Вы находитесь на странице: 1из 13

JURNAL AWAL PRAKTIKUM KOSMETIKA

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN LIPSTIK


®
Bidadari Lipstik

OLEH :
KELOMPOK III

I KOMANG SUBAGIA
 (1508505036)

NI WAYAN YENI ANTARI (1508505045)


DEDE JERRY SARTIKA PUTRA (1508505052)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
FORMULASI DAN EVALUASI
SEDIAAN LIPSTIK

I. TUJUAN
1.1 Untuk mengetahui dan memahami formulasi yang baik pada pembuatan
sediaan lipstik.
1.2 Untuk mengetahui tahapan-tahapan formulasi produk kosmetik lipstik.
1.3 Untuk mengetahui hasil uji evaluasi pengujian produk lipstik.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Zat Warna
Bahan pewarna dalam lipstick dapat dibedakan menjadi dua yaitu pewarna
alami dan pewarna sintetik. Penggunaan bahan pewarna sintetik memberikan hasil
warna yang lebih menarik dibandingkan penggunaan pewarna alami. Pewarna
sintetik dapat dikelompokkan menjadi FD&C, D&C, dan External D&C. FD&C
sendiri dibedakan menjadi FD&C dyes dan FD&C lakes. FD&C lakes ini tidak larut
dalam air, sehingga penggunaannya cocok untuk produk-produk yang berlemak.
Lakes biasa digunakan untuk menjaga agar warna yang dihasilkan tidak cepat pudar
seperti dalam lipstick. Pemberian nama (sertifikat) untuk zat warna FD&C ini telah
diatur oleh undang-undang dan terdiri atas awalan FD&C. FD&C Red No. 40 Al
Lake merupakan salah satu zat warna FD&C Lakes. Zat warna ini tidak larut dalam
air dan dapat digunakan sebagai zat warna untuk kosmetik dekoratif (Tranggono
dan Latifah, 2007; Food and Drug Administration, 2018).
2.2 Lipstik
Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) Jenis ini diperlukan untuk merias
dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih
menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self
confident). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar
(Tranggono dan Latifah, 2007).
Lipstik adalah produk kosmetik yang paling luas digunakan. Wilayah
Amerika, diketahui bahwa semua wanita sudah memakai lipstik, sehingga hanya

1
pertambahan penduduklah yang dapat meningkatkan pasaran lipstik. Lipstik adalah
make-up bibir yang anatomis dan fisiologisnya berbeda dari kulit bagian badan
lainnya. Misalnya, stratum corneum-nya sangat tipis dan dermisnya tidak
mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak, sehingga bibir mudah
kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering. Hanya
air liur yang merupakan pembasah alami untuk bibir (Tranggono dan Latifah,
2007).
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik
yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi
antara 36-38oC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap
suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat
lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62oC,
biasanya berkisar antara 55-75oC (Ditjen POM, 2010).
Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyrakat, antara lain :
1. Melapisi bibir secara mencukupi
2. Dapat bertahan di bibir selama mungkin
3. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket
4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.
5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya
6. Memberikan warna yang merata pada bibir
7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya
8. Tidak menetaskan menyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau
berbintik-bintik, atau memperllihatkan hal-hal lain yang tidak menarik
(Tranggono dan Latifah, 2007).
2.3 Bibir
Bibir merupakan lipatan membran otot yang mengelilingi bagian anterior
mulut. Bibir terdiri dari dua bagian, atas (labirin superius oris) dan bawah (labirin
inferius oris). Kulit bibir memiliki 2-5 lapisan, sangat tipis dibandingkan dengan
kulit wajah yang memiliki 16 lapisan. Kulit bibir juga membentuk perbatasan antara
kulit luar wajah, dan selaput lendir interior bagian dalam mulut. Kulit bibir tidak

2
berbulu dan tidak memiliki kelenjar keringat. Kulit bibir mengandung lebih sedikit
melanosit (sel yang memproduksi pigmen melanin yang memberikan warna kulit).
Hal inilah yang menyebabkan pembuluh darah muncul melalui kulit bibir, yang
memberikan warna merah bibir. Pada warna lebih gelap efek tersebut kurang
menonjol, seperti pada kasus kulit bibir yang mengandung lebih banyak melanin
sehingga secara visual lebih gelap. Wilayah yang lebih dalam yang membentuk
bibir terdiri dari lapisan otot lurik, otot orbicularis orbis, dan jaringan ikat longgar.
Otot membuat daerah tepi zona merah terang memberikan bentuk bibir. Bibir
memiliki kepekaan sentuhan yang bagus. Jaringan labial memiliki banyak reseptor
sensorik, termasuk Meissner, sel Merkel, dan ujung saraf bebas (Draelos, 2010).

III. Monografi Bahan


3.1 Vaselin album (Vaselin putih)
a. Pemerian : Masa lunak, lengket, bening, putih ; sifat ini tetap setelah
zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.
Berfloursensi lemah, juga jika dicairkan ; tidak berbau ;
hamir tidak berasa.
b. Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol dingin, mudah dalam
kloroform; dalam eter minyak tanah P.
c. Suhu Lebur : 38-56oC
d. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
e Penggunaan : Zat tambahan
(Depkes RI, 1979; Sweetman, 2002).
3.2 Cera Alba
Malam putih adalah hasil pemurnian dan pengelantangan malam kuning
yang diperoleh dari sarang lebah madu Apis mellifera Linne. (Famili Apidae) dan
memenuhi syarat uji kekeruhan penyabunan.
a. Bobot Jenis : lebih kurang 0,95.

b. Pemerian : Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam


keadaan lapisan tipis; bau khas lemah dan bebas bau tengik.
c. Kelarutan : Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol dingin.
Etanol mendidih melarutkan asam serotat dan bagian dari

3
mirisin yang merupakan kandungan malam putih. Larut
sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak
lemak dan minyak atsiri. Sebagian larut dalam benzena
dingin dan dalam karbon disulfida dingin. Pada suhu lebih
kurang 30o C larut sempurna dalam benzena dan dalam
karbon disulfida.
d. Suhu Lebur : 62-65oC
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
f. Penggunaan : Basis sediaan semisolid.
(Depkes RI, 1995).
3.3 Minyak Jarak (Oleum Ricini)
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dari biji Ricinus
communis Linnae ( Familia Euphorbiaceae), tidak mengandung bahan tambahan.
a. Pemerian : Cairan kental, transparan, kuning pucat atau hampir tidak
berwarna; bau lemah, bebas dari bau sing dan tengik ; rasa
khas.
b. Kelarutan : Larut dalam etanol; dapat bercampur dengan etanol
mutlak, denganasam asetat glasial, dengan kloroform dan
dengan eter.
c. Bobot Jenis : 0,957 dan 0,961
d. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan hindarkan dari panas
berlebih.
e. Penggunaan : emollient
(Depkes RI, 1995; Rowe et al., 2009)
3.4 Olive Oil
a. Pemerian : Minyak, berwarna kuning pucat atau kuning kehijauan
terang, bau dan rasa khas lemah dengan rasa ikutan agak
pedas. Berat molekul 18,02 gram/mol.
b. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol, bercampur dengan eter, dengan
kloroform dan dengan karbon disulfide.
c. Bobot Jenis : Antara 0,910 dan 0,915
d. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
e. Penggunaan : emollient
(Depkes RI, 1995).

4
3.5 Setil Alkohol
a. Pemerian : Berupa lilin, berwarna putih, berbentuk serpihan, granul,
kubus, bau dan rasa lemah
b. Kelarutan : Larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat
dengan peningkatan temperatur, praktis tidak larut dalam
air.Ketika dilelehkan dapat bercampur dengan lemak,
parafin padat atau cair, dan isoprpil miristat.
c. Titik Lebur : 45-52ºC
d. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
e. Penggunaan : Setil alcohol pada konsentrasi 2-5% digunakan sebagai
emolien; 2-5% digunakan sebagai agen pengemulsi;
digunakan sebagai agen pengeras (Stiffening agent) pada
konsentrasi 2-10%; dan sebagai pengabsorpsi air pada
konsentrasi 5%.
(Rowe et al., 2009).
3.6 Propilenglikol
a. Bobot Molekul : 76,09 g/mol
b. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, manis,
berasa sedikit tajam seperti gliserin
c. Penggunaan : Propilenglikol pada konsentrasi 15% digunakan sebagai
humektan pada sediaan topikal; 15-30% digunakan
sebagai bahan pengawet pada sediaan larutan dan
semisolida; digunakan sebagai solven atau kosolven
dengan konsentrasi 10-30% pada sediaan larutan aerosol,
10-25% pada sediaan larutan oral, 10-60% pada sediaan
parenteral, dan 5-80% pada sediaan topical
d. Kelarutan : Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%,
gliserin, dan air; larut 1:6 dalam eter; tidak dapat
bercampur dengan minyak mineral atau campuran
minyak, tetapi dapat dilarutkan oleh beberapa minyak
essensial
e. Suhu Lebur : -59°C
f. Stabilitas Propilenglikol stabil pada suhu kamar jika disimpan pada
wadah tertutup baik, tetapi pada keadaan terbuka dan

5
temperatur tinggi akan teroksidasi dan menghasilkan
produk seperti propionaldehida, asam laktat, asam piruvat,
dan asam asetat. Propilenglikol stabil ketika dicampur
dengan etanol 95%, gliserin, atau air. Propilenglikol
bersifat higroskopis
g. Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk dan kering
h. Inkompatibilitas : Propilenglikol tidak tercampurkan dengan reagen
pengoksidasi seperti potasium permanganat
i. Fungsi : Humektan
(Depkes RI, 1995; Rowe et al., 2009).
3.7 Oleum Cacao
a. Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik, rasa
khas lemak, agak rapuh.
b. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P, dan dalam eter minyak
tanah P.
c. Titik Leleh : 300-360C.
d. Penggunaan : zat tambahan, Basis
(Depkes RI, 1979)
3.8 BHT
a. Bobot Molekul : 220,35 g/mol
b. Pemerian : Hablur padat, putih, bau khas.
c. Kelarutan : Tidak larut dalam air dan propilen glikol, mudah larut
dalam etanol, kloroform dan eter.
f. Stabilitas Dapat disimpan di dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya, sejuk dan di tempat kering.
g. Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
h. Inkompatibilitas : BHT inkompatibel dengan agen pengoksidasi seperti
peroksida dan permanganate.
i. Fungsi : Antioksidan
(Depkes RI, 1995; Rowe et al., 2009).

3.9 Metil Paraben

6
a. Bobot molekul : 152,15 g/mol.
b. Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa
terbakar.
c. Penggunaan : Metilparaben dengan persentase 0,02 – 0,3% digunakan
sebagai bahan pengawet pada sediaan topikal. Metilparaben
bersama dengan metil paraben digunakan pada berbagai
formulasi sediaan farmasetika .
d. Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam
eterterbakar.
e. Suhu Lebur : 125 - 128 °C.
f. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
g. Fungsi : Metilparaben dengan persentase 0,02 – 0,3% digunakan
sebagai bahan pengawet pada sediaan topikal. Metilparaben
bersama dengan metil paraben digunakan pada berbagai
formulasi sediaan farmasetika.
(Depkes RI, 1995; Rowe et al., 2009).

IV. FORMULA
4.1 R/ Vaselin 33,45 %
Cera alba 32,17 %
Oleum ricini 7,87 %
Olive oil 7,87 %
Setil alkohol 5,91 %
Propilenglikol 5,22 %
Oleum Cacao 5,22 %
Pewarna 2,09 %
BHT 0,1 %
Metil paraben 0,1 %
Bobot sediaan yang dibuat = 5 gram
(Alfrida, dkk, 2016)

7
V. ALAT DAN BAHAN
5.1 Alat
a. Timbangan analitik h. Penangas
b. Batang pengaduk i. pH meter
c. Beaker glass j. Cawan Porselen
d. Termometer k. Kaca arloji
e. Sendok tanduk l. Kertas perkamen
f. Pipet tetes m. Mortir dan stamper
g. Gelas ukur

5.2 Bahan
a. Lemak kakao f. Cetyil alcohol
b. Cera alba g. BHT
c. Propilen glikol h. Vacelin album
d. Metyl paraben i. Minyak zaitun
e. Oleum ricini j. Pewarna

5.3 Tabel Penimbangan


% yang Jumlah Jumlah bahan
Nama bahan Kegunaan
digunakan bahan (5 g) (15 g)
Metyl paraben Pengawet 0,1 % 5 mg 15 mg
Propilen glikol Humectan 5,22% 261 mg 783 mg
BHT Antioksidan 0,1 % 5 mg 15 mg
Lemak kakao Basis 5,22 % 261 mg 783 mg
Cera alba Basis 32,17 % 1,6 g 4,8 g
Oleum ricini Emolient 7,87 % 393 mg 1,18 g
Veselin album Basis 33,45 % 1,672 g 5,02 g
Minyak zaitun Emolient 7,87 % 393 mg 1,18 g
Cetyl alcohol Agen pengeras 5,91% 230 mg 690 mg
Pewarna Pewarna 2,09 % 105 mg 315 mg

8
VI. PROSEDUR KERJA
a. Cara Kerja Pembuatan Shampo Bidadari

Metil paraben dilarutkan dalam propilen glikol, dan zat warna digerus
bersama BHT dan dilarutkan dalam oil ricini..

Campuran antara metil paraben dan propilen glikol dimasukkan dalam


campuran zat warna dan diaduk sampai homogen (Campuran A).

Cera alba, PEG, minyak zaitun, vaselin album dan cetyl alcohol dimasukkan
dalam gelas piala kemudian dilebur diatas waterbath pada suhu 65oC – 70oC
(campuran B).

Kemudian campuran A dimasukkan ke dalam campuran B kemudian


dilakukan pengadukan menggunakan mixer dalam kondisi panas (diatas
waterbath).

Setelah adonan tercampur rata langsung dimasukkan ke dalam cetakan


lipstik

Dikemas ke dalam kemasan sekunder

VII. Evaluasi Sediaan


7.1 Organoleptis

Shampo dianalisis melalui pengamatan visual meliputi warna, bau, dan


bentuk

7.2 Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menempatkan sejumlah 0,5 gram masing


- masing lipstick ke atas permukaan kaca objek

Diratakan dengan menggunakan kaca obyek yang lainnya dengan tekanan


tertentu. Diamati homogenitas sediaan (harus menunjukkan susunan yang
homogen tidak terdapat butiran kasar)

7.3 Uji Oles

9
Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika warna yang
menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata dengan beberapa kali
pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan dikatakan mempunyai daya
oles yang tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak merata.
Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan yang dibuat dan dioleskan
pada kulit punggung tangan dengan 5 kali pengolesan (Keithler, 1956).

Dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit


punggung tangan

Kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan perlakuan 5


kali pengolesan.

7.4 Uji pH
Larutkan sediaan 1 gram dalam 10 mL aquades. Lakukan kalibrasi pH
terlebih dahulu dengan menggunakan larutan buffer pH 7dan larutan buffer
pH 4.

Kemudian masukkan sediaan pada elektroda dan siap untuk diukur terendah.
Pengamatan dilakukan pada alat pH meter.

7.5 Uji Titik leleh


Titik leleh suatu lipstik menunjukkan ketahanan lipstik terhadap suhu. Lipstik
yang baik seharusnya memiliki titik leleh lebih tinggi dari atau sama dengan 50oC
(Vishmakarna, dkk., 2011), sehingga tidak meleleh pada suhu ruang dan tetap
mempertahankan bentuknya selama proses distribusi, penyimpanan, dan
pemakaian.

Sejumlah 0,5 gram di tempatkan dalam kaca arloji kemudian dimasukkan ke


dalam oven suhu 50oC selama 15 menit.

Diamati apakah lipstik meleleh atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan 1oC
setiap 15 menit dan diiamati pada suhu berapa lipstik mulai meleleh.

VIII. Kemasan dan Etiket


a. Kemasan Primer

10
b. Kemasan Sekunder

11
DAFTAR PUSTAKA

Alfrida, Lullung, dan Sampebarra. 2016. Mempelajari Kestabilan Dan Efek Iritasi
Sediaan Lipstik Yang Diformulasi Dengan Lemak Kakao. Jurnal Industri
Hasil Perkebunan. Vol. 11(2) : 97-103.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Dirjen POM. 2010. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Draelos, Z.D. 2010. Cosmetic Dermatology Products & Procedures. USA: Wiley-
Blackwell.

Food and Drug Administration. 2018. Federal Food, Drug, and Cosmetic Act
(FD&C Act). Terdapat di :
https://www.fda.gov/RegulatoryInformation/LawsEnforcedbyFDA/Federal
FoodDrugandCosmeticActFDCAct/default.htm [Diakses pada 10 April
2018).

Keithler, W.R. (1956). Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities. New


York: Drug and Cosmetic Industry. Halaman 153-155.

Rowe, R.C., P. J. Sheskey, and M. E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical


Excipients. Sixth Edition. Pharmaceutical Press: USA.

Sweetman, S. C. 2002. Martindale : The Complete Drug Reference Thirty-Third


edition. London Chicago: Pharmaceutical Press.

Tranggono, R.I., dan F. Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetik. Jakarta : PT Gramedia Utama.

12

Вам также может понравиться