Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
II-1
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS
a. Pelapisan Anorganik
Pada umumnya pelapisan tipis dari logam dan materi anorganik dapat
menyediakan sebuah kendala yang sering terjadi antara logam dengan lingkungannya.
Hal utama dari pelapisan adalah (terlepas dari pengorbanan logam pelapis seperti zinc)
untuk menyelesaikan sebuah kendala secara efektif. Pelapisan logam diaplikasikan
dalam pengendapan logam menggunakan arus listrik (electro deposition), penyalutan
(cladding), penceluban panas (hot dipping), dan pengendapan logam dengan uap (vapor
deposition). Material anorganik diaplikasikan atau dibentuk oleh pembakaran, difusi
atau pengkonversi reaksi kimia. Penyemprotan (spraying) biasanya dibentuk dari
pembakaran pada suhu yang tinggi. Pelapisan logam biasanya menunjukkan beberapa
kemampuan pembentukan, padahal material anorganik mempunyai sifat yang rapuh.
Dari dua kasus di atas harus diatasi. Pengeroposan atau pengerusakan lainnya pada
logam bisa disebabkan dari pengerusakan pada bagian dasar logam yang dipercepat
karena dampak dari dua atau lebih logam lainnya. beberapa contoh dari pelapisan logam
yaitu pelapisan logam pada bumper mobil dan hiasan, alat-alat rumah tangga, pelapisan
kaleng dengan timah. Sementara macam-macam dari pelapisan anorganik dan logam ini
meliputi :
1) Pelapisan Logam (Electrodeposition)
Electrodeposition disebut juga electroplapting. Electroplating adalah pelapisan
logam dengan cara pengendapan logam lainnya ke logam seabagai pelapis logam
tersebut dengan menggunakan aliran arus listrik. Proses ini dikenal juga dengan
istilah elektrolisis. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengendapan logam
pada electroplating yaitu suhu, aliran arus listrik, waktu dan kadar dari palarut
yang digunakan pada electroplating. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pelapisan logam tersebut dapat diatur untuk mengahsilkan pelapisan logam yang
tebal, tipis, lunak atau tajam. Pada pelapisan yang keras digunakan untuk
mencegah erosi korosi. Pada pelapisan dapat digunakan logam tunggal, beberapa
campuran logam atau beberapa komposisi aloy, misalnya campuran pada
pelapisan bemper mobil, mempunyai sebuah lapisan utama berupa tembaga pada
permukaannya, kapisan nickel pada bagian tengahnya dan pada bagian atasnya
terlapisi logam krom yang tipis. Seng, nikel, timah dan kadmium pada pelapisan
logam diatas untuk mendapatkan hasil pelapisan yang kuat. Pelapis berupa emas,
perak dan platina adalah sering digunakan. Pada umumnya dari beberapa logam
3) Penyalutan (Cladding)
Proses ini melibatkan sebuah sebuah lapisan permukaan dari beberapa lembar
logam yang biasanya diletakkan oleh penggelinding pada dua lembar logam
yang diletakkan secara bersama-sama pada benda yang akan dilapisi.
dari pelapisan jenis ini biasanya digunakan pada pelapisan bagian dari kerangka
roket.
6) Penyebaran (Diffusion)
Pelapisan dengan metode penyebaran melibatkan pemanasan pada bentukan
alloy yang kemudian dipanasakan dan disebarkan dari satu alloy ke permukaan
logam lainnya yang akan dilapisi.
b. Pelapisan Organik
Pelapisan jenis ini melibatkan beberapa subtrat alami dan lingkungan. Pengecatan
(paints), pernis (varnishes), pemberian pernis (lacquers) dan pelapisan yang sejenis
untuk melindungi logam dan pencegahan terhadap korosi. Permukaan pada bagian luar
yang dilapisi sering kita jumpai, tapi pelapisan pada bagian dalam sering juga kita
gunakan. Salah satu jenis pelapisan organik yang sering digunakan yaitu pengecatan.
Proses pengecatan dapat mencegah prose korosi (Fontana, 1987).
II.1.3 Prinsip – Prinsip Dasar Pelapisan Logam
Pada prinsipnya logam dengan cara lapis elektroplating merupakan rangkaian dari arus
listrik searah, anoda, larutan elektrolit dan katoda (benda kerja). Ke empat gugusan ini
disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu lapis listrik (elektroplating) dengan
rangkaian sebagai berikut :
1. Anoda dihubungkan ke kutub positif dari sumber listrik searah
2. Katoda dihubungkan pada katup negatif dari sumber listrik searah
3. Anoda dan katoda direndam dalam larutan elektrolit.
Bila arus listrik searah dialirkan antara kedua elektroda anoda dan katoda dalam larutan
elektrolit, maka muatan ion positif ditarik oleh elektroda katoda. Sementara ion bermuatan
negatif berpindah ke arah elektroda bermuatan positif. Ion-ion tersebut di netralisir oleh
kedua elektroda dan larutan yang hasilnya diendapkan pada elektroda katoda, hasil yang
terbentuk atau yang terjadi adalah lapisan logam dan gas hidrogen. (Sudana,dkk. 2014)
:
Gambar II.1.10 Anoda dan Katoda
II.1.4 Elektroplating
Electroplating adalah proses pelapisan logam yang menggunakan prinsip
elektrokimia. Dalam metode ini komponen bersama dengan batangan atau lempengan
logam yang akan dilapisi, direndam dalam suatu larutan elektrolit yang mengandung
garam-garam logam pelapis Pada proses electroplating biasanya digunakan tembaga,
nikel, dan krom sebagai logam pelapis material. Dalam penelitian ini penulis hanya
menggunakan nikel sebagai logam pelapis dalam proses electroplating impeller. Karena
itu, tujuan pelapisan logam tidak luput dari tiga hal, yaitu untuk meningkatkan sifat
teknis dan mekanis dari suatu logam, yang kedua melindungi logam dari korosi, dan
ketiga memperindah tampilan (decorative)(Hadi,S. 2015).
itu direduksi. Definisi ini sangat umum, karena itu berlaku juga untuk proses
dalam zat padat, lelehan maupun gas.
2. Reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu
elektron atau lebih oleh zat (atom, ion, atau molekul). Bila suatu unsur
direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif).
Jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu
zat ini dioksidasi. Definisi reduksi ini juga sangat umum dan berlaku juga
untuk proses dalam zat padat, lelehan maupun gas.(Vogel, 1985).
II.1.7 Pengertian Elektrokimia
Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang perpindahan elektron
yang terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda). Elektroda terdiri dari
elektroda positif dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan karena elektroda tersebut akan
dialiri oleh arus listrik sebagai sumber energi dalam pertukaran elektron. Konsep
elektrokimia didasari oleh reaksi reduksi-oksidasi (redoks) dan larutan elektrolit. Reaksi
redoks merupakan gabungan dari rekasi reduksi dan oksidasi yang berlangsung secara
bersamaan. Pada reaksi reduksi terjadi peristiwa penangkapan elektron sedangkan reaksi
oksidasi merupakan peristiwa pelepasan elektron yang terjadi pada media pengantar pada
sel elektrokimia.(Harahap,R. 2016)
Proses elektrokimia membutuhkan media pengantar sebagai tempat terjadinya serah
terima elektron dalam suatu sistem reaksi yang dinamakan larutan. Larutan dapat
dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah dan
larutan bukan elektrolit . Larutan elektrolit kuat merupakan larutan yang mengandung ion-
ion terlarut yang dapat mengantarkan arus listrik sangat baik sehingga proses serah terima
elektron berlangsung cepat dan energi yang dihasilkan relatif besar. Sedangkan larutan
elektrolit lemah merupakan larutan yang mengandung ion-ion terlarut cenderung
terionisasi sebagian sehingga dalam proses serah terima elektron relatif lambat dan energi
yang dihasilkan kecil. Namun demikian proses elektrokimia tetap terjadi. Untuk larutan
bukan elektrolit, proses serah terima elektron tidak terjadi. Pada proses elektrokimia tidak
terlepas dari logam yang dicelupkan pada larutan disebut elektroda. Terdiri dari katoda dan
anoda. (Harahap,R. 2016)
II.1.8 Hukum-Hukum Faraday Tentang Elektrolisis
Menurut L.Rosenberg (1985) Konsep hukum faraday yang digunakan dalam
elektrolisis yaitu:
1. Massa suatu zat yang dibebaskan atau diendapkan pada suatu elektrode sebanding
dengan muatan listrik (yaitu banyaknya coulumb) yang melalui eletrolit.
2. Massa berbagai zat yang dibebaskan atau diendapkan oleh kuantitas listrik yang
sama (yaitu banyaknya coulumb yang sama) sebanding dengan bobot ekuivalen
zat-zat itu.
Kedua hukum ini, yang ditemukan secara empiri oleh faraday lebih dari
setengah abad sebelum penemuan elektron, dapat dikatakan merupakan konsekuensi
sederhana daripada sifat-sifat listrik zat. Dalam setiap peristiwa elektrolisis terjadi
reduksi pada katode untuk mengambil elektron yang mengalir ke elektrode itu dan
oksidasi yang terjadi pada anode, yang memberikan elektron yang meninggalkan sel
elektrolitik itupada elektroda ini. Berdasarkan asas kesinambungan arus, pembuangan
elektron pada katode harus persis sama dengan elektron yang ditambahkan pada anode.
Berdasarkan definisi daripada bobot ekuivalen dalam reaksi oksidasi-reduksi,
banyaknya gram ekuivalen reaksi elektrode harus sebandingdengan banyaknya muatan
yang diangkut ke dalam atau ke luar sel elektrolitik itu, dan harus sama dengan
banyaknya mol elektron yang diangkut ke dalam rangkaian listrik itu. (L. Rosenberg,
1985).
II.1.9 Voltase, Tahanan dan Hataran
Aliran antara kutub positif dan negatif dari sumber arus lansung dilengkapi dengan
suatu alat elektrolit, maka sejumlah arus listrik yang akan lewat sangat bergantung pada
dua faktor, yaitu :
1. Gaya gerak listrik (ggl) atau dinamakan electro motif force (e. m. f. ) atau
voltase yang digunakan pada baterai atau sumber arus ion sebagai sumber arus
yang melalui elektrolit.
2. Tahanan listrik dari elektrolit yang berbanding terbalik dengan arus yang lewat.
Jika tahanan diperbesar maka kuat arus yang ditimbulkan makin kecil, begitulah
sebaliknya. Untuk memulai suatu elektrolisa harus melampaui GGL balik
galvanik atau potensial penguraian Ed. Harga ini dinyatakan dengan E d= EAnoda -
EKatoda dapat dengan mudah dihitung. Persamaan untuk menentukan potensial
yang diperlukan sebagai berikut :
Edigunakan = Ed + iR + Ekatoda + Eanoda
Dengan Ed = Eanoda - Ekatoda adalah potensial penguraian menurut Nernst.
Faktor ini berbanding terbalik dengan tahanan, dimana jika daya hantarnya bertambah
maka arus yang lewat besar.
Berdasarkan penemuan dari Michael Faraday pada tahun 1883 yang dikenal
sebagai hukum Faraday, menetapkan hubungan listik dan kimia dari elektrolit atau
reaksi elektrokimia. Kedua hukum tersebut adalah:
1. Berat logam yang diendapkan pada katoda selama elektrolisis adalah
sebanding dengan jumlah arus listrik yang melalui larutan.
2. Untuk sejumlah arus yang lewat selama elektrolisis, berat logam yang diendapkan
sebanding dengan berat ekivalennya. Berdasarkan kedua hukum tersebut diatas
diperoleh:
A.i.t
W=
Z. 96500
Dimana:
W = Berat Endapan (gram)
I = Kuat Arus (ampere)
T = Waktu Pelapisan (Detik)
A = Berat Atom (gram/mol)
F = Konstanta Faraday (96500 Coloumb)
II.1.10 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lapisan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses electroplating antara lain adalah: (1)
potensial dan arus yang diberikan, (2) suhu, (3) kerapatan arus, (4) konsentrasi ion, (5)
waktu. Harga potensial mempengaruhi jalannya proses electroplating. Setiap logam
mempunyai harga potensial tertentu untuk terjadinya reduksi di katoda. Besarnya
potensial yang diberikan berpengaruh pula pada arus yang mengalir ke dalam larutan.
Suhu sangat penting untuk menyeleksi tepat tidaknya jalan reaksi dan melindungi
pelapisan. Keseimbangan suhu ditentukan oleh beberapa faktor misalnya jarak antara
anoda dan katoda serta arus yang digunakan. Kerapatan arus yang baik adalah arus
yang tinggi pada saat arus yang diperlukan masuk. Berapapun nilai kerapatan arus akan
mempengaruhi proses dan waktu untuk ketebalan lapisan tertentu. Konsentrasi
merupakan faktor yang mempengaruhi struktur deposit. Naiknya konsentrasi logam
akan meningkatkan aktivitas anion yang membantu mobilitas ion. Waktu merupakan
faktor yang mempengaruhi banyaknya logam yang mengendap di katoda. Secara umum
semakin banyak waktu yang digunakan untuk proses electroplating semakin tebal
lapisan pada katoda (Fontana, 1987).
1. Logam Dasar
Digunakan untuk pembuatan elektroda (katoda) atau benda kerja harus
berbentuk batang yang mempunyai penampang melintang bulat atau persegi
(berbentuk pelat). Logam dasar harus bebas dari lemak dan kotoran-kotoran oksida
yang dapat mempengaruhi pelekatan lapisan dan dapat menimbulkan korosi
(Fontana, 1987).
2. Rapat Arus
Pada proses ini jumlah logam yang terdeposisi pada katoda atau yang
lenyap dari anoda. Rapat arus yang timbul dapat mempercepat terjadinya
pengendapan namun hasilnya kasar.di samping itu rapat arus yang tinggi dapat
menyebabkan pelarutan kembali pada lapisan yang terbentuk. Rapat arus yang
rendah menyebabkan pelepaan ion lambat sehingga membutuhkan waktu yang
relatif lama (Fontana, 1987).
3. Konsentrasi Larutan Elektrolit
Pada larutan yang konsentrasinya rendah, proses pelapisan berlangsung
lama dan kemungkinan tidak terjadilapisan. Sebaliknya pada larutan yang
konsentrasinya tinggi, akan menghasilkan lapisan yang melekat kuat tatapi
kemungkinan lapisan yang terjadi kasar. (Fontana, 1987).
4. pH Larutan
Larutan yang bersifat netral atau mendekati netral mudah menjadi larutan
yang bersifat basa dipermukaan katoda, sehingga lapisan yang terbentuk akan
tercampur dengan lapisan garam basa atau hidroksida. pH yang terlalu rendah
memudahkan terjadinya reaksi pembentukan gas hidrogen dan melarutnya kembali
lapisan yang terjadi. Nilai potensial (E) untuk elektroda hidrogen bergantung pada
konsentrasi ion hidrogenny (Fontana, 1987).