Вы находитесь на странице: 1из 8

blogspot.

com
Optimised 3 hours ago
View originalRefresh
NOV
15
pemasangan CVC

Kanulasi Vena Sentral


INDIKASI KATETERISASI VENA SENTRAL
1.Untuk menginfus cairan atau obat-obatan yang mungkin mengiritasi vena perifer.
2.Kanulasi jangka panjang untuk obat-obatan dan cairan, contohnya total nutrisi parenteral atau
kemoterapi.
3.Penderita syok.
4.Kanulasi cepat ke jantung terutama untuk pemberian obat-obatan dalam situasi resusitasi.
5.Bila kanulasi ke vena perifer sulit dilakukan akibat vena yang kolaps seperti pada hipovolemia,
ketika vena periper sulit ditemukan misalnya pada orang gemuk atau tranfusi cairan
dibutuhkan
secara cepat.
6.Pada kerusakan vena, digunakan pada beberapa pasien dimana semua vena perifer telah
digunakan atau rusak.
7.Pengukuran tekanan vena sentral (Central Venous Pressure)
8.Prosedur khusus, contohnya pemacu jantung, hemofiltrasi atau dialisis.
KONTRAINDIKASI KATETERISASI VENA SENTRAL
1.Kanulasi vena sentral harus dipertimbangkan pemasangannya pada penderita dengan gangguan
pada faal pembekuan darah. Dapat terjadi hema- tom yang berbahaya pada pemasangan
melalui vena subclavia dan jugularis, terutama bila mengenai pembuluh arteri.
2.Bila daerah pemasangan ada infeksi atau tanda-tanda radang harus dicari tempat lain yang lebih
baik.
3.Kelainan anatomi dan taruma thoraks bagian atas misalnya fraktur clavicula, meningkatkan
resiko via clavicula.
4.Penyakit paru yang kritis (COPD, asma) yang akan meningkatkan resiko terjadinya
pneumotoraks pada pendekatan subclavia.
5.Penderita yang sementara di heparinisasi.
6.Trombosis da koagulopati
7.Penderita menolak atau tidak koperatif
8.Operator yang tidak berpengalaman yang tidak diawasi supervisor
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum melakukan kateterisasi ke vena sentral.
1.Sebaiknya pemasangan kateterisasi vena sentral dilakukan diruang tindakan yang steril (bila
ada) dan tidak dilakukan dilakukan di tengah bang- sal ruang perawatan untuk menghindari
kontaminasi dan saling mengganggu dengan pasien lain
2.Buat informed konsen dan persetujuan keluarga.
3.Bila penderita masih sadar, sebelum pemasangan sebaiknya penderita diberitahukan terlebih
dahulu maksud dan tujuan serta prosedur kate- terisasi vena sentral tersebut.
4.Kateterisasi vena sentral harus dilakukan se-asepsis mungkin mirip dengan prosedur
pembedahan.
5.Waspadalah akan masuknya udara, walaupun pasien dalam keadaan head-down.
6.Selalu memikirkan dimana ujung jarum berada.
7.Darah harus dapat diaspirasi dengan mudah dari kateter intravena sebelum cairan infus atau obat
dimasukkan. Bila tidak dapat diaspirasi de- ngan mudah berarti terjadi kesalahan penempatan
sampai dibuktikan sebaliknya.
8.Jangan menarik kembali kateter yang telah/masih ada di dalam jarum logam (misal venocath)
karena bahaya terpotongnya kateter oleh ujung jarum. Bila sampai terpotong maka
pengambilannya hanya bisa dilakukan dengan cara pembedahan.
9.Kanulasi vena sentral dapat memakai kateter panjang untuk pemakaian jangka lama atau dengan
kateter vena yang pendek misalnya abbocath ukuran besar untuk sementara pada keadaan darurat.
Bila vena sudah terisi cairan dapat dilanjutkan dengan kanulasi vena perifer.
10.Dipasaran telah tersedia kateter intra vena dengan berbagai ukuran, diameter dan panjang yang
bervariasi baik dengan single lumen atau multi lumen. Pilihlah yang sesuai dengan kebutuhan.
Sesuaikan dengan lokasi pemasangan, lama pemasangan, indikasi pemasangan dan kemampuan
ekonomi pasien.
TEMPAT KATETERISASI VENA SENTRAL
Kanulasi vena sentral dapat dipasang melalui beberapa tempat, masing-masing letak mempunyai
keuntungan-keuntungan dan kerugian-keru- gian tersendiri.
Kanulasi vena sentral dapat dilakukan melalui :
1.Vena subclavia (pendekatan infraclavicular dan supraclavicular) .
2.Vena jugularis, pada vena jugularis interna (VJI) dan eksterna (VJE).
3.Vena femoralis
4.Vena antecubital, pada vena basilica atau cephalica.
5.Vena umbilikalis, pada bayi baru lahir.
Akan tetapi tempat yang paling sering dilakukan insersi yaitu : vena subclavia (pendekatan
infraclavicular), vena jugularis interna, vena antecubital dan vena femoralis.
KATETERISASI VENA SUBCLAVIA
Anatomi
Vena subclavia adalah kelanjutan dari vena axillaris. Dimulai pada tepi lateral kosta I, terus
melintas diatas costa dan berakhir saat bergabung dengan vena jugularis interna di medial ujung
klavicula. Ini mempunyai beberapa hubungan penting. Arteri subclavia biasanya terletak di
posterior dan superior (yakni chepalad) dari vena dan dipisahkan oleh m. scalenus anterior pada
tempat insersi otot ini ke kosta I. Arteri dan vena keduanya membentuk sulcus pada permukaan
atas kosta. Pleksus brakhialis terletak di posterior arteri dan dengan demikian terletak di posterior
vena dengan jarak yang lebih dekat. Nervus phrenikus melintas di anterior dan dapat melintas di
bagian medial costa I. Nervus vagus juga berjalan di bagian anterior subclavia tetapi agak sedikit
di medial nervus phrenikus. Nervus laryngeus recurren adalah cabang dari n. vegus. Cabang kanan
terpisah dari vagus setinggi arteri subclavia dan memutar di belakang arteri dan naik ke atas
sehingga berdekatan dengan trachea. Cabang kiri terpisah dari vagus setinggi arkus aorta, dan
memutar di belakang arkus, naik pada fissura antara oesophagus dan trakea. Saraf-saraf tersebut
juga jaraknya dekat dengan vena. Pleura dapat meluas hingga 1 inci diatas bagian medial clavicula
dan mencapai setinggi collum costa I dimana lebih tinggi dibanding dengan artikulasio
sternoclavikularis. Vena dengan demikian berada di sebelah anterior pleura tetapi pleura meluas
pada ke dua arah atas dan bawah dari vena.
Teknik Kateterisasi Vena Subclavia
Persiapan peralatan :
1.Disinfektan (betadine,alkohol)
2.Handscoen, masker,penutup kepala, jas sterile dan handuk
3.Spoit 5 ml 2 buah,jarum ukuran 25-gauge.
4.Kateter dan dilator
5.IV tubing dan flush (Infus set, triway dan Nacl 500 ml)
6.Jarum insersi 18-gauge (panjang 5 cm)
7.0,035 j wire, duk steril, scalpel, benang silk no.2,0
PosisiLetakkan pasien dengan posisi supine dengan kepala lebih rendah (tredelenberg) ± 10-
150hingga vena dapat terisi. Ini dapat tidak menyenangkan atau bahkan beresiko pada beberapa
pasien. Bila ragu-ragu, pasien dapat diletakkan dengan kepala lebih rendah saat operator telah siap
untuk melakukan punksi vena. Bahu dapat diganjal dengan handuk gulung atau botol cairan
diantara kedua bahu.
Prosedur
1.Cek semua peralatan sebelum mulai.
2.Sterilisasi dan tutupi area yang akan diinsersi dengan sangat hati-hati.
3.Palpasi fossa subclavikularis dan cek hubungannya pada incisura sternalis. Bila jari ditempatkan
secara subclvikularis pada posisi lateral ter- dapat fossa yang jelas antara clavicula dan costa
II.
Gerakkan jari ke arah medial menuju incisura sternalis dan jari akan terhambat pada ujung
medial clavicula. Ini adalah m. subclavius yang berjalan dari costa I menuju permukaan
inferior
clavikula memberikan pola yang baik posisi costa I dimana terletak vena subcalvia.
4.Letakkan jari telunjuk pada incisura sternalis dan ibu jari pada daerah pertemuan antara
clavicula dan costa I. Infiltrasi anestesi lokal (lidokain 1%) dengan jarum 25-gauge 2 cm
lateral
ibu jari dan 0,5 cm ke kaudal ke arah clavicula atau tepat di lateral dari insersi m. subclavia
costa I.
5.Vena berjalan di bawah clavicula menuju incisura sternalis. Gunakan jarum 18-gauge yang
halus dengan syringe 5 ml, masukkan jarum menusuk kulit dibagian lateral ibu jari dan 0,5
cm
di bawah clavikula yang dimaksud untuk membuat posisi khayal pada bagian belakang
incisura
sternalis. Posisi jarum horizontal (paralel dengan lantai) untuk mencegah pneumothoraks, dan
bevel menghadap keatas atau ke arah kaki pasien untuk mencegah kateter masuk ke arah leher.
Aspirasi jarum lebih dulu, pertahankan jarum secara cermat pada tepi bawah clavikula.
1.Vena berjalan di bawah clavicula menuju incisura sternalis. Gunakan jarum 18-gauge yang
halus dengan syringe 5 ml, masukkan jarum menusuk kulit dibagian lateral ibu jari dan 0,5
cm
di bawah clavikula yang dimaksud untuk membuat posisi khayal pada bagian belakang
incisura
sternalis. Posisi jarum horizontal (paralel dengan lantai) untuk mencegah pneumothoraks, dan
bevel menghadap keatas atau ke arah kaki pasien untuk mencegah kateter masuk ke arah leher.
Aspirasi jarum lebih dulu, pertahankan jarum secara cermat pada tepi bawah clavikula.
2.Jika tidak ada darah vena yang teraspirasi setelah penusukan sampai 5 cm tarik pelan-pelan
sambil diaspirasi jika masih belum ada juga ulangi sekali lagi, dan apabila masih belum
berhasil
pindah ke arah kontralateral akan tetapi periksa foto thoraks dahulu sebelum dilakukan untuk
melihat adanya pneumothoraks
3.Bila darah teraspirasi maka posisi vena subclavia telah didapatkan dan kanula atau jarum
seldinger dipertahankan pada posisinya dengan mantap
4.Susupkan kawat, pasang kateter atau dilator dan kateter selanjutnya lepaskan kawat
5.Lakukan dengan hati-hati untuk menghindari ikut masuknya udara untuk itu sebaiknya ujung
kateter tidak dibiarkan terbuka.
6.Cek bahwa aspirasi darah bebas melalui kateter dan tetesan berjalan dengan lancar.
7.Kontrol letak kateter dengan foto thoraks.
Keuntungan kateterisasi Vena Subclavia
1.Sangat baik untuk kanulasi jangka panjang karena posisi kateter dapat difikasasi dengan baik
sehingga tidak mudah bergerak dan tidak meng- ganggu pergerakan pasien.
2.Vena subclavia hampir selalu ada dan anatomi ini umumnya tetap.
3.Relatif kurang infeksi dibanding pemasangan di tempat lain.
4.Kateter mudah masuk ke vena kava superior serta landmarknya lebih mudah pada orang yang
obes..
Kelemahan Kateterisasi Vena Subclavia
1.Umumnya dilakukan dengan teknik “buta” sehingga mudah merusak stuktur di dalam yang
tidak terlihat.
2.Pleura, arteri, nervus phrenicus bahkan trakea mudah terjangkau oleh jarum yang salah masuk
sehingga relatif lebih banyak komplikasi pneumothoraks dibanding teknik lainnya.
3.Bila terjadi komplikasi perdarahan relatif susah untuk ditangani.
Komplikasi kateterisasi vena subclavia
1.Hematom
2.Cellulitis
3.Trombosis
4.Plebitis
5.Cedera pada saraf
6.Penusukan pada arteri
7.Pneumothoraks
8.Hemopneumothoraks
9.Penusukan saraf
10.Fistel arteri-vena
11.Neuropati perifer
12.Kateter terputus/tertinggal di dalam
13.Teknik monitor tidak tepat
14.Posisi kateter tidak tepat

Diposkan 15th November 2012 oleh anestesi gresik


0 Tambahkan komentar
Memuat...
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
CVC

http://googleweblight.com/?lite_url=http://cvcgresik.blogspot.com/2012/11/pemasangan-
cvc_9491.html&ei=w5SgDS8L&lc=en-
ID&s=1&m=809&host=www.google.co.id&ts=1494562475&sig=AJsQQ1Chgih4gtJhkez3Te-
3dcA72GPs1w

blogspot.com
Optimised 5 minutes ago
View originalRefresh
abuzzahra's

EKG dan KEPERAWATAN

JUMAT, 24 MEI 2013


keperawatan kritis : TINDAKAN KEPERAWATAN PENGUKURAN CVP

a.Pengertian CVP
CVP (Central Veneus Pressur) adalah tekanan didalam atrium kanan pada vena besar dalam
rongga toraks dan letak ujung kateter pada vena kava superior tepat didistal atrium kanan.
b.Tujuan pemasangan CVC (central venous catheter)
1.Sebagai pedoman untuk menggetahui penggantian cairan pada klien dengan kondisi penyakit
yang serius/ kritis
2.Memperkirakan kekurangan volume darah
3.Menentukan tekanan dalam atrium kanan dan vena sentral
4.Mengevaluasi kegagalan sirkulasi.
c.Fungsi CVC
1.Untuk mengetahui banyaknya jumlah cairan dalam tubuh klien
2.Sebagai tempat pengambilan darah vena
3.Untuk memberikan cairan infus/parentral
4.Tempat memberikan therapic/ intra vena
d.Area pemasangan CVC
1.Vena Subklavia
2.Vena Jugularis
3.Vena Basilika media
4.Vena Femoralis
e.Persiapan Alat
1.Set CVP (Satu lumen, Dua lumen, Tiga lumen, Empat lumen).
2.Manometer
3.Set ganti balutan/ set vena seksi
4.Set infus dan cairan yang akan dipakai
5.Three Way/stopcock 3-4 buah (transduser tekanan mungkin akan digunakan)
6.Plester
7.Monitoring EKG
8.Waterpass
9.Betadine
f.Pelaksanaan
·Mencuci tangan
·Menjelaskan tujuan dan prosedur pengukuran CVP pada klien dankeluarganya
·Menenpatkan klien pada posisi yang diinginkan untuk mandapatkan titik 0/ posisi terlentang
·Menentukan titik nol manometer disejajarkan dengan tinggi atrium kanan yang diperkirakan/
midaksila line (melakukan Zero)
·Memutar Three Way sehingga cairan infus masuk ke dalam manometer sampai batas 25-30cm
H2O, sementara cairan ke arah pembuluh darah klien distop
·Memutar Three Way sehingga cairan dalam manometer mengalir ke arah/ ke dalampembuluh
darah klien dan yang kearah botol infus distop
·Mengamati fluktuasi /undulasi cairan yang terdapat dalam manometer dan catat pada angka
dimana cairan bergerak stabil. Ini adalah hasil/ nilai CVP
·Mengembalikan klien ke posisi semula dan memutar three way lagi ke arah semula agar cairan
infus mangaliur dari botol infus ke pembuluh darah vena klien
·Mencatat nilai CVP pada saat pengukuran, tekanan normal berkisar 5-15 cm H2O( 1 cm H2O =
0,7 mmHg )
·Menilai kondisi klinis klien setelah pengukuran CVP
·Mengobservasi tanda-tanda komplikasi
·Mempertahankan kesterilan lokasi insisi
·Mendokumentasikan prosedur dan respon klien pada catatan klien.
g.Perawatan CVC
1.Fiksasi kateter dengan baik
2.Aliran CVP harus lancar
3.Ganti kain kasa tiap hari(dibersihkan pakai betadine dan hansaplas)
4.Perhatikan tanda-tanda infeksi
5.Perhatikan kesterilan
h.Komplikasi pemasanghan CVC
1.Pneumotoraks
2.Hemotoraks
3.Hematoma
4.Emboli udara
i.Challenge test
Bila nilai CVP> 7,8 cmH2O= loading 200 cc koloid
nilai CVP7,8 – 13 cm H2O= loading 100 cc koloid
nilai CVP<13 cmH2O= loading 50 cc
setelah 10 menit lihat respon,
bila pengukuran CVP meningkat
kurang 2 cmH2O=hipovolemik
2-5cmH2O=normovolemik
lebih5cmH2O=hipervolemik

related article

TINDAKAN KEPERAWATAN : INTUBASI TRAKHEA

TINDAKAN KEPERAWATAN PENGUKURAN CVP

ASKEP KLIEN DENGAN CVC

HIPOKSEMIA PASCA BEDAH

TINDAKAN KEPERAWATAN SUCTIONING TRAKHEA

EKSTUBASI PASCA BEDAH

KEPERAWATAN KRITIS : PENILAIAN NYERI SECARA NONVERBAL


abdul sahid di 10.26
Berbagi

Stream

berbagi ini melalui Google+



Beranda
Lihat versi web
ABUZZAHRA
Foto saya
abdul sahid
Ikuti
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Вам также может понравиться