut 1:6 dalam eter; tidak dapat
bercampur dengan minyak mineral atau campuran
minyak, tetapi dapat dilarutkan oleh beberapa minyak
essensial
e. Suhu Lebur : -59°C
f. Stabilitas Propilenglikol stabil pada suhu kamar jika disimpan pada
wadah tertutup baik, tetapi pada keadaan terbuka dan
5
temperatur tinggi akan teroksidasi dan menghasilkan
produk seperti propionaldehida, asam laktat, asam piruvat,
dan asam asetat. Propilenglikol stabil ketika dicampur
dengan etanol 95%, gliserin, atau air. Propilenglikol
bersifat higroskopis
g. Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk dan kering
h. Inkompatibilitas : Propilenglikol tidak tercampurkan dengan reagen
pengoksidasi seperti potasium permanganat
i. Fungsi : Humektan
(Depkes RI, 1995; Rowe et al., 2009).
3.7 Oleum Cacao
a. Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik, rasa
khas lemak, agak rapuh.
b. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P, dan dalam eter minyak
tanah P.
c. Titik Leleh : 300-360C.
d. Penggunaan : zat tambahan, Basis
(Depkes RI, 1979)
3.8 BHT
a. Bobot Molekul : 220,35 g/mol
b. Pemerian : Hablur padat, putih, bau khas.
c. Kelarutan : Tidak larut dalam air dan propilen glikol, mudah larut
dalam etanol, kloroform dan eter.
f. Stabilitas Dapat disimpan di dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya, sejuk dan di tempat kering.
g. Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
h. Inkompatibilitas : BHT inkompatibel dengan agen pengoksidasi seperti
peroksida dan permanganate.
i. Fungsi : Antioksidan
(Depkes RI, 1995; Rowe et al., 2009).
6
a. Bobot molekul : 152,15 g/mol.
b. Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa
terbakar.
c. Penggunaan : Metilparaben dengan persentase 0,02 – 0,3% digunakan
sebagai bahan pengawet pada sediaan topikal. Metilparaben
bersama dengan metil paraben digunakan pada berbagai
formulasi sediaan farmasetika .
d. Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam
eterterbakar.
e. Suhu Lebur : 125 - 128 °C.
f. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
g. Fungsi : Metilparaben dengan persentase 0,02 – 0,3% digunakan
sebagai bahan pengawet pada sediaan topikal. Metilparaben
bersama dengan metil paraben digunakan pada berbagai
formulasi sediaan farmasetika.
(Depkes RI, 1995; Rowe et al., 2009).
IV. FORMULA
4.1 R/ Vaselin 33,45 %
Cera alba 32,17 %
Oleum ricini 7,87 %
Olive oil 7,87 %
Setil alkohol 5,91 %
Propilenglikol 5,22 %
Oleum Cacao 5,22 %
Pewarna 2,09 %
BHT 0,1 %
Metil paraben 0,1 %
Bobot sediaan yang dibuat = 5 gram
(Alfrida, dkk, 2016)
7
V. ALAT DAN BAHAN
5.1 Alat
a. Timbangan analitik h. Penangas
b. Batang pengaduk i. pH meter
c. Beaker glass j. Cawan Porselen
d. Termometer k. Kaca arloji
e. Sendok tanduk l. Kertas perkamen
f. Pipet tetes m. Mortir dan stamper
g. Gelas ukur
5.2 Bahan
a. Lemak kakao f. Cetyil alcohol
b. Cera alba g. BHT
c. Propilen glikol h. Vacelin album
d. Metyl paraben i. Minyak zaitun
e. Oleum ricini j. Pewarna
8
VI. PROSEDUR KERJA
a. Cara Kerja Pembuatan Shampo Bidadari
Metil paraben dilarutkan dalam propilen glikol, dan zat warna digerus
bersama BHT dan dilarutkan dalam oil ricini..
Cera alba, PEG, minyak zaitun, vaselin album dan cetyl alcohol dimasukkan
dalam gelas piala kemudian dilebur diatas waterbath pada suhu 65oC – 70oC
(campuran B).
7.2 Homogenitas
9
Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika warna yang
menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata dengan beberapa kali
pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan dikatakan mempunyai daya
oles yang tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak merata.
Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan yang dibuat dan dioleskan
pada kulit punggung tangan dengan 5 kali pengolesan (Keithler, 1956).
7.4 Uji pH
Larutkan sediaan 1 gram dalam 10 mL aquades. Lakukan kalibrasi pH
terlebih dahulu dengan menggunakan larutan buffer pH 7dan larutan buffer
pH 4.
Kemudian masukkan sediaan pada elektroda dan siap untuk diukur terendah.
Pengamatan dilakukan pada alat pH meter.
Diamati apakah lipstik meleleh atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan 1oC
setiap 15 menit dan diiamati pada suhu berapa lipstik mulai meleleh.
10
b. Kemasan Sekunder
11
DAFTAR PUSTAKA
Alfrida, Lullung, dan Sampebarra. 2016. Mempelajari Kestabilan Dan Efek Iritasi
Sediaan Lipstik Yang Diformulasi Dengan Lemak Kakao. Jurnal Industri
Hasil Perkebunan. Vol. 11(2) : 97-103.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Dirjen POM. 2010. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Draelos, Z.D. 2010. Cosmetic Dermatology Products & Procedures. USA: Wiley-
Blackwell.
Food and Drug Administration. 2018. Federal Food, Drug, and Cosmetic Act
(FD&C Act). Terdapat di :
https://www.fda.gov/RegulatoryInformation/LawsEnforcedbyFDA/Federal
FoodDrugandCosmeticActFDCAct/default.htm [Diakses pada 10 April
2018).
12