Вы находитесь на странице: 1из 6

1.

Bengkuang
Bengkuang (Pachyrhizus erorus) berasal dari daerah Amerika Tengah dan
Selatan terutama di daerah Mexico. Tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis ini
termasuk dalam suku polong - polongan atau Fabaceae. Tanaman ini masuk
Indonesia dari Manila melalui Ambon, dan sejak saat itulah bengkuang
dibudidayakan diseluruh negeri. Tumbuhan ini di Amerika dikenal sebagai Xicama
atau jicama. Sedangkan dalam Bahasa Inggris dikenal dengan sebutan yam bean.
Umbi tersebut dikenal dengan sebutan bengkoang di Indonesia dan di Jawa disebut
besusu (Primiani, 2013).

Menurut Van Steenis (2005) dalam Hilman (2012), klasifikasi tanaman bengkuang
adalah :
Kingdom : Plantae
Diviso : Spermatoph
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonee
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Pachyrhizus
Spesies : Pachyrhizus erous L. Urban

Bengkuang merupakan tanaman yang memiliki batang rambat sepanjang 3m


atau 4m, kadang lebih panjang, bulat, berambut, hijau (Azani,2003). Tanaman
bengkuang merupakan tanaman yang mengandung kalori rendah yaitu 25 kalori per
60 gram, bebas dari lemak dan merpakan sumber vitamin C (Elaine, 2004).
Buah bengkuang mengandung beberapa senyawa kimia yang memiliki
manfaat yang sangat baik yaitu vitamin C, flavonoid, dan saponin. Di Indonesia,
bengkuang telah banyak digunakan sebagai salah satu bahan kosmetik, terutama
sebagai skrining matahari dan bahan pemutih kulit (Lukitaningsih,2009). Kandungan
vitamin C yang cukup tinggi, memungkinkan bengkuang digunakan sebagai sumber
antioksidan yang potensial untuk menangkal atau menetralisir serangan radikal bebas
yang cenderung meningkat dalam tubuh akibat hiperglikemia (stres oksidatif)
sehingga dapat menghambat terjadinya peroksidasi lipid, mencegah penurunan kadar
asam askorbat dalam testis dan mencegah penurunan kualitas spermatozoa (Hafiz,
2006 dalam Fithroh dan Sukarjati, 2013).
Menurut Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1992) Komposisi
bengkuang dapat dilihat pada tabel :

Buah bengkuang walaupun umbinya dapat dimakan, namun bagian bengkuang


yang lain seperti biji sangat beracun karena mengandung rotenon yang sangat beracun
bagi manusia (Hilman, 2012). Umbi bengkuang tidak tahan terhadap suhu rendah,
sehingga mudah mengalami kerusakan. Umbi bengkuang dapat bertahan sekitar dua
bulan dengan penyimpanan pada kelembapa dan suhu yang sesuai (Astawan, 2009).
Umbi bengkuang mengandung isoflavon yang dapat berperan sebagai
antioksidan sehingga berguna untuk mencegah kerusakan oksidatif dan membantu
penyerapan kalsium lebih kuat ke dalam tulang, sehingga tidak terjadi pengkeroposan
tulang atau osteoporosis. Bengkuang merupakan salah satu makanan yang
mengandung fitoestrogen, sehingga baik untuk dikonsumsi bagi mereka yang sudah
memasuki masa menopause, yang berarti dapat mempertahan kualitas hidup di usia
tua (Lubis, 2012)

2. Jintan Hitam
Jintan hitam merupakan tanaman herbal berbunga tahunan (Achyad dan
Rasyidah 2000). Tanaman jintan hitam merupakan tanaman semak dengan ketinggian
lebih kurang 30 cm. Ekologi dan penyebaran tanaman ini tumbuh mulai dari daerah
Levant, kawasan Mediterania timur sampai ke arah timur Samudera Indonesia, dan
dikenal sebagai gulma semusim dengan keanekaragaman yang kecil. Budidaya
perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji (Hutapea 1994).

Klasifikasi jintan hitam menurut Hutapea (1994) adalah:


Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranunculales
Famili : Ranunculaceae
Genus : Nigella
Spesies : Nigella sativa L
Tanaman jintan hitam secara keseluruhan tampak seperti segitiga, bijinya berwarna
hitam, beraroma sangat menyengat dan rasanya pahit.Tanaman ini memiliki tinggi 35-
50 cm (sekitar setengah meter) yang bercabang dan melingkar pada bagian atasnya,
berambut, memiliki bunga-bunga dengan warna putih kebiruan, dan dipenuhi juga
dengan dedaunan (daun pada bagian bawah tanaman lebih kecil dari bagian atasnya).
Butir-butir jintan hitam dapat mereproduksi dengan sendirinya dan akan mengalami
metamorfosis (perubahan dan pematangan bentuk fisik) dari biji yang berwarna putih
menjadi biji yang berwarna hitam (Hendrik, 2005). Biji atau minyaknya mempunyai
aktivitas anti inflamasi, analgesik, anti piretik, anti mikroba, dan anti neoplastik.
Selain itu, minyak jintan hitam juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
respirasi. Pemberian ekstrak biji jintan hitam dapat menginduksi perubahan pada
hemogram termasuk peningkatan PCV (Packed Cell Volume) dan hemoglobin,
penurunan kadar kolesterol, trigliserid dan glukosa (Ali dan Blunden, 2003).

Komposisi zat-zat kimia alami yang terkandung dalam biji-biji jintan hitam
secara umum terdiri dari sekitar 40% minyak konstan (fatty oil content), 1,5% minyak
esensial (essential oil content), 15 asam amino (alanine, arginine, isoleucine, lysine,
tryptophane, thyrosine, threonin, asparagine, cystine, glycine, glutamic acid,
metionine, danprolin). Biji jintan hitam juga mengandung protein, ion kalsium, zat
besi, ion natrium dan kalium (Hendrik, 2005)

Kandungan tokoferol dan polifenol memiliki khasiat obat dan pembentuk rasa.
Selain itu terdapat kandungan vitamin dalam jintan hitam. Kandungan mineral pada
jintan hitam yaitu Fe, Na, Cu, Zn, P, dan vitamin. Kandungan asam lemak jintan
hitam yaitu asam linoleat, asam oleat, asam palmitat, asam stearate, asam linolenat,
dan asam miristat. Banyak manfaat jintan hitam terhadap kesehatan karena memiliki
kandungan yang memiliki efek antitumor, antidiabetes, daya gastroprotektif, efek
nefroprotektif, efek hepatoprotektif, antiinflamasi, immunomodulator, antioksidan,
diuretic, antibakteri, antifungal, dan antihelmintik. Kandungan minyak atsiri yang
menurut penelitian mempunyai daya anti inflamasi dan anti bakteri. Minyak atsiri
juga mempengaruhi antibodi yang berupa peningkatan jumlah antibodi dihasilkan
karena jintan hitam dapat melindungi sel –sel normal dari perusakan virus,
menghanculkan sel tumor, produksi interferon, memproduksi sel B, dan memicu
aktivitas dari sumsum tulang dan imun (Rostika, 2012).

3. Masker
Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan pada permukaan
kulit manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya
tarik dan mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat. Salah satu contoh
kosmetik adalah masker wajah (Sriwidodo, 1986). Pemakaian masker wajah
bermanfaat untuk melembutkan kulit, membuka pori-pori yang tersumbat, dan
membersihkan sisa kosmetik yang tidak bisa dihilangkan menggunakan pembersih
biasa (Dechacare, 2011). Selain itu, pemakaian masker wajah yang teratur juga dapat
membantu mencegah penuaan dini dan mengurangi munculnya keriput dan garis-garis
halus (Aloette, 2011). Masker wajah dapat dibuat dari bahan-bahan alami yang
diformulasikan ke dalam pembuatan masker alami wajah yang berguna untuk
mengurangi keriput pada wajah. Bahan-bahan alami tersebut harus mengandung
vitamin A, C, E, dan zinc sehingga nantinya diharapkan mampu mengurangi keriput
pada wajah.

Daftar Pustaka

Aloette. 2011. Face Mask : Meminimalkan pori-pori, mencegah


penuaan dini. http://www.aloette.com/Face_Mask_Benefits. Diakses tanggal 25
April 2018
Astawan, M. 2009. Antioksidan Tingkatan Pamor Bengkuang. Jakarta : PT. Agromedia
Pustaka
Azanani, S. 2003. Pemanfaatan Ekstrak Biji Bengkoang (Pachyrrhizus erosus) Sebagai
Larvasida terhadap Larva Nyamuk Aedes spp.Skkrirpsi. FakultasKedokteran.
UniversitasAndalas, Padang.
Dechacare. 2011. Masker Wajah Alamidan Fungsinya.
http://www.dechacare.com/MaskerWajah Alami-dari-Buah-I203.html. Diakses
tanggal 25 April 2018
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1992. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Bhartara Karya Aksara. Jakarta.

Hilman, Adrian. 2012. Karakteristik Polisakarida Larut Air (PLA) Umbi Bengkuang dari
Berbagai Metode Ekstraksi. Sumatera Utara. Universitas Sumatra Utar

Primiani, C.N. 2013. Dinamika Senyawa Daidzein Umbi Bengkuang (Pachyrhizus


Erosus) Dalam Darah Serta Potensinya Pada Tikus Putih Betina.
Pendidikan Biologi, IKIP PGRI Madiun

Rostika N. Pengaruh Pemberian Ekstrak Minyak Jintan Hitam (Nigella sativa) Terhadap
Gambaran Histologi Organ Lambung dan Usus Halus Mencit (Musmusculus).
Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan; 2012.

Sriwidodo. 1986. Cermin dunia kedokteran. Pusat Penelitian dan Pengembangan. Jakarta: PT.
Kalbe Farma

Вам также может понравиться