Indonesia merupakan negara yang mendapatkan julukan “Megabiodiversitas”.
Mega berarti besar sedangkan biodiversitas berarti keanekaragaman hayati. Oleh sebab itu, Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat besar baik itu flora maupun fauna seperti komodo (Varanus komodoensis).
Namun mengapa Indonesia yang memiliki begitu banyak keanekaragaman
hayati masih memiliki rakyat yang hidupnya miskin, khususnya di bidang pertanian? Pertanian yang adalah identitas rakyat Indonesia dan pernah mencapai masa keemasaannya pada masa pemerintahan Presiden Soeharto di tahun 1984, dimana Indonesia pada saat itu menjadi negara swasembada pangan yang dapat mencukupi kebutuhan pangannya sendiri dengan empat programmnya yang bernama “Revolusi Agraria” yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan dan rehabilitasi pertanian. Dengan program kerja tersebut pula Indonesia dapat menorehkan prestasi sebagai negara agraria pengimpor beras terbesar pada tahun 1966.. Pada 1969 Indonesia memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton beras, sementara pada 1984, bisa mencapai 25,8 juta ton beras dan menjadi Penguasa Pasar Beras di Regional Asia. Bahkan negara Indonesia mendapat penghargaan dari FAO (Food and Agriculture Organization) dan dianugerahi sebuah medali bertuliskan ”from rice importer to self sufficiency”.
Rata-rata rakyat Indonesia yang berprofesi sebagai petani hidupnya miskin,
sedangkan petani dari negara tetangga biasanya lebih sejahtera dari penduduk yang lain. Menurut Dr. Iskandar Nuhung “lebih dari 60 % penduduk Indonesia hidup dari sektor pertanian, berdiam di pedesaan dan merupakan golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, maka golongan masyarakat inilah yang harus menjadi titik sentral pembangunan nasional terutama dalam pengarahan investasi”. Perspektif masyarakat tentang orang dengan profesi petani biasanya miskin harus mulai kita ubah dari sekarang. Dan ini tentunya tak dapat dilakukan sendiri karena untuk mencapai tujuan kita dimana petani dapat hidup sejahtera kembali seperti dulu kala memiliki berbagai rintangan baik faktor internal maupun eksternal.