Вы находитесь на странице: 1из 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahu disusun atas tulang yang menghubungkan antara ekstremitas atas
dengan tulang skeletal aksial. Persendian terjadi antara kepala humerus yang bulat
dengan kavitas glenoidalis skapula yang dangkal dan berbentuk seperti buah pir.
Persendian pada bagian ini disusun oleh skapula,klavicula dan humerus yang
memungkinkan gerakan yang sangat luas seperti fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi,
endorotasi, eksorotasi dan sirkumduksi. Terdapat tiga persendian pada bahu
diantaranya sternoklavikula, akromiklavicula dan glenohumeral.1
Selain struktur persendian yang tergolong kompleks daerah bahu tepatnya di
aksila terdapat ruangan atau terowongan yang dilalui oleh pembuluh darah,
nervus dan juga limfe. Kompleksitas dan susunan yang padat memungkinkan
banyaknya kelianan yang mungkin bisa ditemukan pada bahu mulai dari trauma
baik berupa fraktur atau dislokasi, peradangan atau inflamasi seperti thoracic
outlet syndrome, bursitis dan lain-lain.2
Modalitas utama didalam menegakkan penyakit pada persendian di bahu
tetap dimulai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hampir semua keluhan
orthopedi pada persendian hampir ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang cermat. Pemeriksaan fisik orthopedi pada persendian bahu dimulai dari
pergerakan aktif, pasif bahkan spesial test lain yang gunanya untuk menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan fisik khusus dapat mengarahkan kita pada diagnosis yang
tepat. Selain itu pemeriksaan penunjang lainnya masih tetap diperlukan untuk
penegakkan diagnosa seperti x-ray,CT-Scan,dan MRI.2
Pemeriksaan fisik dianggap penting dalam diagnosisi orthopedi oleh sebab
itu diperlukan pemaparan dan pustaka untuk menjelaskan bagaimana pemeriksaan
fisik pada persendian bahu.

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan pemeriksaan
sendi bahu sebagai salah satu bentuk pemeriksaan yang rutin dan penting dalam
Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi.

1.3. Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Memberikan informasi tentang pemeriksaan sendi bahu dalam Ilmu Bedah
Orthopaedi dan Traumatologi
2. Memperkaya ilmu pengetahuan dan memperkokoh landasan teoritis ilmu
kedokteran, khususnya mengenai Pemeriksaan Sendi Bahu.
3. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan tugas P3D di
Departemen Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Sendi Bahu


Bahu disusun atas tulang yang menghubungkan antara ekstremitas atas
dengan tulang skeletal aksial. Tulang tersebut adalah:1
1. Skapula
Skapula adalah tulang berbentuk segitiga yang berfungsi sebagai tempat
perlekatan otot. Empat otot manset rotator yang berperan dalam bahu
mempunyai asal dari skapula. Empat otot tersebut yaitu supraspinatus,
infrasponatus, teres minor, dan subskapularis. Sebagai tambahan, trapezius,
serratus anterior, dan levator skapula masuk ke dalam skapula dan
bertanggung jawab untuk pergerakan dan stabilitas skapula. Skapula bergerak
dengan bebas, karena dibantu oleh empat otot ini. Skapula mempunyai 4
prosesus: spine, akromion, korakoid, dan glenoid. Kavitas glenoid (atau fossa
glenoid) diatur untuk memperluas sudut lateral skapula. Kavitas glenoid
berbentuk oval tidak beraturan dan sering dikatakan berbentuk seperti koma.
Kavitas ini berartrikulasi dengan kepala humerus, membentuk sendi
glenohumeral, yang membentuk sendi utama dari bahu.
2. Klavikula
Klavikula adalah tulang berbentuk S yang membentuk bagian anterior dan
bahu yang menjaga jarak tangan dari tubuh sehingga dapat bergerak bebas.
Sendi sternoklavikular dibentuk pada bagian medial klavikula yang bersendi
dengan manubrium sternum. Bagian ini merupakan satu-satunya hubungan
tulang antara tulang skeletal dan ekstremitas atas. Selain itu, klavikula
menyediakan perlindungan pada arteri subklavikula, vena subklavikula, dan
pleksus brakial posterior dan inferior.
3. Kepala Humerus
Permukaan proksimal sendi dari humerus disebut sebagai kepala humerus.
Kepala humerus berartrikulasi terhadap bagian dangkal dari kavitas glenoid.
Hanya 25% dari permukaan kepala humerus membuat hubungan dengan
kavitas glenoid. Labrum glenoid, cincin fibrikartilago yang menempel pada
bagial luar dari kavitas glenoid, menyediakan stabilitas dan kedalaman
tambahan.

Persendian terjadi antara kepala humerus yang bulat dengan kavitas


glenoidalis skapula yang dangkal dan berbentuk seperti buah pir. Fasies artikularis
diliputi oleh rawan sendi hialin, dan kavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya
bibir fibrokartilago yang dinamakan labrum glenoidale. Tipe sendi ialah sendi
sinovial “ball and socket”. Kapsula artikularis meliputi sendi dan di medial
melekat pada pinggir kavitas glenoidalis di luar labrum; di lateral kapsula melekat
pada kolum anatomikum humerus. Kapsula artikularis ini tipis dan lemas,
memungkinkan gerakan yang luas. Kapsula artikularis diperkuat oleh lembaran
fibrosa yang berasal dari tendon otot subskapularis, supraspinatus, infraspinatus,
dan teres minor (otot-otot manset rotator).2
1. Sendi Sternoklavikula
Sendi sternoklavikula adalah satu-astunya hubungan antara tulang skeletal
dan ekstremitas atas. Sendi sternoklavikular melakukan gerakan elevasi ke
atas 30-350, 300 pergerakan anteroposterior, dan 44-500 rotasi aksis panjang
klavikula.
2. Sendi Akromioklavikula
Sendi akromioklavikula adalah satu-satunya artikulasi antara klavikula dan
skapula. Sendi ini dibentuk oleh distal klavikula berartikulasi dengan
akromion dari skapula. Sedikit pergerakan dalam sendi ini. Sendi
akromioklavikular adalah sendi diartrodial berkapsul yang berjalan bersama
dengan ligamen korakoakromial: ligamen trapezoid dan konoid.
3. Sendi glenohumeral
Sendi glenohumeral adalah sendi utama dari sendi bahu. Sendi ini adalah
sendi sinovial ball and socket yang dibentuk oleh permukaan artikular kavitas
glenoid dan kepala humerus. Kedalaman kavitas glenoid ditingkatkan oleh
lingkaran fibrokartilago yang mengelilinginya. Lingkaran fibrokartilago ini
merupakan labrum glenoid.1
Ligamentum glenohumerale adalah tiga buah pita jaringan fibrosa yang
memperkuat bagian depan kapsula artikularis. Ligamentum humerale transversum
memperkuat kapsula artikularis dan menjembatani celah antara kedua tuberkulum.
Ligamentum korakohumeral memperkuat kapsula artikularis dari sebelah atas dan
dan terbentang dari pangkal prosesus korakoideus sampai ke tuberkulum mayus
humeru. Ligamentum tambahan ialah ligamentum korakoakromial terbentang
antara prosesus korakoideus dan akromion. Fungsinya adalah untuk melindungi
bagian atas sendi.2
Membrana sinovial melapisi kapsula artikularis dan melekat pada pinggir
kartilago yang meliputi fasies artikularis. Membrana ini membentuk sarung di
sekitar tendon otot biseps brakhii caput longum. Membrana ini menonjol keluar
dari dinding anterior kapsula untuk membentuk bursa subscaularis yang terletak di
bawah otot subskapularis. Persarafan oleh saraf aksilaris dan saraf
supraskapularis.2

Gambar 2.1. Sendi Bahu Tampak Anterior1


Gambar 2.2. Sendi Bahu Tampak Lateral1

Gambar 2.3. Sendi Bahu Tampak Posterior1


Gambar 2.4. Anatomi Otot Bahu Tampak Anterior1

2.2. Gerakan Sendi Bahu


Sendi bahu mempunyai kemungkinan gerak yang luas dan stabilitas sendi
yang kurang. Kekuatan sendi tergantung pada tonus otot-otot manset rotator yang
terdapat di depan, atas, dan belakang sendi, yaitu otot subskapularis, otot
supraspinatus, otot infraspinatus, dan otot teres minor. Bila sendi dalam keadaan
abduksi, permukaan bawah kepala humerus disokong oleh caput longum otot
trisep yang menekuk ke bawah oleh karena panjangnya dan memberikan sedikit
sokongan pada humerus. Selain itu, bagian bawah kapsula artikularis merupakan
tempat yang paling lemah. Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan:2
 Fleksi
Normal fleksi sekitar 900 dan dilakukan oleh serabut anterior otot
deltoideus, otot pektoralis mayor, otot biseps brakhii, dan otot
korakobrakhialis
 Ekstensi
Normal ekstensi sekitar 450 dan dilakukan oleh serabut posterior otot
deltoideus, otot latissimus dorsi, dan otot teres mayor
 Abduksi
Abduksi ekstremitas superir terjadi pada dua sendi, yaitu sendi bahu serta
di antara skapula dan dinding toraks. Gerakan ini dilakukan oleh serabut
tengah otot deltoideus, dibantu oleh otot supraspinatus. Otot supraspinatus
memulai gerakan abduksi dan mempertahankan kepala humerus pada
kavitas glenoidalis skapula; posisi ini memungkinkan otot deltoideus
berkontraksi dan melakukan abduksi humerus pada sendi bahu
 Adduksi
Normal ekstremitas superior dapat melakukan gerakan mengayun sebesar
450 di depan toraks. Gerakan ini dilakukan oleh otot pektoralis mayor,
otot latissimus dorsi, otot teres mayor, dan otot teres minor.
 Eksorotasi
Normal eksorotasi adalah sekitar 40-450. Gerakan ini dilakukan oleh otot
infraspinatus, otot teres minor, dan serabut posterior otot deltoideus.
 Endorotasi
Normal endorotasi sekitar 550. Gerakan ini dilakukan oleh otot
subskapularis, otot latissimus dorsi dan otot teres mayor dan serabut
anterior otot deltoideus
 Sirkumduksi
Adalah kombinasi dari gerakan-gerakan di atas.

2.3. Pemeriksaan Fisik Orthopedi


Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang penting dalam menguatkan data-data
yang kita temukan dalam anamnesis dan sekaligus memberikan kepada kita
pilihan terhadap pemeriksaan-pemeriksaan khusus atau tambahan yang perlu kita
lakukan.
Pada bidang ilmu bedah ortopedi, pemeriksaan fisik pada dasarnya dibagi atas
dua jenis, yaitu:
1. Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan fisik ortopedi
a. Pemeriksaan fisisk ortopedi umum
b. Pemeriksaan fisik ortopedi regional3
2.3.1. Pemeriksaan Fisik Umum4
Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan fisik bidang
kedokteran lainnya dan bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik penderita
secara umum serta melihat apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan
muskuloskeletal. Pemeriksaan dilakukan secara sistematik karena sebagian
penderita yang datang adalah penderita yang sudah berumur dan biasanya
mempunyai kelainan lain selain kelainan muskuloskeletal yang dikeluhkan.
Pada beberapa penderita kadang-kadang dilakukan tindakan operasi dengan
pembiusan sehingga perlu dipertimbangkan pemeriksaan secara teliti mengenai
sistem kardiovaskuler, pernafasan, saluran kemih dan saluran pencernaan untuk
keamanan dan kelancaran operasi.
Pemeriksaaan fisik pada penderita memerlukan beberapa prinsip
pemeriksaan. Teknik pemeriksaan secara alami bervariasi pada setiap individu,
tetapi pada dasarnya dibutuhkan suatu pemeriksaan yang rutin atau baku, tahap
demi tahap agar pemeriksaan tidak berulang. Pemeriksaan fisik juga disesuaikan
dengan keadaan dan kondisi penderita, misalnya penderita yang memerlukan
penanganan darurat maka pemeriksaan fisik yang dilakukan seperlunya sesuai
dengan kebutuhan yang ada.
a) Status generalis
dalam pemeriksaan ortopedi secara umum, saat penderita datang pada
kita sudah merupakan suatu pemeriksaan awal menyeluruh secara
sambil lalu dengan melihat postur dan cara berjalan penderita.
Pemeriksaan fisik ortopedi yang dilakukan meliputi :
 Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama
Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama yang dikeluhkan
dilakukan secar teliti. Tetapi harus diingat bahwa keluhan pada
satu tempat mungkin akibat dari kelainan pada tempat lain,
sehingga tidak cukup hanya dengan memeriksa pada tempat
dengan keluhan utama.
 Pemeriksaan kemungkinan nyeri kiriman dari sumber ditempat lain
( reffered pain )
Untuk pemeriksaan muskuloskeletal diperlukan peralatan-peralatan :
1. Stetoskop 5. Kapas
2. Refleks Hammer 6. Jarum kecil
3. Pensil untuk kulit (marker) 7. Senter saku
4. Meteran 8. Geniometer
Pemeriksaan fisik sebenarnya sudah dimulai ketika penderita datang ke
dokter dengan mengamati penampakan umum penderita, raut muka, cara berjalan,
cara duduk dan cara tidur, proporsi tinggi badan terhadap anggota tubuh lainnya,
keadaan simetris bagian tubuh kiri dan kanan, cara berjalan dan tingkah laku,
ekspresi wajah, kecemasan serta reaksi emosional lainnya untuk melihat aspek-
aspek emosional dan somatis dari penderita.
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang paling penting dalam
memperkuat penemuan-penemuan yang berhasil kita dapatkan dari riwayat dan
anamnesis yang telah kita buat dan menambah atau mengurangi pilihan diagnosis
yang dapat kita lakukan .

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Inspeksi (look) Palpasi (feel) Gerak (move)

Bagian distal Bagian utama Bagian lain

Kulit Jaringan lunak Tulang dan sendi


Pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen

b) Pemeriksaan Lokalis
Pemeriksaan dilakukan secara sitematis dengan urutan-urutan sebagai berikut:
 Inspeksi (Look)
 Palpasi (Feel)
 Kekuatan otot (Power)
 Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif (Move)
 Auskultasi
 Uji-uji fisik khusus

2.3.2. Pemeriksaan klinik rutin gangguan pada sendi bahu5


1. Pemeriksaan lokal sendi bahu
Inspeksi
 Kontur tulang
 Kontur jaringan lunak
 Warna dan tekstur kulit
 Adanya jaringan parut atau
sinus
Palpasi
 Suhu kulit
 Kontur tulang
 Kontur jaringan lunak
 Nyeri lokal
Pergerakan
 Membedakan pergerakan antara sendi glenohumeral dan sendi skapula pada
gerakan abduksi, fleksi, ekstensi, rotasi lateral dan rotasi medial.
 Nyeri pada saat pergerakan
 Spasme otot
 Krepitasi pada saat pergerakan
Kekuatan
 Kekuatan otot servikoskapula dan otot torakoskapula
 Uji elevasi skapula, retraksi skapula, abduksi-rotasi skapula
 Otot skapulo-humeral (mengontrol pergerakan sendi glenohumeral) yaitu
pergerakan abduksi 180°, adduksi 75°, fleksi 180°, ekstensi 60°, rotasi lateral
80°, rotasi medial 80°.
Sendi akromioklavikular
Pemeriksaaan pembengkakan, rasa panas, nyeri, nyeri bila digerakkan dan
stabilitas.
Sendi sternoklavikula
Pemerikasaan pembengkakan, rasa panas, nyeri, nyeri bila digerakkan dan
stabilitas.
Anamnesis
Pada nyeri bahu harus ditentukan dengan jelas lokasi dan distribusi nyeri. Nyeri
biasanya berasal dari ujung akromion menjalar ke bawah pada lengan atas sampai
pada insersi otot deltoid. Jarang sekali nyeri pada bahu yang menjalar melewati
sendi siku.
Nyeri kiriman pada daerah bahu
Nyeri kiriman biasanya berupa iritasi dari pleksus brakialis, menjalar dari leher
pada bagian atas dari bahu kemudian ke lengan.
Gerakan sendi bahu
Pada pemerikasaan sendi bahu sangat penting diketahui berapa besar gerakan
yang terjadi pada sendi glenohumeral dan berapa besar gerakan rotasi skapula.
Untuk membedakannya maka pemeriksa perlu memegang atau memfiksasi bagian
bawah skapula. Dalam keadaan normal gerakan sendi bahu berupa abduksi yang
terjadi dari sebagian sendi glenohumeral dan sebagian dari rotasi sendi skapula
sendiri. Kelainan pada sendi bahu akan memberikan hambatan pada gerakan sendi
glenohumeral tetapi tidak pada gerakan skapula.

1. Inspeksi (Look)
Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan
periksa. Pada inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah
terlihat kesakitan. Cara berjalan sekurang-kurangnya 20 langkah, cara duduk dan
cara tidur.
Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan pada :
a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit.
b. Jaringan lunak yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen, jaringan
lemak, fasia, kelenjar limfe.
c. Tulang dan Sendi
d. Sinus dan jaringan parut
 Apakah sinus berasal dari permukaan saja, dari dalam tulang atau
dalam sendi.
 Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau
supurasi.

Gambar 2.5. Inspeksi pada sendi bahu (A) Anterior, (B) Posterior, dan (C)
Lateral.6
Gambar 2.6. Dislokasi Sendi Bahu tampak pada Inspeksi. 6

Gambar 2.7. Inspeksi Deformitas pada Sendi Bahu biasa pada pemain tennis
dengan (A) Hyperthrophy Otot Tungkai Atas, (B) Pelebaran jarak antara skapula
dan prosesus vertebra pada saat istirahat (C) Depresi sendi bahu. 6
Gambar 2.8. Inspeksi Sendi Bahu Tampak Posterior (A) Bahu pada saat Istirahat
(B) Tampak seperti sayap pada skapula saat tangan didorong ke depan, (C)
Tampak sayap pada saat ekstremitas diadduksi. 6

2. Palpasi (Feel)
Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah:
a. Suhu kulit, apakah lebih panas/dingin dari biasanya, apakah denyutan
arteri dapat diraba atau tidak.
b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya
spasme otot, atrofi otot, keadaan membran sinovia, penebalan membran
jaringan sinovia, adanya tumor dan sifatnya, adanya cairan di dalam/ di
luar sendi atau adanya pembengkakan.
c. Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah nyeri
setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain (referred pain).
d. Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari
tulang atau adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara
tulang yang satu dengan lainnya.
e. Pengukuran panjang anggota gerak Pengukuran juga berguna untuk
mengetahui adanya atrofi/pembengkakan otot dengan membandingkan
dengan anggota gerak yang sehat.
f. Penilaian deformitas yang menetap;pemeriksaan ini dilakukan apabila
sendi tidak dapat diletakkan pada posisi anatomis yang normal.

Kekuatan Otot (Power)


Pemeriksaan kekuatan otot penting artinya untuk diagnosis, tindakan, prognosis
serta hasil terapi. Penilaian dilakukan menurut Medical Research Council dimana
kekuatan otot dibagi dalam grade 0-5, yaitu:
Grade 0
Tidak ditemukan adanya kontraksi otot.
Grade 1
Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot yang dapat
diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakkan sendi.
Grade 2
Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak dapat
melawan pengaruh gravitasi.
Grade 3
Disamping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh
gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh pemeriksa.
Grade 4
Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap
tahanan yang ringan.
Grade 5
Kekuatan otot normal.
Estimasi kekuatan otot
Untuk memperkirakan besarnya kekuatan ada dua kelompok otot pada daerah
bahu yang harus dibedakan yaitu:
1. Otot servikoskapula dan otot torakoskapula
Otot servikoskapula dan otot torakoskapula mengontrol gerakan skapula.
Fungsi otot ini untuk gerakan elevasi skapula yaitu levator skapula dan bagian
atas dari otot trapezius.
Retraktor dari skapula yaitu otot rhomboid dan bagian tengah dari otot
trapezius. Abduktor rotator dari skapula yaitu otot seratus anterior, bagian
tengah dan bagian bawah dari otot trapezius. Untuk menguji perlu dilakukan
pemeriksaan fungsi dan kekuatan otot dengan pemeriksaan khusus.
2. Otot skapulohumeral
Kelompok otot ini mengontrol sendi glenohumeral yaitu gerakan yang
berfungsi untuk abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi lateral, rotasi medial.

Sendi akromioklavikular dan sternoklavikular


Klavikula merupakan suatu jembatan yang menghubungkan skapula dan sternum.
Gerakan sendi akromioklavikular dan sternoklavikular terjadi pada umumnya
setelah elevasi dari lengan atas sebesar 90° dan gerakan sendi bahu ke belakang
atau ke depan.

3. Pergerakan (Move)
Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah pergerakan yang aktif merupakan
pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu
pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa.
Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:
a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif
 Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit
 Apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi
b. Stabilitas sendi
Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan keadaan
ligamen yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan stabilitas sendi dapat
dilakukan dengan memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi
diamati.
c. Pemeriksaan ROM (Range of Join Movement)
Pemeriksaan batas gerakan sendi harus dicatat pada setiap pemeriksaan
ortopedi yang meliputi batas gerakan aktif dan batas gerakan pasif.
Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang merupakan patokan
untuk gerakan abnormal dari sendi. Dikenal beberapa macam gerakan pada
sendi, yaitu : abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna,
pronasi, supinasi, fleksi lateral, dorso fleksi, plantar fleksi, inversi dan eversi.
Pemeriksaan Sendi Bahu6
Sendi bahu merupakan suatu sendi yang secara mekanik sangat kompleks dan
terdiri atas tiga komponen persendian yaitu sendi glenohumeral, sendi
akromioklavikular, sendi sternoklavikular. Sendi glenohumeral memungkinkan
untuk gerakan abduksi, fleksi dan rotasi di bawah kontrol otot skapulohumeral.
Kedua sendi lainnya bersama-sama memberikan pergerakan 90° berupa rotasi
skapula terhadap toraks dan sedikit perputaran anteroposterior skapula. Nyeri
pada bahu dan lengan harus dibedakan dengan seksama apakah kelainan ini
berasal dari bahu sendiri atau nyeri yang berasal dari vertebra servikalis atau
toraks.
Pemriksaan dapat terdiri dari :
1. Pergerakan Aktif
Pemriksaan pergerakan aktif pertama kali dilakukan untuk menilai
persendian dan gerakan bahu. Pemeriksaan aktif untuk membedakan
pergerakan yang berasal dari scapula atau glenohumeral. Pemeriksaan
pergerakan skapula terkadang menajdi kompensasi untuk kelemahan
pergerakan pada sendi glenohumeral. Berikut adalah daftar pergerakan
aktif yang dapat dilakukan.
- Elevasi melalui abduksi terlebih dahulu (1700-1800)
- Elevasi melalui fleksi ke depan (1600-1800)
- Elevasi melalui skapula (1700-1800)
- Lateral (Eksternal Rotasi) (800-900)
- Medial (Internal Rotasi) (600-1000)
- Adduksi (50-750)
- Adduksi Horizontal
- Sirkumduksi
- Protraksi Skapula
- Retraksi Skapula
- Kombinasi Gerakan dan Gerakan Berulan
- Pemriksaan Aktif pada sendi Bahu. 6
Gambar 2.9. Pemeriksaan Fisik Pada Bahu

Gambar 2.10. Pergerakan humerus, skapula, klavikula ketika pergerakan aktif. 6

Gambar 2.11 (A) Scapular Retraction (B) Scapular Praotraction. 6


Gambar 2.12 Apley’s Strech Test. 6

Gambar 2.13 (A) Neck Reach (B) Back Reach. 6

2. Pemeriksaan Pasif
Pemeriksaan ini dilakukan ketika ada ROM menurun, dan pemeriksan
merasakan apakah ada restriksi gerakan. Berikut adalah gerakan pasif yang
dapat dikerjakan :
- Elevasi melalui fleksi ke depan oleh lengan atas (tissue sretch)
- Elevasi dengan abduksi lengan atas ( bone-to-bone atau tissue sretch)
- Elevasi dengan abduksi glenohumeral joint (bone-to-bone atau tissue
sretch)
- Rotasi lateral lengan atas
- Rotasi Medial lengan atas
- Ekstensi lengan atas
- Adduksi lengan atas
- Adduksi Horizontal (tissue stretch atau aproksimasi)
- Quadrant test

Gambar 2.14 Posterior capsular tighness test. 6

Pada bursitis subcoracoid terdapat keterbatasan pada gerak rotasi lateral. Pada
bursitis subacromion terdapat keterbatasan pada gerak abduksi. Jika dijumpai
keterbatasn gerak rotasi lateral, pemeriksa harus melakukan supinasi pada lengan
bawah dengan memflexikan lengan 90 derajat . pasien yang mengalami dislokasi
sendi glenohumeral posterior akan mengalami keterbtasan gerak rotasi lateral dan
supinasi saat fleksi.

Gambar 2.15 Pemeriksaan abduksi pasif sendi glenohumeral6


Gambar 2.16. Quadrant Test A. Adduction test B. Abduction test.
3. Spesial Test
b) Load and Shift Test
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien atraumatik yang mengalami
instabilisasi glenohumeal joint.

Gambar 2.17. Load and Shift Test. 6


c) Crank Test
Pemeriksaan ini dilakukkan pada pasien traumatik yang mengalami
instabilitas yang diakibatkan intstabilitas anatomic glenohumeral joint.

Gambar 2.18. Crank Test. 6


c) Rockwood Test for Anterior Instability.
Pemeriksan berada di belakang pasien, kemudian pasien melakukan rotasi
lateral, abduksi 45’ dan ulangi rotasi lateralis dan ulangi prosedure
saat melakukan abduksi 90’ dan 120’
Gambar 2.19. Rockwood Test. 6

d) Andrews Anterior Instability Test


Pasien berada dalam keadaan supine dan lengan di abduksikan 130’ dan
lateral rotasi 90’

Gambar 2.20. Andrews Test. 6


e) Prone Anterior Instability Test
Pasien berbaring dalam keadaan pronasi, dan pemeriksa melakukan rotasi
lateral dan abduksi 90’.
Gambar 2.21. Prone Anterior Test. 6

f) Norwood Stress Test for Posterior Instability.


Pasien dalam posisi supine dan lengan diabduksikan 60-100’ dan rotasi
lateral 90’ dan elbow diflesikan 90’.

Gambar 2.22. Norwood Stress Test. 6

4. Pemeriksaan Khusus Lainnya


- Impingement Test : Neer Test, Hawkins-Kennedy Test, Posterior internal
impingement test
- Lebral Lessions ; Clunk Test (Bankart), Anterior Slide Test, Active ,
Compression test of o’brien (SLAP)
- Scapular Stability Tests : Lateral Scapular slide tests, Wall-Floor pushup,
Scapular retraction test
- Muscle Test : Speed’s test, yergason’s test, lift-off sign.
- Thoracic Outlet Syndrome : Roos Test.

2.4.Pemeriksaan Penunjang7
 X-Rays
Setidaknya ada dua proyeksi yang harus dilakukan pada pemeriksaan
Xray: X-ray anteroposterior dan xray proyeksi aksila dengan tangan
dalam posisi abduksi untuk menunjukkan hubungan antara kepala
humerus ke glenoidal. Lihat apakah adakah kemungkinan subluksasi atau
dislokasi, penyempitan celah sendi, erosi dan kalsifikasi tulang di jaringan
lunak. Sendi akromiklavikular paling baik dilihat pada proyeksi
anteroposterior dengan tabung dimiringkan ketas 200. Celah subakromial
dilihat dengan memiringkan tabung kebawah sebanyak 300.

 Artrografi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mendeteksi robekan pada manset rotator
dan lesi Bankart yang lebih besar. Pemeriksaan ini sekarang sudah
dikombinasikan dengan CT atau MRI
 Ultrasound
Ultrasound menunjukkan hasil yang sederhana dan reliabel untuk
mengidentifikasi robekan manset rotator, tendinitis kalsifikasi dan
masalah biseps. Pemeriksaan ini juga berguna untuk mengidentifikasi area
hipervaskularisasi dan membantu untuk menyuntik dengan bantuan
ultrasound dan barbotage (tindakan memasukkan jarum suntik pada
deposit kalsifikasi dan mengaspirasi atau memecah material).
 Magneting Resonance Imaging (MRI)
Informasi yang disediakan MRI tergantung pada kualitas alat dan urutan
pencitraan yang dipilih. Pada pasien dengan curiga kelainan manset
rotator, MRI memberikan informasi lokasi dan ukuran robekan, seperti
pada anatomi arkus korakoakromial dan sendi akromioklavikular. Pada
pasien dengan tanda dan gejala mengarah ketidakstabilan, pemeriksaan ini
dapat menunjukkan anomali yang berhubungan dengan kapsul, labrum,
glenoid dan kepala humerus. MRI juga berguna untuk mendeteksi
ostenekrosis kepala humerus dan untuk mendiagnosis dan menstaging
tumor.
 Magnetic Resonance Arthrography
Pemeriksaan MR arthrography dilaporkan mempunyai sensitivitas 91%
dan spesifisitas 93% untuk mendeteksi kelainan kondisi labral. Untuk
mendeteksi robekan di bawah permukaan manset rotator, MRA lebih
sensitif dan spesifik daripada MRI sendiri.
 Artroskopi
Artroskofi berguna untuk mendiagnosis (dan mengobati) lesi intra-
artikular, pelepasan labrum atau kapsul dan robekan pada manset rotator.
Artroskopi dikatakan pemeriksaan yang paling baik dalam mendiagnosis
robekan superior labrum, anterior dan posterior (SLAP).

Gambar 2.23. Pemeriksaan Penunjang Send


BAB lll
KESIMPULAN

Pemeriksaan pada sendi bahu adalah salah satu kompetensi penting di


dalam menegakkan dan mencari kelainan pada persendiaan bahu. Pemeriksaan
mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, hingga penunjang diperlukan untuk
menegakkan kelainan pada sendi bahu.
Pemeriksaan fisik sendi bahu dianggap masih pemeriksaan yang rutin dan
penting dikerjakan dalam menegakkan kelainan pada bahu. Pemeriksaan terdiri
dari anamneis, inspeksi, palpasi dan pergerakan. Setiap keluhan pada persendian
bahu memiliki penampilan klinis dan juga pemeriksaan yang berbeda dan setiap
pemeriksaan membantu menegakkan diagnosa.
Selain pemeriksan fisik pemeriksaan penunjang lainnya masih diperlukan
mulai dari x-ray yang masih dianggap penting untuk memastikan adanya fraktur
atau dislokasi hingga MRI yang sangat baik dalam mendeteksi adanya kelainan
pada jaringan ikat seperti otot, ligamen dan permukaan sendi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kishener, S, 2015. Shoulder Joint Anatomy. Available at:


www.medscape.com/article/1899211-overview#a1 [ accessed at: 18
September 2016]
2. Snell, R, 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
3. Solomon, L, Warwick, D, Nayagam, S, 2010. Apley’s System of Orthopaedics
and Fractures Ninth Editioni. UK: Hodder Arnold.
4. Sjamsyuhidayat, Jong D. Buku Ajar Ilmu Bedah. In: ChairudDIN Rasjad,
Soelarto Soprodjo (alm), Syaiful Anwar Hadi et al, Hamami AH, Pieter John,
Tjambolang Tadjuddin Ahmadsyah Ibrahim. Sistem Muskuloskletal . Jakarta:
EGC, 2013. 951-962.
5. Bickley,S. Lynn. Bate’s Physical Examination and history taking 11th edition.
Lipincott & Williams : Philadelphia
6. Rasjad, Chairuddin, Prof.MD.PhD. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Cetakan
Kelima. 2007. Yarsif Watampone : Jakarta.
7. Magee, David J. Orthopedic Physical Assesment Enhanced Edition 4th
edition.2006. Elsevier : Canada .

Вам также может понравиться