Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Otot
Meliputi :
1. Otot Bahu
2
2. Otot rongga abdominopelvis
3. Otot ekstremitas atas dan bawah
Otot ekstremitas atas digolongkan berdasarkan tulang yang mereka
gerakan
Otot yang menggerakan lengan digolongkan lebih lanjut menjadi otot
yang berawal dari rangka aksial dan otot yang berawal dari skapula.
Tersusun atas sel-sel panjang dan besar yang disebut serabut otot
Setiap serabut mempunyai banyak nukleus dan serangkaian struktur
fibrosa internal yang semakin kecil
Struktur serabut otot (bekerja dari bagian luar sel sampai ke bagian
dalam) meliputi :
1. Endomisium = Lapisan jaringan ikat yang mengelilingi serabut
otot rangka individual
2. Sarkolema = Membran plasma sel yang terletak dibawah
endomisium dan tepat diatas nukleus sel
3
h. Otot Rangka Utama (Tampak posterior )
4
Selubung yang lebih kuat, epimisium,mengikat semua fasikel menjadi
satu untuk membentuk keseluruhan otot
Epimisium memanjang melebihi otot untuk menjadi tendon
i. Perlekatan Otot
Sebagian besar otot rangka melekat ke tulang (baik itu secara langsung
maupun tidak langsung )
Perlekatan langsung epimesium otot bersatu dengan periosteum,suatu
membran fibrosa yang menutupi tulang
Perlekatan tidak langsung (paling umum) epimisium memanjang
melebihi otot sebagai tendon atau aponeurosis,dan melekat ke tulang
j. Kontraksi
Selama Kontraksi ,salah satu tulang tempat otot melekat relatif tidak
bergerak sedangkan yang lainnya tertarik ke arah tulang yang diam
Origa: tempat otot melekat ke tulang yang diam atau tulang bergerak
Insersi : tempat otot melekat ke tulang yang lebih banyak bergerak
k. Pertumbuhan Otot
l. Pergerakan Otot
5
1. Bahu melakukan sirkumduksi
2. Siku melakukan fleksi dan ekstensi
3. Pinggul melakukan rotasi internal dan eksterna
4. Lengan melakukan abduksi dan adduksi
5. Tangan melakukan supinasi dan pronasi
6. Rahang melakukan retraksi dan protraksi
7. Kaki melakukan eversi dan inversi
k. Klasifikasi Tulang
6
l. Fungsi Tulang
m. Pembentukan Tulang
Pada Usia 3 bulan dalam kandungan ,rangka janin tersusun atas tulang
rawan
Sekitar usia 6 bulan ,tulang rawan janin telah berubah menjadi tulang
keras
Setelah lahir,beberapa tulang(paling nyata pada kapal dan tarsal )
mengalami osifikasi (mengeras)
1. Perubahn ini terjadi akibat osifikasi endokondral
2. Pada proses ini ,osteoblas (sel pembentuk tulang) menghasilkan
osteoid (suatu materi berkolagen yang mengalami osifikasi )
o. Tulang Rawan
7
Suatu jaringan ikat padat yang terdiri dari serabut yang menempel
didalam zat seperti gel yang kuat
Menyokong dan memberi bentuk berbagai struktur
Sebagi bantalan dan meredam getaran,mencegah penghantran secara
langsung ke tulang
Tidak mempunyai pasokan darah atau saraf
Terdiri dari tiga jenis :Hialin,fibrosa,dan elastis
t. Sendi
8
Sendi (artikulasi ): titik kontak antara dua tuang yang menahan kedua
tulang menjadi satu
Dapat pula memungkinkan fleksibilitas dan pergerakan
Dapat digolongkan berdasarkan fungsi ( seberapa luas gerakannya ):
1. Sinartrosis (tidak dapat digerakan )
2. Amfiartrosis (sedikit dapat digerakan )
3. Diartrosis (dapat bergerak bebas )
Dapat pula digolongkan berdasarkan struktur (terbuat dari apa):
fibrosa,kartilaginosa ,atau sinovium
Berdasarkan struktur lain dan jenis pergerakan ,sendi sinovium dapat
digolongkan sebgai sndi luncur,sendi engsel,sendi putar,sendi
kondilus,sendi pelana ,serta sendi peluru
u. Bursa
Sendi peluru
Terletak di bahu dan pinggul
Memungkinkan fleksi ,ekstensi,adduksi,dan abduksi
Berotasi di dalam kantongnya
Dinilai berdasarkan derejat rotasi internal dan eksternalnya
Sendi engsel
Meliputi lutut dan siku
Bergerak secara fleksi dan ekstensi
Sendi putar
Bagian bulat dari satu tulang pada sebuah sendi putar masuk ke
dalam suatu cekungan dari tulang lainnya
Hanya memungkinkan rotasi uniaksial dari tulang pertama di
sekeliling tulang ke dua
Meliputi kaput radius ,yang berotasi di dalam cekungan ulna
Sendi kondilus
9
Permukaan oval darisatu tulang tepat masuk ke dlam suatu
cekungan pada tulang lainnya
Memungkinkan fleksi,ekstensi,abduksi dan sirkumduksi
Meliputi sendi radiokarpal dan metakarpofalangeal tangan
Sendi pelana
Menyerupai sendi kondilus tetapi memungkinkan pergerakan yang
lebih bebas
Hanya sendi karpometakarpal ibu jari yang merupakan sendi
pelana
2.3 Etiologi
Alasan utama amputasi ekstrmitas adalah trauma berat (cedera akut, luka bakar
listrik, luka bakar dingin). Tumor ganas, infeksi (gas gangren fulminant, osteomielitis
kronis), dan malformasi kongenital.
10
mendadak citra diri dan menerima stress akiba hospitalisasi, rehabilitasi jangka
panjang, dan penyesuaian gaya hidup. Pasien ini memerlukan waktu untuk mengatasi
perasaan mereka mengenai kehilangan permanen tadi. Reaksi mereka susah diduga
dan dapat berupa keseddihan terbuka dan bermusuhan.
2.5 Penatalaksanaan
1. Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling istal yang masih dapat mencapai
penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua
faktor :
peredaran darah pada bagian itu
kegunaan fungsional (mis. Sesuai kebutuhan prostesis)
11
sebaiknya diamputasi. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat
dipasangi prostesis.
Kebutuhan energi dan kebutuhan kardiovaskuler yang ditimbulkannya
akan meningkat dari menggunakan kursi roda ke prostesis ke tongkat
tanpa prostesis. Maka, pemantauan kardiovaskuler dan nutrisi yang ketat
sangat penting sehingga batas fisiologis dan kebutuhan dapat seimbang.
Amputasi jari kaki dan sebagian jari kaki hanya menimulkan
perubahan minor dalam gaya jalan dan keseimbangan. Amputasi syme
(modifikasi amputasi disartikuasi pergelangan kaki) dilakukan paling
sering pada trauma kaki ekstensif dan menghasilka ekstremitas yang bebas
nyeri dan kuat dan yang dapat menahan beban berat badan penuh.
Amputassi bawah lutut lebih disukai disbanding amputasi atas lutut karena
pentingnya sendi lutut dan kebutuhan untuk berjalan. Dengan
mempertahan kan lutut sangat berari bagi seorang ansia antara ia bisa
berjalan dengan alat bantu dan hanya duduk di kursi roda. Disartikulasi
sendi lutut paling berhasil pada pasien muda, aktif yang mampu
mengembangkan kontrol yang tepat terhadap prostesis. Bila dilakukan
amputasi atas lutut,pertahankan sebanyak mungkin panjangnya, otot
dibentuk dan distabilkan, dan kontroktur pinggul dapat dicegah untuk
potensial ambulansi maksimal. Bia dilakukan amputasi disartikulasi sendi
pinggul, kebanyakan orang akan tergantung pada kursi roda untuk
mobilitasnya.
Amputasi ekstremitas atas dilakukan dengan mempertahankan panjang
fungsional maksimal. Prostesis segera diukur agar fungsinya bisa
maksimal.
12
2. Penatalaksanaan Sisa Tungkai
13
tekanan. Punting kemudian dibalut dengan balutan gips elastis
yang ketika mengeras akan mempertahankan tekanan yang merata.
Tekanan balutan rigid ini digunakan sebagai cara membuat socket
untuk pengukuran prostesis pascaoperatif segera. Panjang prostesis
disesuaikan dengan individu pasien. Gips diganti dalam sekitar 10-
14 hari. Bila ada peningkatan suhu tubuh, nyeri berat, atau gips
yang mulai longgar harus segera diganti.
Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan
bila diperlukan inspeksi berkala punting sesuai kebutuhan. Bidai
imobilisasi dapat dibalutan denga balutan. Hematoma (luka)
patung dikontrol dengan alat drainase lka untuk meminimalkan
infeksi.
Amputasi bertahap
Amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau infesi.
Pertama-tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat
semua jaringan nekrosis dan sepsis. Sepsis ditanganni dengan
antibiotic. Dalam beberapa hari, ketika infeksi telah terkontrol dan
pasien telah stabil, dilakukan amputasi definitif dengan penutupan
kulit.
3. Intervensi Keperawatan
a. Meredakan nyeri
14
atau hematoma.Ahli bedah harus mengetahui dan bisa menentukan
penyebab ketidaknyamanan.Evaluasi nyeri dan respons pasien
terhadap intervensi merupakan peran perawat yang sangat penting
dalam penatalaksanaan nyeri.
Pasien yang diatasi dengan balutan gips biasanya mengalami
nyeri yang lebih ringan daripada mereka yang dibalut dengan balutan
lunak.Nyeri bedah biasanya dapat dikontrol secara efektif dengan
analgetika oral dan teknik modifikasi nyeri dalam beberapa hari.
Pembebenan berat badan minimal awal pada pada sisa tungkai dengan
pylon ( prostesis sementara ) yang terpasang akan menimbulkan
sedikit rasa tidak nyaman.
Spasme otot dapat menambah ketidaknyamanan pasien selama
masa pemulihan .perubahan posisi pasien,memberikan kompres hangat
,atau meletakan kantung pasir ringan pada sisa tungkai untuk
melawan spasme otot dapat memperbaiki tingkat kenyamanan pasien.
15
mantap akan membantu. Teknik distraksi dan aktivitas sangat
membantu . Stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS ), ultrason ,atau
anestesia lokal dapat memberikan pengurangan nyeri pada beberapa
pasien. Obat ganda sangat berguna dalam mengontrol nyeri anggota
fantom. Penyekat beta dapat mengurangi ketidaknyamanan tumpul.
Rasa terbakar : antikonvulsan dapat mengontrol nyeri menusuk dan
kram ; dan antidepresan trisiklik digunakan untuk memperbaiki alam
perasaan dan kemampuan menghadapi masalah.
Bila gips atau balutan elastik tanpa sengaja lepas, sisa tungkai
harus segera dibungkus dengan balutan elastis kompresi.Edema
berlebihan akan terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan akan
mengakibatkan ketelambatan dalam rehabilitasi .Ahli bedah harus
16
diberitahu bila balutan gips lepas agar balutan yang baru dapat
dipasang.
e. Mengatasi Berduka
17
dan menjalani proses bersedih.perawat harus memahami kehilangan
tersebut dengan mendengarkan dan memberikan dukungan.
Perawat harus menciptakan suasana penerimaan dan dukungan
dimana pasien dan keluarganya didorong untuk mengekspresikan dan
berbagi perasaannya dan menjalani proses bersedih. Dukungan dari
keluarga dan sahabat dapat meningkatkan penerimaan terhadap
kehilangan. Perawat membantu pasien menyesuaikan diri dengan
kebutuhan yang baru menjadi lebih berorientasi pada tujuan
rehabilitasi yang masuk akal dan fungsi kemandirian di masa depan
.Rujukan pada spesialis kesehatan mental dan kelompok pendukung
mungkin di perlukan.
f. Perawatan mandiri
18
berpakaian. Perawat, terapis dan prosthesis bekerja bersama pasien
untuk mencapai kemandirian maksimal.
h. Latihan pascaoperasi
19
Rintangan lingkungan (mis, tangga, lantai tak rata, pintu, lantai
basah) harus di identifikasi, dan diusahakan metoda untuk
menanganinya. Masalh yang berhubungan dengan penggunaan alat
bantu mobilisasi(mis, tekana pada aksila akibat pemakaian tongkat ,
iritasi kulit tangan akibat pemakaian kursi roda, iritasi sisa anggota
akibat penggunaan protesis).
i. Ambulasi
20
Pembalutan akan menyangga jaringan lunak dan
meminimalkan pembentukan edema sementara sisa tungkai dalam
posisi tergantung. Pembalut dipasang sedemikian rupa sehingga sisa
otot yang diperlukan untuk mengoperasikan protesis menjadi sepadat
mungkin, sementara otot yang tak diperlukan akan mengalami atrofi.
Balutan elastis yang dipasang tidak dengan benar dapat menyebabkan
masalah peredaran darah dan bentuk sisa tungkai yang tidak bagus.
k. Persiapan protesis
1. Deformitas fleksi
2. Tidak mengerutnya sisa tungkai
3. Deformitas abduksi panggul. Deformitas ini harus dihindari.
21
Pelatihan cara jalan diteruskan dibawah supervise fisioterapis
sampai diacapai cara jalan yang optimal. Penyesuaian soket protesis
dilakukan oleh ahli protesis untuk mengakomodasikan perubahan sisa
anggota yang terjadi selama 6 bulan sampai 1 tahun pertama setelah
pembedahan. Gips ringan, balutan elastis, atau kaus pengerut dapat
dipergunakan untuk membatasi edema selama pasien tidak sedang
mengenakan protesis permanen.
m. Hemoragic
22
Tornikat besar harus tersedia dengan mudah di sisi pasien sehingga
bila sewaktu-waktu terjadi pendarahan hebat dapat segera dipasang
pada sisa tungkai untuk mengontrol pendarahan.
Ahli bedah harus diberitahu dengan segera bila hemoragic
berlebihan.
n. Infeksi
o. Kerusakan kulit
23
cuci dengan deterjen ringan, di bilas, dan di keringkan benar dengan
kain kering bersih. Pasien di nasehati bahwa kaus kaki harus benar-
benar kering sebelum pemasangan prostesis.
p. Rehabilitas
24
Kursi roda yang khusus di rancang bagi pasien yang menjalani
amputasi sangat di anjurkan. Karena kurangnya berat pada bagian
depan, maka kursi roda biasa akan menjungkir kebelakang saat pasien
mendudukinya. Pada kursi roda pasien amputasi, letak poros roda
belakang harus di mundurkan sekitar 5 cm untuk mengkompensasi
perubahan dalam distribusi berat.
25
pembantu di rumah sangat di perlukan. Penyesuaian rencana
perawatan di buat berdasar pada temuan-temuan tersebut. Kadang,
pasien dan keluarganya menyadari bahwa keterlibatan dalam
kelompok pendukung pasien amputasi sangat bermanfaat ; di sini
mereka dapat berbagai masalah, penyelesaian, dan sumber daya.
Berbincang dengan mereka yang telah mampu berhasil mengatasi
masalah serupa dapat membantu pasien mengembangkan penyelesaian
yang memuaskan.
4. Komplikasi
5. WOC AMPUTASI
26
BAB III
27
SKENARIO
3.1 Kasus
Tn. F (20 tahun) masuk rumah sakit 3 hari yang lalu karena mengalami
kecelakaan lalu lintas dan kaki kirinya tidak bisa digerakkan sehingga kaki kiri
tersebut di amputasi. Saat ini klien sedang menjalani perawatan post operasi
amputasi. Klien tampak meringis dan gelisah. Klien mengatakan bahwa ia merasa
nyeri pada kaki kiri di atas lutut tepat pada lokasi yang di amputasi. Nyeri tersebut
sering timbul sehingga mengganggu ketenangan klien. Nyeri dirasakan skala 7. Klien
mengatakan bahwa ia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari akibat kaki kirinya
di amputasi. Klien tidak tahu apa yang harus dilakukan saat ini dengan satu kaki
nyang dimilikinya. Klien merasa tidak berguna lagi karena hanya memiliki satu kaki
di usianya yang masih muda. Sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit
serius dan tidak pernah dirawat dirumah sakit. Klien mengatakan bahwa keluarga
klien tidak pernah memiliki masalah serius. Ayah klien menderita DM sejak 2 tahun
terakhir dan ibu klien meninggal dunia 4 tahun yang lalu akibat hipertensi yang
dideritanya. Tanda-tanda vital klien saat ini : TD 130/80 mmHg, nadi 82x/menit, suhu
37 ̊ C, pernafasan 22x/menit, BB 62 kg, TB 160 cm, kesadaran compos mentis. Klien
tampak lemah dan pucat. Pemeriksaan penunjang hemoglobin 6,10 gr/dL, eritrosit
2,40 /mm3, leukosit 3,00/mm3, limfosit 17,70%, trombosit 119 mg/dL. Saat ini klien
diberi terapi IVFD RL/NaCl 0,9%, ranitidin 50 mg/12 jam.
3.2 Pengkajian
a. Analisa data
28
kaki kiri ketenangan klien
Klien mengatakan bahwa ia merasa nyeri pada kaki kiri di atas lutut tepat
pada lokasi yang diamputasi
Klien belum pernah mengalami penyakit serius dan tidak pernah dirawat
dirumah sakit
TD : 130/80 mmHg
29
Nadi : 82x/menit
Suhu : 37 ̊ C
RR : 22x/menit
BB : 62 Kg
TB : 160 cm
Hemoglobin : 6,10 gr/dL
Eritrosit : 2,40/mm3
Leukosit : 3,00/mm3
Limfosit : 17,70%
Trombosit : 119 mg/dL
Terapi IVFD RL/NaCl 0,9 %
Ranitidin 50 mg
30
31
b. Pola kesehatan fungsional Gordon
Bagaimana pola makan dan minum klien selama ini? kaji apakah klien
alergi terhadap makanan tertentu? Apakah klien menghabiskan makanan
yang diberikan oleh rumah sakit? Apakah klien mengalami perubahan pada
berat badan?
Kasus : klien tidak memiliki perubahan pada pola makan. Berat badan klien
juga tidak mengalami perubahan.
3. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK klien selama ini? Apakah klien
menggunakan alat bantu untuk eliminasi? Kaji konsistensi BAB dan BAK
klien?
Kasus : sebelum operasi amputasi kaki, klien tidak memiliki masalah pada
pola BAB dan BAK. Setelah dilakukan operasi amputasi kaki, klien
membutuhkan bantuan untuk kebutuhan toileting.
32
Kasus : Klien mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Klien membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-
hari seperti turun dari atas tempat tidur, berpindah dari tempat tidur ke kursi
dan sebagainya.
Bagaimana pola tidur klien? Kaji frekuensi dan lama tidur klien. Apakah
klien mengalami gangguan tidur? Apakah klien mengonsumsi obat
tidur/penenang? Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?
Kasus : klien mengatakan bahwa ia merasa tidak tenang karena rasa nyeri
yang dirasakannya klien tidak menggunakan obat tidur atau obat penenang
tetapi klien diberi terapi ranitidin untuk menghilangkan rasa nyeri.
Kasus : saat ini klien tidak memiliki masalah dalam komunikasi dan fungsi
kognitif. Tingkat kesadaran klien yaitu compos mentis.
Kasus : klien merasa rendah diri karena perubahan citra tubuh akibat kaki
kiri yang diamputasi. Klien merasa tidak berguna diusianya yang masih
muda.
33
Bagaimana peran klien didalam keluarganya? Apakah terjadi perubahan
peran dalam keluarga klien. Bagaimana hubungan sosial klien terhadap
masyarakat sosialnya?
Kasus : klien tidak memiliki gangguan pada pola reproduksi dan seksualitas
Kasus : pada kasus klien mengalami stres akibat amputasi pada kaki
kirinya. Tetapi dia tidak diberi obat penenang.
Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien. Apakah terjadi perubahan
pola dalam beribadah klien?
34
yang tidak menyenangkan Laporan nyeri pasien.
yang muncul dari
Lamanya episode nyeri Aktivitas:
kerusakan jaringan secara
aktual dan potensial atau Kelemahan 1. Tunjukan pengkajian
menunjukkan adanya komprehensif dari nyeri seperti
Mudah marah lokasi, karakteristik, durasi,
kerusakan (Assosiation for
study of pain) : serangan Menangis frekuensi, kualitas, intensitas
mendadak atau perlahan dan faktor presipitasi
dari intensitas ringan Berkeringat dingin 2. Yakinkan pasien untuk
sampai berat yang perawatan analgesic
Mual
diantisipasi atau diprediksi 3. Gunakan komunikasi yang
durasi nyeri kurang dari 6 Intoleransi makanan terapeutik agar pasien dapat
bulan. menyatakan pengalamannya
Meringis
terhadap nyeri serta dukungan
DO:
Ekspresi muka nyeri dalam merespon nyeri
Nyeri skala 7 4. Evaluasi bersama pasien dan
Merintih dan menangis
tenaga kesehatan lainnya
Klien tampak meringis
2. Pengetahuan manajemen dalam menilai efektifitas
dan gelisah
nyeri pengontrolan nyeri yang
Klien tampak lemah pernah dilakukan
Definisi : menyampaikan
dan pucat 5. Tentukan tingkat kebutuhan
pengertian tentang penyebab,
pasien yang dapat memberikan
DS: gejala dan perawatan dari
kenyamanan pada pasien dan
nyeri.
Klien mengeluh nyeri rencana keperawatan
pada kaki kiri diatas Indikator : 6. Kontrol faktor lingkungan
lutut tepat pada lokasi yang dapat menimbulkan
Faktor penyebab dan
yang diamputasi ketidaknyamanan pada pasien
kontribusi
(suhu ruangan, pencahayaan,
Tanda dan gejala nyeri keributan)
7. Ajari untuk menggunakan
35
Strategi kontrol nyeri tehnik non-farmakologi (spt:
biofeddback, TENS, hypnosis,
Penjelasan cara
relaksasi, terapi musik,
pengobatan
distraksi, terapi bermain,
Teknik posisi efektif acupressure, apikasi
hangat/dingin, dan pijatan )
Efektif distraksi
sebelum, sesudah dan jika
36
Pemberian Analgesik
Aktivitas:
1. Menentukan lokasi ,
karakteristik, mutu, dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien
2. Periksa order/pesanan medis
untuk obat, dosis, dan
frekuensi yang ditentukan
analgesik
3. Cek riwayat alergi obat
4. Mengevaluasi kemampuan
pasien dalam pemilihan obat
penghilang sakit, rute, dan
dosis, serta melibatkan pasien
dalam pemilihan tersebut
Tentukan jenis yang cocok, rute
pemberian dan dosis optimal
37
bantuan. penyakit atau
kecelakaan
Aktifitas :
Indikator:
Mengenakan pakaian
Berat badan
Berjalan secara pasien dengan pakaian
efektif/normal nonrestriktif
Berjalan dengan lambat Membantu pasien
Berjalan sesuai yang
menggunakan footwear
dianjurkan
Berjalan cepat sebagai fasilitas berjalan
Berjalan sampai tujuan dan pencegahan
Berjalan menyusuri
kecelakaan
jalan
Berjalan dengan Mengatur tinggi rendah
pandangan kedepan tempat tidur, jika
Berjalan dengan
diperlukan
pandangan kebawah
Mengganti posisi tidur
Berjalan dengan jarak
dengan mudah
pendek (<1 blok)
Berjalan dengan jarak dilakukan
(>1 blok <5bloks) Meningkatkan
Berjalan dengan jarak
kemampuan untuk
jauh (>5 bloks)
Berjalan disekitar bangun dari tidur atau
38
Definisi: penggunaan alat bantu,
jika diperlukan
Kemampuan untuk bergerak
Mengintruksikan pasien
atas kemauan sendiri secara
bagaiman posisi yang
bebas dengan atau tanpa alat
benar dalam proses
bantu.
berpindah
Gunakan gaitbelt untuk
membentu berpindah
Indikator :
dan ambulansi, jika
Keseimbangan diperlukan
Koordinasi
Cara Berjalan Menolang pasien untuk
Gerakan Otot berpindah, jika
Gerakan Sendi
Tampilan Posisi Tubuh dibutuhkan
Kemampuan Untuk Menyediakan cueing
Berpindah Posisi ard di kepala sebagai
Berlari
Melompat fasilitas untuk
Merayap berpindah
Berjalan
Leluasa Bergerak Menyediakan alat bantu
(mis. Cane, walker atau
kursi roda) untuk
ambulansi, jika pasien
tidak siap
Membantu pasien
dengan inisial
ambulansi dan jika
dibutuhkan
Mengintruksikan pasien
tentang keamanan
berpindah dan teknik
ambulansi
39
Mengontrol pasien
menggunakan crutches
atau alat bantu jalan
lainya
Membantu pasien untuk
berdiri dan ambulansi
jarak jauh
Membantu pasien untuk
meningkatkan
kemandirian dalam
ambulansi jarak jauh
Meningkatkan
kemandirian ambulansi
dengan batas aman.
Mambantu pasien untuk
“up ad lib”, jika
diperlukan
Aktifitas :
Menentukan batasan
40
dari perpindahan sendi
dan dampak dari
fungsinya
Kolaborasi dengan
dokter terapi dalam
perkembangan dan
memutuskan sebuah
program latihan
Menetukan tingkat
motifasi pasien untuk
perawatan dan
pemulihan perpindahan
sendi
Menjelaskan kepada
pasien/keluarga tujuan
dan rencana dari latihan
sendi
Mengontrol lokasi dan
ketidaknyamanan dan
nyeri selama
beraktifitas/berpindah
Memulai pengontrolan
ukuran nyeri sebelum
memulai latihan sendi
Mengenakan pakaian
pasien dengan pakaian
nonresriktif
Melindungi pasien dari
trauma selama latihan
41
Membantu pasien untuk
posisi tubuh yang
optimal baik itu
berpindah pasif/aktif
Meningkatkan rentang
peningkatan latihan,
secara bekala sesuai
jadwal
Aktifitas pasif (PROM)
atau membantu latihan
(AROM), sebagai
indikasi
Mengintruksikan
pasien/keluarga
bagaimana aktifitas
pasif yang sistematis,
pertolongan atau
rentang peningkatan
latihan
Mencata instruksi untuk
latihan
Membantu pasien untuk
mengembangkan jadwal
latihan aktif ROM
Menyemangati pasien
untuk gambaran diri
sebelum memulai
perpindahan
Membantu peningkatan
42
sendi secara berkala
dengan batasan nyeri,
kesabaran dan mobilitas
sendi
Membantu untuk
bangun dari tempat tidur
atau dari kursi roda
Meberi semangat
ambulansi, jika
diperlukan
Menentukan arah tujuan
yang progres dari hasil
yang dicapai
Menyedikan
pertolongan yang positif
untuk aktifitas latihan
sendi
43
3. Gangguan citra tubuh 1. Body image 1. Body image enhancement
berhubungan dengan:
Self esteem Aktivitas :
Biofisika (penyakit
kronis), Setelah dilakukan tindakan Kaji secara verbal dan
kognitif/persepsi (nyeri keperawatan selama nonverbal respon klien
kronis), ….gangguan body image terhadap tubuhnya
kultural/spiritual,
penyakit,krisis pasien teratasi dengan kriteria Monitor frekuensi
trauma/injury,
Body image positif Jelaskan tentang
pengobatan
pengobatan, perawatan,
(pembedahan,
Mampu kemajuan dan prognosis
kemoterapi, radiasi)
mengidentifikasi penyakit
kekuatan personal
DS:
Dorong klien
Mendiskripsikan secara mengungkapkan
Depersonalisasi bagian
faktual perubahan perasaannya
tubuh
fungsi tubuh
Perubahan aktual
struktur dan fungsi
44
tubuh
Kehilangan bagian
tubuh
45
bahan perawatan affektif atau ketidakmampuan
Menunjukkan prosedur 7. Menentukan kemampuan
perawatan pasien untuk mempelajari
7. Mendeskripsikan tindakan
informasi yang spesifik
mengatasi komplikasi
(misalnya: tingkat
8. Mendeskripsikan efek
perkembangan, status
samping yag potensial
fisiologis, orientasi, penyakit,
keletihan, kebutuhan dasar
yang tidak dipenuhi, emosi,
adaptasi terhadap penyakit)
8. Menentukan motivasi
pasien untuk mempelajari
informasi yang spesifik
(contoh: keyakinan untuk sehat,
kebutuhan yang tidak
terpenuhi, pengalaman buruk
dengan pelayanan
kesehatan/mempelajari, tujuan
yang bertentangan)
9. Meningkatkan kesiapan
pasien untuk belajar, dengan
tepat
10. Mengidentifikasi kebutuhan
pembelajaran objektif untuk
mencapai tujuan
Mengajarkan : Menentukan
Pengobatan
Pegertian: mempersiapkan
46
pasien untuk pengobatan yang
aman dan mengawasi efeknya
Aktivitas:
47
tingkat glukosa), dengan tepat
8. Informasikan pada pasien
apa yang dilakukan jika dosis
pada saat pengobatan salah
9. Instruksikan pada pasien
kriteria yang digunakan ketika
memutuskan mengubah
takaran pengobatan/jadwal,
dengan tepat
10. Informasikan pada pasien
akibat dari pengobatan yang
tidak dilakukan atau
selanjutnya dilakukan dengan
kasar, dengan tepat
48
BAB IV
TELAAH JURNAL
4.1 Pendahuluan
Pengambilan jurnal ilmiah ini diambil dari datebase google.com dengan kata kunci
pencarian “ nursing journal about amputation”.
4.2 Abstrak
Pasien biasanya mengalami “phantom limb pain”setelah amputasi tetapi juga dapat terjadi
akibat reseksi dari bagian lain tubuh, seperti payudara dan organ-organ internal seperti rektum.
pasien memerlukan yang kompleks dan perawatan yang tepat. Artikel ini menjelaskan
penyebab “phantom limb pain” dan membahas strategi penilaian.
4.4 Hasil
Phantom pain biasanya dilaporkan setelah adaya kasus amputasi pada pasien.
Penyebab amputasi bisa berupa penyakit vascular, trauma, infeksi, dan pertumbuhan
sel abnormal. nyeri nosiseptif normal akan terjadi setelah operasi, tetapi fisiologi yang
tepat dari PLP tidak diketahui (Houser, 2002). mungkin dialami di anggota badan yang
hilang dan tunggul dari bagian tubuh yang dipotong, dan berbagai gejala yang berbeda
dengan yang berhubungan dengan nyeri nosiseptif akan hadir. Mungkin tidak ada
alasan fisik untuk PLP (McCaffrey et al, 1999) tetapi dapat dikaitkan dengan
49
mekanisme fisiologis nyeri neuropatik (Flor, 2002). Nyeri neuropatik dikaitkan dengan
lesi primer atau disfungsi dalam saraf sistem (IASP, 2010)
Alat penilaian nyeri yang umum digunakan:
- Empat titik skala verbal rating (VRS), yang digunakan untuk menggambarkan
peningkatan intensitas nyeri: 0 (tidak ada rasa sakit); 1 (nyeri ringan); 3 (nyeri
sedang); 4 (sakit parah);
- 10 point skala penilaian numerik (NRS), yang direpresentasikan sebagai garis
dengan nomor: 0 (tidak ada rasa sakit) ke 10 (paling nyeri mungkin di mana
pasien menunjukkan tingkat rasa sakit)
Hambatan yang sering ditemukan perawat dalam mengkaji “phantom limb pain”
diantaranya :
- Gejala dari phantom pain yang susah dikenali dan diahami oleh perawat
- beban kerja yang berat, gangguan konstan dan masalah dengan resep obat yang
akan diberikan kepada pasien.
4.5 Kesimpulan
Perawat harus menyadari PLP dan bagaimana perbedaan PLP dari jenis nyeri
yang lain untuk memastikan pasien menerima perawatan holistik. perawat harus
memperoleh informasi tentang rasa sakit dari pasien sebagai bagian dari rencana
perawatan mereka dan menggunakan alat yang tersedia di daerah klinis mereka.
Mungkin juga bagi perawat untuk mengakses pengetahuan khusus tentang nyeri yang
ada untuk mendukung perawat dan pasien dalam proses manajemen nyeri
Kelebihan :
- Abstrak jelas, sehingga dengan membaca abstraknya saja pembaca dapat mengetahui
hasil dari phasil dari -penelitian tersebut
- Kesimpulan yang dibuat sudah terperinci dan dipaparkan secara jelas
- Prosedur penelitian disusun dengan teratur, sehingga mudah untuk dipahami
- Menampilkan gambar kasus yang di bahasnya
50
- Hasil yang di dapat dari penelitian merupakan kenyataan yang ada di lapangan dan
dapat memperlihatkan bagaimana phantom pain yang di rasakan setelah amputasi
- Merupakan pengetahuan baru bagi orang banyak.
Kekurangan :
- Tidak ada respon dari masyarakat tentang hasil dari penelitian tersebut
- Tidak ada presentasenya
- Tidak ada saran untuk penelitian selanjutnya
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
52
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Aksara Publisher
http://www.nursingtimes.net/Journals/2013/01/11/k/n/k/110111Dealing-with-phantom-limb-
Nanda international.2013.NANDA.
53