Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
Pohon buah ini berasal dari Amerika tengah, tumbuh liar di hutan-hutan, banyak juga ditanam di
kebun, dan di pekarangan yang lapisan tanahnya gembur dan subur serta tidak tergenang air.
Pohon kecil, berakar tunggang, batang berkayu, bulat, warnanya coklat kotor, banyak bercabang,
ranting berambut halus. Daun tunggal, letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya jorong
sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit ujung dan pangkal yang runcing. Tepi rata
kadang agak menggulung keatas, betulang menyirip, daun muda warnanya kemerahan dan
berambut rapat, daun tua warnaya hijau dan gundul. Bunganya majemuk, buahnya buah buni,
bentuk bola dan bulat telur, warnanya hijau atau hijau kekuningan, daging buah jika sudah masak
lunak, warnaya hijau kekuningan. Biji bulat seperti bola, keping biji putih kemerahan. Buah
alpukat yang masak dagingnya lunak, berlemak biasanya dimakan sebagai es campur atau dibuat
jus. Minyaknya dignakan antara lain untuk keperluan kosmetik.(Yuniarti,2008)
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Class : Dicotylendonae
Ordo : Ranunculales
Genus : Persea
Kulit buah alpukat rasanya kelat, dan tidak beracun. Ini bermanfaat untuk pengeluaran air seni,
dan obat sariawan. Hasil farmakologis menunjukkan kulit alpukat mempunyai daya melarutkan
saluran kemih.(Maryani,2003)
Istilah flavonoida diberikan pada suatu golongan besar senyawa yang berasal dari
kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa flavon; suatu jembatan oksigen terdapat
diantara cincin A dalam kedudukan orto, dan atom karbon benzil yang terletak disebelah cincin
B. Senyawa heterosoklik ini, pada tingkat oksidasi yang
berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah bentuk yang mempunyai cincin C
dengan tingkat oksidasi paling rendah dan dianggap sebagai struktur induk dalam nomenklatur
kelompok senyawa-senyawa ini. (Manitto, 1981)
Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat yang
dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida dapat digambarkan sebagai
berikut :
A C C C B
HO O
HO O
A AA
C3 C6
OH
C3 C6 B
C6 (A) C3 B R'
R''
R = R’ = H, R’ = OH
R = H, R’ = R” = OH
R = R’ = R” = OH
Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan
kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak, umumnya dalam
tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida. (Harborne, 1996)
Pada flavonoida O-glikosida, satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikat pada
satu gula (lebih) dengan ikatan yang tahan asam. Glukosa merupakan gula yang paling umum
terlibat dan gula lain yang sering juga terdapat adalah galaktosa, ramnosa, silosa, arabinosa, dan
Pada flavonoida C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoida dan dalam hal ini
gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan
karbon-karbon yang tahan asam. Gula yang terikat pada atom C hanya ditemukan pada atom C
nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoida, misalnya pada orientin. (Markham, 1988)
1. Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon flavonol
yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai
antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan
variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh
udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat
dilakukan.
OH
O
Struktur flavonol
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-hidroksi.
Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi
warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis glikosida pada
flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan
luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling
umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula
3'
2'
1 4'
8
7 9O 2
5'
1' 6'
6 3
10 4
5
O
Struktur flavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai fitoaleksin yaitu
senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan terhadap serangan
penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya
tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein)
memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi
kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia berubah
menjadi coklat.
Struktur Isoflavon
4. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon
glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah
jeruk ; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat dalam buah
anggur dan jeruk.
Struktur Flavanon
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika dibandingkan
dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena konsentrasinya rendah dan
tidak berwarna.
OH
O
Struktur Flavanonol
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini
mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir
dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai
antioksidan.
OH
OH
HO O
OH
OH
Struktur Katekin
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan berkayu.
Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol.
OH
HO OH
Struktur Leukoantosianidin
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan.
Pigmen yng berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir
semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah pada
tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik
tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan
atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.
OH
Struktur Antosianin
9.Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila
dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena hanya pigmen
dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air.
(Harborne, 1996)
Struktur Khalkon
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita. Dalam
larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi kertas berupa
bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah jingga bila
diberi uap amonia. (Robinson, 1995)
O
HC
Struktur Auron
Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida dimana semua flavonoida,
menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan semuanya mempunyai
sejumlah sifat yang sama yakni:
Antosianin pigmen bunga merah larut dalam air, λmaks 515-545 nm,
marak,dan biru juga dalam bergerak dengan BAA pada kertas.
daun dan jaringan lain.
Khalkon dan auron tanwarna; dalam daun dan berwarna merah kuat dengan Mg /
buah HCl; kadang – kadang sangat pahit .
Pada metoda ini, daun tumbuhan dikeringkan terlebih dahulu sebanyak 100 gram. Lalu
diekstraksi dengan Petroleum Eter (60-80 oC) dalam alat soklet selama 10 jam. Selanjutnya
diekstraksi dengan Benzena selama 10 jam. Ekstrak Benzena diuapkan pelarutnya,
menghasilkan semipadat berwarna coklat. Lalu dilarutkan dalam Eter dan dipisahkan dalam
suasana asam, basa dan netral. Fraksi pertama (ada empat macam) masing-masing 50 ml dielusi
dengan Benzena memberikan residu padat dengan titik lebur 151-152 oC.
Kristalisasi dengan Metanol menghasilkan senyawa flavonoida (I), kristal tidak berwarna
dengan titik lebur 156 oC. Penelitian ini juga dilakukan oleh Prof. Dreyer, L., D., dengan
melakukan pengukuran titik lebur, kromatografi lapis tipis dengan Spektrum Infra Merah. Dari
fraksi lima sampai delapan masing-masing dilarutkan dengan Benzena lalu menghasilkan zat
padat berwarna kuning terang dengan titik lebur 191-193 oC. Kristalisasi dilakukan dengan
OCH3
OCH3
O
OCH3
H3CO OCH3
OCH3
OCH3O
Daun tumbuhan yang telah dikeringkan diekstraksi dengan n-heksana, lalu ekstrak n-heksana
dikromatografi kolom dengan fasa diam alumina, menghasilkan kristal dengan titik lebur 125-
126 oC sebanyak 0,1%. Diidentifikasi, ekotin C23H26O10. (Joshi, 1969)
OCH3
OCH3
H3CO O
OCH3
H3CO OCH3
OCH3
OCH3O
Dalam metoda ini, daun diekstraksi dengan Aseton, kemudian pelarut dievaporasi dan diperoleh
ekstrak pekat. Ektrak pekat yang diperoleh dikromatografi kolom dengan menggunakan alumina
sebagai fasa diam dan Benzena sebagai fasa gerak hingga dihasilkan residu. Lalu direkristalisasi
dengan campuran Etil asetat : n-heksana dan dilanjutkan dengan Metanol. Diperoleh kristal
OCH3O
H3CO OCH3
OCH3
H3CO O
OCH3
OCH3
Dalam metoda ini, daun yang segar dimaserasi dengan MeOH, lalu disaring. Ekstrak MeOH
dipekatkan dengan rotari evaporator. Lalu ekstrak pekat yang dihasilkan, diasamkan dengan
H2SO4 2M, didiamkan, lalu diesktraksi dengan Kloroform. Lapisan Kloroform diambil, lalu
diuapkan, sehingga dihasilkan ekstrak polar pertengahan (Terpenoida atau senyawa Fenol).
(Harborne, 1996)
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu
bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat, bila dibiarkan dalam
Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan ditentukan berada
dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponen-komponen lainnya. Ada 2 jenis teknik
pemisahan:
1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya perbedaan
yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran yang akan dipisahkan.
2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada perbedaan-
perbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-senyawa yang termasuk dalam suatu
golongan. (Muldja, 1995)
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan dipisahkan
terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk lapisan stasioner denagn luas
permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang merembes lewat.
Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa yang bergerak mungkin
suatu cairan atau suatu gas. (Underwood, 1981)
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat – sifat dari fasa diam, yang dapat
berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa diam berupa zat padat disebut kromatografi serapan, jika
berupa zat cair disebut kromatografi partisi. Karena fasa gerak dapat berupa zat cair atau gas
maka ada empat macam sistem kromatografi yaitu:
3. Fasa gerak cair–fasa diam cair (kromatografi partisi), yakni kromatografi kertas.
a. kromatografi gas–cair
Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa – senyawa
yang dipisahkan terdistribusi diantara fasa gerak dan fasa diam dalam perbandingan yang sangat
berbeda – beda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain (Sastrohamidjojo, 1991).
Pemisahan senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis seperti senyawa organik alam dan
senyawa organik sintetik dapat dilakukan dalam beberapa menit dengan alat yang harganya tidak
terlalu mahal. Jumlah cuplikan beberapa mikrogram atau sebanyak 5 g dapat ditangani.
Kelebihan KLT yang lain ialah pemakaian jumlah pelarut dan jumlah cuplikan yang sedikit.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu metode pemisahan yang cukup sederhana
yaitu dengan menggunakan plat kaca yang dilapisi silika gel dengan menggunakan pelarut
tertentu. (Gritter,1991)
Nilai utama Kromatografi Lapis Tipis pada penelitian senyawa flavonoida ialah sebagai
cara analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit. Menurut Markham, Kromatografi
Lapis Tipis terutama berguna untuk tujuan berikut:
Dengan menggunakan cara ini, skala isolasi flavonoida dapat ditingkatkan hampir ke
skala industri. Pada dasarnya, cara ini meliputi penempatan campuran flavonoida (berupa
larutan) diatas kolom yang berisi serbuk penyerap (seperti selulose, silika atau poliamida),
dilanjutkan dengan elusi beruntun setiap komponen memakai pelarut yang cocok. Kolom hanya
berupa tabung kaca yang dilengkapi dengan keran pada salah satu ujung. (Markham, 1988)
Rf =
2.3.2 Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengn metoda maserasi, sokletasi, dan perkolasi. Sebelum ekstraksi
dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu dihaluskan dengan derajat kehalusan
Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif terhadap
senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak yang pekat biasanya pelarut
ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator. (Harborne, 1996)
Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia–fisika yang mengamati tentang
interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.
Ada dua macam instrumen pada teknik spektroskopi yaitu spektrometer dan
spektrofotometer. Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada bidang fokus disebut
sebagai spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan detektor yang bersifat
fotoelektrik maka disebut spektrofotometer (Muldja, 1955).
Informasi Spektroskopi Inframerah menunjukkan tipe – tipe dari adanya gugus fungsi
dalam satu molekul dan Resonansi Magnetik Inti yang memberikan informasi tentang bilangan
dari setiap tipe dari atom hidrogen dan juga memberikan informasi yang menyatakan tentang
lingkungan dari setiap tipe dari atom hidrogen.
Kombinasinya dan data yang ada kadang – kadang menentukan struktur yang lengkap dari
molekul yang tidak diketahui. (Pavia, 1979)
Spektrum Flavonoida biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut Metanol (MeOH) atau
Etanol (EtOH). Spektrum khas terdiri atas dua maksima pada rentang 240-285 nm (pita II) dan
300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan kekuatan nisbi maksima tersebut memberikan
informasi yang berharga mengenai sifat flavonoida dan pola oksigenasinya. Ciri khas spektrum
tersebut ialah kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol, dan
isoflavon serta kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan antosianin yang terdapat
pada panjang gelombang yang tinggi.
Ciri spektrum golongan flavonoida utama dapat ditunjukkan sebagai berikut :(Markham,1988)
Spektrum inframerah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi getaran yang
-1
berlainan. Pancaran inframerah yang kerapatannya kurang dari 100 cm (panjang gelombang
lebih daripada 100 µm) diserap oleh sebuah molekul organik dan diubah menjadi putaran energi
molekul.
Penyerapan ini tercantum, namun spektrum getaran terlihat bukan sebagai garis – garis
melainkan berupa pita – pita. Hal ini disebabkan perubahan energi getaran tunggal selalu disertai
sejumlah perubahan energi putaran (Silverstein, 1986).
Dalam molekul sederhana beratom dua atau beratom tiga tidak sukar untuk menentukan
jumlah dan jenis vibrasinya dan menghubungkan vibrasi-vibrasi tersebut dengan energi serapan.
Tetapi untuk molekul-molekul beratom banyak, analisis jumlah dan jenis vibrasi itu menjadi
sukar sekali atau tidak mungkin sama sekali, karena bukan saja disebabkan besarnya jumlah
pusat – pusat vibrasi, melainkan karena juga harus diperhitungkan terjadinya saling
mempengaruhi (inter-aksi) beberapa pusat vibrasi.
1. Vibrasi regang
Di sini terjadi terus menerus perubahan jarak antara dua atom di didalam suatu molekul. Vibrasi
regang ini ada dua macam yaitu vibrasi regang simetris dan tak simetri.
2.Vibrasi lentur
Di sini terjadi perubahan sudut antara dua ikatan kimia. Ada empat macam vibrasi lentur yaitu
vibrasi lentur dalam bidang yang dapat berupa vibrasi scissoring atau vibrasi rocking dan vibrasi
keluar bidang yang dapat berupa waging atau berupa twisting (Noerdin, 1985)