Вы находитесь на странице: 1из 2

E.

Pembalasan Kekerasan

Wanita yang melepaskan diri darihubungan yang bersifat abusif beresiko mengalami
pembalasan kekerasan, bahkan setelah beberapa tahun kemudian. Sekitar 1400 wanita
dibunuh setiap tahunnya oleh suami mereka , mantan suami , atau pacar (ingrassia, et
al.,1994). Kebanyakan penyerangan fisik terhadap wanita dilakukan oleh pria yang memiliki
hubungan intim dengan mereka, dan mayoritas pria yang membunuh istri mereka tinggal jauh
dari mereka pada saat pembunuhan dilakukan (Koss, et al,.1994). Meninggalkan atau
bertahan dalam hubungan keduanya dapat membayangkan wanita. Dengan setiap serangan
kekerasan, kemungkinan cedera serius dan kematian meningkat (Brasseur,1994)

 Proses Keperawatan pada Tindak kekerasan dalam Rumah Tangga


Para perawat memiliki peran penting dalam mencegah kekerasan dalam rumah tangga
dan melakukan deteksi dini terhadap penganiayaan untuk menolong para korban
kekerasan menemukan penyelesaian yang aman dan dapat diterima pada situasi
mereka. Pembahasan masalah ini bersama dengan anggota keluarga yang dianiaya
tidak pernah mudah untuk dilakukan, tetapi jika perawat dapat membina hubungan
saling percaya dengan klien, dengan mendengarkan, memberikan perawatan yang
mendukung, dan memberikan konseling mungkin bisa membuat perbedaan dalam
hidup seseorang wanita.

F. Tindak Penganiayaan dan Penyerangan Seksual

Penyerangan seksual di motivikasikan oleh suatu keinginan untuk menyakiti, usaha


mendominasi atau menghukum secara fisik yang melibatkan kontak seksual, daripada
menuruti hasrat seksual. Para korban merasa takut, tidak berdaya, diperlakukan kasar, dan
tidak berdaya (Botasih, Braen, Gilchrist, 1994). Penganiayaan seksual melibatkan kontak
seksual tanpa persetujuan, sering kali dengan niat menyakiti korban , kekerasakn fisik tidak
selalu terjadi pada penganiayaan seksual, tetapi kekerasan secara emosional atau psikologis
merupakan bagian dari proses penganiayaan tersebut.

Penganiayaan seksual pada masa kanak-kanak terjadi ketika para pemberi perawatan
(orangtua, kerabat, pengasuh bayi) melakukan kontak seksual dengan anak-anak yang berusia
< 18 tahun dan minimal terdapat perbedaan usia 3 tahun antara korban dan pelaku (Hunter,
1991). Inses meliputi penganiayaan seksual yang dilakukan oleh ayah, ibu, oreang tua tiri,
atau saudara kandung yang lebih tua. Jika anak-anak mengalami penganiayaan seksual oleh
orang yang tidak dikenal, keadaan ini dikenal dengan istilah penyerangan seksual. Usia
puncak terjadinya penganiayaan seksual pada masa kanak-kanak adalah antara usia 7-12
tahun (Koop, 1985, Hunter, 1991, Tower, 1988). Undang-undang pencegahan dan terapi
penganiayaan pada anak (1974) dan adanya pergerakan yang di plopori wanita membantu
memfokuskan perhatian pada masa kini, yang meningkatkan kesadaran masyarakat dan
menurunkan insiden frekwensi riwayat penganiyaan pada masa kanak-kanak dikalangan
wanita (Hurley, 1991)
Para korban penganiayaan seksual pada masa kanak-kanak sering kali merasakan
akibat jangka panjangnya. Mereka tidak mau menceritakan pengalaman mereka karena
perasaan bersalah, malu dan merasa tertekan (Kinzl, et al., 1991). Gangguan psikologi dan
perilaku seperti depresi, ide bunuh diri, gangguan makan, dan gangguan kepribadian,
merupakan gangguan umum yang dialami. Korban yang selamat dari inses mungkin memiliki
kesulitan untuk membina hubungan interpersonal, menghindari keintiman, dan memiliki
harga diri yang rendah, mengalami disfungsi seksual, dan perasaan anti laki-laki (Coker,
1990 ; Brown et al., 1990). Stress pasca trauma mungkin dialami, dengan gejala mengalami
mimpi buruk atau mengingat kejadian secara berulang, kecemasan, baal terhadap respons,
dan sikap menarik diri dari dunia luar (Pettit, 1991)

Вам также может понравиться