Вы находитесь на странице: 1из 7

Naskah Drama

IX.C
Kelompok 1
Nama Pemeran/pelaku cerita:
Adinda Salsabila sebagaiAra
Derra Fitria sebagaiNarator
Ghizella Ayu Nianda sebagaiPinang
Gian Dwi Agustiawansebagai Kepala suku Kabbi
Indah Lestari sebagai Jingga
Marindia Wulandarisebagai Priba
Mefta Citra Ayu sebagaiHasa
Mitha Dwi Ramadhinisebagai Inai
M. Fadhli sebagai Anja
M. Reyhan Amanda sebagaiBirah
M. Taufik Rahman sebagaiHarun
Renza Fibiantika sebagaiKepala suku Meiro
Yogi Setiawan sebagaiBurhan
Suku Meiro :
Kepala suku Meiro, Priba, Hasa, Ara, Inai, Jingga, dan Pinang.
Suku Kabbi :
Kepala suku Kabbi, Birah, Burhan, Anja, dan Harun.
Pahit Dahulu Manis Kemudian
Di sebuah pulau kecil, hiduplah dua kelompok suku. Yakni, suku Meiro
dan suku Kabbi. Akan tetapi, kedua suku tersebut tak pernah menjalin
hubungan yang harmonis, kerukunan menjadi suatu hal yang sulit untuk
diwujudkan. Suku Kabbi selalu iri akan kemakmuran dan kesejahteraan suku
Meiro. Karena itulah suku Kabbi selalu berusaha untuk menghancurkan Suku
Meiro.
Pada suatu siang, terjadilah percakapan kecil diantara suku Kabbi.
Kepala Suku Kabbi : Lama kelamaan suku kita semakin sengsara, sedangkan
suku Meiro semakin makmur dan sejahtera.
(menampakkan ekspresi iri dan muak)
Burhan : Kita harus melakukan sesuatu kepala suku! (tersenyum
licik)
Birah : Kita harus menyerang suku Meiro, secepat mungkin
bahkan bila perlu sekarang juga kita menyerang
mereka.(sambil menepuk sebelah tangan dikepal)
Anja : Ayo kita siapkan semua senjata untuk menyerang
mereka! (mengajak semuanya)
Harun : Jangan! Sebaiknya jangan kita lakukan. Itu perbuatan
yang tercela. (Berusaha mencegah)
Kepala Suku Kabbi : Sudahlah! Jangan dengarkan dia, kita harus tetap
melakukan penyerangan terhadap suku Meiro.
Suku Kabbi pun mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk menyerang
suku Meiro. Akan tetapi, ternyata pembicaraan suku Kabbi diam-diam di
dengar oleh salah satu anggota suku Meiro.
Kemudian, terjadilah pula percakapan diantara suku Meiro. Diawali
dengan teriakan seseorang dari kejauhan.
Hasa : Pribaaa! Araa! Inaai! (memanggil dari kejauhan sambil
berlari dan melambaikan tangan)
Priba, Ara, dan Inai : Kenaapa??? (Dengan wajah bingung sambil meraut
potongan bambu)
Hasa : Karenaa.. Susunya tiga kali le… ah sudah sudah! Ini
bukan waktunya untuk bercanda. Kalian sedang apa?!
Di saat genting seperti ini kalian malah bergelut
dengan bambu.
Priba : Memangnya ada apa Hasa? Apakah terjadi sesuatu???
Hasa : Aku dengar, suku Kabbi akan menyerang kita! (berwajah
serius)
Ara : Apaaaa???!!! (langsung berdiri dari duduknya)
Inai : Kenapa bisa seperti itu?! Apa kita pernah mengusik
mereka??? (bingung dan masih tidak percaya)
Hasa : Aku tidak tahu. Sebaiknya kita panggil dan beritahu
Kepala Suku.
Priba, Hasa, Ara, Inai : Keepaalaa Suukuuu… Keepaalaa Sukuuu…
Tak lama kemudian, Kepala suku datang bersama Jingga dan Pinang.
Kepala Suku : Ada apa kalian mremanggilku???
Jingga : Apakah terjadi sesuatu, kenapa wajah kalian semua
ketakutan? (merasa heran sambil menggaruk tengkuk
lehar)
Pinang : Apa ada kabar yang tidak mengenakkan?
Hasa : Ada kabar buruk. Kami dengar suku Kabbi akan
menyerang kita semua.
Pinang : Apa?! Jadi kita harus berbuat apa Kepala suku?
(Menoleh kearah Kepala suku)
Kepala Suku : Kita harus mela… (terhenti)
Tiba-tiba pembicaraan mereka terpotong, karena melihat kedatangan
suku Kabbi dengan wajah yang sangar disertai senjata di genggaman mereka.
Ara : Aaaaaaa!!! Apa yang harus kita lakukan?! Bagaimana
ini?? Bagaimana ini?? (bingung dan panik)
Priba : Ara! Kau ini! “Bagai banteng ketaton!”
Ara : Apa itu artinya?? (semakin bingung)
Hasa : Mengamuk dengan hebatnya! (menjawab ketidak
pahaman Ara)
Ara : Hah?! ♪Sakitnya tu di sini, di dalam hatiku. ♪
(bernyanyi dengan nada melayu)
Tiba-tiba senjata dari suku Kabbi melayang ke arah suku Meiro. Untung
senajata tajam tersebut tidak mengenai orang-orang di suku Meiro. Akan
tetapi, Kapala suku tidak tinggal diam.
Kepala suku Meiro : Hei suku Kabbi! (sambil menunjuk kea rah suku
Kabbi)
Apa yang kalian inginkan dari suku kami!
Kepala suku Kabbi : Kami ingin menghancurkan kesejahteraan kalian.
(dengan nada tinggi dan wajah menantang)
Priba : Kalian ini! Ibaratkan pribahasa. Yaitu, “bangau-bangau
aku minta leher, badak-badak aku minta daging.”
Suku Kabbi : Artinya??? (bertanya serempak)
Hasa : Perihal orang yang iri jabatan atau kekayaan orang lain.
Harun : Mereka betul. Sebaiknya kita kembali. (membenarkan
kata suku Meiro)
Kepala suku Kabbi : Apa –apaan kau ini Harun?! Kita harus tetap
menyerang mereka! Dengan sekuat
tanaga!(menunjuk kearah langit)
Akhirnya, kedua suku mempersiapkan kekuatan dan senjata mereka
masing-masing untuk melakukan serangan. Harun hanya diam tak berdaya, dia
tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tetapi kekuatan doa selalu ia
sertakan. Peperangan pun terjadi di awalinya serangan dari suku Kabbi.
Suku Kabbi : Jurus tombak maut sakti ampuh mujarab!!! (memutar-
mutar tombak kemudian meluncurkannya kearah
suku Meiro)
Tetapi serangan tersebut dapat dilumpuhkan dengan baik oleh Suku
Meiro. Merekan pun melakukan serangan balik dengan memberikan jurus yang
tak kalah hebatnya.
Suku Meiro : Kekuatan pelangi warna warni indah berseri bertubi
tubi!!! (diarahkan ke suku Kabbi)
Kepala suku Meiro : Ciiaaaah! (menodongkan tangan kearah suku Kabbi)
Priba dan Hasa : Triiiing! (menodongkan tangan kearah suku Kabbi)
Ara dan Inai : Duaaaar! (menodongkan tangan kearah suku Kabbi)
Jingga dan Pinang : Jelegaaar! (menodongkan tangan kearah suku Kabbi)
Suku Kabbi tak berdaya, mereka semua jatuh tergeletak terkecuali Harun.
Tenyata kekuatan murni dari suku Meiro hanya dapat melumpuhkan kekuatan
dengki dan iri dari suku Kabbi.
Kepala Suku Kabbi : Ampuni kami! Kami tahu kami sudah salah. Kami hanya
iri akan kemakmuran dan kesejahteraan hidup kalian.
Kami hanya ingin hal itu juga menyertai hidup kami.
Maafkan kami, seharusnya kami tidak melakukan hal
semacam ini. (sambil bersujud meminta maaf)
Burhan, Anja, dan Birah : Maafkan kami.. Maafkan kami.. (dengan wajah
memelas)
Harun : Aku juga minta maaf (dengan senyum sumringah)
Jingga : Kami pasti memaafkan kalian semua. Iya kan? (menoleh
ke arah suku Meiro)
Kepala Suku Meiro : Tentu saja. Tapi, ada satu hal yang harus kalian
ketahui. Biasanya dalam suatu peperangan jika
pemimpinya sudah ditaklukkan, maka semua anak
buahnya akan menyerah. Apakah kalian juga seperti
itu? (berbicara dengan arif dan bijaksana)
Burhan, Anja, dan Birah : Tidak! (dengan serempak)
Anja : Kami memang meminta maaf dengan tulus.
Birah : setulus tulus tulus tulus tulus hati kami. (tersenyum
penuh maaf)
Burhan : Banyak sekali tulusnya. Tapi memang begitu
kenyataannya.
Pinang : Waaah! Senangnya kalau semuanya berakhir dengan
damai. (terseyum manis sambil melompat
kegirangan)
Akhirnya, kedua suku tersebut berdamai. Tak ada lagi perselisihan
diantara mereka. Dan lebihnya lagi, Kepala suku Meiro dan Kepala Suku Kabbi
membuat keputusan yang mengejutkan.
Kepala suku Meiro : Perhatian semuanya. Saya dan kepala suku Kabbi telah
membuat keputusan untuk menyatukan kedua suku
kita agar bisa saling membantu dan bekerja sama
dalam hal yang baik.
Kepala suku Kabbi : Dengan itu nama suku kita telah berganti menjadi suku
Super Makmur! Setuju???!!!
Semua : Setujuuu!!!!
Inai : Priba! Hasa! Mana kata-kata mutiara kalian?? (sambil
tertawa kecil)
Priba :Inai, kamu jangan seperti “Kura-kura dalam perahu.”
Hasa : Artinya pura-pura tidak tahu. Jadi kamu jangan pura-
pura tidak tahu, kata-kata mutiara kami pasti akan
selalu ada. Hehe..
Inai : hee, okelah okelah.
Priba : Dari kejadian ini aku jadi ingat peribahasa “Kusut
diselesaikan, keruh di perjernih”
Hasa : Artinya, selesaikanlah perselisihan dengan cara
musyawarah dan damai. (Dengan senyuman
mengembang).
Ara : Aku juga punya pribahasa!
Priba dan Hasa : Apa itu? (penasaran)
Ara : “Bak ayam goreng tidak berbumbu”
Priba dan Hasa : Artinya? (semakin penasaran)
Ara : Tentu saja tak enak ayam goreng itu. (tertawa lepas)
Priba dan Hasa : Dasar Ara!
Semua : ahahahahahahah (tertawa bahagia)
Semua berakhir bahagia. Kini, hanya ada satu suku yang tinggal di pulau
ini. Kebahagiaan, kemakmuran, dan kesejahteraan akan terus di bangun demi
terciptanya kedamaian yang abadi.
*SELESAI* ┗(^0^)┓

Вам также может понравиться