Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
svVSasvasvSAVAsvvASVASVASVAS
jgfioasghfioagsgifaiaipsfhaisphfiapshf
Ioahfdioh fioasfiohaosifhaSIHFASIOFHOIASHFOIASHFOIAHSOIFHASOIF
FBAfogAIOSFGAiogfiAOGFOAIGFOIagfioaGFIOASGIOFSAGIOFASGOFSAIG
Fhasifhaoisgfaipfhpaigfpasihfpasohfapoahophaspiofhpofahpoasfhfasop
FakhAFSPIHASOPIAFHPASFHPASHPASHFPIASHPFIAHSIPASHFIP
FI ASPIFHAsifphaspfihapifshpisahfpAH
B
SGRGSDSDBSDBSDBSDBSDBDSDSDSBSDBSDBSDBSDB
DSBSDBSDBDSBSBSDBSSDBDBDSSDBSDBSDBSDBSDB
SBDSDBSDBSDBSDBSDBSDBDSBDSBSDBSDBDSBDSS
DSBSDBSDBSDBSDBSDBSDBSDBDDBSDSBDSBSDBgasgaSGASGaG fHVhachAVDIvdiUVDIdviY
GOBoufvOUAFVoUFvouFBoibfaobfAIOBFaiobfaoFBOiabfoIABFOIAfbfI
FOBauofvoaFVOIahfoiABFOahfioBAOFIHaoifhIOFHAOIhaoih
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Definisi
Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang dimaksud dalam rekam medis
adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen yang berisi identitas pasien ,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
Rekam medis adalah berkas berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pesien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada
pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Rekam medis mempunyai pengertian , yang sangat luas tidak hanya sekedar
pencatatan, tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem
penyelenggaraan rekam medis, yang merupakan proses kegiatan mulai dari
penerimaan pasien , pencatatan data medik pasien , pelayanan medik oleh
petugas kesehatan di rumah sakit, di teruskan dengan penanganan berkas dari
pengarsipan untuk melayani permintaan / pinjaman pasien atau keperluan
lainya.(Depkes.97=6)
f. Documentary value
Ini dimaksud sebagai semua bahan penglihatan yang dikumpulkan, ditata
dan disiapkan untuk dipakai baik bentuknya tertulis, foto, hasil ECG, EEG
dan lain-lain.
Berdasarkan pendekatan aspek kedokteran dan aspek hukum rekam medis adalah :
Contoh:
di belakang namanya
sendiri. Contoh:
-Anna Matovani Endang Budiono
Contoh:
3. Nama baptis atau haji, pendeta ditulis di depan nama sendiri, tetapi
dalam Penyimpanan KIUP tidak diperhatikan.
Contoh:
Contoh
-Mayor Suyono ditulis: Suyono,(mayor)
a) Petugas menjadi lebih sibuk karena harus menangani unit rawat jalan dan
unit rawat inap.
b) Filing (tempat penyimpanan) berkas rekam medis harus jaga 24 jam, karena
sewaktu-waktu diperlukan untuk pelayanan di UGD yang buka 24 jam.
2. Penjajaran Berkas Rekam Medis
Berkas rekam medis yang disimpan ke dalam rak penyimpanan tidak
ditumpuk melainkan disusun berdiri sejajar satu dengan yang lain.
Penjajaran berkas rekam medis mengikuti urutan nomor rekam medis
dengan 2 cara yaitu:
A. Sistem Nomor Langsung (Straight Numerical Filing = SNF)
B. Sistem Angka Akhir (Terminal Digit Filing = TDF)
C. Sistem Angka Tengah ( Middle digit Filing = MDF)
Sistem penjajaran yang diterapakan pada Bagian Rekam Medis Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Cepu adalah sistem penjajaran Sistem Angka Akhir
(Terminal Digit Filing = TDF). Sistem penjajaran dengan sistem angka akhir
atau TDF yaitu sistem penyimpanan berkas rekam medis dengan
mensejajarkan folder berkas rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam
medis pada 2 angka kelompok akhir. Untuk menjalankan sistem ini, terlebih
dahulu disiapkan rak penyimpanan dengan membaginya menjadi 100 seksi
(section) sesuai dengan 2 angka kelompok akhir tersebut, mulai dari seksi
00; 01; 02 dan seterusnya sampai seksi 99. Kemudian cara menyimpannya
pada setiap seksi diisi folder berkas rekam medis dengan nomor rekam
medis dengan 2 angka kelompok akhir yang sama sebagai digit pertama
(primary digit) sebagai patokan. Selanjutnya secara berturut-turut
(dibelakangnya)
dengan berpatokan pada 2 angka kelompok tengah sebagai digit kedua
(secondary digit) dan patokan berikutnya pada 2 angka kelompok akhir
sebagai digit ketiga (tertiary digit). Contoh nmor-nomor dengan 6 angka,
yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok masing-masing terdiri dari 2
angka. Angka pertama adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kanan,
angka kedua adalah kelompok 2 angka yang terletak di tengah dan angka ke
tiga
adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kiri.
04 17 86
Angka ke Tiga Angka ke Dua Angka Pertama
(tertiary digits) (secondary digits) (primary digits)
Pada waktu menyimpan, petugas harus melihat angka-angka pertama dan
membawa rekam medis tersebut ke daerah rak penyimpanan untuk
kelompok angka-angka pertama yang bersangkutan. Pada kelompok angka
pertama ini berkas rekam medis disesuaikan urutan letaknya menurut angka
ke dua, kemudingan rekam medis disimpan di dalam urutan sesuai dengan
kelompok angka ketiga, sehingga dalam setiap kelompok penyimpanan
nomor-nomor pada kelompok angka ketigalah (tertiary digits) yang selalu
berlainan.
Kelebihan Sistem TDF:
a) Penambahan jumlah dokumen rekam medis selalu tersebar secara
merata ke 100 kelompok (section) di dalam rak penyimpanan.
b) Petugas-petugas penyimpanan tidak akan terpaksa berdesak-desakan di
satu tempat dimana rekam medis harus disimpan di rak.
c) Petugas-petugas dapat diserahi tanggung jawab untuk sejumlah section
tertentu misalnya ada 4 petugas masing-masing diserahi: section 00-24,
section 25-49, section 50-74, dan section 75-99.
d) Pekerjaan akan terbagi rata mengingat setiap petugas rata-rata
mengerjakan jumlah rekam medis yang hampir sama setiap harinya
untuk setiap section sehingga mudah mengingat letak berkas rekam
medis.
e) Rekam medis yang tidak aktif dapat diambil dari rak penyimpanan dari
setiap section, pada saat ditambahnya rekam medis baru di section
tersebut.
f) Jumlah rekam medis untuk setiap section terkontrol dan bisa dihindarkan
timbulya rak-rak kosong.
g) Dengan terkontrolnya jumlah rekam medis, membantu memudahkan
perencanaan peralatan penyimpanan (jumlah rak).
h) Kekeliruan menyimpan (misfile) dapat dicegah, karena petugas
penyimpanan hanya memperhatikan 2 angka saja dalam memasukkan
rekam medis ke dalam rak sehingga jarang terjadi kekeliruan membaca
angka.
Kekurangan Sistem TDF:
a) Latihan dan bimbingan bagi petugas penyimpanan dalam hal sistem
angka akhir, mungkin lebih lama dibandingkan latihan menggunakan
sistem nomor langsung, tetapi umumnya petugas dapat dilatih dalam
waktu yang tidak terlalu lama.
b) Membutuhkan biaya awal lebih besar karena harus menyiapkan rak
penyimpanan terlebih dahulu.
3. Kode Warna
Penyimpanan berkas rekam medis seringkali terjadi kesalahan letak. Hal ini
terjadi karena banyaknya berkas rekam medis yang harus diambil dan
disimpan setiap hari. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pada sistem
penjajaran TDF atau MDF, dapat diberi kode warna sesuai dengan 2 angka
kelompok yang digunakan patokan penyimpanan (TDF 2 angka kelompok
akhir). Kode warna yang dimaksud adalah setiap angka diberi tanda warna
tertentu yaitu:
4. Sistem Retensi dan Pemusnahan Berkas Rekam Medis.
Landasan hukum yang digunakan dalam penyelenggaraan sistem
pengabadian dan pemusnahan yaitu Permenkes 749a tahun 1989 tentang
Rekam Medis dan Surat Edaran Diroktorat Jendral Pelayanan Medik No.
H.K.00.06.1.5.01160
tahun 1995 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Formulir dasar Rekam Medis
dan Pemusnahan Rekam Medis di Rumah Sakit. Tujuan utamanya yaitu
mengurangi beban penyimpanan berkas rekam medis dan mengabadikan
formulir-formulir rekam medis yang memiliki nilai guna. Untuk itu, maka
dilakukan kegiatan Penyisiran, Retensi, Penilaian nilai guna rekam medis
dan Pengabadian serta pemusnahan formulir-formulir rekam medis.
A. Penyisiran Berkas Rekam Medis.
Penyisiran berkas rekam medis yaitu suatu kegiatan pengawasan rutin
terhap kemungkinan kesalahan letak berkas rekam medis dan
mengembalikannya pada letaknya sesuai dengan sistem penjajaran yang
digunakan. Ketika kegiatan ini dilakukan, bersamaan itu pula dilakukan
pencatatan berkas rekam medis yang sudah saatnya diretensi.
B. Retensi Berkas Rekam Medis.
Retensi atau penyusutan berkas rekam medis yaitu suatu kegiatan
memisahkan antara berkas rekam medis yang masih aktif dengan berkas
rekam medis yang dinyatakan non aktif atau in-aktif. Tujuannya adalah
mengurangi beban penyimpanan berkas rekam medis dan menyiapkan
kegiatan penilaian nilai guna rekam medis untuk kemudian diabadikan atau
dimusnahkan. Kegiatan retensi dilakukan oleh petugas penyimpanan (filing)
secara periodik misalnya setiap bulan, tribulan atau tahunan tergantung
banyaknya berkas rekam medis yang disimpan. Berkas rekam medis yang
telah diretensi harus disimpan pada ruang terpisah dari berkas rekam medis
aktif dengan cara mengurutkan sesuai dengan sistem penjajaran Angka
Akhir (Terminal Digit Filing = TDF). Bagian Rekam Medis RS PKU
Muhammadiyah Cepu dalam melaksanakan retensi pasien rawat jalan dan
rawat inap setelah 5 tahun tak datang berobat karena meninggal atau sebab
lain sudah harus diretensi untuk disimpan pada ruang filing in-aktif.
Penyimpanan pada ruang inaktif tersebut selama 2 tahun baru kemudian
dilakukan pengabadian atau pemusnahan.
C. Penilaian Nilai Guna Rekam Medis.
Penilaian nilai guna rekam medis yaitu suatu kegiatan penilaian terhadap
formulir-formulir rekam medis yang masih perlu diabadikan atau sudah
boleh dimusnahkan.
Penilaian nilai guna ini dilakukan oleh Tim Pemusnah berkas rekam medis
yang ditetapkan oleh direktur rumah sakit atau pimpinan sarana pelayanan
kesehatan. Tim Pemusnah berkas rekam medis mempunyai tugas membantu
direktur rumah sakit dalam penyeleggaraan pemusnahan rekam medis
dengan memperhatikan nilai guna sesuai peraturan yang berlaku. Tim
tersebut terdiri dari : Komite Rekam Medis atau Komite Medis sebagai
ketua, petugas rekam
medis senior sebagai sekretaris, dengan beranggotakan dari unsur tata
usaha, perawat senior dan tenaga lain yang terkait.
Tata cara penilain formulir rekam medis : berkas rekam medis yang dinilai
adalah berkas rekam medis yang telah 2 tahun inaktif. Indikator yang
digunakan untuk menilai berkas rekam medis inaktif yaitu
a) Seringnya rekam medis digunakan untuk pendidikan dan penelitian.
b) Mempunyai nilai guna primer yaitu: Administrasi, Hukum, Keuangan dan
Iptek.
c) Mempunyai nilai guna primer yaitu pembuktian dan sejarah.
BAB V
PEMINJAMAN, PENEGANAN DAN PEMELIHARAAN REKAM
MEDIS
1. Peminjaman berkas rekam medis
Peminjaman berkas rekam medis adalah keluarnya berkas rekam medis dari
tempat penyimpanan, karena diperlukan oleh pihak lain. Karena arsip tersebut
dipinjam, sehingga tidak berada pada tempatnya, maka perlu adanya
pencatatan supaya petugas rekam medis dapat mengetahui dimana berkas
rekam medis berada, siapa yang menggunakan, kapan dipinjam dan bilamana
harus dikembalikan. Berkas rekam medis bersifat tertutup, oleh sebab itu perlu
diatur prosedur peminjamannya, baik untuk keperluan intern maupun ekstern
organisasi. Hal-hal yang perlu diatur dalam tata cara peminjaman arsip antara
lain: Siapa yang berwenang memberi ijin peminjaman, Siapa yang
diperbolehkan meminjam, Penetapan jangka waktu peminjaman, Tata cara
peminjaman, semua peminjam harus dicatat pada lembar peminjaman berkas
rekam medis. Dengan adanya pengaturan tersebut, maka peminjaman berkas
rekam medis dapat dilakukan dengan tertib dan lancar. Pencatatan tentang
peminjaman hendaknya dilakukan dengan menggunakan formulir khusus yang
disebut bon pinjam/out slip. Lembar peminjaman berkas rekam medis diisi
rangkap 2 dengan fungsi masing-masing sebagai berikut: Lembar Peminjaman
Berkas rekam medis I (putih) disimpan oleh petugas penyimpanan berdasarkan
tanggal pengembalian berkas rekam medis, berfungsi sebagai bukti
peminjaman. Lembar Peminjaman Berkas rekam medis II (hijau) disertakan
pada peminjam.
2. Pengambilan berkas rekam medis dari rak penyimpanan
Pelaksaan pengambilan berkas rekam medis dari rak penyimpanan dilakukan
oleh petugas filing berdasarkan nomer rekam medis yang ditulis pada tracer
(out guide)
3. Pemasangan lembar penurut / Tracer (out guide)
Lembaran kertas tebal atau karton plastik yg dipergunakan sebagai penunjuk
dan pengganti/mewakili rekam medis yg diambil/dipinjam dari rak
penyimpanan.
Dibuat dari karton /plastik tebal awet tidak mudah kusut atau robek dengan
lain (menyolok)
Bentuk-bentuk out guides :
a. Plastik tebal dg kantung plastik untuk meletakkan slip permintaan RM dan
lembar lepas.
b. Kertas tebal untuk mencatat No. RM, Nama Pasien, dan peminjam serta
tanggal pinjam.
Fungsi Out Guides adalah
a) Pengganti Berkas RM yang dikeluarkan dari tempat penyimpanan.
b) Tetap berada di tempat penyimpanan selama berkas digunakan/keluar dari
tempat penyimpanan.
c) Dilengkapai dengan kantong untuk requisitions slip
d) Outgides berwarna sangat membantu untuk penelusuran file.
e) Lembaran kertas tebal atau karton yg dipergunakan sebagai penunjjuk
sekaligus sekat/pemisah dalam penyimpanan RM
f) Dibuat dari karton /plastik tebal
g) Jens-jenis guide :
a. Guide pertama (main guide)
b. Guide ke-dua (sub-guide
c. Guide ke-tiga sub-sub guide
d. Di belaklang subguide atalah tab folder.
4. Pengiriman berkas rekam medis
Pengiriman berkas rekam medis adalah mengantar kembali berkas rekam medis
dari tempat penerimaan pasien ke klinik-klinik atau ruangan-ruangan
5. Pengembalian berkas rekam medis
Pengembalian berkas rekam medis ialah mengembalikan setiap berkas rekam
medis yang telah selesai dipakai untuk berobat dan menyimpan kembali berkas
rekam medis ke filling.
6. Peraturan dan tatatertib pengamanan berkas rekam medis
Peraturan dan tatatertib pengamanan berkas rekam medis yaitu :
1. Selain petugas rekam medis dilarang mengambil berkas rekam medis
2. Pengambilan berkas rekam medis harus mengisi buku ekspedisi pengambilan
berkas rekam medis
3. Mengisi trecer sebagai pengganti berkas rekam medis
7. Pemeliharaan berkas rekam medis
Pemeliharaan berkas rekam medis
meliputi :
1. Setiap tiga bulan sekali dilakukan penyisiran
2. Setiap lima tahun sekali dilakukan retensi dari aktif ke non aktif
3. Dilakukan peremajaan map dimana map yang sudah rusak dan berkas rekam
medis masih berjalan aktif
8. Kerahasiaan informasi dalam berkas rekam medis
Rekam Medis merupakan rekaman permanen dan legal yang harus mengandung
isian yang cukup tentang :
- Identitas pasien
- Kepastian diagnosis dan terapi
- Merekam semua hasil pemeriksaan dan tindakan
PENDAFTARAN
PERNAH
SUDAH BELUM
BEROBAT?
KIB
Memba
KIUP
Tidak wa KIB Ya
BRM dan No
RM Baru
KIUP
Tracer
Filling
BRM
BRM
Klinik
2. Prosedur penerimaan pasien rawat jalan :
a.Pasien baru
- Menyiapkan form rekam medis rawat jalan
- Mendaftar pasien dengan menyalin identitas pasien dari KTP,SIM,
atau identitas lainnya
- Memberikan kartu berobat kepada pasien
- Memasukan data pasien ke computer sesuai klinik yang dikehendaki
- Mencetak karcis dan membuat form rawat jalan kemudian diserahkan
ke klinik yang dikehendaki
- Mempersilahkan keluarga pasien atau keluarga untuk menunggu
diklinik yang dikehendaki
b.Pasien lama tanpa perjanjian
- Mendaftar pasien ( langsung maupun lewat telepon ) dengan
menanyakan kartu berobat yang dulu
- Memasukan data pasien ke computer sesuai klinik yang dikehendaki
- Mengambil berkas rekam medis kemudian diserahkan
keklinik dikehendaki.
- Mempersilahkan keluarga pasien atau keluarga untuk menunggu
diklinik yang dikehendaki.
c.Pasien lama dengan perjanjian
- Mendaftar pasien ( langsung maupun lewat telpon ) dengan
menanyakan kartu berobat yang dulu
- Menegosiasi klinik yang akan dikehendaki
- Memberikan jadwal dan jam praktek klinik yang dikendaki
serta memberikan info nomor urut pasien
3. Prosedur peneriman pasien di IGD
- Keluarga pasien atau pasien mendaftar ke pendaftaran
- Menyalin data pasien dari pendaftaran ke dalam form IGD
- Memeriksa pasien
- Mengeksekusi pasien (rawat jalan atau rawat inap)
4. Ketentuan dan prosedur penerimaan pasien rawat inap
- Menerima pasin rawat inap dengan bukti SPD (Surat Pengantar
Dirawat) dari dokter,bidan,tenaga kesehatan,dll
- Mendaftar pasien (baik lama maupun baru) kedalam computer
- Menawarkan ruang mondok sesuai dengan kelas yang dikehendaki
5. Ketentuan dan prosedur pasien rawat inap pulang
- Pasien dinyatakan sembuh oleh dokter yang merawat
- Pasien diizinkan pulang oleh dokter yang merawat
- Pasien pulang
6. Ketentuan dan prosedur pasien keluar rumah sakit
- Pasien atau keluarga pasien menyelesaikan administrasi rawat inap
- Bila pasien tidak biasa menyelesaikan administrasi dengan catatan
meninggalkan jaminan sebagai anggunan
7. Ketentuan dan prosedur konsul pasien
- Konsul pasien dilakukan antar dokter spesialis.
- Setelah konsul,adanya pelimpahan tanggung jawab terhadap pasien.
Kegunaan :
5. Laporan kecelakaan
B.Thiopental/Pentotal/Thiopentone
Diantara beberapa barbiturat dengan masa kerja sangat
singkat, thiopentone merupakan obat yang paling banyak digunakan
untuk induksi anestesi dan banyak digunakan dalam bentuk
kombinasi dengan anestetik inhalasi lainnya . Dengan penggunaan
dalam klinis yang telah lebih dari 50 tahun, dapat dikatakan
thiopentone merupakan obat standar dari golongan barbiturat kerja
sangat singkat .
Thiopentone dikemas dalam bentuk tepung warna kuning dan
berbau belerang. Sebelum digunakan dianjurkan dilarutkan dengan
akuades steril dalam larutan 2,5% (1 ml = 25 mg) atau 5% (1 ml = 50
mg) dan disuntikan perlahan-lahan. Dalam waktu 30 – 40 detik,
penderita akan tertidur setelah disuntik secara intravena dan
kesadaran akan pulih setelah 20 – 30 menit. Larutan ini sangat
alkalis dengan pH 10 – 11, sehingga jika sampai keluar vena akan
menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Suntikan intraarterial akan
menimbulkan vasokonstriksi dan nekrosis jaringan.
Bergantung pada besar dosis dan kecepatan suntikan, obat
ini akan menyebabkan sedasi, hipnosis, anestesia dan depresi nafas.
Selain itu, obat ini bersifat antikonvulsan dan diduga dapat
melindungi otak akibat kekurangan oksigen, karena obat ini
menurunkan aliran darah otak, menurunkan tekanan likuour dan
tekanan intra kranial. Dosis rendah bersifat anti-analgesi.
Meskipun dosis thiopentone yang dianjurkan untuk induksi
anestesi adalah antara 3 – 5 mg/kgBB, tapi ini bervariasi antara
pasien yang satu dengan yang lain. Hal ini paling banyak disebabkan
oleh
efek tambahan dari obat premedikasi atau obat lain, selain juga
disebabkan oleh penyakit yang ada sebelumnya (seperti hipovolemi
atau penyakit jantung) atau usia tua.
Beberapa ahli anestesi secara rutin memberikan lebih dahulu dosis
kecil thiopentone (25 – 50 mg, disebut sebagai test dose), untuk
meyakinkan bahwa obat tersebut tidak masuk ke dalam jaringan
subkutan dan untuk mengetahui respon dari pasien sebelum
memberikan dosis yang sebenarnya.
Metabolisme thiopentone terutama terjadi di hepar, dan
hanya sebagian kecil (kurang dari 1%) thiopentone akan dikeluarkan
lewat urin tanpa mengalami perubahan. Metabolisme thiopentone
terjadi sangat lambat dan akan didistribusikan ke hati. Rata-rata
metabolisme thiopentone adalah 10% - 16% perjam pada manusia
setelah pemberian dosis tunggal.
Pulih sadar yang cepat setelah pemberian disebabkan oleh karena
pemecahan thiopentone dalam hepar yang cepat. Thiopentone
dalam jumlah kecil masih dapat ditemukan dalam darah 24 jam
setelah pemberian.
C. Propofol
Propofol berupa larutan berwarna putih susu yang tidak larut
dalam air, termasuk golongan alkilfenol dengan nama kimia
diisoprofil fenol. Propofol merupakan suatu emulsi lemak yang
terdiri dari 1% air; 10% minyak kedelai; 1,3%fosfatida telur dan 2,5%
gliserol. Formula ini menyebabkan rasa nyeri pada tempat
penyuntikan yang diakibatkan karena iritasi lokal, sehingga untuk
mengurangi rasa nyeri dapat diberikan lidokain sebelumnya.
Propofol bersifat isotonis dengan pH netral, harus disimpan pada
suhu kurang dari 25OC, dan jika tidak diberikan dalam 6 jam setelah
dibuka sebaiknya dibuang untuk menghindari kontaminasi dengan
bakteri.
Dosis bolus untuk induksi adalah 1,5 – 3 mg/kgBB dan untuk
rumatan adalah 4 – 12 mg/kgBB/jam. Dosis bolus untuk sedasi
adalah 0,2 mg/kgBB dan untuk kontinyu 1 mg/kgBB. Pada usia 55
tahun lebih dosis diturunkan dan untuk wanita hamil dan anak
kurang dari 3 tahun tidak dianjurkan.
Propofol mempunyai sifat lipofilik yang tinggi, sehingga
dengan cepat didistribusikan dari darah ke jaringan. Kadar dalam
plasma akan cepat sekali menurun dengan waktu paruh rata-rata 2,5
menit. Metabolisme propofol yang utama adalah di hati, selain di
paru-
paru dan ginjal. Ekskresi melalui urin (88%) dan melalui tinja (3%).
Kurang dari 0,3% diekskresi dalam bentuk asal. Sisanya berupa
metabolit dalam bentuk konjugasi / gabungan yang terdiri dari 1
dan 4 glukoronida propofol.
Propofol menurunkan aliran darah otak dan tekanan
intrakranial. Pada dosis induksi sering menyebabkan penurunan
volume tidal bahkan apneu, jarang terjadi spasme laring. Laju
jantung sedikit berubah, tekanan darah turun karena penurunan
tahanan pada pembuluh darah sistemik. Pada pemakaian propofol
tidak mempengaruhi fungsi saluran cerna, fungsi hati dan fungsi
ginjal. Jarang menimbulkan reaksi hipersensitivitas karena
imunoglobulin dan histamin dalam plasma tidak dipengaruhi.
D.Keminta
Merupakan derivat dari phenicyclidine, larut dalam air,
jernih, tidak berwarna, pH 3,5 – 5,5. Termasuk dalam golongan non –
barbiturat yang menimbulkan anestesia dengan cepat dan efek
analgesik yang dalam. Selain itu juga menghasilkan keadaan yang
disebut sebagai dissosiative anestesia.
Induksi anestesi diberikan dengan dosis 1 – 2 mg/kgBB
intravena, dengan dosis pemeliharaan adalah 0,5 mg/kgBB. Efek
analgesik dan kehilangan kesadaran setelah 30 detik pemberian
intra vena dan setelah 5 – 8 menit pemberian intramuskuler.
Ketamin hampir seluruhnya dimetabolisme dalam tubuh,
sangat sedikit yang diekskresikan (lewat urin) tanpa mengalami
perubahan. Metabolisme utama terjadi di hepar. Ketamin
mempunyai kelarutan yang tinggi dalam lemak, dan kecepatan
metabolisme tergantung pada aliran darah ginjal. Norketamin
merupakan metabolit dari ketamin yang masih bersifat aktif.
Ketamin menyebabkan peningkatan tekanan darah
tergantung dari dosis yang diberikan. Selain itu juga meningkatkan
isi semenit jantung (cardiac output), laju jantung, curah jantung,
tekanan darah arteri paru, kebutuhan oksigen jantung karena
rangsangan langsung SSP sehingga tonus simpatis meningkat dan
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah tepi. Ketamin tidak
menyebabkan pelepasan histamin. Induksi anestesi dengan ketamin
juga dapat meningkatkan tekanan cairan serebrospinal dan tekanan
intraokuler.
Depresi pernafasan minimal, dan akan meningkat bila dosis
yang diberikan cukup besar. Tonus otot akan meningkat selama
induksi anestesi, pada wanita hamil akan meningkatkan tonus uterus.
Refleks laring dan faring biasanya tetap terjaga.
Pemulihan terjadi secara lambat dan bertahap, seringkali
disertai dengan mimpi buruk yang tidak menyenangkan, diikuti
adanya suara dan gerakan yang tak terkoordinir. Penyulit tersebut
dapat dicegah dengan memberikan benzodiazepin sebagai
premedikasi atau saat penderita mulai bangun.
E. Midazolam
Midazolam merupakan benzodiazepin agonis yang mempunyai
sifat ansiolitik, sedatif, antikonvulsif dan amnesia anterograde. Obat
ini banyak digunakan perioperatif, pH 3,5 dengan potensi 1,5 – 2 kali
diazepam, larut dalam air dan dapat dicampur dengan larutan infus
dan stabil secara fisik maupun kimiawi untuk 24 jam pada suhu
kamar.
G.Fentanil
Merupakan opioid agonis poten, turunan dari fenilpiperidin.
Sebagai analgesik, fentanil 75 sampai 125 kali lebih poten dibanding
morfin atau 750 sampai 1250 kali lebih kuat dibanding petidin.
Muhammadiyah Cepu.
Cepu.
Mengingat : 1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
MEMUTUSKAN
Sekretaris : Cwanarko
Rumi (RM)
Sakit terlampir.
Rumah Sakit.
Ditetapkan di : Cepu
Direktur
NIK.059
Tembusan :
Berfungsi dan tanggungjawab kepada Ketua komite medic rumah sakit atas
3. Keanggotaan
Keanggotaan Subkomite Rekam Medis periode 1 Juni 2009 s/d 31 Mei 2012
yaitu :
1. Dr. Jemmy Heru Murtopo
2. Dr. Sri Hastuti Barata
3. Dr. Aditya Kisara
4. Dr. Yulia Ovo Ovarium
5. Esti Suci l, Amk
6. Tatang Tri W, Amk
7. Rumi
8. Erwin Andriyana, Amk
9. Bactiar Andi, Amk
4. Struktur organisasi
RS MUHAMMADIYAH CEPU
KETUA
SEKRETARIS
Cwanarko
Dr. Jemmy Heru M Dr. Sri Hastuti Barata Dr. Aditya Kisara
ANGGOTA
ANGGOTA ANGGOTA