Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Herpes zoster atau shingles merupakan penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi

vesikuler berkelompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular unilateral yang terbatas

di satu dermatom.1 Herpes zoster merupakan reaktivasi infeksi laten endogen virus Varicella-

Zoster didalam neuron ganglion sensoris radiks dorsalis, ganglion saraf kranialis atau ganglion

saraf autonomik yang menyebar ke jaringan saraf dan kulit dengan segmen yang sama pada

pasien yang pernah terinfeksi virus Varicella-Zoster sebelumnya.1 Herpes zoster (HZ) adalah

penyakit yang banyak terjadi pada kelompok usia namun paling umum terjadi pada orang

dewasa berusia 50 dan lebih tua.8

Pasien seorang perempuan berusia 57 tahun datang dengan keluhan timbulnya gelembung-

gelembung berisi cairan keruh dengan dasar berwarna kemerahan yang muncul pertama kali di

paha kanan bagian depan menjalar sampai ke bokong kanan disertai nyeri sejak 1 minggu yang

lalu tanpa disertai rasa gatal. Keluhan tersebut diawali dengan gejala prodromal seperti demam,

nyeri otot, nyeri kepala dan lemas. Awalnya gelembung-gelembung tersebut muncul kecil-kecil

dan berkelompok di daerah paha kanan, lalu sebagian gelembung-gelembung tersebut pecah dan

mengering serta timbul gelembung-gelembung baru yang menjalar hingga di bokong kanan. Hal

ini sesuai dengan perjalanan penyakit herpes zoster yang terbagi atas 3 stadium yaitu stadium

prodromal yaitu berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena disertai dengan

panas, malaise dan nyeri kepala, stadium erupsi kulit yaitu dimulai dengan timbulnya makula

kemerahan kemudian berkembang menjadi papul, vesikel keruh berkelompok yang selanjutnya

menjadi vesikel keruh dan pecah menjadi krusta (stadium krustasi).

23
24

Pasien mengaku sebelumya pernah mengalami cacar tapi tidak ingat usia berapa saat

terkena infeksi varisela tersebut. Hal ini sesuai dengan teori bahwa timbulnya herpes zoster

disebabkan oleh reaktivasi partikel virus varicela zoster yang laten dan menetap di dalam

ganglion sensoris saraf spinalis, kranialis, dan otonom selama tahunan. Reaktivasi virus ini bisa

terjadi saat respon imunitas selular dan titer antibodi spesifik terhadap virus varisela zoster

menurun (misalnya oleh karena umur atau penyakit imunosupresif.6

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan manifestasi klinis berupa verikel berkelompok

(herpertiformis) pada regio femoris dekstra, dan regio glutea dekstra dengan ukuran lenticular,

sirkumskripta, dan unilateral. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah diuraikan

diatas, disimpulkan diagnosis dari pasien ini adalah herpes zoster. Adapun diagnosis banding

pada penyakit ini yaitu herpes simpleks, varicella zoster, dermatitis kontak alergi, dermatitis

herpertiformis, dan dermatitis venenata.9

Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang

dianjurkan pada pasien herpes zoster adalah Polymerase-chain-reaction (PCR) yang merupakan

tes diagnostik yang paling sensitif dan spesifik yang dapat mendeteksi DNA virus varisela zoster

dari cairan vesikel.

Terapi pada pasien ini diberikan antivirus : asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari,

antipireutik : Paracetamol 3x500mg (k/p), Gabapentin 900-2400 mg per hari (3x3 tablet

@300mg) selama nyeri sebagai pengendalian dan meningkatkan kualitas hidup dan vitamin:

mecobalamin 2x500 mg per hari

Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien ini adalah neuralgia post herpes (NPH).

Hal ini sesuai dengan teori semakin tua umur penderita semakin tinggi persentase terkena NPH.
25

Prognosis pada pasien ini baik. Pada herpes zoster prognosis bergantung pada tindakan

perawatan secara dini.

Вам также может понравиться