Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Alpukat

2.1.1. Morfologi Tumbuhan Alpukat

Pohon buah ini berasal dari Amerika tengah, tumbuh liar di hutan-hutan, banyak juga ditanam di
kebun, dan di pekarangan yang lapisan tanahnya gembur dan subur serta tidak tergenang air.
Pohon kecil, berakar tunggang, batang berkayu, bulat, warnanya coklat kotor, banyak bercabang,
ranting berambut halus. Daun tunggal, letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya jorong
sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit ujung dan pangkal yang runcing. Tepi rata
kadang agak menggulung keatas, betulang menyirip, daun muda warnanya kemerahan dan
berambut rapat, daun tua warnaya hijau dan gundul. Bunganya majemuk, buahnya buah buni,
bentuk bola dan bulat telur, warnanya hijau atau hijau kekuningan, daging buah jika sudah masak
lunak, warnaya hijau kekuningan. Biji bulat seperti bola, keping biji putih kemerahan. Buah
alpukat yang masak dagingnya lunak, berlemak biasanya dimakan sebagai es campur atau dibuat
jus. Minyaknya dignakan antara lain untuk keperluan kosmetik.(Yuniarti,2008)

2.1.2. Sistematika tumbuhan Alpukat

Sistematika tumbuhan Alpukat adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Class : Dicotylendonae

Ordo : Ranunculales

Universitas Sumatera Utara


Family : Lauraceace

Genus : Persea

Spesies : Persea gratissima Gaertn.

2.1.3. Manfaat kulit buah alpukat (Persea gratissima Gaertn).

Kulit buah alpukat rasanya kelat, dan tidak beracun. Ini bermanfaat untuk pengeluaran air seni,
dan obat sariawan. Hasil farmakologis menunjukkan kulit alpukat mempunyai daya melarutkan
saluran kemih.(Maryani,2003)

2.2 Senyawa Flavonoida

Senyawa-senyawa flavonoida adalah senyawa-senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom


karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier yang
terdiri dari tiga atom karbon. Senyawa-senyawa flavonoida adalah senyawa 1,3 diaril propana,
senyawa isoflavonoida adalah senyawa 1,2 diaril propana, sedangkan senyawa-senyawa
neoflavonoida adalah 1,1 diaril propana.

Istilah flavonoida diberikan pada suatu golongan besar senyawa yang berasal dari
kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa flavon; suatu jembatan oksigen terdapat
diantara cincin A dalam kedudukan orto, dan atom karbon benzil yang terletak disebelah cincin
B. Senyawa heterosoklik ini, pada tingkat oksidasi yang

berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah bentuk yang mempunyai cincin C
dengan tingkat oksidasi paling rendah dan dianggap sebagai struktur induk dalam nomenklatur
kelompok senyawa-senyawa ini. (Manitto, 1981)

Universitas Sumatera Utara


Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun,
akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida ini berada di dalam
tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Namun ada juga flavonoida yng terdapat pada hewan, misalnya
dalam kelenjar bau berang-berang dan sekresi lebah. Dalam sayap kupu - kupu dengan anggapan
bahwa flavonoida berasal dari tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan
tidak dibiosintesis di dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada golongan tumbuhan
yang tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita. (Markham, 1988)

2.2.1 Struktur dasar senyawa flavonoida

Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat yang
dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida dapat digambarkan sebagai
berikut :

A C C C B

Kerangka dasar senyawa flavonoida

Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol tersubstitusi.

HO O
HO O
A AA
C3 C6
OH
C3 C6 B

Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :

Universitas Sumatera Utara


OCH3
H3CO O
HO O
A
A
HO C3 C6 H3CO C3 C6 B
OH OCH3
B

Cincin B adalah karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5- terhidroksilasi

C6 (A) C3 B R'

R''

R = R’ = H, R’ = OH

R = H, R’ = R” = OH

R = R’ = R” = OH

(juga, R = R’ = R” = H) (Sastrohamidjojo, 1996)

2.2.2. Klasifikasi Senyawa Flavonoida

Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan
kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak, umumnya dalam
tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida. (Harborne, 1996)

Pada flavonoida O-glikosida, satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikat pada
satu gula (lebih) dengan ikatan yang tahan asam. Glukosa merupakan gula yang paling umum
terlibat dan gula lain yang sering juga terdapat adalah galaktosa, ramnosa, silosa, arabinosa, dan

Universitas Sumatera Utara


rutinosa. Waktu yang diperlukan untuk memutuskan suatu gula dari suatu flavonoida O-
glukosida dengan hidrolisis asam ditentukan oleh sifat gula tersebut.

Pada flavonoida C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoida dan dalam hal ini
gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan

karbon-karbon yang tahan asam. Gula yang terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C
nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoida, misalnya pada orientin. (Markham, 1988)

Menurut Robinson (1995), flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada


rantai C3 yaitu :

1. Flavonol

Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon flavonol
yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai

antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan
variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh
udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat
dilakukan.

OH
O

Struktur flavonol

Universitas Sumatera Utara


2. Flavon

Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-hidroksi.
Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi

warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis glikosida pada
flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan

luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling
umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula

melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida.

Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoida.

3'
2'
1 4'
8
7 9O 2
5'
1' 6'
6 3
10 4
5
O

Struktur flavon

Universitas Sumatera Utara


3. Isoflavon

Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai fitoaleksin yaitu
senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan terhadap serangan
penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya

tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein)
memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi

kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia berubah
menjadi coklat.

Struktur Isoflavon

4. Flavanon

Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon
glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah

jeruk ; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat dalam buah
anggur dan jeruk.

Struktur Flavanon

Universitas Sumatera Utara


5. Flavanonol

Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika dibandingkan
dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena konsentrasinya rendah dan
tidak berwarna.

OH
O

Struktur Flavanonol

6. Katekin

Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini
mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir

dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai
antioksidan.

OH
OH
HO O

OH
OH

Struktur Katekin

7. Leukoantosianidin

Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan berkayu.
Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol.

Universitas Sumatera Utara


O

OH
HO OH

Struktur Leukoantosianidin

8. Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan.
Pigmen yng berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir

semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada
tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik
tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan
atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.

OH

Struktur Antosianin

9.Khalkon

Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila
dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena hanya pigmen
dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air.
(Harborne, 1996)

Universitas Sumatera Utara


O

Struktur Khalkon

10. Auron

Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita. Dalam
larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi kertas berupa
bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah jingga bila
diberi uap amonia. (Robinson, 1995)

O
HC

Struktur Auron

Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida dimana semua flavonoida,
menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan semuanya mempunyai
sejumlah sifat yang sama yakni:

Universitas Sumatera Utara


Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas

Antosianin pigmen bunga merah larut dalam air, λmaks 515-545 nm,
marak,dan biru juga dalam bergerak dengan BAA pada kertas.
daun dan jaringan lain.

terutama tan warna, dalam


menghasilkan antosianidin (warna
Proantosianidin daun tumbuhan berkayu.
dapat diekstraksi dengan amil alkohol
) bila jaringan dipanaskan dalam HCl
2M selama setengah jam.

setelah hidrolisis, berupa bercak


terutama ko-pigmen
kuning murup pada kromatogram
tanwarna dalam bunga
Flavonol Forestal bila disinari dengan sinar UV;
sianik dan asianik;
tersebar luas dalam daun. maksimal spektrum pada 330 – 350

seperti flavonol setelah hidrolisis, berupa bercak coklat


redup pada kromatogram Forestal;
maksimal spektrum pada 330-350 nm.
Flavon
mengandung gula yang terikat melalui
seperti flavonol ikatan C-C; bergerak dengan
pengembang air, tidak seperti flavon
biasa.
Glikoflavon
pada kromatogram BAA beupa bercak
redup dengan RF tinggi .

tanwarna; hampir dengan amonia berwarna merah


seluruhnya terbatas pada
; maksimal spektrum 370-410 nm.
gimnospermae.
Biflavonil
pigmen bunga kuning,
kadang-kadang terdapat

Universitas Sumatera Utara


juga dalam jaringan lain

Khalkon dan auron tanwarna; dalam daun dan berwarna merah kuat dengan Mg /
buah HCl; kadang – kadang sangat pahit .

( terutama dalam Citrus ) bergerak pada kertas dengan


pengembang air; tak ada uji warna
tanwarna; sering kali
Flavanon yang khas.
dalam akar; hanya terdapat
dalam satu
suku,Leguminosae
Isoflavon

2.2.3 Metoda isolasi senyawa flavonoida

a. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Chowdhurry

Pada metoda ini, daun tumbuhan dikeringkan terlebih dahulu sebanyak 100 gram. Lalu
diekstraksi dengan Petroleum Eter (60-80 oC) dalam alat soklet selama 10 jam. Selanjutnya
diekstraksi dengan Benzena selama 10 jam. Ekstrak Benzena diuapkan pelarutnya,
menghasilkan semipadat berwarna coklat. Lalu dilarutkan dalam Eter dan dipisahkan dalam
suasana asam, basa dan netral. Fraksi pertama (ada empat macam) masing-masing 50 ml dielusi
dengan Benzena memberikan residu padat dengan titik lebur 151-152 oC.

Kristalisasi dengan Metanol menghasilkan senyawa flavonoida (I), kristal tidak berwarna
dengan titik lebur 156 oC. Penelitian ini juga dilakukan oleh Prof. Dreyer, L., D., dengan
melakukan pengukuran titik lebur, kromatografi lapis tipis dengan Spektrum Infra Merah. Dari
fraksi lima sampai delapan masing-masing dilarutkan dengan Benzena lalu menghasilkan zat
padat berwarna kuning terang dengan titik lebur 191-193 oC. Kristalisasi dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara


Metanol menghasilkan Hibiscetin Hepta Metil Eter, titik lebur 196-197 oC, kristal berwarna
kuning sebanyak 50 gram. (Chowdhurry, 1971)

OCH3
OCH3
O
OCH3

H3CO OCH3
OCH3
OCH3O

b. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Joshi

Daun tumbuhan yang telah dikeringkan diekstraksi dengan n-heksana, lalu ekstrak n-heksana
dikromatografi kolom dengan fasa diam alumina, menghasilkan kristal dengan titik lebur 125-
126 oC sebanyak 0,1%. Diidentifikasi, ekotin C23H26O10. (Joshi, 1969)

OCH3
OCH3
H3CO O
OCH3

H3CO OCH3
OCH3
OCH3O

c. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Dreyer, L.D

Dalam metoda ini, daun diekstraksi dengan Aseton, kemudian pelarut dievaporasi dan diperoleh
ekstrak pekat. Ektrak pekat yang diperoleh dikromatografi kolom dengan menggunakan alumina
sebagai fasa diam dan Benzena sebagai fasa gerak hingga dihasilkan residu. Lalu direkristalisasi
dengan campuran Etil asetat : n-heksana dan dilanjutkan dengan Metanol. Diperoleh kristal

Universitas Sumatera Utara


kuning terang, diidentifikasi sebagai 3,3`,4`,5,5`,6,7-hepta metoksi flavon dengan titik lebur
156-157oC. (Dreyer, 1968)

OCH3O
H3CO OCH3

OCH3
H3CO O

OCH3
OCH3

d. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida oleh Harborne

Dalam metoda ini, daun yang segar dimaserasi dengan MeOH, lalu disaring. Ekstrak MeOH
dipekatkan dengan rotari evaporator. Lalu ekstrak pekat yang dihasilkan, diasamkan dengan
H2SO4 2M, didiamkan, lalu diesktraksi dengan Kloroform. Lapisan Kloroform diambil, lalu
diuapkan, sehingga dihasilkan ekstrak polar pertengahan (Terpenoida atau senyawa Fenol).
(Harborne, 1996)

2.2.4 Sifat kelarutan flavonoida

Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu
bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat, bila dibiarkan dalam

Universitas Sumatera Utara


larutan basa, dan disamping itu terdapat oksigen, banyak yang akan terurai. Karena mempunyai
sejumlah gugus hidroksil, atau suatu gula,flavonoida merupakan senyawa polar, maka umumnya
flavonoida cukup larut dalam pelarut polar seperti Etanol (EtOH), Metanol (MeOH), Butanol
(BuOH), Aseton, Dimetilsulfoksida (DMSO), Dimetilformamida (DMF), Air dan lain-lain.
Adanya gula yang terikat pada flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung
menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut
yang disebut diatas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya,
aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang
termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti Eter dan Kloroform.
(Markham, 1988)

2.3 Teknik Pemisahan

Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan ditentukan berada
dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponen-komponen lainnya. Ada 2 jenis teknik
pemisahan:

1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya perbedaan
yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran yang akan dipisahkan.
2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada perbedaan-
perbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-senyawa yang termasuk dalam suatu
golongan. (Muldja, 1995)

Universitas Sumatera Utara


2.3.1 Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan dipisahkan
terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk lapisan stasioner denagn luas
permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang merembes lewat.

Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa yang bergerak mungkin
suatu cairan atau suatu gas. (Underwood, 1981)

Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat – sifat dari fasa diam, yang dapat
berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa diam berupa zat padat disebut kromatografi serapan, jika
berupa zat cair disebut kromatografi partisi. Karena fasa gerak dapat berupa zat cair atau gas
maka ada empat macam sistem kromatografi yaitu:

1. Fasa gerak cair–fasa diam padat (kromatografi serapan):

a.kromatografi lapis tipis

b.kromatografi penukar ion

2.Fasa gerak gas–fasa diam padat, yakni kromatografi gas padat

3. Fasa gerak cair–fasa diam cair (kromatografi partisi), yakni kromatografi kertas.

4. Fasa gerak gas–fasa diam zat cair, yakni :

a. kromatografi gas–cair

b. kromatografi kolom kapiler

Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa – senyawa
yang dipisahkan terdistribusi diantara fasa gerak dan fasa diam dalam perbandingan yang sangat
berbeda – beda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain (Sastrohamidjojo, 1991).

2.3.1.1 Kromatografi lapis tipis

Universitas Sumatera Utara


Kromatografi Lapis Tipis pada plat berlapis yang berukuran lebih besar, biasanya 5x20 cm,
10x20 cm, atau 20x20 cm. Biasanya memerlukan waktu pengembangan 30 menit sampai satu
jam. Pada hakikatnya KLT melibatkan dua fase yaitu fase diam atau sifat lapisan, dan fase gerak
atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai
permukaan penyerap atau penyangga untuk lapisan zat cair. Fase gerak dapat berupa hampir
segala macam pelarut atau campuran pelarut. (Sudjadi, 1986)

Pemisahan senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis seperti senyawa organik alam dan
senyawa organik sintetik dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan alat yang harganya tidak
terlalu mahal. Jumlah cuplikan beberapa mikrogram atau sebanyak 5 g dapat ditangani.
Kelebihan KLT yang lain ialah pemakaian jumlah pelarut dan jumlah cuplikan yang sedikit.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu metode pemisahan yang cukup sederhana
yaitu dengan menggunakan plat kaca yang dilapisi silika gel dengan menggunakan pelarut
tertentu. (Gritter,1991)

Nilai utama Kromatografi Lapis Tipis pada penelitian senyawa flavonoida ialah sebagai
cara analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit. Menurut Markham, Kromatografi
Lapis Tipis terutama berguna untuk tujuan berikut:

1. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom


2. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom
3. Identifikasi flavonoida secara ko-kromatografi.
4. Isolasi flavonoida murni skala kecil
5. Penyerap dan pengembang yang digunakan umumnya sama dengan penyerap dan
pengembang pada kromatografi kolom dan kromatografi kertas. (Markham, 1988)

2.3.1.2 Kromatografi kolom

Universitas Sumatera Utara


Kromatografi cair yang dilakukan dalam kolom besar merupakan metode kromatografi terbaik
untuk pemisahan dalam jumlah besar (lebih dari 1 g). Pada kromatografi kolom, campuran yang
akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom penyerap yang berada dalam
tabung kaca, tabung logam, dan tabung plastik. Pelarut atau fasa gerak dibiarkan mengalir
melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan.
Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan
dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom (Gritter, 1991).

Dengan menggunakan cara ini, skala isolasi flavonoida dapat ditingkatkan hampir ke
skala industri. Pada dasarnya, cara ini meliputi penempatan campuran flavonoida (berupa
larutan) diatas kolom yang berisi serbuk penyerap (seperti selulose, silika atau poliamida),
dilanjutkan dengan elusi beruntun setiap komponen memakai pelarut yang cocok. Kolom hanya
berupa tabung kaca yang dilengkapi dengan keran pada salah satu ujung. (Markham, 1988)

2.3.1.3 Harga Rf (Reterdation Factor)

Mengidentifikasi noda-noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf yang


diidentifikasikan sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat dengan jarak
perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat. Jarak yang ditempuh oleh tiap
bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk mengidentifikasi suatu senyawa,
maka harga Rf senyawa tersebut dapat dibandingkan dengan harga Rf senyawa pembanding.

Jarak perambatan bercak dari titik penotolan

Rf =

Jarak perambatan pelarut dari titik penotolan (Sastrohamidjojo, 1991).

2.3.2 Ekstraksi

Ekstraksi dapat dilakukan dengn metoda maserasi, sokletasi, dan perkolasi. Sebelum ekstraksi
dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu dihaluskan dengan derajat kehalusan

Universitas Sumatera Utara


tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara di atas. Ekstraksi dengan metoda sokletasi
dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya
n-heksana, Eter, Benzena, Kloroform, Etil asetat, Etanol, Metanol, dan Air.

Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif terhadap
senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak yang pekat biasanya pelarut
ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator. (Harborne, 1996)

2.4 Teknik Spektroskopi

Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia–fisika yang mengamati tentang
interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.

Ada dua macam instrumen pada teknik spektroskopi yaitu spektrometer dan
spektrofotometer. Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada bidang fokus disebut
sebagai spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan detektor yang bersifat
fotoelektrik maka disebut spektrofotometer (Muldja, 1955).

Informasi Spektroskopi Inframerah menunjukkan tipe – tipe dari adanya gugus fungsi
dalam satu molekul dan Resonansi Magnetik Inti yang memberikan informasi tentang bilangan
dari setiap tipe dari atom hidrogen dan juga memberikan informasi yang menyatakan tentang
lingkungan dari setiap tipe dari atom hidrogen.

Kombinasinya dan data yang ada kadang – kadang menentukan struktur yang lengkap dari
molekul yang tidak diketahui. (Pavia, 1979)

2.4.1 Spektrometri ultra violet

Universitas Sumatera Utara


Serapan molekul di dalam derah ultra violet dan terlihat dari spektrum bergantung pada struktur
ultra elektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi, menghasilkan percepatan dari
elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital yang berenergi lebih tinggi di dalam keadaan
tereskitasi (Silverstein, 1986).

Spektrum Flavonoida biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut Metanol (MeOH) atau
Etanol (EtOH). Spektrum khas terdiri atas dua maksima pada rentang 240-285 nm (pita II) dan
300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan kekuatan nisbi maksima tersebut memberikan
informasi yang berharga mengenai sifat flavonoida dan pola oksigenasinya. Ciri khas spektrum
tersebut ialah kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan
isoflavon serta kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan antosianin yang terdapat
pada panjang gelombang yang tinggi.

Ciri spektrum golongan flavonoida utama dapat ditunjukkan sebagai berikut :(Markham,1988)

λ maksimum λ maksimum tambahan Jenis flavonoida


utama (nm) (nm) (dengan intensitas
nisbi)

475-560 ± 275 (55%) Antosianin

390-430 240-270 (32%) Auron

365-390 240-260 (30%) Kalkol

350-390 ± 300 (40%) Flavonol

Universitas Sumatera Utara


250-270 ± 300 (40%) Flavonol

330-350 tidak ada Flavon dan biflavonil

300-350 tidak ada Flavon dan biflavonil

275-295 310-330 (30%) Flavanon dan flavononol

± 225 310-330 (30%) Flavonon dan flavononon

310-330 310-330 (25%) Isoflavon

2.4.2 Spektrofotometri infra merah (FT-IR)

Spektrum inframerah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi getaran yang
-1
berlainan. Pancaran inframerah yang kerapatannya kurang dari 100 cm (panjang gelombang
lebih daripada 100 µm) diserap oleh sebuah molekul organik dan diubah menjadi putaran energi
molekul.

Penyerapan ini tercantum, namun spektrum getaran terlihat bukan sebagai garis – garis
melainkan berupa pita – pita. Hal ini disebabkan perubahan energi getaran tunggal selalu disertai
sejumlah perubahan energi putaran (Silverstein, 1986).

Dalam molekul sederhana beratom dua atau beratom tiga tidak sukar untuk menentukan
jumlah dan jenis vibrasinya dan menghubungkan vibrasi-vibrasi tersebut dengan energi serapan.
Tetapi untuk molekul-molekul beratom banyak, analisis jumlah dan jenis vibrasi itu menjadi
sukar sekali atau tidak mungkin sama sekali, karena bukan saja disebabkan besarnya jumlah
pusat – pusat vibrasi, melainkan karena juga harus diperhitungkan terjadinya saling
mempengaruhi (inter-aksi) beberapa pusat vibrasi.

Universitas Sumatera Utara


Vibrasi molekul dapat dibagi dalam dua golongan , yaitu vibrasi regang dan vibrasi lentur.

1. Vibrasi regang

Di sini terjadi terus menerus perubahan jarak antara dua atom di didalam suatu molekul. Vibrasi
regang ini ada dua macam yaitu vibrasi regang simetris dan tak simetri.

2.Vibrasi lentur

Di sini terjadi perubahan sudut antara dua ikatan kimia. Ada empat macam vibrasi lentur yaitu
vibrasi lentur dalam bidang yang dapat berupa vibrasi scissoring atau vibrasi rocking dan vibrasi
keluar bidang yang dapat berupa waging atau berupa twisting (Noerdin, 1985)

Universitas Sumatera Utara

Вам также может понравиться