Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1
Secara istilah sangat beragam kita temukan pendefinisian tentang filsafat seperti
Aristoteles (384-332 SM) yang merupakan tokoh sentral filosof klasik yang
menyatakan bahwa filsafat menyelidiki sebab dan asas segala perwujudan. Dia juga
mengatakan bahwa filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan. Dan kadang-
kadang disamakan dengan pengetahuan tentang ontology (wujud).
Immanuel Kant (1724-1804) berpendapat filsafat ialah ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal segala pengetahuan yang tercakup empat persoalan
yang akan ditanyakan yaitu pertama apakah yang dapat kita ketahui? Maka
jawabannya termasuk dalam bidang metafisika. Kedua, apakah yang seharusnya
kita kerjakan? Maka jawabannya termasuk dalam bidang etika. Ketiga, sampai
dimanakah harapan kita? Jawabannya termasuk pada bidang agama. Keempat,
apakah yang dinamakan manusia itu? Jawabnannya termasuk pada bidang
antropolgi dan sosiologi.
Sedangkan, menurut Alfarabi (950 M) filsafat merupakan ilmu tentang alam
yang bertujuan untuk menyelidiki hakikat atau substansi yang sebenarnya dan Ibnu
Rushd (1126-1198 M) berpendapat bahwa filsafat atau hikmah merupakan
pengetahuan “otonom” yang perlu dikaji oleh manusia karena karunia akal dan
mafahim (pemikirannya).2 oleh karena itu, tujuan yang paling utama dalam
berfilsafat adalah menemukan suatu kebenaran yang bisa dibuktikan secara
rasional.
Menurut Burhanuddin Salam (2000) setidaknya ada tiga karakteristik berpikir
dalam filsafat yaitu: Universal (menyeluruh),Radikal (mengakar atau mendasar)
dan Spekulatif .
Pengertian filsafat oleh para filosof lainnya disebut sebagai induk semua ilmu
pengetahuan. Sebab dari filsafatlah ilmu-ilmu modern berkembang. Pada awalnya
filsafat terbagi menjadi filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat teoritis
mencakup metafisika, fisika, matematika, logika, dan ilmu pengetahuan alam.
Sedangkan filsafat praktis meliputi ekonomi, politik, hukum dan etika.
Filosof francis Bacon (1561-1626) tokoh pembarut zaman renaissance dari
inggris, menyebutkan filsafat sebagai “the great mother of the science” yang berarti
ibu teragung dari ilmu pengetahuan. Jadi, semua cabang ilmu termasuk matematika
dianggap dari ibu dan bapak yang sama yaitu filsafat.
2
lihat, Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011), hlm.8.
2
2. Pengertian Matematika
Matematika berasal dari istilah latin yaitu mathematica yang awalnya
mengambil istilah yunani yaitu mathematike yang berarti relating to learning yang
berkaitan dengan hubungan pengetahuan. Dalam bahasa francis les mathematiques
yang berarti belajar. Berdasarkan asal usulnya matematika yaitu pengetahuan yang
diperoleh dari hasil proses belajar.3
Menurut S Lunchins dan Edith N Luchins (Erman Suherman, 2001),
matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana
pertanyaan itu dijawab , dimana dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa
sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika.
Mustafa (Tri Wijiyanti, 2011) menyebutkan bahwa matematika adalah ilmu
tentang kuantitas, bentuk, susunan, dan ukuran, yang utama adalah metode dan
proses untuk menemukan dengan konsep yang tepat dan lambang yang konsisten,
sifat dan hubungan antara jumlah dan ukuran, baik secara abstrak, matematika
murni atau dalam keterkaitan manfaat pada matematika terapan.
Berdasarkan Elea Tinggih (Eman Suherman, 2001), matematika berarti ilmu
pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti
ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan teapi dalam matematika lebih
menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain
lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran.
James dan James (Erman Suherman, 2001), mengatakan bahwa matematika
adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep
yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang
terbagi kedalam ketiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Namun ada pula kelompok lain yang beranggapan bahwa ilmu matematika
adalah ilmu yang dikembangkan untuk matematika itu sendiri. Ilmu adalah untuk
ilmu, dan matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk kepentingan sendiri.
Matematika adalah ilmu tentang struktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik,
akurat, abstrak dan ketat. Dengan memperhatikan definisi matematika diatas, maka
menurut Asep Jihad (Destiana Vidya Prastiwi, 2011: 33-34) dapat diidentifikasi
bahwa matematika jelas berbeda dengan materi pelajaran lain seperti objek
pembicaraan, pembahasan, konsep, operasi.
3 Lihat, The Liang Gie, filsafat matematika (Yogyakarta: YSIT, 1993), hlm 5.
3
3. Pengertian Filsafat Matematika
Filsafat Matematika bersifat koheren yang konsepsional. Secara singkat, yang
dimaksud dengan istilah koheren adalah terurut. Jika orang bertanya apakah arti
terurut (consistent) maka untuk menjawabnya dengan pertama-tama memberikan
batasan terhadap kontra koheren. Kebalikannya disebut tidak terurut (inconsistent)
atau bertentangan .
Wilkins, DR, (2004), menjelaskan bahwa terdapat beberapa definisi tentang
filsafat matematika yang berbeda-beda. Ahli logika Whitehead menyatakan bahwa
filsafat matematika dalam arti yang paling luas adalah pengembangan semua jenis
pengetahuan yang bersifat formal dan penalarannya bersifat deduktif.
Boole berpendapat bahwa matematika adalah ide-ide tetang jumlah dan
kuantitas. Hempeel, CG, (2001), menegaskan kembali apa yang telah dikemukakan
oleh John Stuart Mill bahwa matematika itu sendiri merupakan ilmu empiris yang
berbeda dari cabang lain seperti astronomi, fisika, kimia, kimia , dll terutama dalam
dua hal :materi pelajaran adalah lebih umum dari pada apapun lainnya dari
penelitian ilmiah dan proposisi yang telah diuji dan dikonfirmasi ketingkat yang
lebih besar dibandingkan beberapa bagian yang paling mapan astronomi atau fisika.
Bold, T., (2004) menyatakan bahwa elemen penting kedua untuk interpretasi
konsep matematika adalah kemampuan dari abstrak, yaitu kemampuan pikiran
untuk mengetahui sifat abstrak dari obyek dan menggunakan tanpa kehadiran
obyek.
Karena kenyataan bahwa semua matematika adalah abstrak, ia percaya bahwa
salah satu motif dari intuitionists untuk berpikir matematika adalah produk satu-
satunya pikiran.
Menurut Shapiro S (2000) bahwa logika adalah cabang kedua matematika dan
cabang filsafat; bahasa formal, sistem dedukif, dan model teori semantik adalah
objek matematika dan dengan demikian ahli logika yang tertarik pada mereka
matematika sifat dan hubungan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut maka filsafat matematika
merupakan pemikiran menyeluruh terhadap persoalan mengenai sesuatu hal yang
berkaitan dengan dasar dari pengetahuan matematika serta hubungan matematika
disegala bidang kehidupan manusia baik secara epistemologi, ontology,
metodologi, maupun aspek etis dan estetika pengetahuan matematika
4
B. HAKIKAT PENGETAHUAN MATEMATIKA
Pengetahuan adalah keyakinan yang dibenarkan. Lebih tepatnya, bahwa
pengetahuan awalnya terdiri dari dalil yang dapat diterima (yaitu, percaya), asalkan ada
alasan yang memadai untuk menegaskannya. (Woozley, 1949) [4]
Pengetahuan diklasifikasikan atas dasar alasan untuk pernyataan tersebut.
Pengetahuan apriori terdiri dari dalil yang ditegaskan berdasarkan pemikiran sendiri,
tanpa jalan lain untuk pengamatan dunia. Berikut alasan penggunaan logika deduktif
dan makna istilah, biasanya dapat ditemukan dalam definisi. Sebaliknya, empiris atau
pengetahuan posteriori terdiri dari dalil menegaskan berdasarkan pengalaman, yaitu,
berdasarkan pengamatan dunia (Woozley, 1949).
Hakikat pengetahuan matematika akan sangat berhubungan dengan proses
pembelajaran matematika. Immanuel Kant menerangkan tentang hakikat Ilmu
pengetahuan yang terdiri dari beberapa aspek.
Dalam suatu teori yang dikemukakan oleh Imanuel Kant (Sanjaya, 2010), sifat
dasar dari suatu pengetahuan (termasuk matematika) yaitu[4]:
1. Representation (Gambaran)
Representasi didapatkan dari pengalaman-pengalaman yang sudah
dialami sebelumnya yang terekam oleh otak sehingga seseorang akan mampu
untuk menceritakan kembali apa yang pernah dilihatnya meskipun orang
tersebut tidak melihat lagi secara langsung objek yang diceritakan. Di tahap
inilah dibangun apersepsi (kesiapan) sebelum menuju ke persepsi.
2. Perception (Persepsi)
Persepsi adalah penginderaan yang dilanjutkan ke otak untuk
diterjemahkan. Dalam melakukan persepsi, seseorang membutuhkan kesadaran
penuh agar bisa menghasilkan persepsi yang baik. Ukuran dalam persepsi
ditentukan dengan derajatnya, bisa pasif maupun juga aktif. Objek yang diamati
dalam hal ini adalah objek yang dapat dilihat atau dirasakan dalam suatu
pengalaman (fenomena) dan objek yang tidak terlihat (noumena).
4
Sanjaya, Wina H. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta
5
3. Knowledge (Pengetahuan)
Suatu pengetahuan didapat dari adanya kombinasi representasi
(gambaran) dan persepsi (anggapan). Pengetahuan juga merupakan suatu hasil
dari adanya suatu pengalaman dan pemikiran dan sensasi.
4. Concept (Konsep)
Dalam hubungannya dengan pengetahuan, konsep merupakan suatu
susunan atau rangkaian pemetaan dari pengetahuan itu sendiri, dalam hal ini
konsep sangat penting dalam peranannya membangun suatu pengetahuan.
5. Pure (Kemurnian), dan
6. Judgement (Pengambilan keputusan)
6
Bukti dari dalil matematika adalah rentetan yang terbatas dari pernyataan akhir
pada dalil, yang memenuhi sifat berikut. Setiap pernyataan merupakan aksioma diambil
dari seperangkat aksioma sebelumnya, atau diturunkan dengan aturan kesimpulan dari
satu atau lebih pernyataan yang terjadi sebelumnya dalam urutan. Istilah 'sekumpulan
aksioma' dipahami secara luas, untuk memasukkan apa pun pernyataan diterima
menjadi bukti tanpa demonstrasi, termasuk aksioma, dalil-dalil dan definisi.
Jika definisi tidak eksplisit, seperti dalam definisi asli dari induktif Peano
(Heijenoort, 1967), yang diasumsikan di atas sebagai sebuah aksioma, dan bukan
sebagai definisi, maka definisi tidak akan eliminable pada prinsipnya. Dalam hal ini
masalah dasar definisi, yaitu asumsi yang menjadi landasannya, analog dengan
aksioma.
Aksioma tidak terlepas pada pembuktian. Mereka harus dianggap baik sebagai
kebenaran aksiomatik, atau hanya mempertahankan pembenarannya, asumsi
sementara, diadopsi untuk memungkinkan perkembangan dari teori matematika yang
sedang dipertimbangkan. Kami akan kembali ke hal ini.
Asumsi logis, yaitu aturan inferensi (bagian dari bukti teori keseluruhan) dan
sintaks logis, diasumsikan sebagai bagian dari logika yang mendasarinya, dan
merupakan bagian dari mekanisme yang dibutuhkan untuk aplikasi alasan. Jadi logika
diasumsikan sebagai landasan bermasalah untuk pembenaran pengetahuan.
Singkatnya, kebenaran matematika tergantung untuk pembenaran pada bukti
matematika.
C. OBJEK MATEMATIKA
Matematika mempunyai objek kajian yang abstrak, walaupun tidak setiap yang
abstrak adalah matematika[5]. Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah
abstrak, sering juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran.
Objek dasar meliputi:
1) fakta
2) konsep
3) operasi ataupun relasi
4) prinsip
5
Abdul halim fathani.2009. MATEMATIKA hakikat & logika.yogyakarta:AR-RUZZ MEDIA. HAL.
7
Pembagian objek langsung matematika oleh Gagne menjadi fakta, konsep, prinsip,
dan keterampilan6
1. Fakta
fakta adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika seperti lambang, notasi,
ataupun aturan seperti 5 + 2 × 10 = 5 + 20, di mana operasi perkalian didahulukan
dari operasi penjumlahan. Jadi tidak benar bahwa 5 + 2 ×10 = 7 × 10. Lambang “1”
untuk menyatakan banyaknya sesuatu yang tunggal merupakan contoh dari fakta.
Begitu juga lambang “+”, “–“, ataupun ”×” untuk operasi penjumlahan,
pengurangan, ataupun perkalian. Seorang siswa dinyatakan telah menguasai fakta
jika ia dapat menuliskan fakta tersebut dan menggunakannya dengan benar.
Karenanya, cara mengajarkan fakta adalah dengan menghafal, drill, ataupun
peragaan yang berulang-ulang.
2. Konsep
konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk
mengklasifikasi suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan
contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Seorang siswa disebut telah
mempelajari konsep segitiga jika ia telah dapat membedakan yang termasuk segitiga
dari yang bukan segitiga. Untuk sampai ke tingkat tersebut,siswa harus dapat
mengenali atribut atau sifat-sifat khusus dari segitiga. Adaempat cara mengajarkan
konsep, yaitu:
1. Dengan cara membandingkan obyek matematika yang termasuk konsep dan
yang tidak termasuk konsep.
2. Pendekatan deduktif, dimana proses pembelajarannya dimulai dari definisi dan
diikuti dengan contoh-contoh dan yang bukan contohnya.
3. Pendekatan induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya.
4. Kombinasi deduktif dan induktif, dimulai dari contoh lalu membahas definisinya
dan kembali ke contoh, atau dimulai dari definisi lalu membahas contohnya lalu
kembali membahas definisinya.
6
Gagne, R.M. (1983). Some Issues in the Psychology of Mathematics Instruction.
Journal for Research in Mathematics Education. 14 (1)
8
Pada intinya, seperti halnya ketika ada orang menyatakan kucing lalu terbayang
di dalam pikiran Anda yang dimaksud dengan kucing tersebut, maka ketika seorang
guru atau orang lain menyatakan bilangan genap ataupun persegipanjang, maka
harus ada bayangan tentang objek yang dimaksudkan, sebab jika tidak demikian si
siswa telah dianggap gagal mempelajari konsep tersebut,dan ia akan mengalami
kesulitan di saat mempelajari matematika lanjutannya.
3. Prinsip
Prinsip adalah suatu pernyataan yang memuat hubungan antara dua konsep atau
lebih. Contohnya, rumus luas segitiga berikut:
1
𝐿 = 2 𝑎𝑡
Pada rumus luas segitiga di atas, didapati adanya beberapa konsep yang digunakan,
yaitu konsep luas, konsep panjang alas segitiga dan konsep tinggi segitiga. seorang
siswa dinyatakan telah memahami prinsip tersebut jika ia:
1
1. Ingat rumus atau prinsip yang bersesuaian, dalam hal ini 𝐿 = 2 𝑎𝑡
9
seorang siswa dinyatakan telah menguasai suatu keterampilan jika ia dapat
menggunakan dengan tepat suatu prosedur atau aturan dan dapat menghasilkan suatu
penyelesaian yang benar. Yang perlu diperhatikan guru, penguasaan keterampilan
para siswa harus berlandaskan pada pengertian dan tidak hanya pada hafalan semata-
mata, dalam arti siswa harus mengetahui dan memiliki alasan mengapa ia harus
melakukan hal seperti itu.
Pembagian objek langsung matematika oleh Gagne menjadi fakta, konsep,
prinsip, dan keterampilan dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran
matematika di kelas dengan alasan bahwa materi matematika memang terkategori
seperti itu. Namun yang lebih penting, syarat bagi seorang siswa untuk menguasai
fakta akan berbeda dengan syarat seorang siswa telah menguasai konsep; dan akan
berbeda juga dengan syarat seorang siswa telah menguasai prinsip atau
keterampilan. Perbedaan dalam penentuan syarat penguasaan ini akan berakibat pada
perbedaan penekanan selama penyampaian materi di kelas.
Lihat, Betrand Russell, Introduktion to Mathematics Philosophy, (New York: McGraw-Hill,1956), hlm. 194
10
Pengakuan Bertand Rusell menerima logisisme adalah yang paling jelas dan
dalam rumusan yang sangatbeksplisit. Ada dua pernyataan penting yang
dikemukakannya, yaitu semua kons matematika secara mutlak dapat
disederhanakan pada konsep logika; dan semua kebenaran matematika dapat
dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui penarikan kesimpulan secara logika
semata. Selain Betrand Rusell, ada juga filosof lainnyayang bermahzab logisisme
yaitu Alferd North Whitehead (1861-1947) yang menlis buku bersama Betrand
Rusell antara tahun 1910-1913 yang berjudul Principia Mathematica atau prinsip
dasar matematika sebanyak tiga jilid yang membuktikan bahwa memang logika dan
matematika keduanya berkembang secara bersamaan, sehingga dapat dipahamii
bahwa logika dan matematika adalah satu.
Namun, pernyataan Ernest (1991) mempetanyakan pernyataan matematika
dalam aliran logisisme tersebut, yang menjadi kebenarannya atau pernyataannya
yaitu sebagai berikut:
Lihat, P.Ernest, The Philosophy of Mathematics Education, (London: The Falmer Press, 1991) hlm.144
11
2. Aliran formalisme
Aliran formalisme seperti David Hilbert (1862-1943) berpendapat bahwa
matematika adalah tidak lebih atau tidak kurang sebagai bahasa matematika. Hal
ini disederhanakan sebagai deretan permainan dengan rangkaian tanda-tanda
lingistik, seperti huruf-huruf alpabet bahasa inggris. Bilangan dua ditandai oleh
beberapa tanda seperti 2, II atau SSO. Pada saat kita membaca kadang-kadang
kita memaknai bacaan secara matematika, tetapi sebaliknya istilah matematika
tidak memiliki sebarang perluasan makna (anglin,1994). Formalis memadang
matematika sebagai suatu permainan formal yang tak bermakna (meaningless)
dengan tulisan pada kertas, yang mengikuti aturan (ernest, 1991). Menurut ernest
(1991) formalis memiliki dua tesis yaitu :
Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat
ditafsirkan sebarangan, kebenaran matematika disajikan melalui
teorema-teorema formal.
Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan
terbebasnya dari ketidak konsistenan.
A. Lingkaran dan yang lainnya adalah obyek yang bersifat material dan
B. Meskipun beberapa permainan itu tidak konsisten dan kadang-kadang trivial,
tetapi yang lainnya tidak demikian (Anglin, 1994).
Formalisme dibentuk dengan tujuan khusus menyingkirkan semua kontradiksi
dalam matematika, antara lain mengatasi paradok dalam teori himpunan (paradok
russel / paradok tukang cukur) dan untuk menyelesaikannya tantangan matematika
klasik yang disebabkan oleh kritik kaum intuisionis. Dengan kata lain aliran
formalisme bertujuan untuk menterjemahkan seluruh matematika ke dalam sistem
formal yang tidak dapat diinterpretasikan (kosong dari arti).
12
Aliran formalisme menganjurkan pendekatan murni abstrak, berangkat dari
prinsip awal, dan mendeduksi segalanya dari prinsip awal tersebut. Karya-karya
yang dihasilkannya sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan ilmu
pengetahuan dan dunia nyata, sesuatu yang sangat membanggakan aliran ini.
Menurut aliran formalisme, matematika sekedar rekayasa simbol berdasarkan
aturan tertentu untuk menghasilkan sebuah sistem pernyataan tautologis, yang
memiliki konsistensi internal, tetapi kosong dari makna. Matematika direduksi
hanya menjadi sebuah permainan intelektual, seperti catur. Dalam bahasa populer
formalisme memandang matematika sebagai permainan formal penuh makna yang
dimainkan dengan lambang-lambang di atas kertas menggunakan aturan tertentu.
Tesis aliran formalisme ada dua yaitu :
1. Matematika murni dapat diekspresikan dalam bentuk sistem formal yang
kosong dari arti, dan di dalamnya mengandung kebenaran matematika yang
direpresentasikan dalam bentuk teorema formal, dan
2. Untuk menunjukkan bahwa sistem formal yang dibangun bebas dari segala
macam kontradiksi dan paradok, digunakan alat yang disebut meta-matematika
dengan cara mendemonstrasikan bahwa term-termnya bebas dari inkosisteni.
13
Tanpa disertai bukti kekonsistenan, seluruh penyelidikan matematika tidak
berarti sama sekali. Dengan tesis kaum formalis ini, perkembangan matematika
aksiomatis terdorong kepuncak kejayaan tertinggi.
3. Aliran Intuitionisme
Aliran Intuitionisme merupakan aliran yang ketiga dari landasan matematika
yang mengandalkan intuisi dalam mengkaji dan memahami matematika, karena itu
intuisi merupakan sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika tentang
matematika. Aliran ini dipelopori oleh ahli matematika Belanda yang bernama
Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966). Dia berpendapat bahwa matematika
adalah sama dengan bagian yang eksak dari pemikiran manusia. Ketepatan dalil-
dalil matematika terletak dalam akal manusia tidak pada simbol-simbol di atas
kertas.(Didi Haryono:2014) 7
14
Sains, etika, dan sebagainya harus pula dikembangkan dengan memberikan
demonstrasi-demonstrasi ketat dari penalaran semata bagi pernyataan-pernyataannya.
Rasionalisme dapat ditelusuri ke Plato, dan bertahan pada abad ke-17 dan awal abad
ke-18 dalam tulisan-tulisan Descartes, Baruch Spinoza, dan Leibniz.
Sangkalan utama terhadap rasionalisme adalah empirisisme, yaitu suatu pandangan
bahwa pengalaman inderawi, bukanlah penalaran murni, yang merupakan sumber bagi
pengetahuan.
Pengetahuan matematis tampaknya didasarkan pada bukti, bukan observasi, maka
matematika adalah kontracontoh yang jelas terhadap tesis utama empirisisme.
Matematika dipandang sebagai suatu paradigma pengetahuan a priori—pengetahuan
yang mendahului, dan lepas dari, pengalaman.
Para matematikawan dan filsuf sering kali sukar memahami penelitian sesama
mereka dalam jurusan-jurusan mereka sendiri.pakar aljabar tidak dapat mengikuti
perkembangan-perkembangan dalam analisi. Dalam filsafat fisika tidak terpahami
dengan mudah oleh para filsuf etika. Matematika tidak jauh dari kajian bidang-bidang
filsafat seperti epistemologi, metafisika, logika, sains kognitif, filsafat bahasa, dan
filsafat sains alam dan sains sosial. Filsafat juga tidak jauh dari kajian bidang-bidang
matematis seperti logika, teorin himpunan, teori kategori, komputabilitas, dan bahkan
analisis dan geometri.
Filsafat dan matematika terjalin secara dekat tetapi tidak saling mendominasi. Cara
yang benar untuk melakukan matematika bukan merupakan konsekuensi langsung dari
filsafat yang benar, dan di sisi lain, tidak pula filsafat matematika yang benar
merupakan konsekuensi langsung dari matematika sebagaimana ia dipraktikkan.
15
Terdapat beberapa alasan hubungan antara matematika dan filsafat. Pertama,
matematika dan filsafat merupakan upaya-upaya intelektual paling awal untuk
memahami dunia di sekitar kita, dan keduanya terlahir di Yunani Kuno atau mengalami
transformasi-transformasi penting di sana. Kedua, matematika adalah suatu studi kasu
paling penting bagi filsuf.
Dan alasan ketiga untuk keterkaitan matematika dan filsafat terletak pada
epistemologi—studi pengetahuan. Matematika sangat penting karena peran sentralnya
dalam hampir setiap upaya ilmiah yang di tunjukkan untuk memahami dunia materi.
Matematika adalah alat utama dalam upaya-upaya terbaik untuk memahami dunia.
16
L. E. J. Brouwer (1948) memandang bahwa matematika intuisionistik, yang
dikembangkan secara ketat dari sudut pandang deduktif teorema-teorema secara
ekslusif dengan menggunakankonstruksi introspektif, adalah beberapa dari matematika
klasik menyakini ekstitensi kebenaran-kebenaran yang tidak dapat di ketahui, Arend
heyting (1956) menyebutkan bahwa di dalam studi konstruksi-kontruksi matematis
mental , ‘ada’ bersinonim dengan ‘dikonstruksi’.
Orientasi yang tersiratkan oleh situasi semacam ini adalah bahwa filsafat
mendahului praktik dalam segi metafisik yang dalam. Pada tingkatan yang
fundamental, filsafat menentukan praktik. Ini berarti bahwa seseorang terlebih dahulu
mendeskripsikan atau mengungkap apakah matematika itu sesungguhnya—apakah,
misalnya, entitas-entitas matematis itu bersifat objektif atau tergantung pada pikiran.
Beberapa filsuf cenderung mengabaikan fakta bahwa prinsip filsafat-dahulu tidak
sesuai dengan sejarah matematika. Filsuf-filsuf ini bersikap kritis terhadap para
matematikawan apabila mereka mengabaikan atau menggar prinsip-prinsip pertama
filasofis yang benar.
Beberapa filsuf, sebagian besar dari mereka, menolak prinsip filasafat-dahulu
karena mereka menyakini bahwa tujuan dari filsafat matematika adalah untuk
memberikan penjelasan yang koheren tentang matematika, dan mau tidak mau,
matematika adalah apa yang para matematikawan lakukan.pandangan yang sangat
bertolak belakang terhadap prinsip filsafat-dahulu, yaitu tesis bahwa filsafat tidak
relevan dengan matematika. Pandangan filosofis tidak memiliki sesuatu pun untuk
disumbangkan kepada matematika dan mungkin saja menjadi cra berpikir sesat yang
tidak berarti, hanya sesuatu pengembangan dan upaya campur tangan dari pihak luar.
Filsafat sebaiknya hanya dapat berperan sebagai abdi yang tidak penting bagi
matematika. Filsafat memang mendapatkan peran, maka tugas itu adalah memberikan
penjelasan yang koheren tentang matematika peran, maka tugas itu adalah memberikan
penjelasan yang koheren tentang matematika sebagaimana di praktikkan sampai sejauh
itu. Istilahnya disebut prinsip filsafat-terakhir-jika-memang.
Beberapa matematikawan memang memperhatikan filsafat, dan menggunakannya,
paling tidak, sebagai panduan kerja mereka. Filsafat dapat menentukan arahan bagi
penelitian dalam matematika. Paul bernays (1935), misalnya, dapat dianggap menolak
prinsip filsafat-terakhir, saat dia menuliskan bahwa nilai dari konsepsi-konsepsi
matematis yang terinspirasi oleh pandangan platonistik melengkapi model-model yang
bertahan dengan kesederhanaan dan kekuatan logis.
17
Beberapa pakar pengamat berpendapat bahwa matematika telah menjadi
serangkaian disiplin ilmu yang sangat terspesialisasi dan tidak terorientasi, di mana
bahkan pakar-pakar dalam bodang-bidang yang masih berkaitan tidak mampu
memahami kerja mereka satu sama lain.
Tujuan utama dari filsafat matematika adalah menginterpretasikan matematika, dan
dengan begitu menjelaskan kedudukan matematika dalam dunia intelektual secara
keseluruhan. Filsafat matematika dilakukan oleh mereka yang peduli tentang
matematika dalam kancah keilmuaan. Matematikawan yang menganut filsafat
matematika hendaknya memperoleh sesuatu dengan filsafat matematikanya,
pemahaman tentang perspektif dan peran matematika, dan sekurang-kurangnya suatu
pedoman bagi arahan matematika—masalah-masalah seperti apa yang penting,
pertanyaan-pertanyaan apa yang hendaknya diajukan, metodologi-metodologi apa yang
masuk akal, apa yang mungkin berhasil, dan sebagainya.
18
Landasan matematika merupakan bidang pengetahuan yang berkaitan dengan
konsep-konsep dasar atau asas-asas fundamental yang lebih pinsipil yang dipergunakan
dalam matematika, misalkan yang berkaitan dengan operasi aljabar, arimatika, danyang
lain sebagainya. Kemudian, dengan prinsip dasar pada landasan matematika proses
pengkajiamnya atau penelahannya akan sampai pada sifat alami (ntuare) matematika
dan sampai juga pada metode matematika. Sedangka meta-matematka yang
dimaksudkan sebagai sbuah teori pembuktian untuk menetapkan ada atau tidaknya
konsistensi dalam matematika dan menjawab permasalahan lainna, seperti problem
keputusan dan kelengkapan dalam suatu sistem formal atau sistem logika.
Meta-matematika merupakan suatu cabang dari logika matematika yang
menelaah teori-teori tersebut formal dan memecahkan persoalan yang berkaitan
dengan teori-teori tersebut, serta dilakukan pembuktian –pembuktian dengan
menggunakan simbol-simbol tertentu yang dalam pembuktian tersebut memungkinkan
adanya sebuah kesesuaian dengan kenyataan yang terjadi. Sehingga, dari meta-
matematika inilah muncul teori pembuktian yang diformalkan termasuk sistem logika
simbolik yang berada di dalamnya dengan tujuan menggunakan simbol dalam
matematika untuk membuktikan persoalan yang akan diselesaikan.
Ruang lingkup filsafat matematika merupakaan pembahasan yang menyangkut
problem-problem atau cakupan luas tentang kajian filsafat matematika baik problem
umum yang berkaitan dengan prinsip dasar dan kriteria filsafat matematika maupun
problem khusus yang berkaitan dengan problem reflektif dan membentuk filsafat
matematika.( Didi Haryono:2014).Problem-problem umum dan khusus tersebut akan
dijelaskan dalam ruang lingkup kajian filsafat matematika sebagaimana yang bagikan
oleh The Liang Gie (1999) dalam () yang meliputi : epistemologi matematika, ontologi
matematika, metodologi matematika, struktur logis dari matematika, implikasi etis
matematika, aspek estetis dari matematika, dan peranan matematika dalam sejarah
peradaban manusia.( Didi Haryono:2014) 7
7
afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/05
epistemilogi-ontologi-dan-aksiologi-pengetahuan-sains_2013_1.pdf
19
a. Epistemologi Matematika
Secara etimologi, epistemologi merupakan gabungan dari dua kata dalam
bahasa Yunani yaitu Episteme dan Logos. Episteme artinya pengetahuan,
sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan
sistematik. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan
sistematik mengenai pengetahuan.(Afid Burhanuddin:2012)
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan matematika yang meliputi matematika murni,
matematika terapan dan berbagai cabang matematika lainnya, ciri-ciri
matematika yang meliputi abstraksi, deduktif, hipotesis, eksak, simbolik,
universal, rasional dan lain-lain, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya
serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang
dimiliki. (Didi Haryono:2014)
b. Ontologi Matematika
Menurut bahasa Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On atau Ontos
yang artinya ada dan Logos yang artinya ilmu. Jadi, Ontologi adalah ilmu
tentang yang ada. Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu yang membahas
tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk
jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.(Afid Burhanuddin:2012).
Ontologi mtematika merupakan suatu teori mengenai keberadaan tentang
apa yang ada (metafisik), ontologi matematika menyelidiki sifat dasar dari apa
yang nyata secara fundamental dan cara berbeda dimana entitas dari kategori-
kategori logis yang berlainan (objek-objek fisik, hal universal) dapat dikatakan
ada, dalam kerangka tradisional ontologi dianggap sebagai teori mengenai
prinsip-prinsip umum dari hal yang ada, sedangkan dalam hal pemakainannya
akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.( Didi
Haryono:2014). Dalam ontologi matematika ada banyak hal yang dipersoalkan
misalkan cakupan dari pernyataan matematika (cakupan dunia nyata dan tidak
nyata), cakupan tersebut dalam pandangan realisme empirik menjawab bahwa
cakupan tersebut merupakan suatu realitas dan eksistensi dari entitas-entitas
matematika juga menjadi bahan pemikiran filsafat.(Didi Haryono:2014)
20
c. Metodologi Matematika
Metodologi matematika merupakan penelaahan atau pengkajian
terhadap metode-metode yang khusus dipergunakan dalam matematika.
Menurut Alfred Tarski dalam Didi Haryono bidang studi ini dikenal dengan
sebutan yang berkali-kali berubah-ubah, misalkan pada awalnya dinamakan
metodologi ilmu-ilmu deduktif, kemudian diganti dengan teori pembuktian
(theory of proof), selanjutnya menjadi meta-logika dan meta-matematika,
sedangkan pada akhir-akhir ini muncul logika sintaks dan semantic dari ilmu-
ilmu deduktif.[8] Metode yang khusus dari matematika kini lazim dikenal
sebagai metode aksiomatik ( axiomatic method) atau metode hipotetik-deduktif
(hypothetical-deductive method).[9]
[8]
Didi Haryono, Filsafat Matematika, Alfabeta, Bandung 2014, hlm. 53
21
[9]
Lihat, The Liang Gie,Op,cit, hal 56
Kemajuan teknik-teknik statistic yang semakin rumit, mendorong
manusia untuk melakukan penelitian ilmiah mengenai kehidupan masyarakat
atau kepribadian individual penuh dengan perhitungan angka dan penerapan
rumus sehingga kualitas tidak lagi nampak. Oleh karena itu, implikasi etis dapat
menjadi pokok persoalan yang menarik dalam pemikiran filsafat matematika.
22
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan
dari peran ilmu pengetahuan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ibarat
mata rantai yang tidak terputus satu sama lain. Hal hal baru yang ditemukan
pada suatu masa menjadi unsur terpenting bagi penemuan-penemuan di masa
selanjutnya. Oleh karena itu, melihat sejarah perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman kontemporer, tidak lain yaitu mengamati pemanfaatan dan
pengembangan lebih lanjut dari rentetan sejarah sebelumnya. Kondisi itulah
yang kemudian mengalami percepatan atau bahkan radikalisasi yang tidak
jarang berada di luar dugaan manusia lainnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap kehidupan individu, sosial, dan negara. Dengan adanya
peningkatan produksi yang tinggi, maka berbagai macam kebutuhan manusia
dapat dipenuhi dengan lebih baik.
Tetapi di lain pihak teknologi cenderung membuat manusia menjadi
suatu unit yang abstrak dalam hubungannya antara manusia dengan
kebutuhannya, sehingga ada anggapan bahwa manusia tidak bekerja dan yang
menggantikan mereka adalah mesin - mesin yang telah diciptakannya. Sekarang
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sampai pada pengembangan
otomatisasi. Misalkan, sudah bukan lagi pada peningkatan kemampuan organ-
organ tubuh manusia atau manusia yang bekerja, akan tetapi pekerjaan manusia
telah dianggap sebagai suatu sistem tertutup. Sehingga, dalam otomatisasi,
mesinlah yang mengambil alih segala pekerjaan yang dilakukan oleh manusia.
Alat teknologi yang telah dihasilkan cukup banyak sekali, hampir segala
bidang teknik dan rekayasa lainnya memiliki alat tertentu yang memudahkan
manusia melakukan pekerjaan mereka. Ketika manusia manusia membutuhkan
waktu cepat untuk menempuh jarak yang jauh, maka untuk memenuhi
kebutuhan manusia digunakanlah alat teknologi misalkan, sepeda, motor,
mobil, dan pesawat tergantung yang mana dipilih oleh manusia. Pada zaman
dulu benda-benda yang kecil tidak mampu dilihat dengan mata telanjang, akan
tetapi pada zaman sekarang orang mampu melihat benda yang terkecil dengan
bantuan teknologi. Alat optik misalnya, mampu membantu mata melihat benda
benda yang sangat kecil atau letaknya sangat jauh. Telpon dan radio mampu
meningkatkan kemampuan manusia dalam mendengar, kemudian komputer
banyak sekali kegunaannya dalam proses pemikiran manusia.
23
SOAL DAN PENYELESAIAN
24
3. Jelaskanlah macam- macam objek Marematika menurut Gagne dan berilah contoh pada
masing masing objek!
Jawab:
Pembagian objek langsung matematika oleh Gagne menjadi fakta, konsep, prinsip,
dan keterampilan
1. Fakta
fakta adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika seperti lambang, notasi,
ataupun aturan seperti 5 + 2 × 10 = 5 + 20, di mana operasi perkalian didahulukan
dari operasi penjumlahan. Jadi tidak benar bahwa 5 + 2 ×10 = 7 × 10.
2. Konsep
konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk
mengklasifikasi suatu objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan
contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Seorang siswa disebut telah
mempelajari konsep segitiga jika ia telah dapat membedakan yang termasuk segitiga
dari yang bukan segitiga. Untuk sampai ke tingkat tersebut,siswa harus dapat
mengenali atribut atau sifat-sifat khusus dari segitiga.
3. Prinsip
Prinsip adalah suatu pernyataan yang memuat hubungan antara dua konsep atau
1
lebih. Contohnya, rumus luas segitiga berikut: 𝐿 = 2 𝑎𝑡. Pada rumus luas segitiga
di atas, didapati adanya beberapa konsep yang digunakan, yaitu konsep luas,
konsep panjang alas segitiga dan konsep tinggi segitiga.
4. Keterampilan atau Proses
keterampilan adalah suatu prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau
memperoleh suatu hasil tertentu. Misalkan saja anda diminta untuk menentukan hasil
dari 345 × 87 tanpa menggunakan kalkulator. Apa yang harus Anda lakukan?
Prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau memperoleh hasil 345 × 87 biasanya
adalah dengan perkalian bersusun.
25
4. Jelaskanlah 3 aliran besar filsafat matematika
Jawab:
1. Aliran logisisme
Aliran logisisme merupakan sebuah aliran yang yang berpendapat bahwa
Matematika murni (science) didasarkan pada prinsip logika dan pengkajiannya
juga harus menggunakan logika, sehingga matematika harus lebih logis
dipahami.
2. Aliran formalisme
Aliran formalisme merupakan aliran berpendapat bahwa matematika adalah
tidak lebih atau tidak kurang sebagai bahasa matematika.
3. Aliran Intuitionisme
Aliran Intuitionisme merupakan aliran yang ketiga dari landasan matematika
yang mengandalkan intuisi dalam mengkaji dan memahami matematika,
karena itu intuisi merupakan sarana untuk mengetahui secara langsung dan
seketika tentang matematika.
5. Jelaskanlah relasi Filsafat dan matematika terjalin secara dekat tetapi tidak saling
mendominasi !
Jawab:
Filsafat dan matematika terjalin secara dekat tetapi tidak saling mendominasi,
merupakan relasi yang mempunyai fungsi yang setara. Matematika tidak jauh
dari kajian bidang-bidang filsafat seperti epistemologi, metafisika, logika, sains
kognitif, filsafat bahasa, dan filsafat sains alam dan sains sosial. Filsafat juga
tidak jauh dari kajian bidang-bidang matematis seperti logika, teorin himpunan,
teori kategori, komputabilitas, dan bahkan analisis dan geometri.Terdapat
beberapa alasan hubungan antara matematika dan filsafat. Pertama, matematika
dan filsafat merupakan upaya-upaya intelektual paling awal untuk memahami
dunia di sekitar kita, dan keduanya terlahir di Yunani Kuno atau mengalami
transformasi-transformasi penting di sana. Kedua, matematika adalah suatu
studi kasu paling penting bagi filsuf. Dan alasan ketiga untuk keterkaitan
matematika dan filsafat terletak pada epistemologi—studi pengetahuan.
Matematika sangat penting karena peran sentralnya dalam hampir setiap upaya
26
ilmiah yang di tunjukkan untuk memahami dunia materi. Matematika adalah
alat utama dalam upaya-upaya terbaik untuk memahami dunia.
6. Bagaimanakah Implikasi etis dari perkembangan matematika ?
Jawab:
Contoh Implikasi etis dari perkembangan matematika ialah perkembangan
aritmatika binary (binary arithmetic) yang berpadu dengan teknologi elektronik
telah melahirkan macam-macam computer untuk keperluan manusia dalam
menyimpan data-data perseorangan, data base penyimpanan uang di bank,
mengatur persediaan barang, dan lain sebagainya.
27
9. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan Ontologi matematika?
Jawab:
Menurut bahasa Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On atau Ontos yang
artinya ada dan Logos yang artinya ilmu. Jadi, Ontologi adalah ilmu tentang
yang ada. Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk
jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.(Afid Burhanuddin:2012).
28
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Internet:
Afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/05 epistemilogi-ontologi-dan-aksiologi
pengetahuan-sains_2013_1.pdf
Sanjaya, Wina H. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan-
Pengetahuan-Matematika_Pdf.
Soerjabrata, soemardi. 1970. Pengantar- filsafat-Yogyakarta_1.pdf
29