Вы находитесь на странице: 1из 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN GANGGUAN HARGA DIRI RENDAH


DI RSJ PROVINSI BALI

OLEH:
GUSTI AYU PUTU FILIA RATNA DEVI
NIM : 14.321.2114

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
2016
LAPORAN PENDAHULUAN

I. MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan
tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri Faktor yang mempegaruhi
harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis,
kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor
pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam. (Yoedhas, 2010).
Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko
mengalami evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda
Juall-Moyet, 2007)
Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif
mengenai diri atau kemampuan diri. (Lynda JuallCarpenito-Moyet, 2007)
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan
tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri, gagal menyesuaikan tingkah
laku dan cita – cita. (Fk.UNDIP , 2001 )
Kesimpulan harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang percayaan diri, harga diri serta menolak dirinya. Tidak dapat bertanggung jawab
atas kehidupan sendiri serta gagal dalam menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.

2. Tanda dan gejala harga diri rendah


a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Menciderai diri
(Stuart dan Sudden ; 1998, hal 230)
3. Rentang Respon
Respon Adaftif Respons Maladaptif

Pikiran Logis Distorsi Pikiran Gangguan pikiran/Delusi


Persepsi Akurat Ilusi Halusinasi
Emosi Konsisiten Reaksi emosi berlebihan Berespon Emosi
Perilaku Sesuai Perilaku aneh/tidak biasa Isolasi Sosial

4. Faktor-faktor
a. Faktor predisposisi
1. Penolakan orang tua
2. Harapan orang tua yang tidakrealistis
3. Kegagalan yang berulang kali
4. Kurang mempunyai tanggung jawab personal
5. Ketergantungan kepada orang lain
6. Ideal diri tidak realistis
b. Faktor presipitasi
1. Citra tubuh yang tidak sesuai
2. Keluhan fisik
3. Ketegangan peran yang dirasakan
4. Perasaan tidak mampu
5. Penolakan terhadap kemampuan personal
6. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri

5. Penatalaksanaan
1. Psikofarmaka
a. Chlorpromazine ( CPZ ): 3 x100 mg
1) Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma social dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental :waham, halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin.
2) Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak khususnya sistem
ekstra piramidal.
3) Kontraindikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang disebabkan
CNS Depresi.
4) Efek samping
a) Sedasi
b) Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut
kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung).
c) Gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindrom Parkinson
tremor, bradikinesia rigiditas).
d) Gangguan endokrin (amenorhoe, ginekomasti).
e) Metabolik (Jaundice)
f) Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang
b. Halloperidol ( HP ): 3 x 5 mg
a) Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia,
pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
b) Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai anti
psikosis kuat dan efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif,
skizofrenia dan sindrom paranoid.Di samping itu haloperidol juga
mempunyai daya anti emetic yaitu dengan menghambat sistem dopamine
dan hipotalamus. Pada pemberian oral haloperidol diserap kurang lebih 60–
70%, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan
menetap 2-4 jam. Halloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi
berlangsung lambat, sebagian besar diekskresikan bersama urine dan
sebagian kecil melalui empedu.
c) Kontraindikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang hipersensitif
terhadap halloperidol, dan keadaan koma.
d) Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi reaksi
ekstapiramidal seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang terjadi
gangguan percernaan dan perubahan hematologikringan, akatsia, dystosia,
takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensiortostatik, gangguan fungsi
hati, reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem, retensio urine,
hiperpireksia, gangguan akomodasi.
c. Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
a) Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstrapiramidal
berkaitan dengan obat-obatan antipsikotik.
b) Cara kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan keduan
eurotransmiter mayor secara alamiah yang terdapat di susunan saraf pusat
asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan
kelebihan asetilkolamin dalam korpus striatum. Reseptorasetilkolin disekat
pada sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebih.
c) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau anti kolonergik lain, glaukoma,
ulkus peptik stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi leher kandung kemih,
anak di bawah 3 tahun, kolitisul seratif.
d) Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan kabur,
disorientasi, konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium, kelemahan,
amnesia, sakit kepala. Pada kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik,
hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti ruam kulit, urtikaria,
dermatitis lain. Pada gastrointestinal seperti mulut kering, mual, muntah,
distress epigastrik, konstipasi, dilatasikolon, ileus paralitik, parotitis
supuratif. Pada perkemihan seperti retensi urine, hestitansi urine, disuria,
kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi. Pada psikologis seperti
depresi, delusu, halusinasi, dan paranoid.
2. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan
bersama. (Maramis,2005)
3. Therapy KejangListrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik. (Maramis, 2005)
4. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia
yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku
menggunakan latihan keterampilan social untuk meningkatkan kemampuan
social. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok
stimulasi kognitif / persepsi, therapy aktivitas kelompok stimulasi sensori,
therapy aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok
sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005). Dari empat jenis therapy aktivitas
kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan
konsep diri harga diri rendah adalah therapy aktivitas kelompok stimulasi
persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy
yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah.(Keliat dan
Akemat,2005).
III. POHON MASALAH
Isolasi Sosial = Menarik diri

Gangguan konsep diri = Harga diri Masalah Utama


rendah

Koping individu tidak efektif

IV. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


Data Subjektif
a) Klien mengatakan ingin diakui jati dirinya.
b) Klien mengatakan tidak ada lagi yang peduli dengannya.
c) Klien mengatakan tidak bisa apa-apa.
d) Klien mengatakan dirinya tidak berguna.
e) Klien mengkritik dirinya sendiri.
f) Klien mengatakan enggan berbicara duluan dengan orang lain.
Data Objektif
a) Merusak diri sendiri
b) Menarik diri dari hubungan sosial
c) Tampak mudah tersinggung
d) Suara pelan dan tidak jelas.
e) Kurang energy
f) Kurang spontan
g) Apatis (Acuh terhadap lingkungan)

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak
efektif.
VI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan konsep Pasien mampu: Setelah ...x interaksi, klien Sp 1
diri: harga diri rendah - Mengidentifikasi kemampuan mampu: 1. Identifikasi kemampuan positif yang
dan aspek positif yang - Mengidentifikasi dimiliki
dimiliki kemampuan aspek positif - Diskusikan bahwa pasien masih
- Menilai kemampuan yang yang dimiliki memiliki sejumlah kemampuan dan
dapat digunakan - Memiliki kemampuan yang aspek positif seperti kegiatan pasien di
- Menetapkan atau memilih dapat digunakan rumah, adanya keluarga dan
kegiatan yang sesuai dengan - Memilih kegiatan sesuai lingkungan terdekat pasien
kemampuan kemampuan - Beri pujian yang realistis dan
- Melatih kegiatan yang sudah - Melakukan kegiatan yang hindarkan setiap kalibertemu dengan
dipilih, sesuai kemampuan sudah dipilih pasien penilaian negatif
- Merencanakan kegiatan yang - Merencanakan kegiatan 2. Nilai kemampuan yang dapat dilakukan
sudah dilatihnya yang sudah dilatih saat ini
- Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih digunakan
saat ini
- Bantu pasien menyebutkan dan
memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan
pasien
- Perlihatkan respon yang kondusif
dan menjadi pendengar yang aktif.
3. Pilih kemampuan yang akan dilatih
4. Diskusikan dengan pasien beberapa
aktivitas yang dapat dilakukn dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari
5. Bantu pasien menetapkan aktivitas mana
yang dapat pasien lakukan secara
mandiri.
- Aktivitas yang memerlukan bantuan
minimal dari keluarga
- Aktivitas apa saja yang memerlukan
bantuan penuh dari keluarga atau
lingkungan terdekat pasien.
- Beri contoh cara pelaksanaan aktivitas
yang dapat dilakukan pasien.
- Susun bersama pasien aktivitas atau
kegiatan sehari-hari pasien.
6. Nilai kemampuan pertama yang telah
dipilih
- Diskusikan dengan pasien untuk
menerapkan urutan kegiatan (yang
sudah dipilih pasien) yang akan
dilatih
- Bersama pasien dan keluarga
memperagakan beberapa kegiatan
yang akan dilakukan pasien
- Berikan dukungan atau pujian yang
nyata sesuai kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
7. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
- Beri kesempatan pada pasien untuk
mencoba kegiatan
- Beri pujian atas aktivitas / kegiatan
yang dapat dilakukan pasien setiap
hari
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi dan perubhan sikap
- Susun daftar aktivitas yang sudah
dilaihkan bersama pasien dan
keluarga
- Berikan kesempatan
mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan
- Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap aktifitas yang
dilakukan pasien
Sp 2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Pilih kemampuan kedua yang dapat
dilakukan
3. Latih kemampuan yang dipilih
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien

Sp 3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu(SP 1 dan SP
2)
2. Memilih kemampuan ketiga yang dapat
dilakukan
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien.

Keluarga mampu merawat pasien Setelah....x Sp 1


dengan harga diri rendah di rumah pertemuan,keluarga mampu : 1. Identifikasi masalah yang dirasakan
dan menjadi sistem pendukung - Mengidentifikasi dalam merawat pasien
yang efektif bagi pasien. kemampuan yang dimiliki 2. Jelaskan proses terjadinya harga diri
pasien rendah jelaskan tentang cara merawat
- Menyediakan fasilitas pasien
unukpasien melakukan 3. Main peran dalam merawat pasien
kegiatan harga diri rendah
- Mendorong pasien 4. Susun rencana tindak lanjut
melakukan kegiatan keluarga/jadwal keluarga untuk
- Memuju pasien saat pasien merawat pasien
dapat melakukan kegiatan
- Membantu melatih pasien Sp 2
- Membantu menyusun 1. evaluasi kemampuan SP 1
jadwal kegiatan pasien 2. latih keluarga langsung ke pasien
membantu perkembangan 3. meyusun rencana tindak lanjut
pasien keluarga/jadwalkeluarga untuk merawat
pasien
Sp 3
1. Evaluasi kemampuan keluarga
2. Evaluasi kemampuan pasien
3. Rencana tindak lanjut keluarga :
- Follow up
- Rujukan
VII. Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan strategi pelaksanaan yang telah
ditetapkan sesuai dengan masalah keperawatan dan rencana yang telah dibuat.
Pelaksanaan dimulai dengan SP 1 dan dilanjutkan dengan SP berikutnya setelah SP 1
tercapai. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah tindakan masih dibutuhkan klien sesuai dengan
kondisinya saat ini.
VIII. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien (Keliat,dkk 1998)E
Evaluasi dibagi 2:
1. Evaluasi proses (formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
2. Evaluasi hasil (sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan
khusus dan umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan harga diri rendah yaitu:
1. Dapat menunjukkan peningkatan harga diri
DAFTAR PUSAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2003). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Keliat, Budi Anna. (2001). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakartaa
Stuart dan Sundeen. (2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. EGC: Jakarta.
Towsend. (2005). Buku Saku diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta:
EGC

Вам также может понравиться