Вы находитесь на странице: 1из 36

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi

Usus besar atau kolon berbentuk tabung muscular berongga dengan


panjang sekitar 1,5m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kalnalis
ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu
sekitar 6,5cm (2,5 inci), tetapi semakin dekat anus diameternya semakin
kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rectum. Pada sekum
terdapat katup ileosaekal dan appendiks yang melekat pada ujung sekum.
Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar.
Katup ileosaekal mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum
dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar kedalam
usus halus. Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascenden, kolon transversum
dan kolon descenden serta sigmoid. Tempat kolon membentuk kelokan
tajam pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut disebut sebagai
fleksura hepatica dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi
Krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk huruf S. Lekukan bagian
bawah membelok kekiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rectum,
dan hal ini merupakan alasan anatomis mengapa memosisikan penderita
ke sisi kiri saat pemberian enema. Pada posisi ini, gaya gravitasi
membantu mengalirkan air dari rectum ke fleksura sigmoid.

1
2

Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rectum dan
membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara kebagian luar tubuh).
Satu inci terakhir dari rectum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi
oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rectum dan kanalis
ani adalah sekitar 15 cm (5,9 inci). Usus besar merupakan bidang
perluasan dari ileocecal ke anus. Usus besar terdiri dari cecum, colon,
rectum, dan lubang anus. Selama dalam colon, chyme diubah menjadi
feces. Penyerapan air dan garam, pengsekresian mucus dan aktivitas dari
mikroorganisme yang termasuk dalam pembentukan feces, dimana colon
menyimpan sampai feces dikeluarkan melalui proses defekasi. Kira-kira
1500 ml dari chyme masuk ke cecum setiap hari, tapi lebih dari 90% dari
volume direabsorbsi dan hanya tertinggal 80-150 ml dari feces yang
dikeluarkan secara normal melalui defakasi.
Cecum merupakan tempat bertemunya usus halus dan usus besar
pada ileocecal. Colon kira-kira panjangnya 1,5-1,8 m dan terdiri dari 4
bagian, yaitu colon ascendens, colon transversal, colon descendens dan
colon sigmoid. Colon ascending membujur dari cecum dan berakhir pada
fleksur kolik kanan (fleksur hepatik) dekat pinggir bawah kanan dari hati.
Colon transversal membentang dari fleksur kolik kanan ke fleksur kolik
kiri (fleksur limpa), dan colon descending membentang dari fleksur kolik
kiri ke pembukaan atas dari pelvis yang sebenarnya, dimana tempat
tersebut menjadi colon sigmoid. Colon sigmoid membentuk saluran S
yang membentang sampai pelvis dan berakhir di rectum.
2. Fisiologi
Fungsi utama kolon adalah absorbsi air dan elektrolit dari kimus
untuk membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai
dapat dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon berhubungan dengan
absorbsi dan setengah distal kolon berhubungan dengan penyimpanan.
Karena sebagai 2 fungsi tersebut gerakan kolon sangat lambat. Tapi
gerakannya masih seperti usus halus yang dibagi menjadi gerakan
mencampur dan mendorong.
3

a. Gerakan Mencampur “Haustrasi”


Bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan dicampur
sehingga bahan feses secara bertahap bersentuhan dengan permukaan
mukosa usus besar, dan cairan serta zat terlarut secara progresif
diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang dikeluarkan tiap hari.
b. Gerakan Mendorong “Pergerakan Massa”
Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi
haustra yang lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan
lumpur setengah padat. Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan massa
mengambil alih peran pendorongan untuk beberapa menit menjadi satu
waktu, kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.

Bila terjadi pergerakan massa ke rectum, kontraksi rectum dan


relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi. Pendorongan
massa yang terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari sfingter
ani interni dan sfingter ani eksternus. Keinginan berdefekasi muncul
pertama kali saat tekanan rectum mencapai 18 mmHg dan apabila
mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan eksternus melemas
dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi adalah refleks
intrinsic (diperantarai edull saraf enteric dalam dinding rectum.
Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal
aferen menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan
gelombang peristaltic dalam kolon descendens, sigmoid, rectum,
mendorong feses edulla anus. Ketika gelombang peristaltic mendekati
anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari pleksus
mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi
secara edullar sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu
rectum teregang.
4

B. Definisi
Menurut PNPK KEMENKES RI, kanker kolorektal adalah keganasan yang
berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus
besar) dan atau rektum (bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus).
Sebagian besar terdapat di kolon ascendens (30%), diikuti oleh kolon sigmoid
(25%), rektum (20%), kolon descendens (15%) dan kolon transversum (10%)
(John Hopkins Medicine Colon Centre, 2015).

C. Epidemiologi

Kanker kolorektal adalah kanker ketiga yang paling umum pada pria
(746.000 kasus, 10,0 %) dan yang kedua pada wanita (614.000 kasus , 9,2 %)
di seluruh dunia (Globocan, 2012). Menurut Jemal A et al. CA Cancer J Clin
2011, insiden kanker kolorektal lebih sering ditemui di negara-negara
berkembang. Hal ini adalah karena perbedaan diet dan paparan lingkungan
(Hingorani, M., & Sebag-Montefiore, D., 2011). Pada tahun 2012, ada 14,1
juta kasus kanker baru, 8.2 juta kematian dan 32,6 juta orang yang hidup
dengan kanker (dalam 5 tahun didiagnosis) di seluruh dunia (Globocan, 2012).
Kanker kolorektal lebih sering dijumpai pada laki-laki berbanding perempuan
dengan rasio 1.2:1 (Hingorani, M., & Sebag-Montefiore, D., 2011).
5

Di Indonesia sendiri, kanker kolorektal menempati urutan kanker nombor


tiga paling banyak ditemui setelah kanker payudara dan kanker paru.
Berdasarkan estimasi Globocan tahun 2012, insiden kanker kolorektal di
Indonesia adalah sebesar 16 per 100.000 laki- laki yang menempati urutan
kedua pada laki-laki setelah kanker paru.

D. Etiologi
Penyebab Kanker kolorektal belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker
kolorektal yang sering ditemukan dengan faktor resiko
- Kelainan traktus digestivus
- Poliposis familial
- Riwayat kanker kolon dalam keluarga
Menurut National Cancer Institute (2006: 12), klasifikasi stadium kanker
kolorektal dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Stadium 0 (Carsinoma in Situ) : kanker hanya pada lapisan terdalam dari
kolon atau rektum.
b. Stadium I : sel kanker telah tumbuh pada dinding dalam kolon atau rektum,
tapi belum menembus ke luar dinding.
c. Stadium II : sel kanker telah menyebar ke dalam lapisan otot dari kolon atau
rektum. Tetapi sel kanker di sekitarnya belum menyebar ke kelenjar getah
bening.
d. Stadium III : kanker telah menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah bening
di daerah tersebut, tetapi tidak ke bagian tubuh yang lain.
e. Stadium IV : kanker telah menyebar di bagian lain dari tubuh, seperti hati,
paru-paru, atau tulang.
6

E. Patofisiologi
 Pertumbuhan sel yang tidak teratur dan pembelahan sel yang tidak
terkendali mengakibatkan timbulnya neoplasma
 Metastasis umumnya terjadi dalam hati
 Adenokarsinoma terjadi dalam kolon, rectum, jejunum, dan duodenum
 Adenokarsenoma menginfiltrasi dan menyebabkan obstruksi, ulsirasi serta
pendarahan

F. Manifestasi Klinis
Sekitar 5-20% kasus kanker adalah asimptomatik dan didiagnosa selama
proses skrining (American Cancer Society, 2014). Kanker dengan gejala
obstruksi dan perforasi mempunyai prognosis yang buruk (Hingorani, M. &
Sebag-Montefiore, D., 2011). Kanker kolorektal dini seringkali tidak
menunjukkan gejala, itulah sebabnya skrining sangat penting. (American
Cancer Society, 2014).
Berdasarkan Oxford Desk Reference: Oncology tahun (2011) antara gejala-
gejala kanker kolorektal adalah seperti berikut:
1. Perdarahan rektal
Perdarahan rektal adalah keluhan utama yang penting dalam 20-50% kasus
kanker kolorektal. Pasien dengan perdarahan yang diamati dengan satu atau
lebih gejala dibawah harus segera dirujuk untuk pemeriksaan selanjutnya.
2. Perubahan pola buang air besar
Perubahan pola BAB sering dijumpai pada banyak pasien kanker kolorektal
sekitar 39-85%. Gejala dibawah meningkatkan probabiliti yang mendasari
kejadian kanker kolorektal.
 Perubahan pola BAB terutamanya pada pasien lanjut usia.
 Riwayat mencret darah atau lendir harus segera merujuk pendapat
spesialis.
 Riwayat baru diare dengan frekuensi yang sering dan konsistensi cair
3. Nyeri perut
7

 Nyeri perut pada pasien kanker kolorektal mungkin tanda dari obstruksi
yang akan terjadi.
 Nyeri kolik abdomen dengan gejala obstruksi lain seperti mual, muntah
harus segera diperiksa.
4. Gejala lain
 Kehilangan darah kronis; anemia defiensi besi, kelelahan, lesu ; sering
dijumpai pada tumor sisi kanan.
 Massa abdomen.
 Pada pemeriksaan Digital Rectal Examination (DRE) mungkin dijumpai
massa yang dapat diraba pada kanker rektal.
 Penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan.

G. Pemeriksaan Penunjang
 Fecal Occult Blood Test (FOBT), dapat mendeteksi adanya darah pada tinja.
 Sigmoidoscopy, adalah suatu pemeriksaan dengan suatu alat berupa kabel
seperti kabel kopling yang diujungnya ada alat petunjuk yang ada cahaya
dan bisa diteropong. Bila ditemukan adanya polip, dapat sekalian diangkat.
Bila ada masa tumor yang dicurigai kanker, dilakukan biopsi, kemudian
diperiksakan ke bagian patologi anatomi untuk menentukan ganas tidaknya
dan jenis keganasannya.
 Colonoscopy, merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan
polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan
kolonoskopi adalah sebesar 94% (Depkes, 2006).
 Double-contrast barium enema, adalah pemeriksaan radiologi dengan sinar
rontgen pada kolon dan rektum. Penderita diberikan enema dengan larutan
barium dan udara yang dipompakan ke dalam rektum. Kemudian difoto.
Dan dilihat seluruh lapisan dinding dapat dilihat apakah normal atau ada
kelainan (Hingorani, M., & Sebag-Montefiore, D., 2011)
 Digital Rectal Examination (DRE), adalah pemeriksaan yang sederhana dan
dapat dilakukan oleh semua dokter dengan memasuki jari yang sudah
8

dilapisi sarung tangan dan zat lubrikasi kedalam dubur kemudian memeriksa
bagian dalam rektum.B ila ada tumor di rektum akan teraba dan diketahui
dengan pemeriksaan ini (Wendy, Y.M., 2013).

H. Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan dan pengisapan
nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen
darah dapat diberikan. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering
dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan
selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau
imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini
sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektivitas
terapi. Bahkan ada yang memberikan / macam kombinasi yaitu : 5-FU,
levamisol, dan leuvocorin. Darihasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan
sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi. Pembedahan adalah tindakan
primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat
kuratiF atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisidapat diangkat dengan
kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomimerupakan suatu
prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan
pada beberapa kasus. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakupstruktur
vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung
darilokasi dan ukuran tumor.
(Dr. Lyndon Saputra, 2014)
9

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KOLOREKTAL
A. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Identitas pasien: Meliputi nama, umur, jenis, pekerjaan, alamat, tempat
tinggal, nomor register, dan diagnosa medis.
2. Riwayat penyakit sekarang: adanya keluhan pada area abdomen terjadi
pembesaran.
3. Riwayat penyakit dahulu: Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita
pasien dengan timbulnya kanker kolon.
4. Riwayat penyakit keluarga: Adakah anggota keluarga yang mengalami
penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota keluarga yang
mengalami penyakit kronis lainnya
5. Riwayat psikososial dan spiritual: Bagaimana hubungan pasien dengan
anggota keluarga lain dan lingkungan sekitar sebelum maupun saat sakit,
apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit, karena penyakit yang
dideritanya dan bagaimana pasien menggunakan koping mekanisme untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
b. Riwayat biopsikososial spiritual
1. Pola nutrisi: Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari – hari, jenis
makanan apa saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai,
frekuensi makanannya
2. Pola eliminasi: Kebiasaan BAB, BAK, frekuensi, warna BAB, BAK,
adakah keluar darah, atau tidak, keras, lembek, cair.
3. Pola istirahat dan tidur: Kebiasan istirahat tidur berapa jamKebiasan
sebelum tidur apa saja yang dilakukan
4. Pola personal hygiene: Kebiasan dalam pola hidup bersih, mandi,
menggunakan atau tidak menyikat gigi
5. Pola aktivitas dan latihan: Kegiatan sehari–hari, olahraga yang sering
dilakukan, aktivitas diluar kegiatan olahraga, misalnya nmengurusi urusan
adat di kampung dan sekitarnya.
10

6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan: Kebiasaan merokok,


mengkonsumsi minum–minuman keras ketergantungan dengan obat-obatan
(narkoba).
7. Hubungan peran: Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetagga,
teman – teman sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat.
8. Pola persepsi dan konsep diri: Pandangan terhadap image diri pribadi,
kecintaan terhadap keluarga, kebersamaan dengan keluarga.
9. Pola nilai kepercayaan: Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
keyakinan terhadap agama yang dianut, mengerjakan perintah agama yang
dianut dan patuh terhadap perintah dan larangannya
10. Pola reproduksi dan seksual: Hubungan dengan keluarga harmonis,
bahagia, hubungan dengan keluarga besarnya dan lingkungan sekitar.
c. Riwayat Pengkajian Nyeri
P: provokasi paliatif
Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bisa memperberat? Apa yang bisa
mengurangi?
Q: quality - quantity
Bagaiman gejala dirasakan, sejauh mana gejal dirasakan?
R: region – radiasi
Dimana gejala yang dirasakan? Apakah menyebar?
S: skal – saverity
Seberapa tingkat keparahan dirasakan? Pada skala berapa?
T: time
Kapan gejala mulai timbul? Seberapa serng gejala dirasakan? Tiaba – tiba atau
bertahap? Seberapa lama gejala dirasakan?
11

d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum: Kesadaran compos metis, suhu 37,50C, nadi 60–100
x/menit, RR 16 – 20 x / menit, TD 120 / 80 mmHg
2. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala dan leher
- Rambut dan kulit kepala: Adakah perdarahan, pengelupasan, perlukaan,
penekanan
- Telinga: Adakah perlukaan, darah, cairan dan bau
- Mata: Adakah perlukaan, darah, cairan, pembengkakan, rteflek pupil,
kondisi keplopak mata, adanya benda asing, sklera putih
- Mulut: Adakah benda asing, gigi, simetris, kering
- Hidung: Adakah perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan
anatomi, akibat trauma
- Leher: Adakah bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar
tiroid
b. Pemeriksaan dada
- Inspeksi: Bentuk simetris kanan dan kiri, inspirasi dan ekspirasi
pernafasan, irama, gerakan cuping hidung, terdengar suara napas
tambahan bantu dada.
- Palpasi: Pergerakan simetris kanan kiri, taktil premitus sama antara
kanan kiri dinding dada
- Perkusi: Adanya suara – suara sonor pada kedua paru – paru, suara
redup pada batas paru dan hepar
- Auskultasi: Terdengar adanya suara vesikuler di kedua lapisan paru,
suara ronchi dan wheezing
c. Kardiovaskuler
- Inspeksi: Bentuk dada simetris
- Palpasi: Frekuensi dada simetris
- Perkusi: Suara pekak
- Auskultasi: Irama regular, systole/murmur
12

d. Secara system pencernaan / abdomen


- Inspeksi: Apakah abdomen membuncit atau datar, tapi perut menonjol
atau tidak, umbilikus menonjol atau tidak, apakah ada benjolan –
benjolan/massa
- Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, adakah masssa (tumor, teses)
turgor kulit perut untuk mengetahui derajatbbildrasi pasien, apakah
hepar teraba
- Perkusi: Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinaria, tumor)
- Auskultasi: Secara peristaltic usus dimana nilai normal 5 – 35 x/ menit

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul meliputi :
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal,
kehancuran yang terus-menerus (misalnya lokalisasi)
2. Kerusakan integritas kulit b/d tindakan keperawatan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual /
muntah
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon.
13

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dari kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1. Nyeri Tujuan : pasien1) Pantau tempat dan1) Mengetahui cara
berhubungan mengatakan bahwa respons pasien mengatasi nyeri
dengan insisi rasa nyeri telah terhadap nyeri yang tepat
pembedahan, terkontrol atau hilang.2) Ajarkan tindakan2) Pasien merasa
trauma Criteria hasil :pasien untuk meningkatkan lebih nyaman dan
muskuloskletal tampak rileks, dapat kenyamanan pasien bisa
, kehancuran beristirahat / tidur dan perubahan posisi, mengatasi nyerinya
yang terus- melakukan pergerakan gosokan (massase)
menerus yang berarti sesuai dan teknik relaksasi
(misalnya toleransi.. 3) Ciptakan lingkungan3) Meningkatkan
lokalisasi) yang kondusif untuk istirahat dan tidur
relaksasi, membatasi yanf adekuat untuk
pengunjung memfasilitasi
4) Kolaborasi peredaan nyeri
pemberian analgetik 4) Mengurangi rasa
nyeri

2. Kerusakan Tujuan: 1) · Pantau tanda –1) Mengetahui


integritas kulit- Luka semakin tanda kerusakan penanganan yang
b/d tindakan kering dan menutup integritas kulit tepat
keperawatan - Tidak terjadi 2) Tetap bersih dan
nekrosis 2) Jelaskan dan ajarkan menghindari dari
Criteria hasil : cara perawatan kulit infeksi
14

- Tidak ada da tanda pasca oprasi 3) Menghindari dari


– tanda infeksi seperti3) Berikan barier kulit infeksi
pes, kemerahan, sesuai resep
oodema .
3. Perubahan Tujuan : klien mampu· Kaji sejauh mana R : menganalisa
nutrisi kurang mempertahankan & ketidak adekuatan penyebab
dari kebutuhan meningkatkan intake nutrisi pasien melaksanakan
tubuh b.d mual nutrisi. · Timbang berat intervensi.
/ muntah Criteria hasil : badan sesuai indikasi R : mengawasi
- Klien akan· Anjurkan makan kefektifan secara
memperlihatkan sedikit tapi sering diet
perilaku
mempertahankan atau R : tidak memberi
meningkatkan berat· Tawarkan minum rasa bosan dan
badan dengan nilai saat makan bila pemasukan nutrisi
laboratorium normal. toleran dapat di tingkatkan
- Klien mengerti dan· Kolaborasi dengan R : dapat
mengikuti anjuran diet ahli gizi pemberian mengurangi mual
- Tidak ada mual / makanan yang dan menghilangkan
muntah. bervariasi gas.
R : Menstimulasi
nafsu makan dan
mempertahankan
intake nutrisi yang
adekuat.
4. Konstipasi Tujuan : pola· kaji warna dan R : penting untuk
berhubungan eliminasi dalam konsistensi feses, menilai keefektifan
dengan rentang yang di frekuensi, keluarnya intervensi, dan
penurunan harapkan : feses flatus, bising usus dan memudahkan
frekuensi lembut dan berbentuk. nyeri tekan abdomen rencana selanjutnya.
15

defekasi yang Criteria hasil : · pantau tanda gejala


normal pada
- klien akan rupture usus. R : keadaan ini
seseorang di menunjukkan dapat menjadi
sertai dengan pengetahuan akan penyebab
kesulitan program defekasi kelemahan otot
keluarnya yang di butuhkan abdomen dan
feses yang
- melaporkan penurunan
tidak lengkap keluarnya feses· Kaji faktor peristaltik usus,
atau keluarnya dengan berkurangnya penyebab konstipasi yang dapat
feses yang nyeri dan mengejan menebabkan
keras dan konstipasi.
kering R : mengetahui
dengan jelas faktor
penyebab
memudahkan
pilihan intervensi
yang tepat
16

BAB III

TINJAUAN KASUS

Kasus
Tn B (40 th) dirawat sudah hari ke -2 dengan keluhan : sudah 1 bulan ini BAB
nya selalu berlendir dan darah, dan 1 minggu terakhir ini BAB nya darah segar
dan sering juga mengalami obstipasi, kadang juga mengalami distensi abdomen,
sudah 1 bulan ini BB klien turun 20% (BB awal 70 kg), tidak nafsu makan dan
juga nyeri sedang BAB atau tenesmus. Saat pemeriksaan fisik di dapat data : KU
lemah , TTV 110/60 mmHg, N: 72 x/menit, suhu 37,40 C , RR : 20x/menit,
conjungtiva anemis,distensi abdomen, nyeri tekan di abdomen. Hasil
colonoscopy: berbentuk sirkuler dan anuler dan penyempitan lumen usus dan
striktura menonjol dan mengisi.

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn B
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PNS
No. Register : 1330091193
Alamat : Jl. Tak Berujung Blok A Kec.Asmara Kel.Damai Sentosa
Status Perkawinan : menikah
Diagnosa Medis : Ca Colon
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan Utama : sudah 1 bulan ini BAB nya selalu berlendir dan darah,
dan 1 minggu terakhir ini BAB nya darah segar dan sering juga mengalami
obstipasi, kadang juga mengalami distensi abdomen.
17

b. Riwayat Kesehatan masa lalu :


 Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi
obat,makanan,binatang,dan lingkungan.
 Riwayat kecelakaan
klien tidak pernah mengalami riwayat kecelakaan sebelumnya
 Riwayat pemakaian obat
klien tidak pernah memakai obat dalam jangka waktu yang lama.
 Riwayat trauma kepala.
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien,
serta riwayat adanya terkena radiasi
 Sejak kapan keluhan dirasakan.
Buang air besar 6 kali sehari sudah terjadi selama 2 hari belakangan ini.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien menjelaskan anggota keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit keturunan yang umumnya menyerang, seperti DM, Asma,
Hipertensi.
3. Basic Promoting physiology, physycological, social, culture, & Spiritual of
Health
a. Aktifitas dan latihan
Pekerjaan Tn. B yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan
beristirahat di rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang
berolahraga. Saat sakit, klien hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas
terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya.
b. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk
tidur malam karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan
dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang
18

selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena


nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah.
c. Kenyamanan dan nyeri
Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri
akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan
berkurang saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada abdomen bagian
bawah (dessendens bawah). Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak
menahan nyeri.
d. Nutrisi
Sebelum sakit, frekuensi makan Tn. B tidak teratur dikarenakan kesibukan
jam kerja yang mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 70
kg. Berat badan dalam 2 bulan terakhir turun drastis menjadi 56 kg. Jenis
makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan
makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak
memiliki pantangan terhadap makanan apapun. Klien tidak pernah
mengalami operasi gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya mengkonsumsi
nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual, tidak
nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak. Diet di rumah
sakit adalah diet rendah lemak hewani dan tinggi serat. Kebutuhan
pemenuhan nutrisi dibantu oleh keluarganya.
e. Cairan, elektrolit, dan asam basa
Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi
minum klien + 2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien mendapat
support IV Line jenis RL 20 tetes/menit.
f. Oksigenasi
Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama
teratur, klien tidak batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang
oksigen.
19

g. Eliminasi fekal/bowel
Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani
kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan
tidak ada keluhan.
Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama
dirawat di RS, feses berwarna kehitaman, konsistensi keras, kadang
disertai lendir & darah merah segar, berbau anyir.
h. Eliminasi urin
Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola
berkemih. Klien tidak menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan ADL
dengan bantuan keluarga.
i. Sensori, persepsi, dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut
sensori, persepsi, dan kognitif
j. Psikologis
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah gelisah. Cara
mengatasi gelisahnya klien dihibur keluarga. Dukungan yang diberikan
oleh keluarga sangat baik, keluarga memberikan semangat kepada klien
agar klien selalu berdo’a supaya cepat sembuh. Rencana klien setelah
masalah terselesaikan adalah istirahat di rumah. Klien juga mengatakan
sedikit cemas dengan penyakitnya. Klien takut akan perubahan status
kesehatannya.
k. Sosial :
Aktivitas atau peran di masyarakat adalah sebagai anggota RT 5 Kalirejo.
Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah lingkungan yang kotor.
Cara mengatasinya dengan melakukan kegiatan kerja bakti.
l. Budaya :
Budaya yang diikuti klien adalah budaya jawa. Kebudayaan yang dianut
tidak merugikan kesehatannya.
20

m. Spiritual :
Aktivitas ibadah sehari-hari sholat 5 waktu. Kegiatan keagamaan yang
biasa dilakukan adalah yasinan. Keyakinan klien tentang masalah
kesehatan yang sekarang sedang dialami : klien yakin akan dirinya pasti
sembuh.
4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Keadaan Umum
Keadaan : Lemah
Kesadaran : Composmentis,
BB sekarang : Berkurang 20% dari BB awal (56 kg)
BBsebelum sakit : 70 kg
TB : 170 cm
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37,4 oC
b. Kepala : kulit kepala normal, tidak ada hematoma, lesi atau kotor. Rambut
mudah patah saat dicabut, hitam tanpa uban, dan bersih.

c. Mata : mata klien secara umum normal, bentuk simetris, konjungtiva


tampak anemis, sklera tidak ikterik, pupil dapat merespon terhadap
cahaya, palpebra normal, tidak ada edema. Lensa mata normal, jernih,
visus mata kanan dan kiri normal. Tampak garis kehitaman pada kelopak
mata klien bagian bawah.
d. Hidung : Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, polip, epistaksis,
gangguan indera pencium, atau secret.
e. Mulut : Mulut klien normal, dimana gigi klien normal, tidak ada lubang,
dan tidak ada gigi palsu. Bibir klien kering, tidak stomatitis, dan tidak
sianosis. Gusi klien berwarna merah, lidah klien tampak kotor.
21

f. Telinga : telinga klien simetris, bersih, dan tidak ada gangguan


pendengaran.
g. Leher : leher klien normal, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku
kuduk, tidak ada hematoma, tidak ada lesi.
h. Tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri tekan, tidak hiperemis, dan
tidak ada pembesaran tonsil
i. . Dada : bentuk dada klien normal
j. Pulmo : Inspeksi : pengembangan dada simetris. Palpasi : Fremitus taktil
kanan sama dengan kiri. Perkusi : pulmo kanan dan kiri sonor. Auskultasi :
vesikuler pada pulmo kanan dan kiri.
k. Auskultasi : Bunyi jantung I (SI) di ruang intercosta V sebelah kiri, Bunyi
jantung II (SII) di ruang intercosta II sebelah kanan, Bunyi jantung III
(SIII) tidak ada, murmur tidak ada.
l. Abdomen : inspeksi : bentuk agak cembung. Palpasi : adanya nyeri tekan
pada perut bawah. Auskultasi : peristaltik permenit.
m. Genetalia : Laki-laki : normal, tidak ada perdarahan.
n. Rektum : Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada prolaps, dan tidak ada
tumor.
o. Ekstremitas :
a. Atas : Kekuatan otot ka/ki : 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktif
b. bawah : kekuatan otot ka/ki: 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktif
22

B. Pengumpulan Data
1. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
Data kasus : Data kasus :
- Pasien mengatakan sudah 1 bulan KU lemah
ini BAB nya selalu berlendir dan Kesadaran compos mentis
darah, TTV:
- Pasien mengatakan 1 minggu TD : 110/60 mmHg,
terakhir ini BAB nya darah segar N : 72 x/menit,
- Pasien mengatakan susah untuk Suhu : 37,40 C ,
BAB (obstipasi) RR : 20x/menit,
- Pasien mengatakan kadang juga Pasien terlihat conjungtiva anemis,
mengalami kembung (distensi Karakteristik feses pasien terlihat
abdomen) berlendir dan berdarah segar
-Pasien mengatakan sudah 1 bulan BB pasien saat sakit 56 kg
ini BB klien turun 20% (BB awal Hasil colonoscopy: berbentuk sirkuler
70 kg) dan anuler dan penyempitan lumen
-Pasien mengatakan tidak nafsu usus dan striktura menonjol dan
makan mengisi.
-Pasien mengatakan nyeri
saat BAB (tenesmus) Data tambahan :
Perut pasien terlihat agak membesar
Data Tambahan : Tinggi pasien 170 cm
- Pasien mengatakan pusing Capilari refil 3 detik
- Pasien mengatakan mudah lelah Pasien terlihat lemas
- Pasien mengatakan susah Turgor kulit pasien tidak elastis
beraktivitas Kulit pasien kering
- Keluarga pasien mengatakan, BB sebelum sakit 70 kg
makanan pasien tidak habis, hanya BB saat sakit 56 k
habis 2 sendok Skala nyeri saat BAB 5
- Pasien mengatakan nyeri tekan P : nyeri bertambah saat ingin BAB
23

pada abdomen Q : sakit seperti tertusuk


R : letak nyeri di anus
S: nyeri sedang
T: saat BAB
Tonus otot pasien melemah
4444 4444
4444 4444

IMT : BB/TB (m) 2


: 70/1,782
: 22 kg/m

IMT : 56/1,782
: 18kg/m

2. Analisa Data
No Data fokus Problem etiologi
1 DS: Perdarahan Proses penyakit
Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini kanker usus
BAB nya selalu berlendir dan darah, besar
Pasien mengatakan 1 minggu terakhir
ini BAB nya darah segar
Pasien mengatakan nyeri saat BAB
(tenesmus)
DO:
KU lemah
Kesadaran compos mentis
TTV
- TD : 110/60 mmHg,
- N : 72 x/menit,
24

- Suhu : 37,40 C ,
- RR : 20x/menit,
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
Karakteristik feses pasien terlihat
berlendir dan berdarah segar

Hasil colonoscopy: berbentuk sirkuler


dan anuler dan penyempitan lumen usus
dan striktura menonjol dan mengisi.

2 DS: Gangguan penurunan


Pasien mengatakan susah untuk BAB eliminasi asupan cairan
(obstipasi) BAB : dan serat,
Pasien mengatakan kadang juga obstipasi kelemahan otot
mengalami kembung (distensi abdomen
abdomen) sekunder akibat
Pasien mengatakan nyeri tekan pada mekanisme
abdomen kanker kolon
DO:
KU lemah
Kesadaran compos mentis
TTV
- TD : 110/60 mmHg,
- N : 72 x/menit,
- Suhu : 37,40 C ,
- RR : 20x/menit,
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
Perut pasien terlihat agak membesar
3 DS: Gangguan Spasme otot
Pasien mengatakan susah untuk BAB rasa nyaman sekunder akbiat
25

(obstipasi) nyeri kanker usus


Pasien mengatakan kadang juga besar
mengalami kembung (distensi
abdomen)
Pasien mengatakan nyeri saat BAB
(tenesmus)
Pasien mengatakan nyeri tekan pada
abdomen

DO :
KU lemah
Kesadaran compos mentis
TTV
- TD : 110/60 mmHg,
- N : 72 x/menit,
- Suhu : 37,40 C ,
- RR : 20x/menit,
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
Skala nyeri saat BAB 5
Perut pasien terlihat agak membesar

4 DS: Gangguan Kurangnya


Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini pemenuhan asupan oral
BB klien turun 20% (BB awal 70 kg) nutrisi karena kanker
Pasien mengatakan tidak nafsu makan usus besar
Keluarga pasien mengatakan, makanan
pasien tidak habis, hanya habis 2
sendok

DO:
KU lemah
26

Kesadaran compos mentis


TTV
- TD : 110/60 mmHg,
- N : 72 x/menit,
- Suhu : 37,40 C ,
- RR : 20x/menit,
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
IMT : BB/TB (m) 2
: 70/1,782
: 22 kg/m

IMT : 56/1,782
: 18kg/m

5 DS : Resiko defisit pembatasan


Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini volume pemasukkan
BAB nya selalu berlendir dan darah, cairan cairantubuh
Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini secara oral,
BB klien turun 20% (BB awal 70 kg) hilangnya
Pasien mengatakan keinginan untuk cairan tubuh
minum berkurang. secara
DO : tidaknormal,
KU lemah pengeluaran
Kesadaran compos mentis integritas
TTV pembuluh
- TD : 110/60 mmHg, darah.
- N : 72 x/menit,
- suhu : 37,40 C ,
- RR : 20x/menit,
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
Pasien terlihat lemas
27

Turgor kulit pasien tidak elastis


Kulit pasien kering
IMT : BB/TB (m) 2
: 70/1,782
: 22 kg/m
IMT : 56/1,782
: 18kg/m

6 DS : Intoleransi Kelemhan fisik


Pasien mengatakan pusing aktifitas
Pasien mengatakan mudah lelah
Pasien mengatakan susah beraktivitas
DO :
KU lemah
Kesadaran compos mentis
TTV
- TD : 110/60 mmHg,
- N : 72 x/menit,
- Suhu : 37,40 C ,
- RR : 20x/menit,
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
Pasien terlihat lemas
Tonus otot pasien melemah
4444 4444
4444 4444
28

C. Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan


1 Perdarahan b.d proses penyakit
3 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder
akibat kanker usus besar.
2 Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi b.d penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibatmekanisme kanker kolon
4 gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat
5 Resiko defisit volume cairan b.d pembatasan pemasukkan cairantubuh secara oral,
hilangnya cairan tubuh secara tidaknormal, pengeluaran integritas pembuluh darah.
6 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahanfisik/nyeri.

D. Intervensi Keperawatan

No. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi dan Rasional

1. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tanda-tanda dan gejala perdarahan GI


keperawatan masalah (mis:periksa semua skret yang keluar, obs warna
perdarahan dapat teratasi dengan feses, muntahan dan cairan yang keluar dari
kriteria hasil : NGT).

- klien tidak mengatakan keletihan Rasional: Traktus GI (esophagus dan rectum)


- klien tidak mengatakan pusing paling sering sebagai sumber perdarahan, Rektal
- melena tidak ada dan vena esophagus paling rentan untuk robek.
- TTV dalam batas normal Hasil obs warna feses/muntahan bila berubah
kemerahan/kehitaman ada indikasi adanya
pertahanan.

2. Observasi adanya petekie, ekimosis dan


perdarahan dari satu/lebih sumber dan bagian
lain

Rasional: Terjadinya perdarahan sekunder


29

terhadap gangguan factor pembekuan darah.

3. Monitor/Awasi tanda-tanda vital (nadi, TD,


CVP bila ada).

Rasional: Peningkatan nadi dengan penurunan


TD dan CVP dapat menunjukkan kehilangan
volume darah sirkulasi.

4. Perhatikan perubahan tingkat kesadaran (Catat


perubahan mental/tingkat kesadaran).

Rasional: adanya perubahan keasadaran


menunjukkan penurunan perfusi

jaringan serebral, sekunder terhadap hivolemia,


hipoksimia.

5. Hindari pengukuran suhu rectal, hati-hati


memasukkan selang GI.

Rasional: Rektal dan esofagus paling rentan


terjadi perdarahan karena mudahnya terjadi
robek pada keduannya.

6. Dorong untuk menggunakan sikat gigi halus,


hindari mengejan.

Rasional: Adanya gangguan factor pembekuan,


trauma minimal dapat menyebabkan perdarahan
mukosa.

7. Gunakan jarum kecil untuk injeksi, tekan lebih


lama pada bagian bekas suntikan.

Rasional: Meminimalkan kerusakan jaringan,


menurunkan resiko perdarahan/hematom.

8. Hindarkan penggunaan produk yang


30

menggunakan aspirin.

Rasional: Koagulasi memanjang, berpotensi


untuk resiko perdarahan.

Kolaborasi :

1. Awasi Hb/Ht dan factor pembekuan darah.

Rasional: Indikator prdarahan aktif, anemia atau


terjadinya komplikasi.

2. Berikan obat sesuai order (Vitamin K injeksi,


Pelunak feses: lactural).

Rasional: Vit K dapat meningkatkan sintesis


protrombin dan koagulasi bila hati berfungsi dan
pelunak feses mencegah mengejan dan resiko
robekan vascular/perdarahan.

2. Setelah dilakukan asuhan 1. Selidiki pelambatan awitan atau tak adanya


keperawatan masalah gangguan keluaran. Auskultasi bising usus.
eliminasi BAB dapat teratasi Rasional: Ileus paralitik pasca operasi biasanya
dengan kriteria hasil : membaik dalam 48-72 jam. Pelambatan dapat
- pasien dapat BAB dengan lancar menandakan ileus atau obstruksi statis menutup.

- TTV normal 2. Tinjau ulang pola diet dan jumlah atau tipe
masukan cairan.

Rasional: Masukan adekuat dari serat dan


makanan kasar memberikan bulk, dan cairan
atau faktor penting dalam menentukan
31

konsistensi feses.

3. Libatkan pasien dalam perawatan secara


bertahap.

Rasional :Rehabilitasi dapat dipermudah dengan


mendorong pasien mandiri.

4. Kaji warna dan konsistensifeses, frekuensi,


keluarnyaflatus, bising usus dannyeri terkan
abdomen.

Rasional: penting untuk menilai keefektifan


intervensi, dan memudahkan rencana
selanjutnya.

5. Pantau tanda gejalarupture usus


dan/atauperitonitis

Rasional: keadaan ini dapat menjadi penyebab


kelemahan otot abdomen danp enurunan
peristaltic usus

Kolaborasi
Berikan unit TENS bila diindikasikan.
Rasional: Stimulasi listrik telah digunakan pada
beberapa pasien untuk merangsang peristaltik.
3. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik dan
keperawatan masalah nutrisi dapat intensitas (skala 1-10).
teratasi dengan kriteria hasil : Rasional: Membantu mengevaluasi derajat
- Pasien tampak rileks, ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik.

- dapat beristirahat/tidur dan 2. Yakinkan pasien bahwa perubahan posisi


melakukan pergerakkan yang tidak akan mencederai stroma.
berarti sesuai toleransi. Rasional:Menurunkan ketegangan otot,
menaikkan relaksasi dan dapat meningkatkan
32

- Skala nyeri berkurang kemampuan koping.

3. Bantu penggunaan teknik relaksasi.

Rasional: Membantu pasien untuk istirahat lebih


efektif dan memfokuskan kembali perhatian
sehingga menurunkan nyeri dan
ketidaknyamanan.

4. Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak


dan dorong ambulasi dini, hindari duduk lama.

Rasional: Menurunkan kekakuan otot/sendi.

5.Ambulasi mengembalikan organ ke posisi


normal dan meningkatkan kembali fungsi ke
tingkat normal.

Rasional: Ambulasi dan perubahan posisi


menurunkan tekanan perianal.

kolaborasi

Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi


(narkotik, analgesik).

R/ Menurunkan nyeri, meningkatkan


kenyamanan, khususnya setelah pemberian AP.

4, Setelah dilakukan asuhan


keperawatan masalah nutrisi dapat
1. Kaji status nutrisi pasien
teratasi dengan kriteria hasil : Rasional:untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
untuk intervensi
- TD dalam batas normal (120/80)
2. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya diit
-
tinggi kalori dan masukan cairan adekuat.
33

Rasional: pengetahuan yang cukup


memungkinkan pasien kooperatif dengan
tindakan perawatan yang di berikan.
3. Auskultasi bising usus.
Rasional: Kembalinya fungsi usus menunjukkan
kesiapan untuk memulai makan lagi.
4. Mulai makan dengan makanan cairan perlahan.
Rasional:Menurunkan insiden kram abdomen,
mual.
5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
penggunaan yogurth dan mentega.
Rasional: Membantu menurunkan pembentukan
bau.
6. Kolaborasi perencanaan diet yang sesuai.
Rasional: Membantu mengkaji kebutuhan
nutrisi pasien dalam perubahan dan perencanaan
dan fungsi usus.
7. Timbang BB dengan jam yang sama setiap hari
Rasional:mengaswasi kefektifan intervensi

Kolaborasi
Pemberian makanan parenteral bila diindikasikan
Rasional: tidak toleran pada pemasukan peroral,
hiperalimentasi digunakan untuk menambah
kebutuhan komponen pada menambah
kebutuhan komponen pada penyembuhan dan
mencegah status katabolisme.
5 Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor intake dan output cairan, bandingkan
keperawatan masalah defisit dengan BB harian catat kehilangan melalui usus,
volume cairan teratasi dengan misal muntah atau diare
34

krtiteria hasil sebagai berikut : Rasional : memberikan informasi mengenai


kebutuhan pengganti/terapi efek.
- TTV dalam batas normal
2. kaji tanda vita, nadi perifer pengisian kapiler,
- turgor kulit normal
turgor kulit dan membran mukosa.
- masukan dan keluaran seimbang
Rasional : indikator volume sirkulasi/perifer

3. periksa asites atau oedema, ukur lingkar


abdomen sesuai indikasi

Rasional ; menerangkan kemungkinan


perdarahan ke dalam jaringan

Kolaborasi :

1. Awasi nilai laboratorium, contoh Hb,Ht, Na +


albumin dan waktu pembekuan

Rasional : menunjukkan hidrasi dan


mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein
yang dapat menimbulkan oedema

2. Berikan cairan IV elektrolit

Rasional : memberikan cairan dan penggantian


elektrolit

3. Berikan protein hdrolisat : vitamin K

Rasional : memperbaiki kekurangan


albumin/protein, dapat membantu
mengembalikan cairan dari jaringan ke sirkulasi ,
mencegah masalah koagulasi
35

6 Setelah dilakukan tindakan 1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk


keperawatan diharapkan meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat
intoleransi aktivitas dapat teratasi ditolerir.
dengan kriteria hasil: Rasional : Mendorong aktivitas sambil
- Dapat memenuhi standar nilai memberikan kesempatan untuk mendapatkan
kekuatan otot seharusnya istirahatyang adekuat.

- Dapat melakukan aktivitas secara 2. bantu aktivitas perawatan mandiri ketika


mandiri pasien berada dalam keadaan lelah.

Rasional : Memberi kesempatan pada pasien


untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan
mandiri.

3. sarankan klien untuk tirah baring

Rasional : tirah baring akan meminimalkan


energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme
dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit

4. Berikan stimulasi melalui percakapan dan


aktifitas yang tidak menimbulkan stress.

Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu


menimbulkan stress pada pasien.

5. Pantau respons pasien terhadap peningkatan


aktivitas.

Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan


aktivitas yang berlebihan atau kurang.
36

DAFTAR PUSTAKA
Saputra, Lyndon.2014.Buku Saku Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Fungsi
Gastrointestinal.Tanggerang Selatan: Binapura Aksara Publisher.

Irianto, Koes.2013. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa.Bandung:Alpabeta.

www.hopkinsmedicine.org

www.cancer.org

Вам также может понравиться