Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
ADITYA PARAMA SETIABOEDI
14411051
1
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah.......................................................................................2
1.3. Tujuan dan Manfaat.......................................................................................3
1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian......................................................................3
1.5. Sistematika Penulisan....................................................................................4
BAB II DASAR TEORI..........................................................................................7
2.1. Konsep Jasa........................................................................................................7
2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Jasa..........................................................................7
2.1.2. Klasifikasi Jasa......................................................................................................8
2.1.3. Dimensi Kualitas Jasa...........................................................................................8
i
2.12. Hasil Penelitian Terdahulu.............................................................................33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................37
3.1. Studi Pendahuluan........................................................................................39
3.1.1. Perumusan Masalah............................................................................................39
3.1.2. Perumusan Tujuan Penelitian.............................................................................39
3.1.3. Penentuan Batasan Penelitian.............................................................................40
3.1.4. Studi Literatur.....................................................................................................40
3.1.5. Penetapan model Penelitian................................................................................40
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan bisnis Information,
Media and Edutainment (IME), pada tahun 2012 Telkom mengubah portofolio
perusahaannya dari Fixed, Mobile, and Media (FMM) menjadi
Telecommunication, Information, Media, and Edutainment (TIME) (Supriadin,
2012). Dengan portofolio perusahaan yang baru, Telkom berupaya untuk
mengekspansi perusahaan sehingga tetap menjadi perusahaan penyedia jasa
telekomunikasi dan informasi terbesar di Indonesia melalui produk-produk yang
inovatif (Telkom.co.id, 2012). Perubahan portofolio bisnis ini membuahkan hasil
yang memuaskan. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan bisnis IME Telkom
yang meningkat sebanyak 80% (www.telkomsolution.com, 2012). Produk
unggulan yang diluncurkan oleh Telkom guna mendukung portfolio barunya di
antaranya adalah Telkom Speedy, UStore, UPoint, UseeTV.
Dari seluruh rangkaian produk baru Telkom, UPoint dipilih sebagai objek
penelitian. UPoint adalah layanan pembayaran konten digital menggunakan pulsa
Telkomsel. Produk ini dipilih karena potensi peningkatan penggunaan jasa layanan
pembayaran konten digital sangat ini. Saat ini UPoint baru digunakan untuk
melakukan pembayaran konten digital khusus untuk game online. Potensi
pengembangan produk ini sangat banyak, mulai dari pembayaran konten aplikasi
pada smartphone hingga pembayaran utilitas rumah tangga seperti air dan listrik.
Dibandingkan produk lainnya yang ada di pasaran, produk UPoint masih belum
banyak digunakan dan masih belum banyak dikenal oleh masyarakat sehingga
dibutuhkan strategi pemasaran yang tepat agar dapat menaikkan pangsa pasar yang
berujung pada kenaikan revenue yang diperoleh perusahaan.
2
1. Apa saja atribut penting yang mempengaruhi preferensi masyarakat kota
Bandung dan Cimahi dalam memilih layanan pembayaran konten digital?
2. Bagaimana tingkat kepentingan relatif dari masing-masing atribut layanan
pembayaran konten digital?
3. Bagaimana profil segmentasi konsumen layanan pembayaran konten digital yang
terbentuk dilihat dari tingkat kepentingan relatif setiap atribut untuk masing-
masing konsumen?
4. Bagaimana strategi pemasaran yang tepat untuk dilakukan oleh PT Telkom dalam
memasarkan produk UPoint?
3
Cimahi sebagai kota satelit dianggap merepresentasikan kota-kota lainnya di
Indonesia.
2. Lingkup sampel pada penelitian ini dibatasi pada masyarakat wilayah Jakarta
dan Depok serta Kota Bandung dan Cimahi yang aktif menggunakan permaian
online berbayar.
3. Penelitian dengan menggunakan analisis konjoin diarahkan untuk menentukan
atribut produk game payment.
4. Atribut-atribut yang dianggap berpengaruh pada preferensi konsumen terhadap
layanan pembayaran konten digital mengacu kepada strategi bauran pemasaran
dari Kotler (2010) dengan beberapa modifikasi yang kemudian divalidasi oleh
pihak PT Telkom sebagai stakeholder pemilih produk.
5. Responden yang dijadikan sampel penelitian diasumsuikan representatif terhadap
target pasar.
Untuk melengkapi data-data dan mempermudah penelitian yang dilakukan,
ditetapkan asumsi penelitian sebagai berikut:
1. Kuesioner diisi oleh setiap responden yang pernah menggunakan minimal satu
dari layanan pembayaran Digital Content Payment.
2. Kuesioner diisi dengan benar dan jujur oleh responden.
4
BAB II Dasar teori
Dalam bab ini dijabarkan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, yang
digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian ini. Teori yang
dijelaskan pada bab ini di antaranya mengenai preferensi konsumen terhadap
produk dengan multiatribut, metode pengumpulan data, pengolahan data dan
analisis data, serta kaidah perumusan strategi pemasaran.
5
6
BAB II
DASAR TEORI
7
2.1.2. Klasifikasi Jasa
Bisnis jasa secara umum dapat digolongkan berdasarkan derajat intensitas pekerja,
derajat interaksi, dan tingkat kebutuhan personel pelanggannya. Schmener (1986)
kemudian memetakan penggolongan ini pada suatu matriks yang mengklasifikasikan
bisnis jasa menjadi empat jenis seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1.
8
2.1.3. Dimensi Kualitas Jasa
Menurut Parasuraman et. al (1990), seluruh perusahaan penyedia jasa selalu berusaha
untuk memberikan jasa yang berkualitas tinggi secara konsisten untuk memenuhi
harapan pelanggan. Diidentifikasi sepuluh dimensi pokok kualitas jasa, yang
meliputi:
1. Bukti Fisik
Bukti fisik berkaitan dengan penampilan fasilitassecara fisik, personil, dan materi
komunikasi perusahaan. Hal ini dapat mencakup seperti kartu nama bisnis, kop surat,
dan sebagainya.
2. Reliabilitas
Terdapat dua aspek utama pada dimensi reliabilitas, yaitu konsistensi kinerja
(performance) dan keterandalan (dependability). Untuk memenuhi dimensi
reliabilitas, sebuah perusahaan industri penyedia jasa dituntut agar mampu
memenuhi ekspektasi konsumen dengan menyampaikan jasa yang dijanjikan secara
akurat, benar, tepat, dan handal.
3. Daya Tanggap
Daya tanggap berkaitan dengan kesigapan atau ketanggapan (responsiveness) para
karyawan untuk membantu para pelanggan dan menyampaikan jasa secara cepat.
Kesediaan dan kesiapan para karyawan dapat berupa ketepatan dalam melayani
konsumen, kecepatan menghubungi kembali konsumen, atau penyampaian layanan
secara cepat.
4. Komunikasi
Dimensi komunikasi pada kualitas berkaitan dengan penyampaian informasi kepada
pelanggan dalam bahasa yang mudah dipahami, serta selalu mendengarkan dan
menerima saran dan keluhan pelanggan. Selain itu, komunikasi berkaitan pula
dengan penjelasan yang jelas mengenai jasa/layanan yang ditawarkan, biaya jasa,
trade off antara jasa dan biaya, serta proses penanganan masalah potensial yang
mungkin timbul.
5. Kredibilitas
Kepercayaan dari konsumen atas penyedia jasa yang memiliki sifat jujur dan dapat
dipercaya merupakan aspek yang terkait dengan dimensi kredibilitas. Nama besar
perusahaan, reputasi perusahaan, karakter pribadi karyawan perusahaan, dan
interaksi dengan pelanggan berpengaruh pula terhadap kredibilitas.
6. Keamanan
Keamanan merupakan dimensi dimana jasa yang ditawarkan bebas dari resiko
dan bahaya. Keamanan meliputi pula keamanan secara fisik yang ditawarkan pada
konsumen, keamanan finansial, privasi, dan kerahasiaan.
7. Kompetensi
Dimensi kompentensi terkait dengan teknikal ekspertis penyedia jasa. Teknikal
ekspertis penyedia jasa adalah penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang
9
dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Kompetensi mencakup pula pengetahuan dan keterampilan karyawan, pengetahuan
dan keterampilan personal akan dukungan operasional, serta kapabilitas riset
organisasi.
8. Kesopanan
kesopanan merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam kualitas
jasa. Kesopanan berkaitan dengan sikap dari penyedia jasa yang diharapkan
konsumen, seperti sikap yang santun, penuh respek dan atensi, serta keramahan
terhadap konsumen.
9. Kemampuan Memahami Pelanggan
Pada dimensi ini, perusahaan berupaya memahami konsumen dan kebutuhan
spesifiknya, serta memberikan perhatian individual dan berupaya mengenali dan
menjalin relasi yang akrab dengan pelanggan regular tanpa melanggar batas privasi.
10. Aksesibilitas
Dimensi akses berkaitan dengan keterjangkauan jasa yang meliputi kemudahan
untuk dihubungi, ditemui, atau dikontak. Industri jasa yang memenuhi dimensi
akses merujuk pada lokasi fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu mengantri atau
menunggu tidak terlalu lama, saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi
melalui berbagai media, serta jam operasional yang sesuai dengan ekspektasi
konsumen.
10
Faktor sosial dibagi lagi menjadi beberapa subfaktor, yaitu:
Kelompok, keberadaan kelompok-kelompok di sekitar kehidupan manusia
seperti keluarga, pertemanan, tetangga, teman bekerja, dan kelompok agama
akan mempengaruhi perilaku seseorang.
Keluarga, menjadi faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap perilaku
manusia. Bimbingan yang diberikan keluarga terhadap seseorang akan
menentukan perilakunya di masa yang akan datang.
Peran dan status, merupakan posisi seseorang dalam sebuah kelompok. Setiap
peran akan mempengaruhi status dari seseorang, juga mempengaruhi perilaku
orang tersebut.
3. Personal
Faktor personal dibagi lagi menjadi beberapa subfaktor, yaitu:
Usia dan tingkat kehidupan, perubahan kedua hal ini akan mempengaruhi
perilaku seseorang dalam pemilihan barang dan jasa yang akan digunakannya
dalam hidup.
Pekerjaan, jenis pekerjaan yang dijalani oleh seseorang akan mempengaruhi
dalam pemilihan produk atau jasa yang akan dibeli.
Tingkat ekonomi, memberikan pengaruh yang besar terhadap pemilihan
barang atau jasa yang akan dibeli seseorang.
Gaya hidup, hal ini akan memberikan cerminan kegiatan dan minat
seseorang. Orang-orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial, maupun
pekerjaan yang sama belum tentu memiliki gaya hidup yang serupa.
Kepribadian dan konsep diri, merupakan karakteristik yang dimiliki oleh
seseorang yang tidak dimiliki oleh orang lain sehingga bersifat unik.
Kepribadian memberikan dasar dalam analisis perilaku konsumen untuk
suatu produk tertentu.
4. Psikologi
Faktor psikologi dibagi lagi menjadi beberapa subfaktor, yaitu:
Motivasi, menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi kebutuhan
seseorang.
Persepsi, merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang dalam bertindak
untuk mencapai motivasi dalam situasi tertentu.
Belajar, hasil pembelajaran yang diperoleh seseorang dari tindakan yang
dilakukannya akan mempengaruhi perilaku dirinya.
Kepercayaan dan sikap, merupakan pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang
serta tindakan evaluasi dan kecenderungan yang dimiliki seseorang dalam
menanggapi suatu obyek atau ide tertentu.
11
Sejalan dengan hal yang telah diungkapkan di atas, Kincaid (2003) juga
mengungkapkan bahwa perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari
konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Konsumen memenuhi kebutuhan
dan keinginannya dengan produk yang dipasarkan kepada konsumen. Menurut
Hawkins (2004), perilaku konsumen mempelajari suatu individu, kelompok, atau
organisasi dan proses yang digunakan untuk memilih, menggunakan, dan
membuang produk, jasa, atau ide untuk memenuhi kepuasan dalam
mendapatkan kebutuhan mereka.
Roger (1990) menggambarkan perilaku konsumen yang dalam proses pengambilan
keputusan dipengaruhi oleh tiga aspek utama; yaitu perbedaan individu, pengaruh
lingkungan, dan proses psikologi. Perilaku konsumen menurut Roger dapat dilihat
pada Gambar DASAR TEORI-2.
12
2. Interaksi antara perasaan, kesadaran, dan perilaku serta peristiwa-peristiwa
lingkungan dilibatkan dalam perilaku konsumen
3. Perilaku konsumen terkait dan melibatkan pertukaran
13
Transaksi merupakan suatu proses jual beli antara dua pihak. Perbedaan dari
exchange dan transaksi yaitu exchange merupakan sebuah konsep pemasaran,
sedangkan transaksi merupakan unit yang digunakan pengukuran dalam
pemasaran.
7. Pasar
Pasar merupakan kumpulan dari konsumen aktual dan potensial dalam suatu
produk.
14
Tabel DASAR TEORI-1 Klasifikasi Riset Pemasaran
15
lingkungan maupun organisasi. Pengembangan bidang pemasaran digunakan
untuk mengatur pendekatan strategi yang beragam menjadi satu kerangka pikir
yang bersifat koheren dan logis.
Kotler dan Amstrong (2012) mendefinisikkan strategi pemasaran sebagai suatu
logika pemasaran yang digunakan oleh organisasi atau perusahaan untuk
menciptakan dan meningkatkan nilai terhadap konsumen dan menjalin
hubungan yang menguntungkan. Pemasaran merupakan suatu kunci penting
dalam strategi suatu perusahaan dan dalam keberjalanannnya, strategi pemasaran
harus senantiasa sinergis dengan strategi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen. Strategi perusahaan harus dirancang dengan tepat agar
perusahaan dapat bersaing dengan kompetitor dan memimpin pangsa pasar. Adapun
strategi bersaing yang dapat dilakukan oleh perusahaan, menurut Kotler dan
Amstrong (2012) adalah sebagai berikut:
1. Overall Cost Leadership
Dalam strategi ini, biaya produksi dan distribus ditekan sampai didapatkan biaya
yang seminimal mungkin sehingga harga jual prosuk dapat lebih rendah
dibandingkan dengan kompetitor serta mendapatkan pangsa pasar dalam jumlah
besar.
2. Differentiation
Menciptakan produk yang berbeda dan unik dari produk yang telah beredar di
pasaran merupakan hal yang dilakukan pada strategi ini, sehingga menarik
perhatian konsumen serta membuka jalan bagi perusahaan untuk memimpin
pasar.
3. Focus
Dalam strategi ini, perusahaan memfokuskan pelayanan hanya pada beberapa
segmen pasar tertentu dengan sangat baik.
16
karena melalui proses segmentasi, perusahaan akan menjadi lebih fokus dalam
mengalokasikan sumber daya. Selain itu, segmentasi juga dapat memberikan
gambaran seputar karakteristik konsumen yang menjadi pangsa pasar sehingga
membantu perusahaan dalam menganalisa kebutuhan dan keinginan konsumennya.
Kebutuhan dan keinginan konsumen yang unik, membentuk pasar-pasar
tertentu. Maka dari itu, perancangan desain pemasaran untuk setiap pasar
konsumen harus dilakukan oleh produsen. Pasar konsumen yang dimaksud
dapat diketahui melalui proses segmentasi. Menurut Kotler dan Armstrong
(2012), segmen pasar dapat dibentuk berdasarkan variabel-variabel berikut:
a. Geographic Segmentation (Segmentasi Geografis)
Dalam segmentasi berdasarkan geografis, pasar dibagi berdasarkan kondisi
geografis yang berbeda, seperti negara, wilayah, kota, atau daerah.
b. Demographic Segmentation (Segmentasi Demografis)
Segmentasi berdasarkan demografis membagi pasar berdasarkan variabel
demografi, seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendapatan, pendidikan, dan
agama.
c. Psychographic Segmentation (Segmentasi Psikografis)
Kelas sosial, gaya hidup, atau karakteristik personal merupakan pembagian
pasar yang dilakukan berdasarkan segmentasi psikografis.
d. Behavioral Segmentation (Segmentasi Perilaku)
Berdasarkan segmentasi ini, pasar dibagi berdasarkan pengetahuan, perilaku, atau
respon terhadap suatu produk.
2. Targetting
Setelah melakukan identifikasi untuk segmen pasar, tahap selanjutnya adalah
mengevaluasi segmen-segmen tersebut dan memutuskan segmen mana yang menjadi
target pasar. Menurut Kotler dan Amstrong (2012), dalam melakukan evaluasi
segmen pasar, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu pertumbuhan
segmen, ukuran segmen, daya tarik pasar, tujuan perusahaan, dan sumber daya
perusahaan.
Proyeksi pertumbuhan dari penjualan dan ekspektasi profit margin dari setiap
segmen yang ada harus mampu dianalisis oleh perusahaan. Selain itu, harus
diperhatikan juga apakah ada karakteristik potensial yang menarik dari suatu
segmen.Pertimbangan lainnya adalah apakah investasi yang dilakukan untuk segmen
terpilih masuk akal dengan mempertimbangkan tujuan dan sumber daya perusahaan.
Target pasar terpilih merupakan kelompok dari konsumen yang memiliki
karakteristik serupa den merupakan pasar yang menjadi fokus perusahaan (Kotler &
Amstrong, 2008). Strategi-strategi yang dapat digunakan untuk menentukan target
pasar, yaitu:
a. Undifferentiated Marketing
17
Dalam strategi ini, perusahaan mengabaikan segmen-segmen pasar yang
terbentuk dan akan merancang strategi pemasaran untuk seluruh konsumen yang
ada.
b. Differentiated Marketing
Perusahaan memilih beberapa segmen pasar yang terbentuk dan merancang
strategi pemasaran untuk setiap segmen terpilih.
c. Concentrated Marketing
Perusahaan, dalam strategi ini, akan memilih segmen dengan pangsa pasar
terbesar. Umumnya strategi ini dipilih karena sumber daya perusahaan yang terbatas.
3. Positioning
Menurut Kotler dan Amstrong (2012), positioning adalah suatu pandangan
konsumen mengenai sebuah brand atau produk dan hal apa yang
membedakannya dengan pesaingnya. Selain itu, positioning juga digunakan untuk
membangun kepercayaan, keyakinan dan kompetensi perusahaan dimata konsumen.
Posisi produk dapat ditentukan berdasarkan atribut produk tersebut, waktu
penggunaan, manfaat produk, perbandingan produk dengan kompetitor atau kelas
kualitas dari produk.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memilih dan
mengimplementasikan strategi positioning:
a. Melakukan identifikasi terhadap keunggulan bersaing dari produk yang
ditawarkan. Pengertian mengenai kebutuhan konsumen menjadi kunci dalam
implementasi langkah ini.
b. Memilih keunggulan bersaing produk yang tepat lewat penentuan diferensiasi
yang akan dipromosikan oleh perusahaan untuk bersaing dengan kompetitornya.
c. Penyampaian positioning terpilih kepada masyarakat luas agar dapat tertanam
dalam benak masyarakat.
18
2. Price
Merupakan nilai suatu produk yang diukur dengan jumlah uang yang bersedia
dilepaskan oleh penjual maupun pembeli untuk membayar produk tersebut.
3. Place
Variabel ini mencakup seluruh aktivitas perusahaan yang dilakukan dalam
merencanakan dan melaksanakan penyaluran produk atau jasa melalui saluran
distribusi yang tepat. Hal ini dilakukan agar produk dan jasa yang ditawarkan
dapat tersedia dan mudah untuk diperoleh konsumen dengan jumlah, tempat, dan
waktu yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
4. Promotion
Promosi adalah segala aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk
memperkenalkan produk atau jasa agar dapat diketahui oleh konsumen.
5. People
Variabel ini mencakup semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyampaian jasa dan mempengaruhi persepsi konsumen
meliputi karyawan, konsumen organisasi tersebut maupun konsumen organisasi lain
dalam lingkungan jasa.
6. Physical Evidence
Bukti fisik merupakan lingkungan dan fasilitas dalam bentuk fisik yang secara
langsung dapat digunakan untuk mendukung kinerja dan komunikasi jasa.
Contoh yang termasuk ke dalam variabel ini adalah brosur, kartu bisnis, kop
surat, dan fasilitas pendukung lainnya.
7. Process
Proses merupakan segala prosedur, mekanisme, dan aktivitas yang dilakukan
untuk menyampaikan jasa kepada konsumen. Seiring dengan berkembangnya
penelitian dan pemahaman konsep mengenai bauran pemasaran, ditambahkan
pelayanan pelanggan (customer service) dalam ketujuh hal bauran pemasaran.
Selain itu, Lovelock (2001) juga mengikutsertakan produktivitas dan kualitas
(productivity and quality) sebagai aspek baru pada bauran pemasaran.
19
awal kepada responden, memberikan insentif atau reward kecil, merancang
kuesioner dengan desain dan admiinistrasi yang baik, selalu melakukan follow
up, serta memberikan fasilitas lainnya yang mendorong responden untuk mengisi
dan mengembalikan kuesioner dengan benar sesuai dengan ekspektasi peneliti.
20
Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk penelitian dengan kebutuhan informasi yang
beragam pada berbagai strata dalam populasi untuk estimasi parameter
populasi.
Cluster Sampling
Digunakan jika sampling dilakukan dalam satu waktu pada grup yang
memiliki karakteristik yang heterogen
Area Sampling
Merupakan teknik pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan area
geografis.
Double Sampling
Teknik ini digunakan ketika terdapat beberapa informasi hasil dari random
sampling, kemudian dilakukan pengambilan sampel kedua dengan metode yang
dapat sama maupun berbeda dengan iterasi sebelumnya.
2. Nonprobability Sampling
Adalah teknik sampling yang digunakan ketika besar dari peluang dan
probabilitas dari setiap elemen dalam populasi tidak diketahui. Terdapat beberapa
jenis nonprobablity sampling seperti berikut:
Convenience Sampling
Sampel yang dipilih sesuai dan bersedia untuk dijadikan sampel penelitian.
Purposive Sampling
Memilih suatu grup spesifik sebagai target sampel penelitian dengan kriteria yang
ditetapkan oleh peneliti
Judgment Sampling
Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan tingkat kepentingan dan manfaat
dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
Quota Sampling
Pemilihan sampel dilakukan lewat pembagian proporsi yang sesuai pada setiap
grup untuk dijadikan sampel.
Snowball Sampling
Snowball sampling merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan
menentukan sampel inisial secara acak. Selanjutnya, sampel berikutnya
ditentukan berdasarkan informasi yang diberikan responden inisial yang telah terpilih
secara acak sebelumnya tersebut.
21
2.8.2. Penyusunan Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik terstruktur untuk pengumpulan data yang terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan baik tertulis maupun verbal, yang dijawab oleh
responden.
Suatu kuesioner memiliki tiga sasaran utama, yaitu:
1. Menerjemahkan informasi yang diperlukan ke dalam pertanyaan-pertanyaan
spesifik yang dapat dan akan dijawab oleh responden
2. Memotivasi dan mendorong responden untuk terlibat dalam wawancara,
bekerjasama, dan menyelesaikan kuesioner
3. Meminimalisasi eror respon
Terdapat beberapa tahapan yang harus diperhatikan sebelum menyusun kuisioner dan
kemudian menyebarkannya (Gall, et. all, 2003). Tahapan-tahapan dari persiapan
penyusunan kuisioner hingga penyebarannya secara garis besar terdiri dari penentuan
tujuan penelitian, penentuan kelompok sampel, perancangan kuisioner, dan uji coba
kuisioner. Sebelum mulai merancang kuisioner, perlu ditentukan terlebih dahulu
tujuan penelitian.
Sebelum mengembangkan kuisionernya, peneliti harus mendefinisikan permasalahan
penelitian dan tujuan khusus yang ingin dicapai atau hipotesis yang akan diuji
dengan kuisioner terlebih dahulu. Terdapat empat jenis pertanyaan yang dapat
digunakan untuk menuntut peneliti dalam merumuskan kerangka kuisioner yang baik
sebelum mulai merancangnya (Vaus, 1995), yaitu:
1. Kerangka berpikir apa yang menarik bagi peneliti?
2. Dimanakah lokasi geografis yang menarik bagi peneliti?
3. Aspek dari topik apa yang ingin dipelajari oleh peneliti?
4. Seberapa terukur ketertarikan peneliti secara keilmuan?
Selain tujuan penelitian, kelompok sampel juga harus ditentukan terlebih
dahulu setelah hipotesis dinyatakan dengan jelas. Sampel yang akan dipilih dari
target populasi harus diidentifikasi untuk merepresentasikan populasi yang
diwakilinya.
Secara detail, tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses perancangan kuisioner
setelah ditentukan tujuan penelitan dan kelompok sampel (Malhotra, 2010) adalah:
1. Menentukan Informasi yang Diperlukan
Selain informasi mengenai masalah penelitian, diperlukan juga informasi
mengenai target populasi yang relevan.
2. Menentukan Tipe Metode Wawancara
22
Tipe metode wawancara akan mempengaruhi bentuk kuesioner, apakah
wawancara personal, menggunakan telepon, atau computer-assisted. Sebagai
contoh, bila menggunakan telepon berarti sebaiknya pertanyaan tidak perlu
panjang-panjang dan didesain seperti gaya percakapan. Berbeda dengan
wawancara tatap muka di mana responden bisa melihat pertanyaan, mengkritik, dan
bertanya.
3. Menentukan Isi Tiap Pertanyaan
Dibutuhkan evaluasi terlebih dahulu apakah suatu pertanyaan diperlukan atau
tidak. Setiap pertanyaan harus memberi informasi yang diperlukan untuk tujuan
tertentu, sehingga bila suatu pertanyaan dirasa tidak berpengaruh maka lebih baik
dihilangkan. Namun bila pertanyaan-pertanyaannya kontroversial, dapat diberi
pertanyaan pendahuluan yang bersifat netral. Terkadang di tengah-tengah
kuesioner juga diberi beberapa pertanyaan filler untuk menyembunyikan tujuan
sponsor kuesioner tersebut.
Selain itu, ambiguitas juga perlu dihindari, misalnya dengan memisahkan satu
pertanyaan menjadi dua pertanyaan apabila terdiri lebih dari satu konten. Contoh:
“Apakah snack X enak dan murah?” sebaiknya dipisah menjadi “Apakah snack X
enak?” dan “Apakah snack X murah?”. Di samping itu, untuk pertanyaan
“mengapa”, lebih baik dipisah misalnya sebagai berikut. “Mengapa Anda
berbelanja di toko X?” menjadi “Apa yang Anda suka dari toko X?” dan
“Bagaimana Anda pertama kali berbelanja di toko X?”. Pada intinya, pertanyaan
pada kuisioner tersebut dipisah menjadi atribut produk dan hal apa yang
mempengaruhi responden untuk mengetahui produk tersebut.
4. Mendesain Pertanyaan yang Mampu Mengatasi Ketidakmampuan dan
Ketidakmauan Responden untuk Menjawab
Terdapat kemungkinan bahwa responden tidak dapat menjawab kuesioner karena
tidak memiliki informasi, tidak ingat, atau tidak dapat menentukan respon yang pas.
Karena responden bisa tidak memiliki informasi, maka di awal kuesioner
sebaiknya diberi pertanyaan-pertanyaan filter untuk menyaring agar responden
yang tahu saja yang meneruskan hingga ke pertanyaan-pertanyaan kuesioner
selanjutnya. Peneliti juga dapat memberikan pilihan “tidak tahu‟ agar tidak
menurunkan tingkat respons.
Selain itu, terdapat pula kemungkinan responden tidak dapat mengingat
pertanyaan. Untuk memitigasi hal ini, jenis pertanyaan dapat diatur sedemikin
rupa. Jawaban untuk penilaian responden juga dapat dibantu dengan penyediaan
gambar, deskripsi, dan hal-hal atau fasilitas deskripsi bantu lainnya untuk
membantu responden dalam memberikan respon.
Agar responden mau menjawab pertanyaan, maka sebaiknya pertanyaan dalam
kuesioner sesuai dengan konteks (misal kuesioner tentang kesehatan diberikan
oleh Dinas Kesehatan, bukan oleh lembaga kepolisian), memiliki tujuan yang
jelas, serta tidak memerlukan informasi yang sensitif. Selain itu untuk mencegah
ketidakmauan responden dalam menjawab sebaiknya bila ada pertanyaan sensitif
diletakkan saja di akhir, serta memberi ilustrasi perilaku yang terjadi secara
23
umum di masyarakat sebagai gambaran pada bagian awal kuesioner (agar
responden tidak merasa ter-judge karena diberi kuesioner tersebut).
5. Memutuskan Struktur Pertanyaan
Struktur pertanyaan terdiri dari pertanyaan terstruktur dan tidak terstruktur. Pada
pertanyaan tidak terstruktur, pertanyaannya ialah berupa open-ended question, di
mana responden bebas menjawab dan tidak diberi pilihan (semacam essay). Pada
pertanyaan terstruktur, peneliti dapat memilih apakah akan menggunakan pilihan
ganda, pertanyaan dikotomi (ya/ tidak/tidak tahu) atau menggunakan skala.
6. Menentukan Diksi dan Kata-Kata yang Digunakan Dalam Pertanyaan
Menentukan kata-kata dan struktur kalimat merupakan bagian tersulit dalam
pembuatan kuesioner. Terdapat kemungkinan bahwa responden tidak mengerti
dan malas menjawab. Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, maka penentuan diksi
dapat dilakukan dengan:
Mendefinisikan isu dengan lebih spesifik
Menggunakan kata-kata biasa
Menggunakan kata-kata yang tidak ambigu
Menghindari pertanyaan yang mengarahkan responden pada suatu jawaban
atau bias
Menghindari alternatif implisit
Menghindari asumsi implisit
Menghindari generalisasi dan estimasi
Mengatur Pertanyaan Dalam Urutan yang Sesuai
Pertanyaan pembuka akan menentukan kelanjutan apakah responden akan tetap
mengisi kuesioner atau tidak. Oleh karena itu pertanyaannya harus simpel,
menarik, dan tidak mengancam. Pertanyaan untuk menanyakan opini dapat
menjadi pertanyaan pembuka yang baik karena manusia suka mengutarakan
opini. Namun di sisi lain, pertanyaan yang sensitif, kompleks, memalukan,
sebaiknya diletakkan di akhir, karena lebih kecil kemungkinannya responden
mengabaikan pertanyaan ini bila hapir semua pertanyaan telah dijawab.
8. Mengidentifikasi Bentuk dan Layout Kuisioner
Format, spasi, ukuran huruf, dan jenis huruf dapat mempengaruhi tingkat
keterlibatan responden.
9. Mereproduksi Kuisioner
Produksi kuesioner juga berpengaruh pada keterlibatan responden. Bila kuesioner
terdiri dari banyak halaman, dapat dibuat buklet daripada dihekter seperti biasa.
Kuesioner dengan kertas yang bersih dan rapi akan lebih baik daripada kuesioner
dengan kertas kusam dan lecek. Satu pertanyaan sebaiknya tidak terpisah pada
24
dua halaman bila pertanyaan tersebut terletak di paling bawah (lebih baik
dimasukkan ke halaman berikutnya).
10. Mengeliminasi Kesalahan Dengan Melakukan Pengujian
Pengujian dilakukan pada beberapa sampel responden agar dapat dilakukan
pengembangan agar mencegah masalah yang mungkin timbul.
25
perhitungan lebih besar daripada nilai ‘r’ tabel, maka kuisioner dapat dikatakan
reliable.
Teknik Pembelahan
Pada teknik pembelahan, kuisioner diujicobakan kepada responden untuk kemudian
dihitung validitas itemnya, dimana item yang valid dikumpulkan menjadi satu
sementara item yang tidak valid dibuang. Setelahnya, akan diperoleh dua
jumlah total yang didapatkan dari penjumlahan masing-masing kelompok, yakni
dari jumlah total bagian pertama dan jumlah total bagian keduan. Kedua
jumlah total kemudian diuji korelasinya dengan product moment. Apabila nilai
‘r’ hasil perhitungan lebih besar daripada nilai ‘r’ tabel, maka kuisioner dapat
dikatakan reliable.
Teknik Pengukuran Ulang (Test-Retest)
Dibutuhkan pula setidaknya 2 kuisioner pada teknik pengukuran ulang, yang
diujikan pada responden yang sama namun pada waktu yang berbeda. Selang
waktu yang ideal antara pengisian kuisioner pertama dan kedua oleh responden
yang sama adalah 15-30 hari. Setelah diperoleh kedua hasil pengukuran dari
kedua kusioner, kemudian hasil pengukuran dikorelasikan dengan product moment.
Apabila nilai ‘r’ hasil perhitungan lebih besar daripada nilai ‘r’ tabel, maka
kuisioner dapat dikatakan reliable.
2. Uji Validitas
Merupakan uji yang digunakan untuk menguji performansi berdasarkan kepastian
dan kesesuaian alat ukur terhadap keseluruhan konsep yang digunakan dalam
suatu pengukuran. Uji validitas dilakukan terhadap isi (content) dari suatu
instrumen, dalam hal ini kuisioner. Pengujian isi dilakukan dengan tujuan untuk
mengukur akurasi atau ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu
penelitian. Validitas yang sempurna adalah saat semua atribut dalam konstruk
tersebut berkorelasi dengan jumlah total nilai kepentingan dalam konstruk.
Menurut Sekaran (2003), jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut, maka
kuisioner tersebut telah dapat dikatakan valid. Terdapat beberapa jenis uji
validitas, yaitu:
a. Content Validity
Uji ini dilakukan untuk menjamin dan memastikan bahwa pengukuran yang
dilakukan dapat merepresentasikan semua item terhadap konsep yang
digunakan.
b. Criterion-related Validity
Pada uji validitas yang berkaitan dengan kriteria, pengujian digunakan untuk
melihat apakah terdapat hubungan antara alat ukur dengan kriteria tertentu yang
telah digunakan sebelumnya. Selain itu, diprediksi pula hubungan antara alat ukur
dengan kriteria-kriteria tersebut, apakah hubungannya bersifat positif (saling
mendukung) atau bersifat negatif (saling meniadakan).
26
c. Construct validity
Uji validitas konstruk dilakukan untuk menguji kesesuaian hasil yang diperoleh
dari pengukuran. Hasil yang diperoleh dari pengukuran yang kemudian
digunakan untuk uji validitas konstruk ini didapatkan dengan teori yang digunakan
dalam penelitian.
27
undersampling. Outlier dapat mengacaukan distribusi nilai dan membuat klaster
yang tidak representatif.
b. Pengukuran Kesamaan Antar Objek
Hal ini merupakan hal fundamental dalam analisis klaster. Kesamaan antar objek
merupakan ukutan korespondensi antar objek. Terdapat tiga metode yang dapat
diterapkan sebagai berikut:
Ukuran Kolerasi
Diterapkan pada data dengan skala metric, namun jarang digunakan karena
memiliki titik berat pada suatu pola, padahal titik berat analisis klaster sebaiknya
adalah besarnya objek.
Ukuran Jarak (Distance Type)
Paling umum digunakan dalam analisis klaster. Dengan menggunakan
pengukuran kesamaan ini, dapat dilihat ketidakmiripan objek dari jarak antara objek
yang diteliti. Terdapat beberapa tipe ukuran, yaitu jarak Euclidian, jarak city-
box, dan jarak mahalanobis. Jarak Euclidian merupakan jarak yang sering
digunakan. Jarak Euclidian didefinisikan sebagai besarnya jarak suatu garis lurus
yang menghubungkan dua objek.
Ukuran Asosiasi (Matching Type)
Digunakan pada data non-metric. Pengukuran didasari oleh atribut yang dimiliki
objek.
Standarisasi Data
Dilakukan apabila terdapat perbedaan satuan data dalam suatu kuisioner.
3. Pengujian Asumsi
Terdapat dua asumsi dalam analisis klaster:
a. Kecukupan Sampel untuk Merepresentasikan PopulasinSampel yang dianalisis
harus mewakili populasi yang ingin diteliti. Tingkat representasi dari suatu populasi
menentukan kualitas hasil analisis.
b. Pengaruh Multikolinearitas
Variabel yang bersifat multikolinier harus dipertimbangkan secara seksama karena
dapat mempengaruhi hasil analisis klaster.
4. Penentuan Metode dan Algoritma
Terdapat dua proses penting dalam penentuan metode:
Algoritma dalam pembentukan klaster
Penetuan jumlah klaster yang akan dibentuk
5. Interpretasi Hasil Klaster
28
Pada tahap ini dilakukan pengujian tiap klaster dengan melakukan penamaan dan
penandaan menggunakan label pada objek-objek yang diteliti. Proses ini dimulai
dengan ukuran yang umumnya digunakan, yaitu centroid klaster. Kemudian
dilakukan pembuatan profil dan interpretasi klaster untuk memperoleh gambaran
serta menyediakan suatu rata-rata penilaian korespondensi pada kalster yang
terbentuk, juga untuk memberikan arahan dalam penilaian profil klaster yang
terbentuk.
6. Validasi klaster
Terdapat dua tahapan yang dilakukan:
a. Proses Validasi Solusi Klaster
Ditujukan untuk menjamin bahwa solusi yang dihasilkan dari analisis klaster
mewakili populasi dan dapat digeneralisasi untuk objek lain. Dilakukan dengan
cara membandingkan solusi klaster serta dengan menilai korespondensi hasil.
b. Pembuatan Profil Solusi Klaster
Tahap ini memberi gambaran karakteristik klaster untuk menjelaskan bahwa klaster
tersebut dapat berbeda pada dimensi yang relevan.
29
b. Pautan Lengkap (Complete Linkage)
Didasari oleh jarak maksimum antar klaster. Dalam metode ini seluruh objek dalam
suatu klaster dikaitkan satu sama lain pada suatu jarak maksimuma atau dengan
kesamaan minimum.
c. Pautan Rata-Rata (Average Linkage)
Didasari oleh jarak rata-rata klaster yang muncul pada observasi. Pengelompokan
dimulai dari tengan atau pasangan observasi dengan jarak paling mendekati jarak
rata-rata.
d. Metode Ward (Ward’s method)
Didasari oleh jarak antar dua klaster yang merupakan jumlah kuadrat dari dua klaster
untuk seluruh variabel. Metode ini cenderung digunakan untuk mengkombinasi
klaster-klaster dengan jumlah kecil.
e. Metode Centroid
Didasari oleh jarak antar dua klaster yang merupakan jarak antar centroid
klaster tersebut. Centroid klaster adalah nilai tengah observasi pada variabel
dalam suatu set variabel klaster.
2. Metode Non-hirarkis
Metode ini dimulai dengan penentuan jumlah klaster yang diinginkan,
kemudian dilakukan analisis klaster tanpa mengikuti proses hirarki. Terdapat
tiga prosedur yang dilakukan:
1. Sequential Threshold
Dilakukan dengan memilih bakal klaster, serta memasukkan seluruh objek dalam
jarak tertentu. Jika seluruh objek dalam jarak tersebut disertakan, bakal klaster
kedua terpilih, kemudian proses terus berlangsung seperti sebelumnya.
2. Parallel Threshold
Dilakukan dengan memilih bakal klaster secara simultan, kemudian menandai
objek dengan jarak awal ke bakal klaster terdekat.
3. Optimalization
Dilakukan sama seperti dua prosedur sebelumnya, namun dengan penandaan
ulang objek.
30
berupa barang atau jasa (Hair, et al, 2010). Dalam analisis konjoin terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi penilaian konsumen dalam menentukan pilihan
suatu produk.
Dalam bidang pemasaran, penggunaan analisis konjoin di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan tingkat kegunaan (utitility) dan tingkat kepentingan relatif
atribut-atribut pada proses pemilihan yang dilakukan oleh konsumen.
2. Menentukan estimasi pangsa pasar suatu produk tertentu yang berbeda
tingkat atributnya.
3. Untuk menentukan komposisi produk yang paling sesuai dengan preferensi
konsumen.
4. Untuk menentukan segmentasi pasar yang didasarkan pada kemiripan preferensi
terhadap tingkat-tingkat atribut.
Dengan menggunakan analisis konjoin, dapat diperoleh manfaat bagi produsen untuk
mencari solusi kompromi yang optimal dalam perancangan atau pengembangan
suatu produk. Selain itu, umumnya analisis ini digunakan untuk mengetahui
preferensi konsumen terhadap atribut yang diteliti, serta mengetahui nilai utilitas dari
masing-masing tingkatan dalam setiap atribut.
Analisis konjoin juga dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Perancangan harga
2. Memprediksi pangsa pasar dan uji coba konsep produk baru
3. Menentukan segmentasi preferensi
4. Merancang strategi promosi
Selain itu, analisis konjoin juga memiliki keunikan yang tidak dimiliki metode
multivatiat lain (Hair, et al. 2010), yaitu:
1. Mampu mengakomodasi variable dependen berskala metrik maupun non-metrik
2. Menggunakan variabel penjelas berskala pengukuran kategorial
3. Dapat membuat taksiran model untuk memprediksi preferensi tiap responden
4. Dapat memprediksi pengaruh masing-masing atribut dan tidak mengasumsikan
antara variabel-variabel independen tersebut
5. Tidak memerlukan pengujian asumsi seperti normalitas, homoskedastisitas, dan
lain-lain.
Tipe analisis konjoin ditunjukkan oleh Tabel DASAR TEORI-3.
31
agar tingkatan atribut yang dibuat memberikan hasil yang efektif dan akurat.
Terdapat dua syarat dalam membuat stimuli:
1. Communicable, dapat diungkapkan secara realistis dan
2. Actionable, dapat dilakukan
Tabel DASAR TEORI-3 Tipe Analisis Konjoin
Terdapat tiga metode penyajian stimuli yang terbentuk (Hair, et al., 2010), yaitu:
1. Trade-Off Presentation Model
Responden diharuskan untuk mengevaluasi dua atribut sekaligus, kemudian
mengurutkan kombinasi tingkatan yang tersedia sesuai dengan tingkat
ketertarikannya. Umumnya dianggap cukup mudah oleh responden, dan
digunakan untuk menghindari berlebihnya jumlah informasi. Walaupun begitu,
terdapat beberapa kendala yang muncul apabila metode ini digunakan, yaitu:
Penilaian terhadap dua atribut dianggap mengesampingkan aspek
Ada kecenderungan bahwa responden mudah dibingungkan, atau mengikuti pola
jawaban yang sama karena lelah
Banyak penilaian yang diperlukan untuk jumlah tingkatan yang sedikit
Responden menjawab dalam bentuk data non-metric
Responden tidak mendapatkan gambaran yang tidak tertulis dalam kuisioner
Desain stimuli fractional factorial yang berguna untuk mengurangi jumlah
perbandingan tidak dapat dilakukan
2. Full-Profile Presentation Model
Umumnya digunakan karena dianggap lebih realistis serta dapat mengurangi
jumlah perbandingan yang harus dievaluasi responden melalui penerapan stimuli
fractional factorial. Penilaian dilakukan melalui proses ranking maupun rating.
Keuntungan dan kerugian metode ini yaitu:
Memberikan gambaran yang lebih realistis dari tiap stimuli.
Memberikan gambaran yang lebih eksplirit mengenai trade off diantara
semua faktor.
32
Kemungkinan penggunaan tipe penilaian preferensi yang lain dapat
dilakukan, seperti keinginan membeli, kemungkinan untuk mencoba, serta
kemungkinan untuk memilih produk lain.
Seiring bertambahnya jumlah atribut, bertambah pula jumlah informasi yang
dijabarkan
Urutan atribut yang tertulis dapat berdampak pada evaluasi.
3. Pairwise Combination Presentation Model
Merupakan metode yang menggabungkan kedua metode sebelumnya. Dalam
metode ini, penilaian dilakukan terhadap dua profil dimana responden diminta
untuk memberi peringkat atas kekuatan pilihannya akan satu profil terhadap
profil lainnya. Jumlah atribut yang dipilih untuk setiap profil berjumlah sedikit, hal
ini menjadi salah satu keunikan dari metode pairwise combination model.
33
2.12. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dimaksud dalam sub bab ini adalah penelitian-penelitian
yang juga membahas mengenai segmentasi pasar, penentuan pasar sasaran, posisi
produk serta perilaku pembelian konsumen.
Setiandi (2011) melakukan penelitian terhadap persaingan yang semakin ketat antar
perusahaan travel dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Masalah yang
dikemukakan tersebut diteliti dengan menggunakan analisis konjoin, analisis kluster
dan penentuan strategi pemasaran.
Penyebaran kuesioner dilakukan kepada sejumlah 109 orang responden dengan
metode non-probability sampling. Pengolahan data dengan meode Conjoint Analysis,
Cluster Analysis dan Crosstab Tabulation pada SPPSS 18 menghasilkan kesimpulan
bahwa:
Atribut tarif merupakan atribut terpenting bagi responden dalam memilih dan
menggunakan jasa travel, lalu diikuti dengan atribut perusahaan, atribut
kendaraan, kemudahan pemesanan, jenis layanan dan jarak pool.
Utilitas (part worth) dengan nilai terbesar untuk setiap atribut adalah range
harga terendah yaitu Rp 75.000 – Rp 100.000, perusahaan Cipaganti, jenis
kendaraan Isuzu Elf, pemesanan yang mudah dilakukan via online, dengan
jenis pelayanan door-to-door dan jarak pool yang jauh.
Dari analisis K-Means Cluster, diperoleh empat klaster responden
berdasarkan kemiripan preferensinya terhadap jasa travel Bandung – Bandara
Soekarno-Hatta dan sebaliknya. Setiap klaster memiliki ciri-ciri tersendiri
yang menonjol yang membedakannya dengan klaste lainnya sehingga strategi
pemasaran yang diterapkan pada masing-masing segmen disesuaikan dengan
karakteristiknya masing-masing.
Dari segi konten penelitian kekurangan dan improvement yang dapat dilakukan
adalah:
Peneliti hanya mengumpulkan data dari konsumen yang berdomisili di Bandung.
Padahal bisa saja ada faktor lain yang memengaruhi preferensi konsumen diluar
atribut-atribut yang ditanyakan dalam kuesioner pada kota yang berbeda.
Penelitian ini perlu dilakukan pada sampel yang lebih banyak dengan jangkauan
elemen masyarakat yang lebih luas (responden lebih heterogen) agar
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan generalisasi hasil yang diperoleh.
Kuesioner konjoin hanya berupa tulisan. Padahal salah satu atribut, yaitu atribut
Jenis Kendaraan, bagi konsumen akan lebih terbayang apabila dicantumkan
gambar jenis kendaraan yang dimaksud (seperti gambar mobil KIA Pregio,
Minibus, atau Isuzu Elf yang merupakan level pada atribut yang dimaksud).
34
Penelitian ini dilakukan terhadap empat perusahaan travel yang ada pada saat
itu. Jika terdapat perusahaan travel yang baru perlu dilakukan penelitian lagi
karena hasil penelitian ini tidak relevan lagi.
Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya terutama dalam
bidang pemasaran khususnya dalam hal penentuan tarif berdsarkan ability to pay
dan willingness to pay konsumen travel dan segmentasi produk jasa.
35
tinggi, terdiri dari ratusan suku bangsa yang terletak pada lokasi geografis yang
tersebar luas. Preferensi dan persepsi produk pada satu daerah dapat berbeda
secara signifikan dengan daerah lainnya. Oleh karena itu jika penelitian dengan
cara ini ingin dilakukan di Indonesia, perlu dilakukan untuk hanya fokus pada
daerah tertentu saja dan kemungkinan hasil analisisnya hanya dapat
diimplementasikan pada daerah tersebut.
Jika pada penelitian ini peneliti mengkombinasikan analisis regresi majemuk
dengan analisis cross-classification untuk mematahkan anggapan bahwa
pengelompokkan segmen tidak dapat dilakukan menggunakan regresi, untuk
penelitian selanjutnya dapat digunakan kombinasi metode lain. Bisa jadi
kombinasi dua atau lebih metode dapat memecahkan permasalahan yang baru
atau lebih mudah untuk memecahkan permasalahan yang ada.
Penelitian lebih lanjut juga dapat meneliti mengenai perbandingan antara rata-
rata usage rate untuk audiens dengan media yang berbeda dengan rata-rata
usage rate yang diekspektasikan dari komposisi audiens pada segmen sosial-
ekonomi. Perbandingan ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk efek media
terhadap peningkatan konsumsi produk.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
37
Gambar METODOLOGI PENELITIAN-3 Diagram Alir Metodologi Penelitian
38
3.1. Studi Pendahuluan
Pada tahap ini, diidentifikasi gambaran mengenai objek penelitian serta masalah
yang dihadapi dalam penelitian yang dilakukan. Dari hasil studi pendahuluan
diperoleh akar masalah yang perlu diselesaikan serta langkah-langkah yang
perlu dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai strategi pemasaran
produk UPoint dari PT Telkom Indonesia Tbk. Dalam tahap ini, pertama-tama
literatur yang relevan dipelajari untuk menganalisa kondisi eksisting serta tren
seputar layanan pembayaran konten digital di dunia secara umum dan Indonesia
secara khusus. Selanjutnya dilakukan wawancara dengan pihak Telkom untuk
mengenali kondisi eksisting perusahaan serta produk UPoint. Output dari hasil
studi pendahuluan ini adalah sebagai berikut:
1. Perumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian
2. Tujuan penelitian yang dilakukan, dan
3. Batasan dan asumsi dari ruang lingkup penelitian
4. Studi Literatur
5. Penetapan metode penelitian
39
4. Menentukan alternatif produk UPoint terbaik yang dapat dikembangkan oleh PT
Telkom.
5. Menentukan usulan strategi pemasaran yang dapat diimplementasikan oleh PT
Telkom untuk produk UPoint.
Adapun metode utama penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah riset pasar
dengan alat ukur kuesioner dan pengolahan data hasil kuesioner menggunakan
analisis konjoin untuk membentuk simulasi segmen pasar beserta alternatif
produk yang terbentuk. Model bauran pemasaran jasa 7P digunakan dalam penelitian
40
sebagai acuan untuk merumuskan strategi pemasaran layanan UPoint. Penjabaran
dari model penelitian yang digunakan ditunjukkan oleh Tabel METODOLOGI
PENELITIAN-4.
Tabel METODOLOGI PENELITIAN-4 Penjelasan Model Penelitian
Dimensi
Deskripsi
Penelitian
Penentuan atribut Atribut-atribut pemilihan produk digital content payment secara
penting pemilihan umum dan game payment secara khusus akan dikumpulkan dari
produk Game beberapa referensi untuk menentukan variabel-variabel yang
Payment akan digunakan dalam analisis preferensi konsumen. Variabel-
variabel yang terbentuk kemudian dikonsultasikan kepada
pihak PT Telkom untuk diminta konfirmasi kesesuaian
variabel dengan kebutuhan layanan UPoint.
Atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen
digunakan sebagai variabel penelitian dalam kuesioner analisis
preferensi konsumen. Metode yang digunakan dalam tahap
analisis ini adalah analisis konjoin. Output dari analisis ini
adalah preferensi konsumen untuk layanan game payment.
Segmentasi pasar Dari preferensi konsumen yang diperoleh dari hasil kuesioner
konjoin, selanjutnya dapat dibentuk segmen konsumen
berdasarkan nilai part worth masing-masing atribut dalam
kuesioner konjoin serta variabel demografis dan perilaku.
Segmentasi dilakukan dengan menggunakan metode analisis
klaster.
Penetapan pasar Selanjutnya dipilih satu segmen terbaik lewat kuesioner penilaian
sasaran dengan menggunakan metode AHP.
Penetapan Strategi untuk menanamkan produk image di benak konsumen
positioning produk yang diinginkan oleh perusahaan untuk membangun kepercayaan,
keyakinan dan kompetensi bagi konsumen.
Program komunikasi Seluruh variabel yang diperoleh dari hasil pengolahan data
pemasaran terpadu selanjutnya akan diolah menjadi suatu rumusan strategi
pemasaran. Dalam perumusan strategi pemasaran, digunakan
metode analisis bauran pemasaran jasa 7P.
41
4. Data pendukung perumusan bauran pemasaran
42
Salah satu keunikan dalam survey dengan menggunakan analisis konjoin
adalah tidak adanya ketentuan jumlah minimum sampel penelitian. Bahkan analisis
konjoin dapat dilakukan dengan sampel sebanyak satu responden saja. Namun
jumlah minimum sampel yang disarankan adalah 50 sampel, agar dapat
merepresentasikan populasi (Hair et. al, 2010).
43
ini merujuk pada seluruh variabel bauran pemasaran jasa 7P, kecuali variabel
produk karena variabel produk telah diperoleh dari hasil kuesioner konjoin.
44
3.4. Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian yang telah
dilakukan berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, dimana kesimpulan yang
ditarik akan menjawab tujuan dari penelitian. Saran yang diberikan merupakan saran
untuk penelitian selanjutnya serta masukan untuk PT Telkom Indonesia berdasarkan
penelitian yang dilakukan.
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Bass, M. F., Tigert, D.J., & Lonsdale, R.T. (1968).Market Segmentation: Grup versus
Individual Behavior. Journal of Marketing Research, 5(3), 264-270.
Dharmmesta, B. S. (1993). Perilaku Beli Konsumen Era 90-an dan Strategi
Pemasaran. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 30.
Gall, M., Borg, W., & Gall, J. (2003). Educational Research: An Introduction (7th
ed.). Boston: Allyn & Bacon.
Griffin, A., Hauser, J. R., Gaskin, S. P., Katz, G. M., Klein, R. L. (1993). The Voice
of the Consumer. Marketing Science vol. 12, no. 1.
Hair, J., Black, W., Babin, B., & Anderson, R. (2010). Multivariate Data Analysis
(7th ed.). New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Hawkins. D., Best, R., & Coney, K. (2004). Does He Take Sugar? The
isabled Consumer and Identity. British Academy of Management
Conference: St Andrews.
Kincaid, J. M. (2003) Customer Relationship Management: Getting It Right!. New
Jersey: Prentice Hall Proffessional.
Kotler, P., & Amstrong, G. (2012). Principles of Marketing (14th ed.). New Jersey:
Prentice Hall, Inc.
Lovelock, C. (2001). Services marketing: People, Technology, Strategy (4th d.).
New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Malhotra, N. K. (2009). Marketing Research: An Applied Orientation (6th ed.). New
Jersey: Pearson Education.
Parasuraman, A., Berry, L., & Zeithaml, V. (1990). Delivering Quality Service (Vol.
31). New York: The Free Press.
Schmener, R. W. (1986). How Can Service Businesses Survive and Prosper?. Sloan
Management Review, 27(3), 21-32.
Sekaran, U. (2003). Research Methods for Business: A Skill Building Approach
(4th ed.). New York: John Wiley & Sons.
Setiandi. (2011). Analisis Preferensi Konsumen dalam Pemilihan Travel Bandung –
Bandara Internasional Soekarno-Hatta Menggunakan Metoda Conjoint
Analysis. Tugas Akhir Sarjana Teknik Inffdustri yang tidak dipublikasikan.
Institut Teknologi Bandung
Supriadin, J. (2012). Telkom Bakal Beralih ke Bisnis TIME. Retrieved Maret 3,
2014, from Tempo.co Bisnis: http://www.tempo.co/
Vaus, D. A. (1995). Survey in Social Research. New South Wales: Allen & Unwin.
47
Zeithaml, V., & Bitner, M. (2000). Service Marketing: Integrating Customer Focus
Accross the Firm (2nd ed.). New York: McGraw-Hill.
48
TIME FRAME
Pada bagian ini akan dijelaskan rencana time frame pengerjaan penelititan tugas
akhir dalam bentuk Gantt Chart.
49
USULAN CALON PEMBIMBING TUGAS AKHIR
50
1. Dr. Hasrini Sari, S.T., M.T.
51