Вы находитесь на странице: 1из 21

NASKAH PUBLIKASI

Analisis Perbandingan Unit Cost Akomodasi di ICU antara Metode Activity-

Based Costing dengan Metode Double Distribution di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Oleh:

Munawir Saragih

20111030050

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
NASKAH PUBLIKASI

Analisis Perbandingan Unit Cost Akomodasi di ICU antara Metode Activity-

Based Costing dengan Metode Double Distribution di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan oleh

Munawir Saragih

20111030050

Telah Disetujui Oleh :

Ketua Dewan Redaksi Jurnal Medicoeticolegal


Manajemen Rumah Sakit

DR. Susanto, M.S Tanggal Oktober 2013


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, saya yang


bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Munawir Saragih
NIM : 20111030050
Program Studi : Magister Manajemen Rumah Sakit
Jenis karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Analisis Perbandingan Unit Cost Akomodasi ICU antara Metode Activity-
Based Costing dengan Metode Double Distribution di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berhak menyimpan,
mengalihmediakan dan atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya (dengan atau tanpa nama pembimbing
Tesis) sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal : Oktober 2013

Yang menyatakan

(Munawir Saragih)
Analisis Perbandingan Unit Cost Akomodasi di ICU antara Metode Activity-
Based Costing dengan Metode Double Distribution di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta

Munawir Saragih1, Firman Pribadi2, Triyani Marwati3

INTISARI

Latar Belakang: Salah satu sumber pendapatan yang dimiliki rumah sakit adalah jasa
rawat inap. ICU merupakan ruangan yang menggunakan peralatan yang cukup
banyak sehingga biaya overhead menjadi besar. Activity-Based Costing dan
double distribution adalah dua metode yang dapat digunakan untuk menentukan
unit cost suatu pelayanan di rumah sakit.

Metode: jenis penelitian adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian studi


kasus. Subyek penelitian adalah data keuangan PKU Muhammadiyah Yogyakarta
dan obyek penelitian adalah aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk
dan jasa. Analisis data menggunakan metode activity based costing dan double
distribution.

Hasil dan Pembahasan: diperoleh unit cost dengan metode activity based costing
sebesar Rp.247.209 dan metode double distribution sebesar Rp.292.169. hal ini
menunjukkan perbedaan unit cost antara kedua sistem ini sebesar Rp.44.960 atau
unit cost double distribution 1,2 kali lebih tinggi dari activity based costing.
Metode double distribution lebih banyak dipengaruhi oleh biaya tidak langsung
yang secara tidak sengaja terdistribusi oleh sistem ini, dimana biaya tidak
langsung merupakan biaya yang cukup besar dan bermakna dalam perhitungan
dan activity based costing pada penelitian ini biaya yang dihitung memang biaya
yang digunakan berdasarkan aktivitasnya, jadi sangat akurat.

Kesimpulan: Peneliti menganjurkan penggunaan sistem ABC pada rumah sakit


yang menggunakan sistem akuntansi dan keuangan yang modern serta sumber
daya yang memadai karena hasil yang didapatkan lebih akurat.

Kata Kunci: activity based costing, double distribution, analisis biaya.

________________________________
1 Mahasiswa Program Pasca Sarjana MMR UMY
2 Dosen Program Pasca Sarjana MMR UMY
3 Dosen Program Pasca Sarjana MMR UMY
Comparative Analysis of Unit Cost Akomodation on ICU between Activity-
Based Costing Method and Double Distribution Method in PKU
Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta

Munawir Saragih1, Firman Pribadi2, Triyani Marwati3

ABSTRACT
Background: One of the source of income which is owned by hospital is
hospitalization service. ICU is a room that uses quite a lot of equipment so the
overhead becomes large. Activity-Based Costing and double distribution are two
methods that can be used to determine the unit cost to a service in the hospital.

Method: Type of research is quantitative with research design is case study.


Subjects were PKU Muhammadiyah Yogyakarta financial data and objects of
research are activities performed to produce products and services. Data analysis
using activity based costing and double distribution method.

Result and Discussion: Unit cost that acquired by activity based costing method
for Rp.247.209 and with double distribution method for Rp.292.169. This shows
the unit cost difference between the two systems for Rp.44.960 or unit cost of
double distribution method cost 1.2 times higher than the activity based costing
method. Double distribution method is more influenced by indirect costs
inadvertently distributed by this system, in which indirect costs are a considerable
cost and meaningful in the calculation and activity based costing in this study,
cost were calculated is the cost to use based activities, so very accurate.

Conclusion: Researchers recommend the use of ABC systems in hospitals that use
modern financial and accounting system as well as adequate resources for more
accurate results are obtained.

Keyword: activity based costing, double distribution, cost analysis.

________________________________
1 Student of MMR UMY Postgraduate programme
2 Lecturer of MMR UMY Postgraduate programme
3 Lecturer of MMR UMY Postgraduate programme
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan suatu perusahaan jasa dalam bidang sosial yang
memberikan jasa yang berupa jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat. Rumah sakit harus dikelola sebagai organisasi
yang bertujuan mencari laba / profit. Salah satu sumber pendapatan yang dimiliki
rumah sakit adalah jasa rawat inap. Dimana pendapatan itu didapat dari tarif yang
harus dibayar oleh pasien yang dirawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap
merupakan suatu keputusan yang sangat penting karena dapat mempengaruhi
profitabilitas suatu rumah sakit. Dengan adanya berbagai fasilitas pada jasa rawat
inap, serta jumlah biaya tidak langsung yang tinggi, maka ketepatan dalam
pembebanan biaya semakin dibutuhkan.
Dalam menentukan harga pokok produk, kebanyakan rumah sakit di
Indonesia masih menggunakan sistem biaya tradisional yang didalamnya tidak
lagi menceminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya kategori biaya tidak
langsung dan cenderung tetap. Sistem ini tidak sesuai dengan diversifikasi
(keanekaragaman) produk. Secara tradisional, pembebanan biaya atas biaya tidak
langsung dilakukan dengan menggunakan dasar pembebanan secara menyeluruh atau
per departemen. Hal ini akan menimbulkan banyak masalah karena produk yang
dihasilkan tidak dapat mencerminkan biaya yang sebenarnya diserap untuk
menghasilkan produk tersebut. Biaya produk yang dihasilkan memberikan
informasi biaya yang terdistorsi sehingga mengakibatkan adanya undercost atau
overcost pada produk atau jasa yang dihasilkan1.
Penyesuaian tarif akhir-akhir ini merupakan jalan yang banyak ditempuh
oleh berbagai instansi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan. Harapan dari penyesuain tarif oleh pihak pemberi
pelayanan kesehatan tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan operasional,
fasilitas kesehatan seperti alat medis dan obat-obatan dalam rangka meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat yang seoptimal mungkin2. Teknologi peralatan
kedokteran juga terus berkembang seiring berjalannya waktu, salah satu bentuk
pengaruh dari perkembangan teknologi adalah adanya pelayanan ICU yang
didalamnya membutuhkan staf khusus dan peralatan khusus yang membutuhkan
biaya tidak sedikit3. Adanya perkembangan teknologi yang semakin meningkat
dan penyesuaian tarif menjadikan hal tersebut menjadi pertimbangan bagi pihak
rumah sakit untuk melakukan evaluasi terhadap sistem yang digunakan dalam
pembuatan tarif. Sistem pembiayaan yang banyak digunakan di Indonesia
sekarang ini adalah sistem real cost.
Activity-Based Costing dan double distribution adalah dua metode yang
dapat digunakan untuk menentukan unit cost suatu pelayanan di rumah sakit dan
ICU merupakan ruangan yang menggunakan peralatan yang cukup banyak4
sehingga biaya overhead menjadi besar dan perbedaan kedua metode tersebut
akan lebih jelas terlihat. Selain itu, tarif ICU biasanya tiga kali lipat dari tarif
bangsal lainnya sehingga penentuan unit cost akomodasi di ICU sangat penting
mengingat ICU sebagai salah satu revenue center di rumah sakit.

BAHAN DAN CARA


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan studi
kasus. Pada penelitian ini akan dilakukan perhitungan biaya satuan (unit cost)
dengan metode Activity Based Costing (ABC) dan metode Double Distribution
(MDD). Hasil perhitungan dan analisis biaya untuk mengetahui unit cost
akomodasi ICU dengan cara menelusuri biaya-biaya yang berhubungan dengan
pusat biaya yaitu ICU sebagai pusat produksi dan bagian-bagian lain yang
mendukung kegiatan ICU dengan metode ABC dan MDD di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
dokumentasi yaitu prosedur yang terkait dengan pelayanan ICU yang dimiliki
oleh RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta, pedoman wawancara dan Panduan
observasi menggunakan checklist dengan pengamatan secara langsung pada objek
penelitian, yaitu aktivitas yang dilakukan di ICU
Penelitian ini mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang berhubungan, seperti
wawancara dengan bagian keuangan untuk mendapatkan gambaran tentang
penetapan biaya dan tarif sewa kamar ICU di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Peneliti juga melakukan observasi langsung ke tiap-tiap ruangan ICU
untuk mendapatkan data mengenai luas ruangan serta fasilitas yang ada.
Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber
yang telah ada5. Pada penelitian ini yang termasuk data sekunder adalah berupa
SOP perawat di ruang ICU serta catatan keuangan RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
Dari hasil pengumpulan data-data primer dan sekunder di atas, langkah
selanjutnya adalah pengolahan data biaya langsung dan tidak langsung di ICU
yang merupakan alokasi biaya dari unit-unit (pelayanan, penunjang dan non
medis) ke ICU. Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan metode
Activity Based Costing (ABC) dan metode Double Distribution (MDD), hasil
analisis tersebut kemudian dideskripsikan.
HASIL
Unit rawat inap ICU RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta memiliki
beberapa layanan, antara lain adalah layanan akomodasi. Fasilitas ruang di rawat
inap ICU memiliki luas ruang 192 m2 dengan kapasitas 7 tempat tidur.
Pemanfaatan fasilitas rawat inap ICU di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
pada tahun 2012 dengan jumlah hari perawatan adalah 3881 dengan BOR
74,73%. Jumlah hari rawat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 : Jumlah Hari Perawatan di Unit Rawat Inap ICU di RSU PKU
Muhammadiyah YogyakartaTahun 2012

Unit Layanan Satuan Jumlah TT Jml hari rawat


ICU Per hari rawat/pasien 7 3881

Sumber data : RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012

Pelayanan yang diberikan pada unit rawat inap ICU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta memiliki pola tarif yang diatur berdasarkan metode real cost.
1. Analisis Unit cost Berdasarkan sistem Activity-Based Costing
Proses penghitungan biaya satuan (unit cost) pelayanan di unit rawat inap
ICU PKU Muhammadiyah Yogyakarta dilakukan dengan menggunakan lima
langkah dalam perhitungan harga pokok rawat inap berdasarkan metode activity
based costing6 yaitu :
a. Mengidentifikasi dan Mendefinisikan Aktivitas
Berdasarkan wawancara dengan pihak PKU Muhammadiyah Yogyakarta
di dapat aktivitas-aktivitas yang ada didalam rawat inap. Aktivitas-aktivitas itu
meliputi: Aktivitas perawatan pasien yaitu biaya perawat, Aktivitas pemeliharaan
inventaris termasuk biaya peliharaan bangunan dan fasilitas gedung perawatan
serta biaya kebersihan, aktivitas pemeliharaan pasien yaitu biaya konsumsi,
aktivitas pelayanan pasien termasuk biaya listrik dan air, biaya administrasi, biaya
bahan habis pakai dan biaya laundry.
Data yang dibutuhkan dalam menentukan unit cost akomodasi ICU
dengan metode ABC adalah data biaya aktivitas rawat inap di Rumah sakit dan
ICU selama tahun 2012 yaitu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 : Elemen Biaya


No Elemen Biaya Rumah sakit Jumlah

1 Gaji pegawai ICU Rp 502.392.643

2 Listrik & air Rp 6.163.266

3 Telepon Rp 36.633.699

4 Konsumsi / gizi ICU Rp 47.484.283

5 Biaya administrasi Rp 272.175.000

6 Bahan habis pakai ICU Rp 57.353.843

7 Biaya laundry Rp. 765.386.198

8 Biaya kebersihan Rp. 300.000.000

9 Pemeliharaan & fasilitas gedung Rp. 1.119.401.245

10. Depresiasi gedung Rp. 21.928.644

11. Diklat Rp. 500.800.000

12. Yanmed Rp. 37.211.502

13. RM Rp. 228.657.398

14. Keuangan Rp. 149.110.839


15. Sekretariat Rp. 277.416.797

16. CSSD Rp. 127.707.482

b. Mengklasifikasi Aktivitas Biaya ke Dalam Berbagai Aktivitas


Di dalam metode Activity based-costing aktivitas biaya diklasifikasikan
menjadi 4 aktivitas6, yaitu :
1) Berdasarkan Unit-level activity cost
Biaya unit-level activity cost adalah biaya yang pasti bertambah
ketika sebuah unit produk di produksi yang sebanding dengan proporsi
volume produk tersebut. Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam
menjalani rawat inap pada RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah aktivitas perawatan,
penyediaan tenaga listrik dan air dan biaya konsumsi.
2) Berdasarkan Batch-related activity cost
Biaya batch-related activity cost adalah biaya yang disebabkan
oleh sejumlah batches yang di produksi dan terjual. Besar kecilnya
biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang di olah oleh
fungsi produksi. Aktivitas ini tergantung pada jumlah batch produk
yang di produksi. Yaitu biaya administrasi, biaya bahan habis pakai,
dan biaya kebersihan
3) Berdasarkan Product-sustaining activity cost
Biaya ini merupakan biaya yang digunakan untuk mendukung
produksi produk yang berbeda. Aktivitas ini berhubungan dengan
penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk
mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini
tidak ditemui dalam penentuan tarif jasa rawat inap pada RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
4) Berdasarkan Fasilitas-sustaining activity cost
Biaya ini merupakan biaya kapasitas pendukung pada tempat
dilakukannya produksi. Aktivitas ini berhubungan dengan kegiatan
untuk mempertahankan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan.
Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya laundry, biaya
pemeliharaan gedung dan fasilitas gedung perawatan. Klasifikasi biaya
kedalam berbagai aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3
Klasifikasi Biaya Berdasarkan Tingkat Aktivitas

Elemen biaya Jumlah


Unit Level
Biaya gaji ICU 502.392.643
Biaya telepon 36.633.699
Biaya listrik dan air 6.163.266
Biaya konsumsi 47.484.283
Batch Level
Biaya kebersihan 300.000.000
Biaya administrasi 272.175.000
Biaya BHP 57.353.843
Diklat 500.800.000
Yanmed 37.211.502
RM 228.657.398
Keuangan 149.110.839
Sekretariat 277.416.797
CSSD 127.707.482
Fasility –sustaining Activity

Biaya Laundry 765.386.198


Biaya Pemeliharaan bangunan & Gedung 1.119.401.245
Depresiasi gedung 21.928.644

c. Mengidentifikasi Cost Driver


Tahap yang dlikukan setelah seluruh aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi
sesuai dengan kategorinya, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cost
driver dari setiap biaya aktivitas7. Pengidentifikasian ini dimaksudkan dalam
penentuan kelompok aktivitas dan tarif/unit cost driver.
Tabel 4
Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver

No Aktivitas Satuan Banyak Jumlah Biaya


Satuan
1 Unit level
a) Biaya gaji perawat
 ICU Juml hari 3881 502.392.643
b) Biaya listrik & air rawat
 ICU 3881 6.163.266
c) Biaya Telepon Jml hari rawat 44417
 ICU Jml hari rawat 3881 36.633.699
d) Biaya konsumsi Jml hari rawat
 ICU 3881 47.484.283
Jml hari rawat
2 Batch level
a. Biaya kebersihan Luas lantai 1908
 ICU Luas lantai 192 300.000.000

b. Biaya administrasi Jumlah pasien 10887


 ICU Jumlah pasien 996 272.175.000

c. Biaya bahan habis


pakai Juml hari
 ICU rawat 3881 57.353.843
d. Diklat Juml hari 10887
 ICU rawat 996 500.800.000
e. Yanmed Jmlh kunjungn 10887
 ICU Jmlh kunjungn 996 37.211.502
f. RM Jmlh kunjungn 10887
 ICU Jmlh kunjungn 996 228.657.398
g. Keuangan Jmlh kunjungn 10887
 ICU Jmlh kunjungn 996 149.110.839
h. Sekretariat Jmlh kunjungn 10887
 ICU Jmlh kunjungn 996 277.416.797
i. CSSD Jmlh kunjungn 10887
 ICU Jmlh kunjungn 996 127.707.482
Jmlh kunjungn
Jmlh kunjungn
3 Facility sustaining activity cost
1. Biaya laundry
 ICU Jml hari rawat 44417
Juml hari 3881 765.386.198
2. Biaya pemeliharaan & rawat
fasilitas ged perawatan
 ICU 44417
Juml hari 3881 1.119.401.245
3. Depresiasi gedung rawat
 ICU Juml hari 1908
rawat 192 21.928.644

Luas lantai
Luas lantai
d. Menentukan Tarif per unit cost driver

Dalam menentukan tarif per unit cost driver didapatkan dengan


membagi jumlah aktivitas dengan cost drivernya, sehingga didapatkan
rumus untuk mencari tarif per unit cost driver6 yaitu :

Tarif Per unit cost driver = Jumlah aktivitas/Cost Driver

Setelah dikelompokkan setiap level maka akan ditentukan unit cost


per cost drivernya dengan rumus diatas dan didapatkan hasil seperti tabel
dibawah ini.

Tabel 5
Penentuan Tarif per unit Cost Driver Rawat Inap dengan metode ABC

No. Elemen Biaya Jumlah Biaya Cost driver Tarif/unit (RP


)

1 Unit Level

1) Biaya gaji 502.392.643 3881 129.449


 ICU

2) Biaya Listrik & air


 ICU 6.163.266 3881 1588
3) Biaya Telepon
36.633.699 44417 824,76
 ICU
4) Biaya Konsumsi
47.484.283 3881 12.235
 ICU
2 Batch Level
a. Biaya kebersihan
 ICU
300.000.000 1908 157.237
b. Biaya administrasi
 ICU
272.175.000
c. Biaya bahan habis 10887 25.000

pakai
 ICU 14.778
57.353.843 3881
d. Diklat 45.999
500.800.000 10.887
 ICU
e. Yanmed
 ICU 37.211.502 10.887 3.417,9
f. RM
 ICU 228.657.398 10.887 21.002,7
g. Keuangan
 ICU 149.110.839 10.887
13.696,22
h. Sekretariat
 ICU 277.416.797 10.887 25.481,47
i. CSSD
 ICU
11.730,27
127.707.482 10.887
3 Fasility Level

1. Biaya laundry 765.386.198 44417 17.231,8


 ICU

2. Biaya pemeliharaan &


fasilitas ged perawatan
 ICU
1.119.401.245 44417 25.202
3. Depresiasi gedung
 ICU
21.928.644 1908 11.493

e. Membebankan Biaya ke produk dengan menggunakan tarif Cost Driver dan


ukuran aktivitas

Setelah didapatkan tarif per unit cost driver, maka langkah selanjutnya
adalah membebankan biaya tersebut ke produk dalam hal ini tarif akomodasi ICU,
sehingga didapatkan unit cost akomodasi ICU seperti tabel dibawah ini.

Tabel 6
Unit cost Jasa akomodasi ICU
Aktivitas Tarif Cost Driver Jml CD Total ( Rp )

Biaya Gaji 129.449 3881 502.391.569

Biaya Listrik & air 1588 3881 6.163.028

Biaya telepon 824,76 3881 3.200.893,56


Biaya konsumsi 12.235 3881 47.484.035

Biaya laundry 17.231,8 3881 66.876.615,8

Biaya kebersihan 157.237 192 30.189.504

Biaya BHP 14.778 3881 57.353.418

Biaya Administrasi 25.000 996 24.900.000

Biaya pemeliharaan 25.202 3881 97.808.962

Biaya depresiasi gedung 11.493 192 2.206.656

Sekretariat 25.481,47 996 25.379.544,12

CSSD 11.730,27 996 11.683.348,92

Diklat 45.999 996 45.815.004

Yanmed 3.417,9 996 3.404.228,4

RM 21.002,7 996 20.918.689,2

Keuangan 13.696,22 996 13.641.435,12

Total biaya akomodasi ICU 959.416.931,12

Jumlah hari rawat 3881

Biaya rawat Inap Per kamar 247.208,69

Dari data diatas, didapatkan unit cost akomodasi ICU sebesar Rp.
247.209
2. Analisis Unit cost Berdasarkan sistem Double Distribution
Pada sistem Double Distribution ada beberapa langkah-langkah
dalam menghitung alokasi dana dari pusat biaya penunjang ke pusat biaya
produksi. Pada penelitian ini, pusat biaya produksi adalah akomodasi
ruang ICU. Langkah awal adalah menghitung biaya yang terdistribusi pada
seluruh pusat biaya, baik pusat biaya penunjang maupun pusat biaya
produksi sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan secara
proporsional8. Langkah selanjutnya adalah menghitung dana tidak
langsung yang terdistribusi (indirect cost distributed). Tahap berikutnya
adalah menghitung alokasi dana dengan menjumlahkan dana terdistribusi
yang merupakan biaya asli dengan dana tidak langsung yang terdistribusi,
sehingga didapatkan TC (total cost) untuk satu jenis biaya. Penjumlahan
dari jenis-jenis biaya tersebut disebut total cost dari bagian/instalasi. Ada
beberapa langkah yang harus ditempuh untuk menentukan unit cost
dengan metode double distribution ini, yaitu8 :
a. Menentukan jumlah biaya pada unit utama
Pusat biaya dirumah sakit adalah setiap unit struktural maupun
fungsional di rumah sakit yang menggunakan biaya dalam pelaksanaan
kegiatannya. Umumnya pusat biaya ini dikelompokkan menjadi pusat
biaya produksi (unit rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, hemodialisis,
kamar operasi dan lain-lain) dan pusat biaya penunjang (bagian
administrasi, dapur, gizi, laundry, dan lain-lain).

Unit utama yang dimaksud adalah bagian yang akan dihitung unit
costnya untuk membedakannya dengan unit produksi lainnya dalam hal ini
yaitu akomodasi ICU sehingga untuk menentukan jumlah biaya pada ICU
dibutuhkan data biaya ICU dalam setahun yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 7 : Komponen Biaya ICU
No. Komponen biaya di ICU Jumlah biaya
1. Anfrah Rp. 20.000.000
2. Makan pasien Rp. 120.600.000
3. Pegawai Rp. 186.594.056
4. Jasa medis -
5. Pemakaian barang / pengadaan Rp. 78.494.630
6. Perbaikan dan pemeliharaan -
7. Kantor langganan Rp. 33.251.215
8. Biaya lainnya -
Total Rp. 438.939.901

Dari table diatas didapatkan total biaya di ICU selama setahun


sebesar Rp. 438.939.901. untuk mengetahui jumlah biaya yang
terdistribusi ke ICU itu sendiri, total biaya diatas harus dibagi dengan cost
drivernya, karena yang dihitung adalah akomodasi rawat inap maka cost
drivernya adalah lama rawat. Sehingga biaya pada unit utama adalah
sebesar Rp. 438.939.901 / 3881 = Rp. 113.100
b. Mendistribusikan pusat biaya penunjang medis ke unit utama
Pusat biaya penunjang medis yang didistribusikan ke unit utama
adalah bagian-bagian yang terlibat langsung dengan unit utama seperti
IGD, rawat inap, farmasi, radiologi, dll. Biaya-biaya dari bagian ini akan
didistribusikan juga ke unit utama. Adapun pusat biaya penunjang medis
yang ada di PKU muhammadiyah dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 8 : Total biaya penunjang medis yang terdistribusi ke ICU
No. Jenis Biaya jumlah (Rp) Cost driver Terdistribusi ke ICU
(Rp)
1. UGD 2.227.538.983 10.887 204.605
2. Rawat Inap* 7.283.023.295 LOS tiap 20.971.848
bangsal
3. Farmasi 28.550.561.067 10.887 2.622.445
4. Radiologi 692.094.299 10.887 63.570
5. Laboratorium 3.488.820.782 10.887 320.457
6. Rekam medic 114.977.720 10.887 10.561
7. Gizi 1.938.397.601 44.417 43.640
8. CSSD 82.162.888 10.887 7.547
Total biaya penunjang medis Rp. 24.244.673

Dari table diatas didapatkan total biaya penunjang medis yang di


distribusikan ke ICU sebesar Rp. 24.244.673.
c. Mendistribusikan pusat biaya non medis ke unit utama
Pusat biaya non medis yang didistribusikan ke unit utama adalah
bagian-bagian non medis di rumah sakit yang terlibat langsung dengan
unit utama seperti biaya telepon, linen, pemeliharaan, dll. Biaya-biaya dari
bagian ini akan didistribusikan juga ke unit utama. Adapun pusat biaya
non medis yang ada di PKU muhammadiyah dapat dilihat dalam tabel
berikut ini :

Tabel 9 : Total biaya non medis yang terdistribusi ke ICU


No. Jenis Biaya jumlah (Rp) Cost driver Terdistribusi ke ICU
(Rp)
1. Telepon 36.633.699 10.887 3.364
2. Linen/cucian 765.386.198 44.417 17.232
3. Pemeliharaan 1.119.401.245 10.887 102.819
4. Kebersihan 35.938.856 10.887 3.301
5. Pengadaan 58.723.740 10.887 5.394
6. Sanitasi 260.008.042 10.887 23.882
7. Sarana 309.762.893 10.887 28.453
penunjang
medis
Total biaya non medis Rp. 184.445

Cost driver pada biaya non medis ini yang digunakan adalah jumlah
kunjungan pasien ke rumah sakit selama setahun, hal ini dikarenakan asumsi
biaya ini akan dibebankan ke setiap pasien rumah sakit selain biaya cucian karena
cost driver yang digunakan adalah lama rawat pasien. Dari tabel diatas didapatkan
total biaya non medis yang terdistribusi ke ICU sebesar Rp. 184.445.
didapatkan jumlah biaya yang terdistribusi ke ICU baik dari unit utama,
pusat biaya penunjang medis maupun pusat biaya non medis. Biaya satuan
diperoleh dari biaya total (TC) dibagi dengan jumlah produk (Q) atau TC/Q.
dengan demikian dalam menghitung biaya satuan harus ditetapkan terlebih dahulu
besaran produk (cakupan pelayanan). Definisi biaya satuan seringkali disamakan
dengan biaya rata-rata (average cost) yang rumusnya adalah:

Unit cost (Uc) = Total cost (Tc) / jumlah produk.

Sehingga Tc didapatkan dari menjumlahkan semua biaya yang


terdistribusi ke ICU yaitu sebesar 113.100 + 24.244.673 + 184.445 = Rp.
24.542.218,- sedangkan Q atau dalam hal ini adalah jumlah kunjungan pada
instalasi ICU yaitu 84 kunjungan. Sehingga didapatkan unit cost ICU sebesar
24.542.218 / 84 = Rp. 292.169. Jadi, unit cost akomodasi ICU berdasarkan
metode Double Distribution adalah sebesar Rp. 292.169.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, didapatkan perbedaan antara kedua sistem ini terutama
pada hasil unit cost yang didapatkan yaitu sekitar Rp. 44.960,-(292.169-247.209)
atau dapat dikatakan unit cost dengan sistem double distribution 1,2 kali
(292.169/247.209) lebih tinggi dari unit cost ICU metode ABC . pada perhitungan
unit cost dengan sistem ABC yang dilakukan terlihat sangat kecil kemungkinan
adanya asumsi-asumsi yang memperbesar biaya pada biaya tidak langsung, biaya
yang dihitung adalah biaya yang murni/nyata (the real unit cost)9 tetapi yang
harus diperhatikan adalah adanya penghomogen-an semua aktivitas yang hampir
sama kedalam level tertentu dapat menyebabkan undercosting pada hasil unit cost
yang didapatkan sehingga dibutuhkan billing system agar data yang didapat lebih
akurat. Hal tersebut berbeda dengan perhitungan pada double distribution dimana
biaya tidak langsung merupakan biaya yang cukup besar dan bermakna dalam
perhitungan. Perbedaan adanya biaya tidak langsung ini akan menyebabkan
pemakaian biaya yang seenaknya pada satu bagian akan didistribusikan pada
bagian lain sehingga seluruh bagian rumah sakit akan ikut menanggungnya, hal
ini yang menyebabkan terjadinya overcosting pada perhitungan double
distribution. Untuk biaya yang lebih akurat seharusnya biaya tidak langsung bisa
lebih minimal atau bahkan dihilangkan, bila memungkinkan seperti perhitungan
pada sistem ABC, biaya yang dikeluarkan adalah biaya yang terpakai oleh
kegiatan itu sendiri10.
Adapun pada hasil unit cost sistem double distribution didapatkan hasil
yang cukup tinggi dan tidak realistis maupun kompetitif di daerah Yogyakarta.
Hal ini bisa disebabkan adanya pembengkakan biaya pada beberapa bagian
sehingga dibebankan pada bagian lain termasuk ICU. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini peneliti lebih menganjurkan penggunaan metode ABC di PKU
Muhammadiyah Yogyakarta karena sistem akuntansi dan keuangan serta sumber
dayanya sudah memadai untuk menggunakan sistem ini.
Penggunaan sistem activity based costing oleh banyak pakar dinilai sangat
akurat tapi masih banyak diteliti lebih lanjut mengingat sistem akuntansi dan
keuangan kebanyakan rumah sakit di Indonesia masih belum menggunakan
billing sistem secara keseluruhan. Hal ini dirasakan belum mampu untuk
menjalankan sistem ini dengan baik. Penggunaan sistem double distribution
mungkin merupakan alternative yang lebih realistis jika sistem akuntansi dan
keuangan serta sumber daya di rumah sakit tidak mendukung dan juga sistem ini
masih digunakan oleh sebagian rumah sakit di Indonesia.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis unit cost berdasarkan sistem activity based costing pada
perhitungan unit cost akomodasi ICU dengan menggunakan 5 langkah metode
mulyadi didapatkan nilai unit cost sebesar Rp. 247.209.
2. Hasil analisis unit cost berdasarkan sistem double distribution pada
perhitungan unit cost akomodasi ICU dengan tahapan-tahapan distribusi biaya
dari pusat biaya penunjang ke pusat biaya produksi didapatkan nilai unit cost
sebesar Rp. 292.169.
3. Perbedaan antara kedua sistem ini terutama pada hasil unit cost yang
didapatkan yaitu sekitar Rp. 44.960,- atau dapat dikatakan unit cost dengan
sistem double distribution 1,2 kali lebih tinggi dari unit cost ICU metode
ABC.
4. Sistem double distribution lebih banyak dipengaruhi oleh biaya tidak langsung
yang secara tidak sengaja terdistribusi oleh sistem ini, dimana biaya tidak
langsung merupakan biaya yang cukup besar dan bermakna dalam
perhitungan.
5. Sistem activity based costing pada penelitian ini biaya yang dihitung memang
biaya yang digunakan berdasarkan aktivitasnya, jadi sangat akurat.
6. Peneliti menganjurkan penggunaan sistem ABC pada rumah sakit yang
menggunakan sistem akuntansi dan keuangan yang modern serta sumber daya
yang memadai karena lebih akurat dan hasilnya lebih realistis dan kompetitif.
7. Penggunaan sistem double distribution mungkin merupakan alternative yang
lebih realistis jika sistem akuntansi dan keuangan serta sumber daya di rumah
sakit tidak mendukung dan juga sistem ini masih digunakan oleh sebagian
rumah sakit di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hansen, DR, Mowen, MM 2009, Akuntansi Manajemen, P.T Salemba Empat,


Jakarta.
2. Widiyas, H 2009, Analisis Penentuan Tarif Berdasarkan Biaya Satuan
Pemeriksaan Pada Instalasi Laboratorium Di Rumah Sakit Mekar Sari, Tesis
Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
3. Admin, 2011, Buku Pedoman Intensive Care Unit. Diakses pada tanggal 20
Juni 2012 pada http://akreditasi.web.id
4. KEPMENKES RI Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit.
5. Sekaran, U 2006, Research Methods for Business, Metodologi Penelitian
untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 1 dan 2, Salemba Empat, Jakarta.
6. Mulyadi, 2007, Activity-Based Costing System, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
7. Chusnun, P, et al. 2003, Final Study Report on Firms’ Health Care Expenses,
The University Centre for Health Economics, Depok.
8. Suryana, A 2006, Aplikasi simulasi biaya operasional rumah sakit umum
daerah di propinsi lampung dengan metode double distribution dalam upaya
membantu pola tariff pelayanan rumah sakit swadana yang terjangkau oleh
masyarakat. Jurusan Sistem Informasi, STMIK TEKNOKRAT, Bandar
Lampung.
9. Supriyono. 2002, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen, Fakultas
Ekonomi UGM, Yogyakarta.
10. Amin, WT 1994, Dasar-dasar akuntansi bank, Rineka cipta, Jakarta.

Вам также может понравиться