Вы находитесь на странице: 1из 20

KETIDAKADILAN HUKUM MENCURI SANDAL JEPIT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat

Dosen Pengajar:

Prof. Dr. Suhartono Taat Pura, dr., MS

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANHANGTUAH SURABAYA
Tahun Akademik 2016/2017
KETIDAKADILAN HUKUM MENCURI SANDAL JEPIT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat

Dosen Pengajar:

Prof. Dr. Suhartono Taat Pura, dr., MS

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Asmaul Husna (151.0005)

Kurrotul Aini (151.0026)

Lila Watiningrum (151.0027)

Mahalia Ocha Danna (151.0029)

Vamila Meydiawati (151.0054)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANHANGTUAH SURABAYA
Tahun Akademik 2016/2017

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berkenaan dengan
Ketidakadilan Hukum Mencuri Sandal Jepit.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata kuliah
Filsafat Ilmu di Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada dalam menyusun makalah ini baik dari
segi moril dan materil. Ucapan terimakasih tersebut ditujukan kepada:
1. Prof. Dr. Suhartono Taat Pura, dr., MS Selaku Dosen Filsafat Ilmu STIKES Hang Tuah
Surabaya.
2. Rekan-Rekan mahasiswa Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari semua pihak untuk
perbaikan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca dan bagi
pengembangan ilmu Filsafat Ilmu

Surabaya, 16 Juni 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI
1. Halaman Cover ........................................................................................................... i
2. Kata Pengantar ........................................................................................................... ii
3. Daftar Isi .................................................................................................................... ii
4. BAB 1 : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 2
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 2
5. BAB 2 : Tinjauan Pustaka.......................................................................................... 3
6. BAB 3 : Kerangka Konseptual dan Narasi ................................................................ 4
7. BAB 4 : Pembahasan ................................................................................................. 7
Faktor Penyebab Ketidakadilan Hukum di Indonesia......................................... 8
Hubungan Ketidakadilan Hukum dengan Pancasila ........................................... 9
Solusi Mengatasi Ketidakadilan Hukum di Indonesia ........................................ 9
8. BAB 5 : Penutup
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 11
5.2 Saran ................................................................................................................ 11
9. Daftar Pustaka .......................................................................................................... 12
10. Lampiran ................................................................................................................. 13

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Putusan hakim 5 tahun ditemukan terjadi pada anak 15 tahun yang mencuri sandal di Kota
Palu. Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan keadilan sosial bagi seluruh bangsa
Indonesia, itulah cita-cita para pendiri bangsa ini. Negara yang memiliki tatanan masyarakat sadar
hukum, menjadikan hukum sebagai panglima yang mampu menjamah seluruh rakyat Indonesia
tanpa memandang ras, jabatan, dan strata sosial, namun sampai saat ini fenomena tersebut belum
dapat dijelaskan.

Banyak kasus korupsi yang merugikan negara hingga miliaran rupiah tetapi pelaku jarang
tersentuh hukum. Para koruptor mendapat perlakuan istimewa dan vonis hukuman terbilang
ringan. Berbeda dengan kasus pencurian sandal jepit oleh anak 15 tahun, ini kasus kenakalan anak-
anak biasa. Pelaku di bawah umur dan sejak awal kasus ini dapat berakhir dengan jalan lebih bijak
ketimbang membawa ke pengadilan. Masih banyak kasus-kasus besar yang harus di prioritaskan.

Kejanggalan di persidangan kasus sandal jepit yang dilalui AAL itu tampak sangat jelas.
Pertama, AAL didakwa mencuri sandal merek Eiger nomor 43 milik Briptu Ahmad Rusdi Harahap
(anggota Brimob Polda Sulteng), sedangkan dalam persidangan, barang bukti yang diajukan
adalah sandal merek Ando Nomor 9,5. Kedua, dalam putusan hakim tidak menyebutkan AAL
bersalah lantaran mencuri sandal Briptu Rusdi, namun AAL divonis bersalah karena telah
mengambil milik orang lain. Ketiga, hakim juga tidak menyebutkan siapa yang dirugikan dari
perbuatan AAL.

Palu merupakan salah satu kota yang berada di Negara Indonesia dan berlandaskan
Pancasila yang memiliki 5 sila. Sila ke 5 berbunyi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
yang mempunyai nilai antara lain: 1) setiap WNI diperlakukan adil dalam bidang hukum; 2)
menjunjung tinggi nilai kebenaaran dan keadilan. Pelaksanaan sila ke 5 tidak sesuai dengan nilai-
nilai tersebut contoh dari ketidaksesuaian pelaksanaan sila ke 5 adalah masih banyak koruptor
melakukan tindak korupsi hanya dihukum 5 tahun dan peradilan lebih memihak padaaparat
negara dengan mengatasnamakan kesejahteraan umum. Teerdapat kasus yang serupa, yaitu terjadi

1
ketidakadilan hukum terahadap anak usia 15 tahun mencuri sandal jepit. Anak tersebut dituntut
pasal 362 KUHP dengan ancaman 2,5 tahun penjara, namun hakim mebmberi putusan5 tahun.
Saat di pengadilan barang yang dicuri tidak sesuai dengan bukti yang ada karena sandal tersebut
berbeda merek dengan yang dituduhkan oleh pelapor. Hasil pertimbangan hakim memutuskan
anak tersebut dikembalikan kepada orang tua dengan alasan masih dibawah umur agar mendapat
pembinaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keterkaitan antara Pasal 362 KUHP tentang pencurian dengan Pancasila Sila
ke-5?
2. Apa penyebab ketidakadilan hukum terhadap anak usia 15 tahun akibat mencuri sandal
jepit?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan putusan hakim 5 tahun ditemukan terjadi pada anak 15 tahun yang mencuri
sandal jepit di Palu
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan keterkaitan antara Pasal 362 KUHP tentang pencurian dengan Pancasila
Sila ke-5
2. Menjelaskan ketidakadilan hukum terhadap anak usia 15 tahun akibat mencuri sandal
jepit

1.4 Manfaat
Mencegah terjadinya ketidakadilan hukum untuk kasus serupa yang mungkin akan terjadi
kembali

BAB 2

2
TINJAUAN PUSTAKA

Merujuk dari Kamus Umum Bahasa Indonesia mengenai pengertian anak secara etimologis
diartikan dengan manusia yang masih kecil atau manusia yang belum dewasa. Pengertian tersebut
juga terdapat dalam Pasal 45 KUHP disebutkan bahwa ”Dalam menuntut orang yang belum cukup
umur karena melakukan perbuatan sebelum umur 16 tahun, hakim boleh: memerintahkan, supaya
si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya; walinya atau pemeliharanya, dengan tidak
dikenakan sesuatu hukuman; atau memerintahkan, agar pelaku diserahkan kepada pemerintah
dengan tidak dikenakan suatu hukuman.

Batasan umur anak tergolong sangat penting dalam perkara pidana anak, karena
dipergunakan untuk mengetahui seseorang yang diduga melakukan kejahatan termasuk kategori
anak atau bukan.

Istilah hukuman ini berasal dari kata straf yang merupakan istilah yang sering digunakan
sebagai sinonim dari istilah pidana. Istilah hukuman yang merupakan umum dan konvensional,
dapat mempunyai arti yang luas dan berubah-ubah karena istilah tersebut dapat berkonotasi dengan
bidang yang cukup luas. Pidana (hukuman) ialah, perasaan tidak enak (penderitaan sengsara) yang
dijatuhkan oleh hakim dengan fonis pada orang yang melanggar undang-undang hukum pidana.
Istilah hukuman dalam arti sempit yaitu hukuman dalam perkara pidana dan bukan dalam perkara-
perkara lain seperti hukuman yang dijatuhkan oleh hakim dalam perkara perdata dan juga bukan
hukuman terhadap pelanggar di luar Undang-Undang.

Belum cukup umur (minderjarig) merupakan hal yang meringankan pemidanaan karena
usia yang masih muda belia itu kemungkinan sangat besar dapat memperbaiki kelakuannya dan
diharapkan kelak bisa menjadi warga yang baik dan berguna bagi nusa dan bangsa.

Berbeda dengan orang dewasa, pidana penjara bagi anak nakal lamanya ½ (satu perdua)
dari ancaman pidana orang dewasa atau paling lama 10 (sepuluh) tahun. Terhadap anak nakal tidak
dapat dijatuhkan pidana mati maupun pidana seumur hidup. Dan sebagai gantinya adalah
dijatuhkan salah satu tindakan. Pidana kurungan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal
maksimal setengah dari maksimum ancaman pidana kurungan bagi dewasa.

3
Pasal 362 KUHP. “barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena
pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak
Sembilan ratus rupiah.

4
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN NARASI

Palu

Setiap WNI diperlakukan adil dalam Menjunjung tinggi nilai kebenaran


bidang hukum dan keadilan

Koruptor melakukan tindak korupsi Peradilan lebih memihak pada aparat


hanya dihukum 5 tahun negara dengan mengatasnamakan
kesejahteraan umum

Terjadi ketidakadilan hukum

Anak 15 tahun mencuri sandal jepit

Dituntut pasal 362 KUHP dengan ancaman


2,5 tahun penjara

Putusan hakim 5 tahun

Palu merupakan salah satu kota yang berada di Negara Indonesia dan berlandaskan
Pancasila yang memiliki 5 sila. Sila ke 5 berbunyi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia, yang mempunyai nilai antara lain: 1) setiap WNI diperlakukan adil dalam bidang
hukum; 2) menjunjung tinggi nilai kebenaaran dan keadilan. Pelaksanaan sila ke 5 tidak sesuai
dengan nilai-nilai tersebut contoh dari ketidaksesuaian pelaksanaan sila ke 5 adalah masih

5
banyak koruptor melakukan tindak korupsi hanya dihukum 5 tahun dan peradilan lebih
memihak pada aparat negara dengan mengatasnamakan kesejahteraan umum. Teerdapat kasus
yang serupa, yaitu terjadi ketidakadilan hukum terahadap anak usia 15 tahun mencuri sandal
jepit. Anak tersebut dituntut pasal 362 KUHP dengan ancaman 2,5 tahun penjara, namun hakim
mebmberi putusan5 tahun. Saat di pengadilan barang yang dicuri tidak sesuai dengan bukti yang
ada karena sandal tersebut berbeda merek dengan yang dituduhkan oleh pelapor. Hasil
pertimbangan hakim memutuskan anak tersebut dikembalikan kepada orang tua dengan alasan
masih dibawah umur agar mendapat pembinaan.

6
BAB 4

PEMBAHASAN

Hukum adalah sebuah peraturan yang dibuat oleh manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia tersebut agar dapat dikontrol. Hukum terdiri dari pasal-pasal, pada setiap pasal
terdapat resikonya sendiri apabila kita melanggarnya.Indonesia adalah negara hukum yang
senantiasa mengutamakan hukum sebagai landasan dalam seluruh aktivitas negara dan
masyarakat. Semua pelanggaran yang dilakukan oleh rakyat Indonesia harus diputuskan dan
berlandaskan oleh hukum tanpa terkecuali serta tidak memihak pada salah satu pihak atau yang
biasa dikenal dengan kata adil. Setiap warga Negara dalam suatu Negara berhak mendapatkan
keadilan tidak terkecuali di Indonesia, namun keadilan ini belum sepenuhnya di tegakkan di
Indonesia. Kesenjangan sosial di masyarakat sehingga muncul ketidakadilan di Negara ini. Salah
satu contoh adalah beberapa kasus korupsi dan kasus pencurian. sila ke-5 dari Pancasila berisi
tentang “Keadilan”, lebih tepatnya Keadilan Sosial. Nilai-nilai pancasila itu sudah ada pada masa
sebelum Negeri ini merdeka, hingga nilai-nilai ini dijadikan sebagai dasar negara. Pada
kenyataannya praktek hukum di Indonesia jauh dari kata keadilan yang terdapat pada pancasila.

Kasus yang terjadi pada tahun 2012 yaitu kasus pencuri sandal yang berinisial AAL (15
tahun) seorang siswa SMKN 3 Palu Selatan divonis 5 tahun penjara sedangkan koruptor yang telah
jelas-jelas mencuri uang Negara hanya 1,5 tahun.Tanggal 21 Desember 2011, AAL disidang dan
mendengarkan tuntutan tersebut. Disaksikan kedua orang tuanya, AAL dipersidangan bukan hanya
saja membantah telah mencuri tapi juga mengaku mendapatkan tekanan dan penganiayaan saat
pemeriksaan oleh seseorang anggota polisi agar mengaku sebagai pelaku pencurian kasus
pencurian sandal jepit warna putih kusam merek “Ando” seharga Rp 30 ribu. Hakim pengadilan
negeri Palu Sulawesi Tengah, Romel Tampubolon memvonisnya terbukti bersalah. Hakim tetap
menyatakan AAL bersalah walaupun berdasarkan fakta persidangan menunjukkan sandal jepit
yang diperkarakan oleh anggota polisi di Polda Sulawesi Tengah ternyata bukan milik yang
bersangkutan. Hakim Romel Tambubolan mengambil keputusan dengan mengembalikan kepada
orang tuannya untuk mendapatkan pembinaan. Beda dengan kasus korupsi yang hukumannya
terkesan ringan.

7
Banyak perkara-perkaran barang pencurian dengan nilai barang yang kecil mendapat
sorotan media atas diadilinya pelaku ke meja hijau. Publik menilai sangat tidak adil jika perkara-
perkara tersebut diancam dengan ancaman hukum 5 tahun sebagaimana diatur dalam pasal 362
KUHP karena tidak sebanding dengan nilai barang yang dicuri.

Perkara pencurian ringan juga membenani pengadilan, baik dari segi anggaran maupun
persepsi publik terhadap pengadilan. Perkara pencurian ringan tidak tepat didakwa dengan pasal
362 KUHP yang ancaman pidana paling lama 5 tahun. Perkara tersebut dapat dikategorikan tindak
pidana ringan (lichte misdrijiyen) lebih tepat didakwah dengan pasal 364 KUHP yang ancaman
pidana paling lma 3 bulan penjara atau denada paling banyak Rp.250,00 (dua ratus lima puluh
rupiah).

Apabila perkara pencurian ringan tersebut di dakwah dengan Pasal 364 KUHP, maka
berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHP), tersangaka atau terdakwah
dalam perkara ringan tidak dapat dikenakan penahanan serta acara pemeriksaan dipengadilan yang
digunakan haruslah acara pemeriksaan cepat dan cukup di periksa oleh hakim tunggal sebagai
mana di aturdalam pasal 205-210 KUHP.

Faktor Penyebab Ketidakadilan Hukum di Indonesia

1. Rendahnya moral para pejabat hukum


Banyak dari pejabat hukum yang melanggar hukum itu sendiri contohnya pada kasus suap.
Hal ini disebabkan karena rendahnya moral para pejabat sehingga mereka tanpa merasa malu
melakukan pelanggaran padahal seorang pejabat seharusnya bisa memberikan contoh pada
rakyat.
2. Tingkat kekayaan seseorang
Tingkatan kekayaan seseorang itu mempengaruhi berapa lama hukum yang ia terima
3. Tingkat jabatan seseorang
Semakin tinggi jabatan seseorang maka dengan mudah ia bisa terbebas dari hukum ataupun
mendapatkan hukuman yang ringan

8
4. Nepotisme
Mereka yang memiliki kekuasaan dalam melakukan pelanggaran dapat dengan mudah lepas
dari vonis hukum. Ini sangat berbeda dengan rakyat biasa yang langsung divonis sesuai
dengan hukum.
5. Rendahnya pengawasan masyarakat terhadap pelaksanaan hukum

Hubungan ketidakadilan hukum di Indonesia dengan Pancasila

Kata keadilan terdapat pada sila kelima Pancasila. Pelaksanaan hukum di Indonesia yang jauh dari
kata adil berarti telah melanggar sila pancasila yang kelima. Pancasila adalah dasar Negara atau
bisa dikatakan sebagai pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara. Dapat dikatakan disini
bahwa sila pancasila kelima belum sepenuhnya di terapkan oleh rakyat indonesia. Makna keadilan
dalam sila pancasila yaitu tidak membeda-bedakan rakyat dalam segala aspek baik itu di aspek
hukum ataupun aspek yang lain. Keadilan di suatu Negara sudah ditegakkan maka akan tercipta
rakyat yang makmur, aman dan sentosa. Hal itu dapat terjadi jika para aparat Negara melakukan
tugasnya dengan baik tanpa melakukan pelanggaran dalam segi apapun dan selalu mengutamakan
kepentingan umum atau rakyat dari pada kepentingan sendiri.

Solusi mengatasi masalah ketidakadilan hukum di Indonesia

Sebagai rakyat sudah sepatutnyalah kita tunduk dan patuh pada pemerintah. Kita juga harus
selalu melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan hukum di Negara kita. Kita seharusnya selalu
berpikir kritis dalam menanggapi suatu masalah yang terjadi di masyarakat.

Pemerintah khusunya para aparat hukum seharusnya melakukan tugasnya dengan baik dan
benar serta selalu berlandaskan pada moral dan etika yang berlaku dalam masyarakat. Apabila
kedua hal tersebut sudah terpenuhi maka diharapkan penegakan hukum di Indonesia dapat terjadi
secara adil. Kejadian-kejadian yang selama ini terjadi diharapkan dapat menjadi proses mawas diri
bagi para aparat hukum dalam penegakan hukum di Indonesia. Pemerintah juga perlu memberikan
pelajaran moral dan etika pada anak-anak dan generasi muda sehingga mereka menjadi generasi
muda yang bermoral dan beretika. Pada saat dewasa, mereka tidak melakukan kesalahan yang
sama seperti yang dilakukan para pejabat ataupun aparat hukum sekarang. Pemerintah juga perlu

9
melakukan reformasi pada hukum yang ada dan dalam pelaksanaannya harus tegas dan tidak
memihak pada siapapun.

10
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hukum adalah sebuah peraturan yang dibuat oleh manusia untuk membatasi tingkah laku
manusia tersebut agar dapat dikontrol. Sudah jelas bahwa hukum dibuat untuk mengatur setiap
warga negara untuk patuh pada peraturan dan apabila ada yang melanggar maka selayaknya
akan mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Dapat
dikatakan pelaksanaan hukum harus adil. Namun keadilan ini belum sepenuhnya di tegakkan
di Indonesia. Adanya kesenjangan sosial di masyarakat sehingga muncul ketidakadilan di
Negara ini salah satu contoh adalah beberapa kasus korupsi dan kasus pencurian. Banyak
pencurian yang dapat dikategorikan dalam pencurian ringan seperti pencurian sandal divonis
lebih berat dari pada koruptor-koruptor yang sudah jelas telah melakukan pencurian dalam
skala besar. Efek dari korupsipun sangatlah dirasakan oleh rakyat. Tapi kenapa hukuman yang
diterima koruptor sangatlah ringan ?. itulah masalah ketidakadilan hukum di Indonesia.
Sebagai rakyat sudah sepatutnyalah kita tunduk dan patuh pada pemerintah. Tapi, disamping
itu kita juga harus selalu melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan hukum di Negara kita.
Kita seharusnya selalu berpikir kritis dalam menanggapi suatu masalah yang terjadi di
masyarakat.

5.2 Saran

Pemerintah Indonesia seharusnya dapat bertindak lebih adil dan untuk kalangan atas lebih
memperhatikan lagi dengan segala aspek dalam hukum yang ada dalam negara kita ini.
Bertindaklah seadil-adilnya agar tidak ada pihak yang dirugikan. Untuk menghindari
ketidakadilan hukum di Indonesia kita tidak boleh membedakan tingkat kekayaan seseorang,
tingkat jabatan seseorang, tidak melaksanakan nepotisme, menghindari ketidakpercayaan
hukum dalam penegakan hukum di Indonesia untuk mengatasi ketidakadilan hukum di
Indonesia maka para aparat hukum haruslah taat terhadap hukum dan berpegang pada nilai-
nilai moral dan etika yang berlaku di masyarakat. Apabila kedua unsur ini terpenuhi maka di
harapkan penegakan hukum secara adil juga dapat terjadi di Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://hery-shietra.blogspot.co.id/2013/12/tindak-pidana-ringan-implementasi-dan.html

https://anafifitrotin97.wordpress.com/2014/11/07/ketidakadilan-hukum-di-indonesia/

http://hukum.kompasiana.com/2014/04/15/ketidakadilan-hukum-di-indonesia-648989.html

https://inrespermatasari.wordpress.com/2013/05/13/makalah-ketidakadilan-hukum-di-indonesia/

https://hery-shietra.blogspot.co.id/2013/12/tindak-pidana-ringan-implementasi-dan.html

12
LAMPIRAN

Topik

Sila ke-5 “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Fenomena

Putusan hakim 5 tahun ditemukan terjadi pada anak 15 tahun yang mencuri sandal jepit di
Palu

Masalah

Sampai sejauh ini putusan hakim 5 tahun ditemukan terjadi pada anak 15 tahun yang
mencuri sandal jepit di Palu belum dapat dijelaskan

F1 : Palu

F2 : putusan hakim 5 tahun

Ciri masalah : belum dapat dijelaskan

Tujuan Umum

Menjelaskan putusan hakim 5 tahun ditemukan terjadi pada anak 15 tahun yang mencuri
sandal jepit di Palu

13
Palu

Setiap WNI diperlakukan adil dalam Menjunjung tinggi nilai kebenaran


bidang hukum dan keadilan

Koruptor melakukan tindak korupsi Peradilan lebih memihak pada aparat


hanya dihukum 5 tahun negara dengan mengatasnamakan
kesejahteraan umum

Terjadi ketidakadilan hukum

Anak 15 tahun mencuri sandal jepit

Dituntut pasal 362 KUHP dengan ancaman


2,5 tahun penjara

Putusan hakim 5 tahun

14
TUJUAN KHUSUS

1. Menjelaskan keterkaitan antara Pasal 362 KUHP tentang pencurian dengan Pancasila Sila
ke-5

2. Menjelaskan ketidakadilan hukum terhadap anak usia 15 tahun akibat mencuri sandal jepit

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana keterkaitan antara Pasal 362 KUHP tentang pencurian dengan Pancasila Sila
ke-5?

2. Apa penyebab ketidakadilan hukum terhadap anak usia 15 tahun akibat mencuri sandal
jepit?

MANFAAT

Mencegah terjadinya ketidakadilan hukum untuk kasus serupa yang mungkin akan terjadi
kembali

JUDUL

Ketidakadilan Hukum Mencuri Sandal Jepit

15
16

Вам также может понравиться