Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Mielitis Transversal
Oleh :
Preseptor :
2018
0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
makalah case report session yang berjudul “Mielitis Transversal” ini dengan baik
mengenai Mielitis Transversal, selain itu juga untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menjalani kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Penyakit Syaraf RSUP dr. M.
Mielitis Transversal.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Mielitis transversal adalah suatu lesi medula spinalis intrinsik yang paling
umum dalam menyebabkan disfungsi pada anggota tubuh bagian bawah dan
medula spinalis yang menyebakan disfungsi motorik, sensorik dan otonom dengan
hingga 8 kasus baru per 1 juta penduduk per tahun, atau sekitar 1400 kasus baru
setiap tahunnya. Meskipun penyakit ini dapat mengenai semua usia, dengan
rentang usia 6 bulan hingga 88 tahun, terdapat 2 puncak usia yaitu anta usia 10
hingga 19 tahun dan 30 hingga 39 tahun. Selain itu, sekitar 25% dari seluruh
kasusnya terjadi pada anak-anak. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin
kelemahan otot, sakit punggung dan mati rasa atau perubahan sensasi yang tidak
berkemih dan paralisis. Biasanya, onset dari mielitis transversal adalah lebih dari
beberapa jam dan bisa dengan cepat mencapai puncaknya hanya dalam 24-48 jam.
Tetapi, bagi beberapa orang lainnya gejalanya dapat berkembang dengan lambat
3
Pasien dengan mielitis transversal dapat mengalami pemulihan fungsi
neurologis terlepas dari terpai spesifik apa yang dilakukan. Pemulihan harus
dimulai dalam waktu 6 bulan dan sebagian besar pasien akan mengalami
selama 3 hingga 6 bulan setelah onset gejala dan pada tingkat yang lebih lambat,
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mielitis transversal adalah suatu kondisi yang jarang terjadi dari sistem
saraf pusat yang melibatkan peradangan di medula spinalis. Kata mielitis berasal
dari bahasa Yunani ‘myelos’ (medula spinalis) dan ‘itis’ (radang). Sedangkan kata
‘transversal’ mengacu pada peradangan yang melintasi lebar dari medula spinalis
kerusakan bagian anterior dan posterior (karena itu disebut tranversal) yang
ini akan merusak atau bahkan menghancurkan mielin (suatu zat yang mengisolasi
lemak yang membungkus sel saraf). Hal ini seringkali menyebabkan cidera
Mielitis transversal adalah suatu lesi pada medula spinalis yang sangat
suatu sindroma klinis dimana sebuah proses yang dimediasi oleh kekebalan tubuh
2.2 Epidemiologi
baru per 1 juta penduduk per tahunnya atau lebih kurang 1400 kasus baru tiap
5
tahunnya di Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang semua kelompok umur,
dengan rentang 6 bulan hingga 88 tahun. Angka kejadian tertinggi adalah pada
umur 10 hingga 19 tahun dan 30 hingga 39 tahun. Sekitar 25% kasusnya terjadi
pada anak-anak. Tidak ada peran jenis kelamin dan keluarga pada penyakit ini.
Pada 75-90% kasus, penyakit ini bersifat monofasik. Namun sebagian kecil dari
mendasarinya.2
2.3 Etiologi
Walaupun inflamasi masih dianggap sebagai hasil dari sistem imun yang
salah menyerang medula spinalis atau yang biasa disebut reaksi autoimun,
penyebab yang pasti dari mielitis tranversal masih tidak diketahui. Ketika
penyebab dari mielitis transversal tidak dapat diidentifikasi, hal ini disebut dengan
yang sama atau segera setelah terjadinya infeksi akibat virus ataupun bakeri.
Kejadian ini juga diyakini sebagai akibat dari reaksi autoimun. Meski virus atau
bahwa sistem imun yang dirangsang untuk melawan infeksi, secara keliru juga
6
Schistosoma mansanii, Schistosoma japanicum); vaskular kolagen (Sjogren
Hodgkin).6
2.4 Patogenesis
menginfiltrasi grey matter terutama pada kornu anterior. Dari hal tersebut,
tranversal akut.
cidera saraf berhubungan dengan infeksi langsung mikroba dan cidera sebagai
hasil dari infeksi, infeksi mikroba langsung dengan kerusakan yang dimediasi
imun melawan benda asing; atau infeksi yang diikuti dengan respon sistemik yang
c. Mimikri molekular
7
Jaringan saraf manusia terdiri dari beberapa subtipe gangliosida moieties seperti
GM1, GM2 dan GQ1b di dalam dinding sel. Komponen utama dari ganglion
manusia, asam sialit, juga ditemukan sebagai antigen permukaan pada C. Jejuni
Jejuni telah ditemukan di dalam serum pasien dengan SGB, dan memperlihatkan
ikatan dengan saraf perifer, komplemen, dan merusak transmisi saraf pada kondisi
serta serabut saraf sensorik sari tubuh kembali ke otak. Terjadinya inflamasi pada
yang cepat dari kelemahan otot atau paralisis, mulai dari tungkai dan menjalar ke
lengan dengan berbagai derajat keparahan. Lengan dikenai pada sedikit kasus dan
tergantung pada level mana keterlibatan medula spinalis. Sensasi nyeri dan
berkurang.2
Gejala dari mielitis akan tergantung pada bagian mana dari medula spinalis
yang terkena inflamasi, seberapa parah dan seberapa banyak kerusakan yang telah
terbentuk. Medula spinalis pada leher (servikal), dada (torakal), dan pinggang
bawah (lumbal) semuanya dapat dikenai. Mielitis tansversal pada bagian servikal
medula spinalis akan mempengaruhi lengan dan tungkai, sedangkan jika pada
8
Pada kebanyakan kasus yang tercatat, level sensoris yang paling umum
ditemukan adalah di bagian torakal pada dewasa atau di bagian servikal pada
anak-anak. Nyeri pada punggung, ekstrimitas, atau perut juga sering ditemukan
gejala yang khas pada orang dewasa. Disfungsi seksual juga bisa terjadi akibat
yang tidak sempurna dari usus atau konstipasi merupakan gejala otonom yang
khas lainnya. Spastisitas dan kelelahan merupakan gejala yang umum pada
mielitis transversal. Sebaga tambahannya, depresi juga sering tercatat pada pasien
buruk.2
dimana pada kasus yang lain gejala akan menetap dalam beberapa hari. Fungsi
neurologi akan menurun selama 4 hingga 21 hari pada fase akut, dimana 80%
kasus akan mencapai defisit maksimal dalam 10 hari dari onset gejala. Dalam
80-94% akan merasakan mati rasa, parastesia atau merasa terikat, dan hampir
2.6 Diagnosis
pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang seperti MRI atau lumbal
9
Transverse Myelitis Consortium Working Group telah menetapkan kriteria
Tanda atau gejala bilateral dari disfungsi medula spinalis yang mempengaruhi
cara diagnosis satu-satunya. Jika tidak ada kriteria inflamasi yang ditemukan saat
onset gejala, pengulangan MRI dan lumbal pungsi sebaiknya dilakukan di antara
dan mielitis transversal idiopatik; infeksi seperti herpes zoster dan hepers
2.8 Tatalaksana
10
Pemberian steroid intravena merupakan terapi lini pertama yang sering
pada klinis pasien dan gambaran MRI di akhir hari ke 5 pemakaian steroid.2
sampai berat (contohnya pada pasien yang tidak mampu berjalan, fungsi otonom
terganggu, dan kehilangan sensoris pada ekstrimitas bawah) pada penderita yang
intravena selama 5 hingga 7 hari., tetapi dapat juga diberikan pada awal
sistem saraf pusat melalui pembuangan faktor terlarut spesifik ataupun non-
kerusakan organ target yang dimediasi oleh inflamasi. PLEX telah terbukti efektif
pada orang dewasa dengan mielitis transversal dan pnyakit inflamasi lainnya pada
11
imunomodulator dianjurkan selama 2 tahun pada pasien dengan 2 kali atau lebih
dipertimbangkan. Terapi harian dengan berbasis tanah dan air selama 8 hingga 12
minggu, berdiri menahan berat badan setiap hari selama 45 hingga 90 menit,
secara spontan, hindari manuver Crede. Untuk disfungsi usus, berikan diet tinggi
serat, tingkatkan intake cairan. Pada kelemahan, lakukan ROM pasif dan aktif,
konsultasi ortopedi jika diperlukan. Pada nyeri atau disestesia, lakukan latihan
2.9 Prognosis
Perbaikan dari mieltis transversal bisa saja tidak terjadi, terjadi sebagian,
atau terjadi secara komplit dan biasanya perbaikan dimulai dalam 1 hingga 3
bulan setelah pengobatan akut dan dapat berlanjut hingga 2 tahun. Jika tidak
tidak mungkin terjadi. Sepertiga pasien mengalami perbaikan penuh dari gejala
mereka. Sepertiga lainnya menunjukkan pemulihan yang cukup dan masih dengan
defisit gaya berjaln yang spastik, disfungsi sensorik, dan urgensi atau
12
menunjukkan adanya pemulihan sama sekali, menggunakan kursi roda dan
bergantung pada orang lain untuk melakukan kegiatan sehari-hari.9 Selain itu
disebutkan bahwa pada mielitis transversal yang disebabkan oleh Eipstein Barr
Virus memiliki prognosis yang lebih jelek meskipun kasusnya jarang terjadi.10
DAFTAR PUSTAKA
288.
4. Krishnan C, Kaplin AL, Deshpande DM, Pardo CA, Kerr DA. Transverse
13
8. Jacob A, Weinshenker BG. An Approach to the Diagnosis of Acute
105-120.
http://www.christopherreeve.org/site/c.mtKZKgMWKwG/b.4453415/k.F
E54/Transverse_Myelitis.htm
2017;8:1.
14
BAB 3
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki usia 71 tahun dirawat di bangsal saraf RSUP Dr.
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Kelemahan pada kedua tungkai sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit,
dimana pasien tidak bisa mengangkat kedua tungkai hanya bisa menggeser
tungkai kiri dan menggerakkan jari – jari kaki kanan. Akibat keluhan ini
Keluhan diawali sulit untuk BAK, dimana pasien harus mengejan dan BAK
Keluhan juga disertai rasa terikat di daerah ulu hati dan kebas dari ulu hati ke
bawah.
Riwayat demam (+), sejak 12 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tidak
tinggi.
15
Riwayat trauma sebelumnya tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Suhu : 36,3°C
16
Status Internus :
Perkusi : sonor
(-)
Perkusi : Timpani
Corpus Vertebrae :
(-)
Status Neurologikus :
Brudzinsky I : (-)
17
Brudzinsky II : (-)
N. I (Olfaktorius)
N. II (Optikus)
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
18
Strabismus (-) (-)
Pupil
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
N. V (Trigeminus)
19
Kanan Kiri
Motorik
Sensorik
Divisi oftalmika
Divisi maksila
- Refleks masetter (-) (-)
- Sensibilitas (+) (+)
Divisi mandibula
- Sensibilitas (+) (+)
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris
20
Memperlihatkan gigi (+) (+)
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
- Memanjang
- Memendek
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
N. X (Vagus)
21
Kanan Kiri
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
22
4. Pemeriksaan koordinasi
Duduk Normal
Atetosis (-)
Mioklonik (-)
Khorea (-)
23
6. Pemeriksaan sensibilitas
Stereognosis Normal
7. Sistem refleks
Berbangkis Triseps ++ ++
Laring KPR + +
Masetter APR + +
Atas - Cremaster
Tengah - Sfingter
Bawah -
24
Hoffmann- (-) (-) Chaddocks (-) (-)
Tromner
Klonus kaki
Tungkai
8. Fungsi otonom
VI ke bawah
9. Fungsi luhur
25
Laboratorium
Hb : 12,5 gr% GDR : 189 mg/dl
Ht : 37%
Na : 134 mg/dl
K : 3,7 mg/dl
Cl : 94 mg/dl
Lumbal pungsi : warna jernih, aliran lancar, None (+), Pandy (+), jumlah sel
MRI
Diagnosis Kerja :
dermatom torakal VI
torakal VI-VII
26
Terapi :
Umum :
Kateter urin
Khusus :
Ranitidin 2 x 50 mg (iv)
27
BAB 4
DISKUSI
masuk ke bangsal saraf RSUP dr. M. Djamil Padang dengan diagnosis klinis
paraplegi inferior tipe UMN dan hipoestesi setinggi dermatom torakal VI-VII.
1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan terjadi secara tiba dan pasien
tidak bisa menggerakkan tungkai bawah dan hanya bisa menggeser kaki kirinya
dan menggerakkan jari – jari pada kaki kanan. Keluhan disertai rasa kebas dan
mati rasa mulai dari pinggang hingga ke seluruh tungkai. Pasien sebelumnya
mengeluhkan buang air kecil susah dikeluarkan dan perlu mengedan dan hanya
keluar sedikit – sedikit . Hal ini sesuai dengan gejala dari mielitis transversal yaitu
gangguan motorik, sensorik dan otonom yang terjadi secara tiba-tiba. Dari
pemeriksaan fisik, ditemukan kekuatan motorik tungkai kanan 1 dan tungkai kiri
2. Hal ini disebut paraparese inferior. Selain itu juga ditemukan reflek fisologis
jernih, aliran lancar, None (+), Pandy (+), jumlah sel 2, MN: -, PMN: -, glukosa:
88. Hasil ini menunjukkan tanda mielitis yaitu dengan adanya nilai protein yang
positif.
Pasien kemudian diberi terapi lini pertama yaitu steroid. Pasien diberi
28
dilakukan tappering off. Pemberian steroid disertai dengan pemberian ranitidin 50
metilprednisolon pada fase akut, pada kasus ini diberikan 500 mg, hal ini
berdasarkan derajat keparahan myelitis pada pasien yang cenderung ringan dan
akut myelitis dengan terapi kortikosteroid dosis tinggi dilakukan pada 10 hari
29
BAB 5
KESIMPULAN
1. Mielitis transversal adalah suatu kondisi yang jarang terjadi dari sistem saraf
2. Penyakit ini ditandai dengan kerusakan bagian anterior dan posterior (karena
3. Medula spinalis membawa serabut saraf motorik ke lengan dan tungkai serta
dari usus atau konstipasi merupakan gejala otonom yang khas lainnya.
30