Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Geologi merupakan ilmu yang mempelajari tetang bumi dan juga segala
isinya serta aspek-aspek yang berpengaruh didalamnya. Pada dasarnya bumi ini
bersifat dinamis dimana bumi ini selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Perubahan ini akan selalu terjadi dalam skala local maupun regional. Oleh
karena sifat bumi yang selalu bergerak, maka sangatlah perlu dilakukan penelitian
yang khusus terhadap pergerakan bumi ini serta pengaruh terhadap kehidupan
manusia.
1. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi struktur geologi yang ada pada daerah
tenggarong dan sekitarnya.
2. Mahhasiswa dapat menganalisa struktur-struktur geologi yang ada pada
daerah penelitian berdasarkan pada pengolahan data yang telah diambil
datanya.
1
3. Mahasiswa dapat meengetahui macam-macam struktur pada daerah penelitian
berdasarkan analisis data-data diperolehkan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui meknisme struktur geologi pada daerah
tenggarong dan sekitarnya.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan persiapan administrasi berupa perizinan baik dari
pihak Universitas Kutai Kartanegara maupun Pemerintah daerah serta persiapan
teknis menyangkut peralatan dan bahan yang digunakan selama penelitian seperti
peta dengan skala yang di tentukan, kompas geologi, GPS, dan alat-alat lainnya yang
diperlukan dalam kegiatan penelitian tersebut. Dalam tahap ini juga dilakukan studi
literature untuk memperoleh gambaran umum mengenai daerah penelitian yang
selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan.
2
2. Tahap pelaksanaan Praktikum
Pelaksanaan praktikum di lapangan merupakan tahapan pengambilan data-
data geologi pada lokasi penelitian melalui pencatatan data-data geologi permukaan
berupa pencatatan data lapangan pada buku lapangan, pengambilan conto batuan.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum geologi struktur ini
antara lain :
1. Peta lintasan
Untuk membantu Dalam mengetahui posisi dan sebagai penunjuk daerah
penelitian.
3
2. Kompas geologi
Kompas geologi digunakan untuk mengukur kedudukan batuan, mengukur
arah atau slope.
3. Palu geologi
Palu geologi digunakan untuk membantu mengambil sample batuan
5. Betel
Betel digunakan juga dalam pengambilan sample lunak
6. Kantong sample
Kantong sample merupakan tempat untuk menyimpan sample dan memberi
label sehingga mudah dikenali.
7. Spidol permanen
Digunakan dalam pemberian label dikantong sample.
8. Larutan HCL
Digunakan sebagai uji sifat kimiawi pada batuan, apakah bersifat karbonat
atau silica.
4
11. Klip dan Hecter
Digunakan untuk menghecter kantong sampeltempat sample
15. Lup
Digunakan untuk melihat mineral pada batuan
16. Komparator
Digunakan untuk memberi simbol warna terhadap data litologi yang diperoleh
5
BAB II
PEMBAHASAN
Unsur-unsur secara geometris pada dasarnya hanya terdiri dari dua unsur
geometris yaitu: Geometris bidang (Struktur bidang : bidang perlapisan, kekar, sesar,
foliasi, sumbu lipatan, dll) dan Geometris garis (Struktur garis : goresgaris,
perpotongan 2 bidang, liniasi, dll).
6
Kelemahan dari metode ini adalah ketelitiannya sangat tergantung pada
faktor-faktor : skala penggambaran, ketelitian alat gambar dan tingkat keterampilan si
penggambar. Namun dibandingkan dengan metode-metode proyeksi yang lain
(proyeksi perspektif dan proyeksi stereografis), metode ini dapat lebih cepat untuk
memecahkan masalah struktur bidang dan struktur garis karena secara langsung
berhubungan dengan kenampakan tiga dimensi, sehingga mudah dipahami.
Di dalam metode grafis ini, struktur bidang dan struktur garis digambarkan
pada bidang proyeksi (bidang horizontal dan vertikal) dengan cara menarik garis-
garis proyeksi dan saling sejajar satu sama lain.
- Struktur bidang riil, artinya bentuk dan kedudukannya dapat diamati secara
langsung di lapangan, anatara lain adalah : bidang perlapisan, bidang
ketidakselarasan, bidang sesar, bidang foliasi dan bidang sayap lipatan.
Bidang yang disebut terakhir ini sebenarnya merupakan kedudukan bidang-
bidang yang terlipat.
- Struktur bidang semu, artinya bentuk dan kedudukannya hanya bisa diketahui
atau didapatkan dari hasil analisa struktur bidang riil yang lain, contohnya
adalah bidang poros lipatan.
Dikaitkan dengan penggolongan struktur menurut waktu pembentukannya,
maka dapat dibedakan menjadi struktur bidang primer dan struktur bidang sekunder.
Bidang-bidang yang termasuk dalam struktur primer adalah bidang perlapisan, bidang
foliasi, bidang rekah kerut (mud crack), bidang kekar kolom (columnar joint), pada
7
batuan beku, dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam struktur bidang
sekunder adalah bidang kekar, bidang sesar, bidang sayap lipatan.
- Jurus (strike) : Arah dari garis horizontal yang merupakan perpotongan antara
bidang yang bersangkutan dengan bidang horizontal, besarnya diukur dari arah
utara.
- Kemiringan (dip) : Sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang miring
dengan bidang hortizontal dan diukur tegak lurus terhadap jurus.
Untuk menyatakan kedudukan suatu struktur bidang secar tertulis agar dengan
mudah dan cepat dipahami, dibutuhkan suatu cara penulisan dan simbol pada peta
geologi. Penulisan (notasi) struktur bidang dinyatakan dengan :
- Jurus / kemiringan
• Sistem Azimuth : hanya mengenal satu tulisan yaitu N X° E/ Y° besarnya X°
antara 0° - 360° dan besarnya Y° antara 0° - 90°.
• Sistem Kwadran : penulisan tergantung pada posisi kwadran yang diinginkan
sehingga mempunyai beberapa cara penulisan, misalnya :
Sistem azimuth : N 145° E/ 30°, maka menurut sistem kwadrannya adalah : N
35° W/ 30° SW.
8
NO AZIMUT SIMBOL KUADRAN
9
Aplikasi yang diuraikan di sini meliputi pemecahan masalah-masalah struktur
bidang antara lain :
10
Dari lokasi O, terukur dua kemiringan semu, masing-masing sebesar α°1 pada
arah N X° E dan α°2 pada arah N Y° E. Tentukan kedudukan bidang ABFE.
- Langkah-langkah/ konstruksi :
(1) Gambarkan rebahan masing-masing kemiringan semu sesuai dengan arahnya dari
lokasi O (pada kedalaman “d”).
(2) Hubungkan titik D dengan C, maka DC merupakan proyeksi horizontal jurus
bidang ABFE.
(3) Buat melalui O garis tegak lurus DC dan memotong di L.
(4) Ukurkan LK sepanjang “d” maka sudut KOL adalah dip dari bidang ABFE.
(5) Kedudukan bidang ABFE adalah N Z° E/ β°
- Konstruksi :
(1) Gambarkan rebahan kemiringan semu di O dan P sesuai arah dan besarnya.
(2) Gambarkan lokasi ketinggian 300 meter pada jalur O, yaitu lokasi Q.
(3) Garis PQ adalah proyeksi horizontal jurus bidang ABFE pada ketinggian 300
meter.
(4) Buat melalui O garis tegak lurus PQ, yaitu garis OT
(5) Ukurkan RT sepanjang “d”, maka sudut TOR
(6) Maka kedudukan bidang ABFE adalah N Z° E/ β°.
d. Menentukan Kedudukan Bidang Berdasarkan Problema Tiga Titik
(Three Point Problem)
11
Maksudnya adalah menentukan kedudukan bidang dari tiga titik yang diketahui
posisi dan ketinggiannya, dimana titik tersebut terletak pada bidang rata yang sama.
Dan bidang tersebut tidak terlipat/ terpatahkan serta ketiga titik tersebut
ketinggiannya berbeda.
BT ( BedaTinggi )
Dip (α ) =
Jarak
750 m − 500 m
=
750 m
250 m
=
750 m
12
= 0,33
Seperti halnya dengan struktur bidang, struktur garis dalam Geologi Struktur
dapat dibedakan menjadi ” Struktur garis riil “ dan “ struktur garis semu”.
- Struktur garis riil adalah : struktur garis yang arah dan kedudukanya dapat diamati
langsung dilapangan. Misalnya : gores garis yang terdapat dalam bidang sesar.
- Struktur garis semu adalah : semua struktur garis yang arah dan kedudukannya
ditafsirkan dari orientasi unsur-unsur struktur yang membentuk kelurusan atau
liniasi. Misalnya : liniasi fragmen breksi sesar, liniasi mineral-mineral dalam
batuan beku, arah liniasi struktur sedimen (flute cast, cross beeding) dsb. Juga
dapat dimasukkan di sini kelurusan-kelurusan sungai, topografi dsb.
Berdasarkan saat pembentukannya struktur garis dapat dibedakan menjadi “struktur
garis primer” dan “struktur garis sekunder”. Dari contoh-contoh struktur garis yang
disebutkan di atas, yang termasuk “struktur garis primer” adalah : liniasi atau
pejajaran mineral-mineral pada batuan beku tertentu, arah liniasi struktur sedimen.
Dan yang termasuk “struktur garis sekunder” adalah : gores-garis, liniasi memanjang
fragmen breksi sesar, garis poros lipatan dan kelurusan-kelurusan : topografi , sungai,
dsb.
13
“arah penunjaman” (trend), “penujaman” (plunge), “arah kelurusan” (bearing), dan
“Rake” atau “Pitch”.
- Arah penunjaman (trend) : jurus dari bidang vertical yang melalui garis dan
menunjukkan arah penunjaman garis tersebut (hanya menunjukkan satu arah
tertentu).
- Arah kelurusan (bearing) : Jurus dari bidang vertical yang melalui garis tetapi
tidak menunjukkan arah penunjaman garis tersebut (menujukkan arah-arah
dimana salah satu arahnya merupakan sudut pelurusannya).
- Rake (pitch) : besar sudut antara garis dengan garis horizontal, yang diukur pada
bidang dimana garis tersebut terdapat. Besarnya rake sama dengan atau lebih
kecil 90o.
2.1.2.b. Cara Penulisan (Notasi) dan Simbol Struktur Garis
Untuk menyatakan kedudukan suatu struktur garis secara tertulis dan suatu cara
penulisan simbol pada peta geologi.
- Sistem azimuth : 30, N 45o E maka menurut sistem kwadran adalah : 45o, N
45o E.
14
- Sistem Azimuth : 45o, N 90o E maka menurut sistem kwadrannya adalah : 45o,
N 90o E atau 45o, S 90o E.
2.1.2.c. Aplikasi Metode Grafisi I Untuk Struktur Garis
a.Menentukan “pluge” dan “rake” sebuah gasis pada suatu bidang (gambar
dilampirkan).
b. Menentukkan kedudukan struktur garis dari perpotongan dua bidang
(gambar dilampirkan) .
Adapun penjabarannya sebagai berikut :
(1) Buat proyeksi horizontal / garis tegak lurus dengan kedalaman ‘d’.
(2) Dari titik ‘O’ buat garis dengan arah N 135o E, sehingga memotong jurus pada
kedalaman ‘d’ di titik ‘C’.
(3) Melalui ‘C’ buat garis CD (panjangnya = d) tegak lurus OC, maka sudut COD
adalah garis besarnya “plunge” = 35o.
(4) Putarlah dengan jangka dari titik O sampai ketitik A’ (garis OA’) ketitik B.
(5) Dari B buat garis sejajar (OS), maka garis ini merupakan jurus pada
kedalaman ‘d’.
15
(6) Buatlah melalui C garis tegak lurus pada garis butir (5), secara memotong
dititk E.
(7) Hubungan titik ‘E’ dengan titik ‘O’ maka sudut ‘EOS’ adalh besarnya “rake”
55o.
b. Menentukan kedudukan garis hasil perpotongan dua buah bidang
Diketahui 2 perpotongan bidang suatu pengukuran batupasir dengan kedudukan
bidang yaitu N 48o E / 30o terpotong dike dengan kedudukan N 21o E / 50 NE.
Tentukan kedudukan jalur perpotongannya dimana ketinggian batupasir adalah 200 m
dengan skala 1 : 10000.
(1) Gambar garis jurus sesuai dengan dengan arah jurus dari batupasir dan dike
serta berpotongan di A.
(2) Gambarkan proyeksi horizontal batupasir dan dike pada kedalaman ‘d’
dengan menggunakan B’ dan C’, seningga tergambar jurus dengan kedalaman ‘d’
dari batupasir dan dike serta berpotongan di D.
(3) Garis AD adalah proyeksi horizontal jalur perpotongan. Tentukan bearingnya,
yaitu dengan mengukur sudut antara garis AD terhadap arah utara, terhitung 0o,
jadi bearingnya N 0o E.
(4) Melalui D buat garis DE (panjang = d) tegak lurus AD. Sudut DAE adalah
plunge = 24o.
(5) Putar bidang batupasir dan dike sampai posisi horizontal, maka tergambar
rebahan masing-masing jurus pada kedalaman ‘d’.
(6) Buat garis DF dan DG yang masing-masing tegak lurus pada garis jurus.
(7) Buat garis DF adalah rebahan AE pada batupasir dan AG adalah rebahan
pada AE pada dike.
- Sudut BAF adalah rake pada batupasir = 53o
16
- Sudut CAG adalah rake pada dike = 34o
- Jadi kedudukan garis potongannya adalah 24o, N 0o E.
Rake pada batupasir = 53o
Tebal
Tebal merupakan jarak tegak lurus antara dua bidang yang sejajar, yang merupakan
batas lapisan batuan. Secara garis besar, masalah-masalah penentuan ketebalan dapat
dibedakan atau dibagi berdasarkan cara perhitungannya menjadi :
17
Medan datar / tak berelief dengan lapisan relatif tegak.
Medan vertikal dengan lapisan relatif horizontal.
2.2.1.b. Perhitungan ketebalan secara tidak langsung
Perhitungan secara tidak langsung ini dapat dilakukan sengan bermacam-macam cara
tegantung pada keadaan topografi dan kedudukan lapisan batuan.
Salah satu metode yang sering diterapkan di lapangan adalah “MS (measuring
section)”. Unsur-unsur yang dijumpai di lapangan yang dipakai sebagai data
perhitungan geometri adalah :
18
- Dip lebih besar dari pada slope (gambar 2.2.1.E), maka digunakan rumus :
t = w sin (180 – α – β ) ……...........(rumus 2)
- Dip lebih kecil dari slope (gambar 2.2.1.C), maka digunakan rumus :
t = w sin (α + β)………………….. (rumus 3)
- Dip lebih besar dari slope (gambar 2.2.1.D, rumusnya:
- Untuk beta lebih kecil dari alfa (gambar 2.2.1.P), maka rumusnya:
19
t = w (cos β . sin α . sin δ - sin β . cosα ) ……........... (rumus 10)
Kedalaman
Kedalaman : jarak vertikal dari ketinggian tertentu (permukaan air laut) ke
arah bawah terhadap suatu titik, garis, atau bidang. Biasanya menjadi acuan untuk
melakukan suatu pengeboran.
20
Secara garis besar, masalah-masalah penentuan kedalaman dapat dibedakan/
dibagi berdasarkan cara perhitungannya menjadi:
d = l tg α
Keterangan:
d : kedalaman
l: panjang lintasan
2.2.2.b. Pengukuran kedalaman pada arah tidak tegak lurus jurus lapisan
21
d = l (tg α°. cos β°. sin δ ° − sin β°)
22
Seperti dijelaskan di atas, adanya gaya- gaya yang bekerja menyebabkan
batuan terangkat dan terlipat serta apabila terkena pelapukan dan erosi, maka batuan
tersebutakan tersingkap di permukaan bumi.
Akibat adanya kedudukan yang tidak sama dari berbagai batuan serta adanya
relief permukaan bumi, menyebabkan bentuk penyebaran batuan dan struktur yang
tergambarkan dalam peta geologi akan membentuk suatu pola tertentu. Bentuk
penyebaran batuan etrsebut dikenal dengan istilah “pola singkapan”. Besar dan
bentuk dari pola singkapan tergantung dari beberapa hal, yakni :
1. Tebal Lapisan
Dengan tebal yang berbeda, walaupun kemiringannya sama, maka besar atau lebar
pola singkapan akan berbeda.
2. Topografi/ Morfologi
Walaupun dengan tebal yang sama, topografi yang sama, tetapi bila kemiringan
lapisan berbeda, pola singkapan berbeda pula.
Lapisan dengan tebal yang sama, topografi sama, tetapi bila kemiringan lapisan
berbeda, pola singkapan berbeda pula.
23
Struktur lipatan akan membentuk pola singkapan yang sangat berlainan. Untuk
lipatan yang menunjam yang terdiri dari sinklin dan antiklin, akan membentuk pola
“zig-zag”, serta mempunyai ekspresi topografi punggung.
1. lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang mengikuti pola garis
kontur. (gambar 2.3.2.a).
2. lapisan dengan kemiringan yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng,
maka kenampakan lapisan akan memotong lembah dengan pola singkapan
membentuk huruf “V” yang berlawanan dengan arah kemiringan lembah.
(gambar 2.3.2.b).
3. pada lapisan tegak akan membentuk pola singkapan berupa garis lurus,
dimana pola singkapan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi. (gambar
2.3.2.c.).
4. lapisan yang miring searah dengan kemiringan lereng dimana kemiringan
lapisan lebih besar daripada kemiringan lereng, maka akan membentuk pola
singkapan dengan huruf “V” mengarah sama (searah) dengan arah kemiringan
lereng. (gambar 2.3.2.d.).
5. lapisan dengan kemiringan yang searah dengan kemiringan lereng, dimana
besar kemiringan lapisan lebih kecildari kemiringan lereng, amka pola
singkapannya akan membentuk huruf “V” yang berlawanan dengan arah
kemiringan lereng/ lembah. (gambar 2.3.2.e.).
24
6. lapisan yang kemiringannya searah dengan kemiringan lembah dan besarnya
kemiringan lapisan sama dengan kemiringan lereng/ lembah, maka pola
singkapannya tampak seperti gambar 2.3.2.f.
Dari keenam aturan tersebut di atas dapa ditarik kesimpulan, bahwa hukum “V”
adalah :
“Apabila dipnya 0o-5omaka arah penyebaran batuan mengikuti kontur topografi dan
apabila dipnya lebih besar dari 60o-90o amak akan tegak lurus dan membelah
lereng”.
25
Gambar 2.3.2. Hukum V (V Rule)
26
Pengamatan yang dilakukan meliputi jenis batuan, penyebaran,
kedudukannya, hubungan antar satuan (litologi), strukturnya (baik struktur primer
maupun sekunder).
1. Data singkapan dari tiap lokasi pengamatn diplotkan pada peta dasar (peta
topografi), yaitu berupa simbol, tanda, warna.
2. Batas litologi, garis sesar, sumbu lipatan dapa berupa garis penuh (tegas) bila
diketahui dengan pasti atau berupa garis putus-putus jika diperkirakan.
3. Legenda peta diurutkan sesuai dengan urutan stratigrafi (hukum superposisi).
4. Penyebaran satuan batuan (pola singkapannya) dapat ditarik batasnya diantara
satuan batuan yang berlainan dengan memperhatikan hukum “V”.
5. Semakin banyak data singkapan yang diketahui, hasilnya akn semakin baik
(dapat dipertanggungjawabkan).
Namun pembuatan penampang terkadang juga melalui jalur yang tidak tegak
lurus terhadap jurus lapisan batuan, maka disini penggambaran besar kemiringan
lapisannya adalah merupakan kemiringan lapisan semu (apparent dip) yang besarnya
sesuai dengan arah sayatan terhadap jurus lapisan batuan.
27
Cara pembuatan penampang geologi
Misalkan pada suatu peta geologi (gambar 2.3.4.), dibuat penampang dibuat
penampang melalui A – B dan X – Y.
(1). Perhatikan arah sayatan penampang terhadap jurus umum lapisan (tegak lurus
atau tidak)
(2). Buat “base line” yang panjangnya sama dengan panjang garis penampang
pada peta geologi
(3). Buat “end line” dan berikan angka-angka yang menunjukkan ketinggian,
sesuai dengan skalanya.
(4). Buat “profile line” dengan cara mengeplot ketinggian garis kontur yang
terpotong garis penampang dan kemudian menghubungkannya.
(5). Gambarkan keadaan geologinya, meliputi batas lapisan, batas struktur dan
lainnya terpotong oleh garis penampang.
Tg β = Tg α. sin δ
Dimana :
28
β = Apparent dip (kemiringan semu)
Lipatan ( Folds )
Lipatan adalah merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis
atau bidang di dalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam
lipatan adalah bidang perlipatan, foliasi, dan liniasi.
29
b. Flow / incompetent folding termasuk di dalamya similar fold
c. Shear folding
d. Flexure and flow folding
- Sedangkan pengelompokan lipatan secara diskriptive adalah sebagai berikut :
a. Lipatan simetris (symmetrical fold) : suatu lipatan di mana bidang
sumbunya mempunyai jarak yang sama terhadap kedua
sayapnya.Membagi lipatan menjadi 2 bagian yang sama seperti yang
nampak pada penampang vertikalnya yang di buat pada garis horizontall
pada bidang poros.
b. Lipatan a – simetris (a - symerical fold ) : suatu lipatan yang jarak -
jarak pada kedua sayapnya tidak sama. Biasanya sayap dari lipatan
demikian mempunyai sudut yang tidak sama.
30
Lipatan simetri (symmetrical folds) Lipatan asimetri (Asymetrical folds)
Chevron folds
31
2.4.1. Unsur – Unsur Lipatan
a.Antiklin adalah unsur struktur lipatan dengan bentuk convex ke atas denagan
urutan lapisan batuan yang tua di bawah yang muda di atas.
b. Sinklin adalah unsur struktur lipatan dengan bentuk concave ke atas
dengan urutan lapisan batuan yang tua di bawah dan yang muda di atas
c. Antiform adalah unsur struktur lipatan seperti antiklin dengan lapisan
batuan yang tua di atas dan yang muda di bawah.
d. Sinform adalah unsur struktur lipatan seperti sinklin dengan lapisan
batuan tua di atas dan yang muda di bawah.
e. Axial line (hinge line) adalah garis khayal yang menghubungkan titik-
titik pelengkungan maksimum pada setiap permukaan lapisan dari suatu
struktur lipatan.
f. Axial Surface (hinge surface ) adalah bidang khayal dimana terdapat semua
axial line dari suatu lipatan. Pada beberapa lipatan, bidang ini dapat merupakan
suatu bidang planar dan dinamakan “Axial plane”.
g. Crestal line adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik
tertinggi pada setiap permuakaan lipatan suatu antiklin.
h. Trough line adalah suatu garis yang menghubungkan titik-titik
terendah pada sutu sinklin.
i. Crestal surface adalah suatu bidang khyal di mana terletak semua crestal line
dari suatu antiklin
j. Trough surface adalh suatu bidang khayal di mana terletak semua trough line
dari semua antiklin.
32
Rekontruksi lipatan hanya dilakukan pada batuan sedimen .Metode rekontruksi yang
akan dibahas meliputi :
33
(7). F sebagai pusat busur lingkaran dari A dengan jari-jari FA, sedangkan I sebagai
pusat busur busur lingkaran dengan jari-jari IB.
Kind methode mengasumsikan bahwa lipatan adalah parallel, dan keadaan sayap
yang lurus dan membentuk sudut lancip pada bagian sumbunya (kink atau chefron
folds). Metode ini mendasarkan pada kenyataan bahwa suatu struktur lipatan tersusun
dari seri perlapisan yang tertekuk seperti patah-patah (a series of sharpbends) dan
memiliki ketebalan yang konstan, dengan sumbu lipatan membagi sudut di antara 2
sayap lipatan sama besar yakni y1 = y2. Sudut antara sayap dengan bidang sumbu y
di sebut axial angle. Cara penggunaan metode rekonstruksi lipatan.
- Arc Methode
Dasarnya dalah bahwa lipatan merupakan bentuk busur dari suatu linhkaran dengan
pusatnya adalah perpotongan antara sumbu – sumbu kemiringan yang berdekatan.
Rekonstruksinya dapat di lakukan dengan menghubungkan busur lingkaran secara
langsung bila data yang ada hanya kemiringan dan batas lapisan hanya setempat.
34
2.4.3. Analisis Lipatan
- Dasar Analisis
Analisis lipatan dilakukan untuk mengetahui arah lipatan kedudukan bidang sumbu
garis sumbu, bentuk lipatan, penunjaman dan pola tegasan yang berpengaruh
terhadap pembentukan lipatan. Disamping itu analisis ini juga bertujuan untuk
mengetahui jenis suatu struktur lipatan (klasifikasinya)secara deskriptif. Struktur
lipatan di alam terbentuk mulai berukuran mikro (mikro fold) sampai dengan sangat
besar (major fold), oleh karenanya, metode analisis yang di gunakan tergantung
kepada ukuran struktur lipatan yang analisis.
Untuk struktur lipatan yang berukuran kecil (mikro) dan bentuk tiga dimensinya
dapat di tafsirkan,analisisnya dilakukan di lapangan dengan cara mengukur langsung
unsur-ditafsirkan, analisisnya dilakukan di lapangan dengan cara mengukur langsung
unsur-unsurnya (kedudukan bidang dan garis sumbu lipatan, bentuk lipatan, dan arah
penunjaman). Untuk lipatan berskala besar (major fold) dimana sering bentuk
utuhnya tidak teramati secara langsung atau struktur lipatan itu sudah terkikis maka
terhadapnya dilakukan analisis yang didasarkan pada :
35
Analisis lipatan yang akan dibahas di sini adalah berdasarkan pengukuran statistik
kedudukan bidang-bidang perlapisan pada batuan sedimen yang terlipat.
Hasil pengukuran ini disajikan dalam peta juga dianalisis dengan menggunakan
”Diagram Beta dan Diagram Kontur”. Penggunaan kedua dagram ini pada dasarnya
sama, karena tujuan yang akan dicapai adalah kedudukan lipatan berdasarkan
distribusi hasil pengukuran yang diplot dalam proyeksi kutub.
Kekar (Joint)
Kekar merupakan suatu rekahan yang relatif tanpa mengalami pergeseran
pada bidang rekahannya. Penyebab terjadinya kekar dapat disebabkan oleh gejala
tektonik maupun non tektonik. Dalam analisa struktur geologi, yang diperlukan
adalah kekar yang disebabkan oleh gejala tektonik. Jadi di lapangan harus dapat
membedakan dua jenis kekar tersebut. Klasifikasi kekar ada beberapa macam,
tergantung dasar klasifikasi yang digunakan, diantaranya:
a. berdasarkan bentuknya
b. berdasarkan ukurannya
c. berdasarkan kerapatannya
d. berdasarkan cara terjadinya (genesanya)
2.5.1. Klasifikasi kekar berdasarkan genesanya
36
b. Tension joint (kekar tarikan), terjadi akibat adanya tarikan / pemekaran.
1. Diagram kipas
2. Histogram
3. Diagram kontur, dengan menggunakan proyeksi stereo grafis dan proyeksi
kutub.
- Tujuan analisa :
- Tujuan
Diagram ini dimaksudkan untuk mengetahui arah kelurusan umum dari unsur-unsur
struktur yang data-datanya hanya terdiri dari satu usur pengukuran. Dan dalam hal ini
37
digunakan untuk kekar-kekar yang mempunyai kemiringan relatif tegak, jadi yang
diukur hanya jurus/ arahnya saja.
- Tabulasi data
Semakin kecil pembagian interval arah maka hasil analisanya akan semakin teliti.
Pembagian interval arah menjadi : 00 – 50 (1800 – 1850), 50 – 100 (1850 -1900),..dst.
interval arah (00 – 50) dibuat sama dengan (1800 – 1850), karena (1800 – 1850)
merupakan pelurus dari (00 – 50).
Contoh yang akan dibahas di sini adalah pembuatan ”diagram kipas” dari data-
data pengukuran jurus-kekar sebanyak 40 buah. Dari pemasukan data-data
pengukuran kedalam tabel diperoleh harga prosentase maksimum 45%. Harga ini
dipakai sebagai patokan untuk menentukan panjang jari-jari diagram setengah
lingkaran.
Selanjutnya dari setiap interval dibuat busurnya dengan pusat titik nol dan
panjang jari-jari sama dengan panjang yang bersangkutan. Kemudian bagilah sisi
paling luar dari busur sesuai dengan pembagian arahnya. Melalui pembagian interval
tersebut tariklah garis-garis ke arah pusat busur. Langkah terakhir masukkanlah hasil
perhitungan prosentase kedalam gambar sehingga didapatkan hasil analisa arah
umum kekar yaitu N 20o -30o E.
38
2.5.2.b. Histogram :
• Tujuan :
Seperti pada diagram kipas yaitu untuk mengetahui arah kelurusan umum dari
unsur-unsur struktur.
• Tabulasi data
Data-data pengukuran yang terkumpul dimasukkan kedalam suatu tabel (tabulasi
data) seperti pada diagram kipas.
• Pembuatan histogram :
Contoh pembuatan histogram yang diberikan disini diambil dari data-data
pengukuran kekar sebanyak 40 buah. Dari pemasukan data pengukuran ke dalam
tabel diperoleh prosentase 0%, 10%, ........ 45%. Harga-harga ini diperoleh pada
ordinat (sumbu vertikal) dari 0% keataas hingga harga maksimum 45% dengan skala
bebas
Pada absis (sumbu horizintal) diplot arah-arah dari barat ketimur dengan patokan
arah utara dibagian tengahnya. Langkah terakhir, masukkan hasil perhitungan
prosentase ke dalam gambar sehingga didapatkan diagram berupa batang dengan
puncak yang paling tingggi menunjukkan hasil analisa arah umum kekar yaitu N 20 o
– 30o E. Maka harga kedudukan akan sama dengan yang ditunjukkan oleh diagram
kipas.
Sesar (Fault)
Sesar merupakan suatu bidang rekahan atau zona rekahan yang telah
mengalami pergeseran.
39
Sesar translasi yaitu jenis sesar yang pergerakannya sepanjang garis
lurus. Sedangkan sesar rotasi yaitu jenis sesar yang pergeserannya mengalami
perputaran/ terputarkan.
Separation adalah jarak tegak lurus antara dua bidang yang tergeser
dan diukur pada bidang sesar, komponen separation dapat diukur sejajar strike
sesar dan disebut strike separation atau diukur dengan arah dip sesar dan
disebut dip separation.
Slip adalah pergeseran relatif pada sesar, diukur dari bok satu ke blok
yang lainnya, merupakan pergeseran titik-titik yang sebelumnya berhimpit yang
disebut netslip
Sesar
Sesar mendatar
Sesar
40
• Unsur-unsur / istilah dalam sesar :
Bidang sesar, yaitu bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang
tergeserkan.
Dip sesar, yaitu sudut antara bidang sesar dengan bidang horisontal
dan diukur tegak lurus jurus sesar.
Strike dan dip sesar menunjukkan kedudukan bidang sesar.
Hanging-wall dan foot-wall yaitu blok yang terletak di atas bidang
sesar dan di bawah bidang sesar.
Heave, yaitu komponen horizontal dari slip/ separation, diukur pada
bidang vertikal yang tegak lurus jurus sesar.
Penamaan dari suatu sesar adalah tergantung dari sesar klasifikasi ang digunakn,
diantaranya :
41
- Thrust separation fault
Slip
Dip slip : - Normal slip fault
42
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
43
12. Praktikan mampu menginterpretasikan Bentuk, Susunan, dan Arsitektur
internal dari Batuan.
13. Praktikan mampu untuk Deskripsi, Representasi, dan analisis struktur dari
skala kecil hingga sedang ( small to moderate scale)
14. Praktikan mampu merekonstruksi pergerakan batuan.
15. Praktikan mampu membuat Penampang geologi; pengukuran “ strike’; dan
perhitungan “ dip”.
44
adanya informasi dan literatur-literatur mengenai Geologi Struktur dari assisten
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Komisi sandi Statigrafi Indonesia, 1996, Sandi statigrafi Indonesia, Ikatan ahli
Geologi Indonesia, Bandung.
Hacter, R.D. (Jr), 1994, Structural Geology: Principles, Concept and Problems.
Prentice-Hall.
Twiss, R.J.& E.M. Moores, 1992. Structural Geology. WH Freeman & Co.
45