Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pendahuluan
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2000 adalah sebesar 35
per 1.000 kelahiran hidup, lebih tinggi dibanding dengan negara-negara lain di Asia
Tenggara. Salah satu faktor penyebabnya adalah rendahnya pemberian ASI (air susu
ibu) ekslusif. Dari hasil Survei Sosial Ekonomi (Susenas) terjadi penurunan terhadap
perilaku para ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yaitu pada tahun
2006 hanya sebesar 64,1% ibu yang memberikan ASI ekslusif kepada bayinya,
kemudian menurun menjadi 62,2% pada tahun 2007, bahkan pada tahun 2008 hanya
56,2%. Sementara, data terakhir dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 memperlihatkan hasil ibu yang memberi ASI eksklusif hanya mencapai 22%.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, masa pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama, kemudian dianjurkan tetap diberikan setelah 6 bulan
berdampingan dengan makanan tambahan hingga umur 2 tahun atau lebih.1-3
1
tahun 2009 diperoleh informasi bahawa 50% penyapihan dilakukan pada anak bawah
dua tahun di Indonesia pada umur 19,97 bulan. Selain itu, penelitian yang dilakukan
di Dusun Sawahan Desa Sidodadi Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun tahun
2012, dari 45 balita masih didapatkan 30 balita telah dilakukan penyapihan kurang
dari 2 tahun yaitu sebanyak 66,7%. Sedangkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SKDI) 2012, didapatkan sebanyak 72,9% bayi sudah dilakukan
penyapihan dini.3,5,6
Maka dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu menyusui tentang
penyapihan di Posyandu RW02 Kelurahan Kedoya Utara Kecamatan Kebon Jeruk.
2
1.2 Rumusan masalah
1.2.2 Hasil Survei Sosial Ekonomi (Susenas) menunjukkan bahwa terjadi penurunan
terhadap perilaku para ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yaitu
pada tahun 2006 hanya sebesar 64,1%, kemudian menurun menjadi 62,2% pada
tahun 2007, dan pada tahun 2008 hanya 56,2%.
1.2.3 Data terakhir dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010
memperlihatkan hasil ibu yang memberi ASI eksklusif hanya mencapai 22%.
1.2.4 Penelitian yang dilakukan oleh Djaiman dan Sihadi pada tahun 2009 diperoleh
informasi bahawa 50% penyapihan dilakukan pada anak bawah dua tahun di
Indonesia pada umur 19,97 bulan.
1.2.5 Penelitian yang dilakukan di Dusun Sawahan Desa Sidodadi Kecamatan Mejayan
Kabupaten Madiun tahun 2012 didapatkan 66,7% balita telah dilakukan
penyapihan kurang dari 2 tahun.
1.2.6 Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) 2012, didapatkan sebanyak 72,9%
bayi sudah dilakukan penyapihan dini.
1.2.7 Penelitian di Desa Brau Blondong Kecamatan Dawar Blandong Majokerto tahun
2012 menunjukkan 40% mempunyai pengetahuan kurang dan 69% mempunyai
sikap negatif untuk melakukan penyapihan.
1.2.9 Penelitian di Desa Manyang Lancok Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya
tahun 2014 menunjukkan 47,1% responden berpengetahuan cukup. Dari responden
yang berpengetahuan baik, 87,5% dengan usia penyapihan kurang dari 24 bulan.
1.2.10 Penelitian yang dilakukan di Jakarta pada tahun 2010 menunjukkan penyapihan
bayi rata-rata dilakukan pada bulan ke tujuh pasca persalinan.
3
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
1.3.2.1 Diketahui sebaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu menyusui
mengenai penyapihan di Posyandu RW 02 Kelurahan Kedoya Utara Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
1.3.2.2 Diketahui sebaran mengenai penyapihan menurut pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
fisik ibu, tempat persalinan dan sumber informasi di Posyandu RW 02
Kelurahan Kedoya Utara Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
1.3.2.3 Diketahui hubungan antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu, fisik ibu, tempat
persalinan dan sumber informasi dengan tingkat pengetahuan ibu menyusui
mengenai penyapihan di Posyandu RW 02 Kelurahan Kedoya Utara Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
1.3.2.4 Diketahui hubungan antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu, fisik ibu, tempat
persalinan dan sumber informasi dengan tingkat sikap ibu menyusui mengenai
penyapihan di Posyandu RW02 Kelurahan Kedoya Utara Kecamatan Kebon
Jeruk, Jakarta Barat.
1.3.2.5 Diketahui hubungan antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu, fisik ibu, tempat
persalinan dan sumber informasi dengan tingkat perilaku ibu menyusui
mengenai penyapihan di Posyandu RW02 Kelurahan Kedoya Utara Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
1.3.2.6 Diketahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu menyusui mengenai
penyapihan di Posyandu RW02 Kelurahan Kedoya Utara Kecamatan Kebon
Jeruk, Jakarta Barat.
1.3.2.7 Diketahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu menyusui
mengenai penyapihan di Posyandu RW02 Kelurahan Kedoya Utara Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
1.3.2.8 Diketahui hubungan antara sikap dengan perilaku ibu menyusui mengenai
penyapihan di Posyandu RW02 Kelurahan Kedoya Utara Kecamatan Kebon
Jeruk, Jakarta Barat.
4
1.4 Manfaat penelitian
5
1.4.3.3 Hasil penelitian ini merupakan dasar bagi penelitian selanjutnya di
Puskesmas.
1.4.4 Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku ibu menyusui tentang pentingnya penyapihan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan anak.
Bab II
Tinjauan Pustaka
6
ASI merupakan makanan alamiah untuk bayi. ASI mengandung nutrisi-nutrisi
dasar dan elemen, dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang sehat.
Memberikan ASI kepada bayi, bukan saja memberikan kebaikan bagi bayi tapi juga
keuntungan untuk ibu.
ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok antara lain zat putih telur,
lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat
kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini secara proporsional dan seimbang satu
dengan yang lainnya.9
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek gizi,
aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan neurologis, ekonomis dan aspek
penundaan kehamilan.
1. Aspek gizi
a. Manfaat kolostrum
ii. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi
pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, kolostrum harus
diberikan pada bayi.
b. Komposisi ASI
7
i. ASI mudah dicerna karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat
dalam ASI tersebut.
ii. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi dan anak.
i. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI
yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk
proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan
bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina
mata.
ii. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam
lemak tidak jenuh rantai panjang(polyunsaturated fatty acid) yang
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA
dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan
dan kecerdasan anak. Di samping itu, DHA dan AA dalam tubuh dapat
dibentuk atau disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu
masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam
linoleat).9
2. Aspek imunologik
8
tinggi. Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri
patogen E.coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
ii. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan
yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
iii. Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri ( E.coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak
dari susu sapi.
iv. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per
mil. Terdiri dari 3 macam yaitu Brochus-Associated Lympocyte Tissue
(BALT) antibodi pernafasan, Gut Associated Lympocyte Tissue (GALT)
antibodi saluran pernafasan dan Mammary Associated Lympocyte Tissue
(MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
3. Aspek psikologik
i. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui: bahwa ibu mampu menyusui
dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi
oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan
produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI.
ii. Interaksi ibu dan bayi: pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi
tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
iii. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi: ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi
karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit(skin to skin contact).
Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh
ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi
masih dalam rahim.9
9
4. Aspek kecerdasan
i. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan
bayi.
ii. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ
point 4.3 poin lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 poin lebih pada usia 3
tahun dan 8.3 poin lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan
bayi yang tidak diberi ASI.9
5. Aspek neurologis
6. Aspek ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.9
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan sehingga
dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal
sebagai Metode Amenorea Laktasi.9
Para ibu dianjurkan untuk memberi ASI sesegera mungkin begitu mereka
merasa cukup kuat, biasanya 30 menit setelah lahir. Sampai bayi berumur 4-6 bulan,
bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan bahan makanan dan minuman lain. Jika
ibu minum obat selama proses persalinan, mereka harus menunggu sampai obat
meninggalkan sistem pencernaan, biasanya berlangsung dalam dua sampai tiga jam.
Jika tidak minum obat, beberapa ibu mulai memberi ASI di kamar bersalin dan hal ini
baik sekali.9
10
2.2.1 Definisi MPASI
Menurut Depkes RI tahun 1992, makanan pendamping ASI adalah makanan yang
diberikan kepada bayi/anak di samping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya.9
a) Buah-buahan
Buah-buahan yang dihaluskan atau dalam bentuk sari buah, misalnya pisang
Ambon, pepaya, jeruk, tomat. Sari buah dapat diberikan setelah bayi berumur 6
bulan dengan frekuensi 1-2 kali sehari sedangkan buah segar diberikan setelah
anak berumur di atas 12 bulan.
b) Makanan lunak
11
Makanan lunak adalah makanan yang berbentuk halus/setengah cair yang
diberikan pada bayi usia 6 bulan dengan frekuensi 2 kali dalam sehari dan untuk
9-12 bulan dengan frekuensi 1 kali dalam sehari.
c) Makanan lembek
Makanan lembek adalah bubur saring yang diberikan pada bayi usia diatas 6-9
bulan dengan frekuensi 1 kali dalam sehari dan untuk 6-9 bulan dengan frekuensi
2 kali sehari.
d) Makanan padat
2.3 Penyapihan
12
Selain itu, penyapihan juga memberikan kesempatan untuk mencoba rasa dan tekstur
baru makanan keluarga saat bayi dalam tahap reseptif.11
Penyapihan anak 2 tahun dilakukan demi perkembangan maupun psikologis anak, seperti:
1. Mengembangkan pengenalan aneka ragam rasa dan tekstur makanan. Hal ini
berpengaruh pada perkembangan intelektualitasnya karena daya ingatnya akan
menyimpan informasi mengenai berbagai rasa dan tekstur makanan.
2. Memperbanyak latihan mengunyah makanan padat agar gigi dan rahang
berkembang optimal.
3. Anak di latih untuk mandiri karena tidak bergantung pada ASI setiap kali anak
lapar atau haus.8
Penyapihan dimulai pada umur yang berbeda dalam masyarakat berbeda. Pada
segolongan masyarakat, hal ini tidak dilakukan sebelum bayi menginjak usia enam
bulan, dan dapat berlangsung sampai anak berumur lebih dari dua tahun, atau kadang-
kadang sampai empat tahun. Pada golongan masyarakat lain, hal ini dilakukan lebih
awal.10
13
2.3.4 Metode penyapihan
1) Metode seketika
a. Umumnya dilakukan pada keadaan terpaksa. Misalnya pada ibu mendadak
sakit atau pergi jauh. Jika memilih metode ini yang harus dilakukan adalah:
i. Mengkomunikasikan situasi yang terjadi pada anak (terutama untuk anak
satu tahun keatas).
ii. Untuk memberikan minuman selain ASI tunggulah anak sampai merasa
haus dan lapar. Karena biasanya ia bisa menerima minuman tersebut
dalam kondisi lapar.
iii. Alihkan perhatian anak dengan mainan yang ia suka sambil memberinya
makan dan minum.
iv. Beri susu formula yang rasanya mendekati ASI. Hadirkan sosok
pengganti ibu yang dapat membuat anak merasa nyaman, walau ibu tidak
berada disisinya.
2) Metode bertahap
Metode bertahap dibagi menjadi dua yaitu dengan cara Natural weaning (penyapihan
alami) dan Mother led weaning.
Disini ibu tidak memaksa anak untuk berhenti namun mengikuti tahap
perkembangan anak. Metode ini adalah kesiapan mental ibu dan dukungan
suami. Ayah juga harus berperan sebagai sosok yang memberikan kenyamanan
selain ibu. Metode ini terjadi saat bayi mulai menerima jumlah dan jenis
makanan tambahan yang meningkat sambil menyusui on demand. Dengan
metode ini, penyapihan sepenuhnya biasanya terjadi antara usia dua dan empat
tahun.
14
baru, mahu pasangan atau penjaga menyusukan anak atau gigi anak sudah
mulai tumbuh. Hal ini menyebabkan penyapihan dini walaupun ibu asalnya
ingin terus menyusukan anaknya.12
Pemberian makanan sapihan sebaiknya berangsur-angsur mulai dari yang
paling lembut sampai yang lebih keras. Menurut WHO pemberian MP-ASI
harus sesuai dengan waktu pemberian yang tepat, memadai, aman untuk
dikonsumsi. Bayi yang diberi MP-ASI dalam waktu yang semakin awal
memiliki kecenderungan mempunyai status gizi yang kurang dibandingkan
dengan bayi yang diberikan MP- ASI tepat pada waktunya yaitu mulai usia
enam bulan.1
Penyapihan alami atau natural adalah cara yang terbaik karena tidak memaksa dan
mengikuti tahap tumbuh kembang anak, tiap anak sebetulnya memiliki tahapan
perkembangan alami yang menandai dia siap disapih. Yang di anjurkan oleh dinas
kesehatan sampai batas usia 2 tahun. Cara penyapihan yang alami antara lain :
a) Memberi makan dan minum agar anak selalu kenyang dan lupa pada ASI. Cara ini
boleh dilakukan untuk menyapih, tetapi harus secara perlahan. Selain itu efek
yang terjalin ketika ibu menyusui juga harus digantikan dengan sentuhan lain agar
tetap terjaga hubungan kelekatan antara ibu dan anak. Pada anak yang sudah
mengerti jika diajak bicara, ibu bisa memberi penjelasan pada anak.
b) Memberi empeng atau dot sebagai pengganti puting ibu. Tapi dengan cara ini
dapat menyebabkan ketergantungan pada anak, sehingga mempengaruhi struktur
gigi anak. Jadi jika ada cara yang lebih baik cara ini tidak perlu digunakan.
c) Menjarangkan pemberian ASI. Pemberian ASI 3 kali dalam sehari. Lalu dalam
beberapa minggu kemudian menjadi 2 kali dalam sehari sehingga berhenti tidak
minum ASI sama sekali. Contoh anak disapih pada waktu malam atau siang hari
saja.
d) Memberi penjelasan pada anak, setelah itu tidak memberikan ASI sekalipun pada
anak. Cara ini dilakukan pada anak sudah berusia 2 tahun atau ketika anak sudah
mengerti jika diajak bicara. Tetapi dengan cara tidak memberi ASI sama sekali, itu
sama saja menyapih dengan cara mendadak. Dampak tetap negatif jika penjelasan
ibu tidak bisa diterima anak, dia merasa ditolak oleh ibunya.12
15
a. Mengoleskan obat merah pada puting
Cara ini akan terasa lebih menyakitkan untuk anak. Jika sudah diperban atau
diplester, anak belajar bahwa puting ibunya adalah sesuatu yang tidak bisa
dijangkau.
Ibu masih memberikan ASI, tapi rasanya pahit tidak seperti biasanya.
Parahnya lagi, anak bisa memiliki kepribadian ambivalen bukan kepribadian
yang menyenangkan. Anak akan mengembangkan kecemasan dalam hubungan
interpersonal nantinya.
Kondisi seperti ini bisa mengguncang jiwa anak, sehingga tak menutup
kemungkinan anak merasa ditinggalkan dan kehilangan figur seorang ibu.
Tentunya hal itu tidak mudah bagi anak karena ada dua stressor (sumber
stress) yang dihadapinya, yakni ditinggalkan dan harus beradaptasi.
Meski masih balita, anak tetap bisa merasakan penolakan ibu yang selalu
mengalihkan perhatiannya saat ia menginginkan ASI. Kondisi ini juga
membuat anak belajar berambivalensi.
16
1. Dampak penyapihan terlalu dini
a) Menyebabkan hubungan anak dan ibu berkurang keeratannya karena proses
bounding etatman terganggu.
b) Insiden penyakit infeksi terutama diare meningkat.
c) Pengaruh gizi yang mengakibatkan malnutrisi pada anak.
d) Mengalami reaksi alergi yang menyebabkan diare, muntah, ruam dan gatal-gatal
karena reaksi dari sistem imun.9
2. Dampak penyapihan terlalu lama
a) Risiko defisiensi nutrisi dan energi terutamanya menyebabkan penyakit anemia
defisiensi besi pada anak yang penyapihannya mulai usia di atas 6 bulan.13
Melihat pertumbuhannya, pada saat itu hampir semua bayi telah siap menerima
makanan padat. Selain itu, bayi juga sudah bisa duduk, menegakkan kepalanya, serta
melakukan koordinasi mengunyah dan menelan. Beberapa bayi terlihat sudah siap
mulai disapih sebelum usia tersebut, konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan
anda untuk mengetahui waktu yang tepat untuk mulai proses menyapih buat bayi
anda. Proses menyapih tidak bisa dimulai sebelum usia 4 bulan. Bayi anda akan
memberikan tanda-tanda jika ia siap untuk disapih. Tanda-tanda yang bisa dilihat
antara lain :
a) Bayi terlihat tidak puas setelah disusui, menangis atau minta disusui lagi.
b) Bayi mulai minta disusui lebih sering
c) Mulai sering terbangun malam dan minta diberikan susu
d) Bayi mungkin mulai menghisap dan mengunyah tangan dan mainannya.
e) Bayi mulai tertarik pada makanan, terkadang mulai berusaha meraihnya.
Pada usia 2 tahun bayi mulai disapih. Agar tidak menyakiti bayi, seminggu
sebelum disapih sebaiknya bayi menyusui satu kali saja, misalnya hanya waktu
malam hari menetek, sedang paginya hanya diberi susu sapi satu gelas. Untuk
mengetahui bayi cukup makan atau tidak, sebaiknya bayi ditimbang dalam waktu
17
tertentu. Bila kenaikan berat badan bayi sesuai dengan bertambahnya umur, berarti
makanan bayi sudah cukup. Setelah itu bayi disapih makananya yang terdiri dari
makanan balita.
Selama masa bayi, pemberian makanan perlu diatur sesuai dengan tingkat
kebutuhan makanan bagi bayi dan tahap pertumbuhan/kemampuan bayi untuk
mencernakan makanan. Pengaturan makanan bayi yang baik akan menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang memuaskan. Tanda – tanda bayi mendapat
cukup makanan yang baik :
Tanda ASI kurang adalah tidur tidak nyenyak, rewel, sering menangis, berat
badan(BB) tidak meningkat, ngompol lebih 6x/ hari. Produksi ASI kurang atau tidak
deras lagi disebabkan karena reflek menghisap bayi kurang dan pengaruh keadaan
emosi ibu. Menurut Mochji, 2003 produksi ASI kurang bisa disebabkan karena
keadaan gizi ibu semasa hamil, keadaan emosi ibu dan cara menyusui yang kurang
benar. Selain itu karena sekresi ASI juga diatur melalui sistem hormonal yaitu hormon
yang dihasilkan kelenjar endokrin yaitu prolaktin, oksitosin dan pituitrin yang
berperan dalam produksi dan sekresi ASI dan juga karena hisapan bayi pada
payudara. Semakin bayi sering disusui maka semakin banyak ASI yang akan
18
dikeluarkan, karena payudara yang kosong oleh karena ASI terhisap habis merupakan
rangsangan produksi ASI yang paling baik.
2.4.4 Pekerjaan
Ibu bekerja adalah orang tua anak yang melakukan pekerjaan untuk mencari
nafkah. Jenis pekerjaan wanita banyak mendominasi pada sektor–sektor pekerjaan
professional, juru latih, dan pelayanan. Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang
ibu berhenti menyusui. Semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita di
berbagai sektor, sehingga semakin banyak ibu meninggalkan bayinya sebelum berusia
6 bulan, setelah habis cuti bersalin. Para ibu yang setelah melahirkan menerima
pekerjaan sehingga mereka harus meninggalkan bayinya dari pagi sampai sore,
terpaksa mengganti ASI dengan makanan lain lebih awal. Pada ibu bekerja kendala
lamanya waktu ibu meninggalkan anaknya tentu mengganggu upaya pemberian ASI.
Nuryanto, 2002 menemukan pada ibu yang bekerja diluar rumah lebih dari 4 jam
lamanya memberikan ASI saja pada anak lebih singkat dibandingkan pada ibu yang
bekerja diluar rumah kurang dari 4 jam. Pengaruh lamanya ibu meninggalkan rumah
terhadap pemberian ASI saja, tidak mustahil dapat pula berpengaruh terhadap
lamanya ibu memberikan ASI (waktu penyapihan).5
19
waktu untuk menyusui.3
Hasil penelitian MacLean pada tahun 1998 yang dibahas dalam William pada
tahun 2011 menunjukkan masalah kesehatan dalam memberikan ASI merupakan
faktor utama yang mempengaruhi sikap dan perilaku ibu untuk berhenti atau tidak
memberikan ASI pada bayi berusia tiga sampai empat bulan. Masalah kesehatan atau
penyakit yang diderita ibu dapat menyebabkan pemberian ASI menjadi kontraindikasi
bagi ibu. Berdasarkan penelitian di Posyandu Sawahan Desa Sidodadi Kecamatan
Mejayan, bahwa sebagian besar ibu tidak sakit saat masa menyusui 22 orang ( 73.3%)
dan sebagian kecil ibu sakit tidak beresiko saat masa menyusui 8 orang (26.7%) dan
tidak satupun ibu sakit beresiko 0 orang. Serta melalui hasil survei pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2012 di Posyandu Sawahan Desa Sidodadi
Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun juga dari 45 balita usia 0-3 tahun masih
didapatkan 30 balita telah dilakukan penyapihan kurang dari 2 tahun dengan alasan
karena anak sudah siap disapih, konsumsi makanan dan susu sudah banyak, ASI tidak
20
deras lagi, kondisi ibu yang tidak memungkinkan memberikan ASI nya karena
penyakit tertentu sedangkan 15 balita tetap mendapatkan ASI sampai usia 2 tahun.3,5,14
2.4.6 Pendidikan
Berdasarkan penelitian Djaiman dan Sihadi, pada ibu dengan tingkat pendidikan
ibu rendah mempunyai peluang lebih kecil, yaitu sebesar 0,885 kali dibandingkan ibu
dengan tingkat pendidikan tinggi untuk menyapih anaknya sebelum usia 24 bulan.
Selain itu, didapatkan juga pada ibu dengan tingkat pendidikan tinggi 50% ibu
menyapih anaknya di usia 19 bulan, sedangkan pada ibu dengan tingkat pendidikan
rendah 50% diantaranya menyapih pada bulan ke-20, sehingga waktu penyapihan ibu
pada tingkat pendidikan tinggi +1,5 bulan lebih cepat dibandingkan ibu dengan
tingkat pendidikan rendah.5
21
Informasi adalah hasil dari proses intelektual seseorang yang mengolah, yang
masuk ke dalam individu melalui panca indra kemudian diteruskan ke otak atau
pusat saraf untuk diolah atau diproses dengan pengetahuan, pengalaman, selera
yang dimiliki seseorang kemudian stimulus tersebut dapat dimengerti sebagai
informasi.
Informasi adalah keterangan pemberitahuan kabar berita tentang suatu media
dan alat (sarana) komunikasi seperti Koran, majalah, radio, televisi, poster,
spanduk, internet dan pamplet. Media komunikasi adalah media yang digunakan
pembaca untuk mendapatkan informasi sesuatu atau hal tentang pengetahuan.
Berkaitan dengan penyediaan informasi bagi manajemen dalam pengambilan
keputusan, informasi yang diperoleh harus berkualitas.
Namun pengetahuan ibu ini tidak hanya di pengaruhi oleh tingkat pendidikan
ibu tetapi juga dari sumber informasi yang didapat ibu dari lingkungan luar
terutama peran media massa dalam memberikan informasi. Informasi yang
disampaikan media massa yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu
informasi atau iklan susu formula yang sekarang ini sedang gencar-gencarnya
dilakukan oleh produsen susu. Media massa mempunyai peranan dalam
memperluas wawasan ibu, terutama televisi, majalah, Koran dan radio. Iklan
tentang susu yang sering tampil di televisilah yang memperkenalkan ibu pada
produk susu.
Informasi dapat diperoleh melalui berbagai sumber dalam bentuk lisan
maupun tulisan yang disebut dengan sumber informasi. Sumber informasi dapat
berbentuk media tulis cetak, seperti buku, koran, tabloid, majalah, ensiklopedia,
surat, buletin, jurnal, dan selebaran. Sumber informasi dapat pula berbentuk media
elektronik, seperti radio, televisi, internet. Sumber informasi juga didapat
langsung dari narasumber yang bersangkutan dengan melalui percakapan,
wawancara, diskusi, seminar, dan lain-lain. Narasumber tentunya orang-orang
yang dianggap ahli di bidangnya, seperti tokoh agama, para guru, dan ilmuwan.
Berdasarkan penelitian di Desa Manyang Lancok Kecamatan Meureudu, dari
10 responden (100%) yang pernah mendapatkan informasi 8 responden (80,0%)
dengan usia penyapihan yang ≥ 24 Bulan, dan dari 24 responden (100%) yang
tidak pernah mendapatkan informasi 17 responden (70,8%) dengan usia
penyapihan yang < 24 Bulan. Hasil uji statistik didapatkan nilai P value (0,010)
berarti ada hubungan antara Hubungan Informasi Dengan Usia Penyapihan Di
Desa Manyang Lancok Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya. Maka
22
semakin seringnya informasi yang ibu terima semakin baik pola pengetahuan ibu
tentang penyapihan.
c. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda-beda pada setiap tahap siklus
kehidupan.
Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang
lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi atau
semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat keputusan.
Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang
dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan
untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa
dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami istri atau
dukungan dan saudara kandung; atau dukungan sosial keluarga eksternal -
dukungan sosial eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial
keluarga). Sebuah jaringan sosial keluarga secara sederhana adalah jaringan kerja
sosial keluarga inti itu sendiri.
Dukungan keluarga merupakan hubungan interpersonal yang di dalamnya
berisi pemberian bantuan yang melibatkan aspek-aspek yang terdiri dari
informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental yang diperoleh ibu
postpartum blues melalui interaksi dengan lingkungan, dimana hal itu memiliki
manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima, sehingga dapat membantu
ibu postpartum dalam mengatasi masalahnya.
Keikutsertaan pengambilan sebuah keputusan di dalam rumah tangga
seringnya tidak saja melibatkan antara suami dan isteri tetapi kadang juga
melibatkan pendapat dari masing-masing keluarga besar isteri dan suami.
i. Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang
yang bersangkutan.
ii. Dukungan Penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan positif untuk orang lain
23
itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain,
misalnya orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaannya
(menambah harga diri).
iii. Dukungan Instrumental
Mencakup bantuan langsung. Misalnya orang memberi pinjaman uang
kepada orang yang membutuhkan atau menolong dengan memberi
pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan.
iv. Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasihat, saran, pengetahuan dan informasi serta
petunjuk.
24
oleh dua faktor yang sangat berperan. Pertama, adalah kegagalan pelaksanaan 10
LMKM di rumah sakit terutama rumah sakit sayang bayi. Faktor kedua adalah
gencarnya promosi PASI yang dilakukan di rumah sakit maupun klinik bersalin.
Mengapa penerapan 10 LMKM (10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui)
berpengaruh terhadap kelangsungan pemberian ASI anak baduta, karena di dalam 10
LMKM menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2
tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. Namun tidak semua rumah sakit
dan klinik bersalin menerapkan 10 LMKM ini dengan baik, bahkan ada rumah sakit
atau klinik bersalin yang sama sekali tidak mengetahui apa itu 10 LMKM. Penelitian
yang dilakukan oleh Nitta Isdiany tahun 1999/2000 menunjukkan dari 12 RS yang
diteliti masih ada 8 RS (40%) yang belum menjalankan 10 LMKM, dari rumah sakit
yang tidak menerapkan 10 LMKM tersebut prosentase terbesar pada Rumah Sakit
ABRJ (100%), BUMN (100%) dan Swasta (40%). Hal tersebut menunjukkan bahwa
program 10 LMKM melalui Rumah Sakit Sayang Bayi yang dicanangkan oleh
pemerintah khususnya Departemen Kesehatan tersebut belum banyak dapat
diaplikasikan oleh instansi diluar Departemen Kesehatan. sehingga perlu adanya suatu
kerja sama lintas sektor atau lintas departemen untuk dapat menerapkan 10 LMKM
tersebut.
25
2.5 Kerangka Teori
26
2.6 Kerangka Konsep
Bab III
27
Metodologi Penelitian
Desain penelitian ini adalah studi deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu rancangan suatu studi epidemiologi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu menyusui mengenai penyapihan dan faktor-faktor berhubungan di Posyandu RW 02
Kelurahan Kedoya Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
3.4 Populasi
3.4.1 Populasi target: semua ibu menyusui yang mempunyai anak usia 2-5 tahun yang
berada di wilayah kerja Posyandu RW 02 Kelurahan Kedoya Utara, Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
3.4.2 Populasi terjangkau: ibu menyusui yang mempunyai anak usia 2-5 tahun yang
berada di wilayah kerja Posyandu RW 02 Kelurahan Kedoya Utara, Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada tanggal 19 hingga 20 Agustus 2014.
28
3.5.1.2 Ibu menyusui atau pernah menyusui yang mempunyai anak usia 2-5 tahun
yang berkunjung ke Posyandu RW 02 Kelurahan Kedoya Utara pada saat
dilakukan penelitian.
3.5.1.3 Ibu yang bersedia untuk diwawancara dan mengisi kuesioner.
3.5.2 Kriteria eksklusi
3.5.2.1 Ibu yang tidak bersedia untuk diwawancara dan mengisi kuesioner.
3.6 Sampel
3.6.1 Besar sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin kita teliti. Penelitian dilakukan
terhadap ibu menyusui atau pernah menyusui yang mempunyai anak usia 2-5 tahun
yang berada di wilayah kerja Posyandu RW 02 Kelurahan Kedoya Utara, Jakarta
Barat periode 19-20 Agustus 2014. Besar sampel ditentukan melalui rumus seperti
di bawah, maka didapatkan besar sampel penelitian adalah seperti berikut:
Keterangan:
1 – p = 1 – 0.729 = 0.271
29
0.12
= 75.89
Untuk menghindarkan dari adanya kemungkinan subjek penelitian yang drop out
maka dihitung:
= 83.48
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 83.48 dan dibulatkan menjadi 83 orang.
30
3.8.4 Melakukan pengumpulan data-data dengan penyebaran kuesioner terhadap
pengunjung yang memenuhi kriteria di Posyandu Kelurahan Kedoya Utara, Jakarta
Barat periode 19-20 Agustus 2014.
31
3. 10. 1. Data Umum
Responden
Responden adalah ibu menyusui yang mempunyai anak usia 2-5 tahun pada
bulan Agustus 2014 bertempat tinggal di Kelurahan Kedoya Utara Kecamatan
Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang memenuhi kriteria inklusi.
Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal dari suatu institusi tertentu yang
mencakup tingkat SD atau sederajat, SMP atau sederajat, SMA atau sederajat
dan Akademi atau perguruan tinggi atau sederajat.
Pekerjaan
32
mengharuskan ibu meninggalkan rumah lebih dari 4 jam setiap harinya dan
dilakukan sepanjang tahun.
Koding :
Kode 1 : Tidak bekerja
Kode 2 : Bekerja
( Skala ukur nominal )
Fisik Ibu
Fisik ibu adalah kondisi fisik ibu dengan kasus berat seperti kegagalan jantung
atau penyakit ginjal, hati atau paru yang serius yang menjadi kontraindikasi
untuk menyusui dan dilarang oleh dokter untuk menyusui walaupun produksi
ASI cukup pada saat dilakukan penelitian.
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Wawancara dan pengisian kuesioner
Tempat Persalinan
Tempat Persalinan adalah tempat responden melahirkan bayi.
Alat ukur: kuesioner
Cara ukur: Wawancara dan pengisian kuesioner
33
Dalam hal ini, tempat persalinan digolongkan menjadi:
o Fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik)
o Bukan fasilitas kesehatan (Bidan Mandiri, Rumah, Dukun Bayi)
Koding:
Kode 1: Fasilitas kesehatan
Kode 2: Bukan fasilitas kesehatan
(skala ukur nominal)
Sumber informasi
Koding :
Kode 1 : Pernah
Kode 2 : Tidak pernah
( Skala ukur nominal )
34
Sikap
Sikap adalah tanggapan atau reaksi seseorang secara konsisten terhadap
sesuatu berdasarkan pendirian, pendapatan dan keyakinan individu tersebut.
Yang diteliti adalah sikap responden mengenai penyapihan.
Koding :
Kode 1 : Sikap baik
Kode 2 : Sikap cukup
Kode 3 : Sikap kurang
Perilaku
Perilaku adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk kepentingan atau
pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai
dan norma kelompok yang bersangkutan, serta merupakan konsekuensi logis
dari eksistensi pengetahuan, budaya atau pola pikir yang dimaksud. Hal yang
diteliti adalah perilaku responden mengenai penyapihan.
Koding :
Kode 1 : Perilaku baik
Kode 2 : Perilaku cukup
Kode 3 : Perilaku kurang
3.12 Skoring
3.12.1 Pengetahuan
1. Komposisi ASI terdiri dari: (jawaban bisa lebih dari satu)
Semua jawaban benar
Nilai 5: bila menjawab benar dan jawaban lebih atau sama dengan empat
Nilai 3: bila menjawab benar dan jawaban dua atau tiga jawaban
Nilai 1: bila menjawab benar dan jawabannya satu atau tidak menjawab
2. Apakah manfaat ASI bagi bayi? (jawaban bisa lebih dari satu)
35
Semua jawaban benar
Nilai 5: bila menjawab benar dan jawaban lebih atau sama dengan empat jawaban
Nilai 3: bila menjawab benar dan jawaban dua atau tiga jawaban
Nilai 1: bila menjawab benar dan jawabannya satu atau tidak menjawab
5. Apakah kegunaan Makanan Pendamping ASI bagi anak bawah dua tahun? (Jawaban
bisa lebih dari satu)
Jawaban yang benar adalah supaya bayi sehat, sebagai makanan tambahan dan
mencukupi kebutuhan gizi anak.
Nilai 5: bila menjawab benar dan jawaban lebih dari atau sama dengan dua
jawaban
Nilai 3: bila menjawab benar dan jawabannya satu jawaban
Nilai 1: bila menjawab salah atau tidak menjawab
7. Apakah akibat ibu melakukan penyapihan dini pada anak? (jawaban bisa lebih dari
satu)
Jawaban benar adalah mengurangkan interaksi antara ibu dan anak, meningkatkan
risiko penyakit infeksi pada anak, mengakibatkan gangguan nutrisi pada anak dan
mengakibatkan reaksi alergi pada anak.
Nilai 5: bila menjawab benar dan jawaban lebih atau sama dengan tiga
Nilai 3: bila menjawab benar dan jawaban dua atau satu jawaban
Nilai 1: bila menjawab salah atau tidak menjawab
Pengetahuan
Pengetahuan baik : (80% x 28) + 7 = 29-35
Pengetahuan cukup : (60% x 28) + 7= 24-28
Pengetahuan kurang : (0% x 28) + 7 = 7-23
36
3.12.2 Sikap
1. Penyapihan dimulai pada anak berumur 6 bulan :
Nilai 5: bila menjawab sangat setuju
Nilai 4: bila menjawab setuju
Nilai 3: bila menjawab kurang setuju
Nilai 2: bila menjawab tidak setuju
Nilai 1: bila menjawab sangat tidak setuju atau tidak menjawab
3. Apakah ibu setuju bahwa pemberian ASI tanpa makanan tambahan sampai usia 6
bulan dapat meningkatkan gizi anak?
Nilai 5: bila menjawab sangat setuju
Nilai 4: bila menjawab setuju
Nilai 3: bila menjawab kurang setuju
Nilai 2: bila menjawab tidak setuju
Nilai 1: bila menjawab sangat tidak setuju atau tidak menjawab
4. Apakah ibu setuju bayi yang hanya diberikan ASI eksklusif saja sampai usia 6
bulan dapat mengurangi kejadian diare?
Nilai 5: bila menjawab sangat setuju
Nilai 4: bila menjawab setuju
Nilai 3: bila menjawab kurang setuju
Nilai 2: bila menjawab tidak setuju
Nilai 1: bila menjawab sangat tidak setuju atau tidak menjawab
Sikap:
3.12.3 Perilaku
1. Apakah saat ini ibu masih memberikan ASI?
Jawaban benar b (Tidak)
Nilai 5: bila menjawab benar
37
Nilai 1: bila menjawab salah atau tidak menjawab
3. Pernahkah ibu memberikan makanan dan minuman lain selain ASI kepada bayi
ibu sebelum umur 6 bulan?
Jawaban benar b (Tidak)
Nilai 5: bila menjawab benar
Nilai 1: bila menjawab salah atau tidak menjawab
Perilaku:
Perilaku baik : (80% x 16) + 4 = 17-20
Perilaku cukup : (60% x 16) + 4= 14-16
Perilaku kurang : (0% x 16) + 4 = 4-13
Bab IV
Hasil Penelitian
38
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Tabel 4.2.1 Sebaran Pengetahuan Ibu Menyusui Mengenai Penyapihan pada Pengunjung
Posyandu RW 02 Kelurahan Kedoya Utara dari Tanggal 19 Agustus hingga 20
Agustus 2014.
Baik 17 20.5
Cukup 20 24.1
Kurang 46 55.4
Total 83 100.0
Tabel 4.2.2 Sebaran Sikap Ibu Menyusui Mengenai Penyapihan pada Pengunjung Posyandu
RW02 Kelurahan Kedoya Utara dari Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus 2014.
Baik 12 14.5
39
Cukup 52 62.7
Kurang 19 22.9
Total 83 100.0
Tabel 4.2.3 Sebaran Perilaku Ibu Menyusui Mengenai Penyapihan pada Pengunjung Posyandu
RW02 Kelurahan Kdeoya Utara dari Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus 2014.
Baik 11 13.3
Cukup 24 28.9
Kurang 48 57.8
Total 83 100.0
Tabel 4.2.4 Sebaran Faktor Pendidikan, Pekerjaan, Fisik Ibu, Tempat Persalinan dan Sumber
Informasi pada Pengunjung Posyandu RW02 Kelurahan Kedoya Utara dari Tanggal 19
Agustus hingga 20 Agustus 2014.
40
Tidak Bekerja 62 74.7
Total 83 100.0
Tabel 4.3.1 Hubungan antara Pendidikan, Pekerjaan, Fisik Ibu, Tempat Persalinan dan
Sumber Informasi dengan Pengetahuan pada Pengunjung Posyandu RW02
Kelurahan Kedoya Utara dari Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus 2014.
41
8.335 (p <0.05)
*Sedang 8 10 20 38
Rendah 3 8 26 37
Pekerjaan Tidak bekerja 10 15 37 62 X2 = 2 p = 0.236 Diterima
2.888 (p >0.05)
Bekerja 7 5 9 21
Fisik ibu Tidak sakit 17 20 45 82 KS = 2 (p >0.05) Diterima
0.576
Sakit 0 0 1 1
Tabel 4.3.2 Hubungan antara Pendidikan, Pekerjaan, Fisik Ibu, Tempat Persalinan dan
Sumber Informasi dengan Sikap pada Pengunjung Posyandu RW02 Kelurahan
Kedoya Utara dari Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus 2014.
42
Sakit 0 1 0 1 KS =
0.229
Tabel 4.3.3 Hubungan antara Pendidikan, Pekerjaan, Fisik Ibu, Tempat Persalinan dan
Sumber Informasi dengan Perilaku pada Pengunjung Posyandu RW02 Kelurahan
Kedoya Utara dari Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus 2014.
43
Tempat Fasilitas 5 14 22 41 X2 = 2 p = 0.582 Diterima
persalinan kesehatan 1.082 (p >0.05)
Bukan fasilitas 6 10 26 42
kesehatan
Sumber Pernah 8 16 31 55 X2 = 2 p = 0.872 Diterima
informasi 0.275 (p >0.05)
Tidak pernah 3 8 17 28
Tabel 4.3.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap pada Pengunjung Posyandu RW02
Kelurahan Kedoya Utara dari Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus 2014.
Tabel 4.3.5 Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku pada Pengunjung Posyandu
RW02 Kelurahan Kedoya Utara dari Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus
2014.
44
Variabel Kategori Perilaku Total Uji df P H0
Tabel 4.3.6 Hubungan antara Sikap dengan Perilaku pada Pengunjung Posyandu RW 02
Kelurahan Kedoya Utara dari Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus 2014.
45
Bab V
Pembahasan
5.1.1 Sebaran Faktor Pengetahuan, Sikap, Perilaku dan Usia Penyapihan Ibu Menyusui
Mengenai Penyapihan pada Pengunjung Posyandu RW02 Kelurahan Kedoya
Utara dari Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus 2014.
5.1.2 Sebaran Faktor Pendidikan, Pekerjaan, Fisik Ibu, Tempat Persalinan dan Sumber
Informasi pada Pengunjung Posyandu RW02 Kelurahan Kedoya Utara dari
Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus 2014.
46
tempat persalinan, sebagian besar responden melahirkan di bukan fasilitas kesehatan
sebesar 50.6%. Berdasarkan sumber informasi responden, mayoritas responden sebesar
66.3% pernah mendapat informasi.
5.2.1 Hubungan antara Pendidikan, Pekerjaan, Fisik Ibu, Tempat Persalinan dan
Sumber Informasi dengan Pengetahuan pada Pengunjung Posyandu RW02
Kelurahan Kedoya Utara dari Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus 2014.
Dari hasil uji statistik didapatkan p <0.05, artinya ada hubungan antara tahap
pendidikan dengan pengetahuan ibu menyusui mengenai penyapihan. Namun, belum
ada penelitian tentang hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu mengenai
penyapihan. Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengolahan data, pendidikan
tinggi mempunyai pengetahuan lebih baik berbanding pendidikan rendah.
47
Menurut asumsi peneliti, ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan seharusnya
mempunyai pengetahuan yang lebih baik. Namun pada penelitian ini didapatkan hasil
yang berbeda disebabkan masih kurangnya penyuluhan tentang penyapihan yang
dilakukan di fasilitas kesehatan.
5.2.2 Hubungan antara Pendidikan, Pekerjaan, Fisik Ibu, Tempat Persalinan dan
Sumber Informasi dengan Sikap pada Pengunjung Posyandu RW02 Kelurahan
Kedoya Utara dari Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus 2014.
Dari hasil uji statistik, hubungan antara pendidikan terhadap sikap didapatkan
p >0.05, maka hipotesis nol diterima yang menunjukkan tidak ada hubungan antara
pendidikan terhadap sikap ibu menyusui mengenai penyapihan. Namun belum ada
penelitian yang meneliti secara khusus tentang hubungan antara pendidikan dengan
sikap. Menurut asumsi peneliti, seharusnya ada hubungan antara pendidikan dengan
sikap ibu menyusui mengenai penyapihan karena pada ibu dengan tingkat pendidikan
tinggi lebih mudah menerima informasi yang positif.
Hubungan antara pekerjaan terhadap sikap didapatkan p >0.05 maka tidak ada
hubungan antara pekerjaan terhadap sikap ibu menyusui mengenai penyapihan.
Namun belum ada penelitian yang meneliti secara khusus tentang hubungan antara
pekerjaan dengan sikap ibu menyusui mengenai penyapihan.
Hubungan antara fisik ibu terhadap sikap didapatkan nilai p >0.05, maka
hipotesis nol diterima. Ini menunjukkan tidak ada hubungan antara fisik ibu terhadap
sikap ibu menyusui mengenai penyapihan.
48
Hubungan antara sumber informasi terhadap sikap didapatkan p >0.05, maka
tidak ada hubungan antara sumber informasi terhadap sikap ibu menyusui mengenai
penyapihan. Namun belum ada penelitian yang meneliti secara khusus tentang
hubungan antara sumber informasi dengan sikap.
5.2.3 Hubungan antara Pendidikan, Pekerjaan, Fisik Ibu, Tempat Persalinan dan
Sumber Informasi dengan Perilaku pada Pengunjung Posyandu RW02
Kelurahan Kedoya Utara dari Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus
49
ini membuktikan bahwa pekerjaan mempengaruhi perilaku ibu untuk melakukan
penyapihan.
Hubungan antara fisik ibu terhadap perilaku didapatkan nilai p >0.05, maka
hipotesis nol diterima. Ini menunjukkan tidak ada hubungan antara fisik ibu terhadap
perilaku ibu menyusui mengenai penyapihan. Hasil analisa yang didapatkan tidak
sesuai dengan hasil penelitian MacLean pada tahun 1998 yang menunjukkan masalah
kesehatan merupakan faktor utama yang berhubungan dengan perilaku ibu untuk
berhenti atau tidak memberikan ASI pada bayi berusia tiga sampai empat bulan.
Masalah kesehatan atau penyakit yang diderita ibu dapat menyebabkan pemberian
ASI menjadi kontraindikasi bagi ibu. Ketidaksesuaian ini disebabkan sebagian besar
dari sampel yang diteliti tidak menderita sakit sehingga faktor fisik ibu bukan
merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku ibu terhadap penyapihan di wilayah
kerja Posyandu RW02 Kelurahan Kedoya Utara.
5.2.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap, Pengetahuan dengan Perilaku dan
Sikap dengan Perilaku Pengunjung Posyandu RW02 Kelurahan Kedoya Utara
dari Tanggal 19 Agustus hingga 20 Agustus 2014
50
responden untuk bersikap baik. Pengetahuan yang dimiliki responden menjadi dasar
bagi seorang ibu dalam bersikap. Namun sampai saat ini belum ada penelitian
mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu menyusui mengenai penyapihan.
Hubungan antara variabel sikap dengan perilaku ibu didapatkan nilai p >0.05,
menunjukkan sikap tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu
menyusui mengenai penyapihan. Bila seorang ibu memiliki sikap yang baik mengenai
penyapihan, belum tentu ibu akan melakukan perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Namun, sampai saat ini belum ada penelitian mengenai hubungan sikap dan
perilaku ibu menyusui mengenai penyapihan.
51
Bab VI
Kesimpulan
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian pengetahuan, sikap dan perilaku ibu menyusui mengenai
penyapihan serta faktor-faktor yang berhubungan di Posyandu RW 02 Kelurahan Kedoya
Utara Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, periode Agustus 2014 dapat diambil
kesimpulan seperti berikut:
6.1.1 Didapatkan sebaran sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang
kurang sebanyak 55.4%, tingkat sikap yang cukup yaitu sebesar 62.7%, dan tingkat
perilaku yang kurang sebesar 57.8%.
6.1.2 Didapatkan sebaran sebagian besar responden berpendidikan sedang yaitu sebesar
45.8%, tidak bekerja sebesar 74.7%, tidak menderita sakit sebesar 98.8%, melahirkan
di bukan fasilitas kesehatan sebesar 50.6% dan pernah mendapat informasi sebesar
66.3%.
6.1.3 Terdapat hubungan bermakna antara pendidikan, tempat persalinan dan sumber
informasi terhadap tingkat pengetahuan ibu menyusui mengenai penyapihan.
6.1.4 Terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan terhadap perilaku ibu menyusui
mengenai penyapihan.
6.1.5 Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan terhadap sikap ibu menyusui
mengenai penyapihan.
6.2 Saran
52
6.2.1 Kegiatan peningkatan pengetahuan ibu-ibu tentang menyusui penting untuk
ditingkatkan guna meningkatkan motivasi ibu untuk menyusui dan tidak melakukan
penyapihan dini pada anak bawah dua tahun.
6.2.2 Perlu adanya informasi mengenai penyapihan dalam bentuk penyuluhan yang
diberikan melalui petugas kesehatan diharapkan dapat menambah wawasan ibu-ibu
dalam menyapih anaknya.
Daftar pustaka
2. Amelia R. Penyapihan dini dengan status gizi balita usia 0-24 bulan di posyandu
Dusun Kedungbendo Desa Gemekan Soaka Mojokerto. Jurnal ilmiah kesehatan
Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto Hospital Majapahit. Vol 5. No 1. Februari
2013: 93-107.
6. Mursyida A, Wadud S. Hubungan umur ibu dengan pemberian asi eksklusif pada bayi
berusia 0-6 bulan di Puskesmas Pembina Palembang. Poltekkes Kemenkes
Palembang. 2013.
7. Yani LY, Pramita D. Tingkat pengetahuan ibu tentang menyusui dengan sikap ibu
untuk melakukan penyapihan di Desa Brayu Blandong Kecamatan Dawar Blandong
Mojokerto. Jurnal Bina Sehat. Vol 7. No 1. Juli-Desember 2012.
53
8. Kadarwati. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang penyapihan dini di Desa
Ketapang Wilayah Kerja Puskesmas Susukan. Skripsi Fakultas kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2013.
9. Manalu A. Pola makan dan penyapihan serta hubungannya dengan status gizi batita di
Desa Palipi Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi. Medan. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2008.
11. Bradford dietitians. Guidelines for food nutrition in Bradford and Airedale Food and
nutrition in the first year of life-weaning into solid food. Bradford Nutrition and
Dietetics. February 2012.
12. Mutch C. Weaning from the breast. Paediatr Child Health. Vol 9. No 4. April
2004:249-53.
13. More J. Weaning infants onto solid food. Child nutrition. April 2010.
54
Lampiran
55
Surat Izin Kepala Puskesmas
Kepada Yth,
Kepala Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan
Di tempat
Perihal: Permohonan Izin Melakukan Penelitian
Dengan hormat,
Dengan ini kami, mahasiswa kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Kristen Krida Wacana (UKRIDA) yang disebut di bawah ini:
Nevristia Pratama 112012194
Nur Fathihah binti M.Hassan 112012225
Nurfarah Nadiah binti Tajudin 112012227
Nurul Faizatul Amira binti Ab Mutalib 112012228
Memohon izin melakukan penelitian terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku ibu
menyusui mengenai penyapihan dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya di
Puskesmas Kelurahan Kedoya Utara sebagai bagian pemenuhan tugas kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
Kami memohon izin untuk melakukan proses pengambilan data dari pasien ibu-ibu
dengan anak usia 2-5 tahun, melakukan wawancara dengan pasien melalui kuesioner,
mengolah dan mempublikasikannya di depan dokter pembimbing kami sebagai wujud
pertanggung jawaban ilmiah.
Proses ini sedianya dilakukan di antara waktu kepaniteraan kami di Puskesmas
Kelurahan Kedoya Utara pada rentang waktu antara 19 Agustus sampai dengan 20 Agustus
2014.
Atas kesediaan dan perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
56
Nevristia Pratama Nur Fathihah Nurfarah Nadiah Nurul Faizatul Amira
Lembar Kuesioner
Penelitian Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu Menyusui Mengenai Penyapihan serta Faktor-
Faktor yang Berhubungan di Pos Pelayanan Terpadu Kelurahan Kedoya Utara, Jakarta Barat,
Periode Agustus 2014
(Diisi oleh pewawancara)
No Kuesioner:
Tanggal:
Jawaban pada kuesioner ini akan dirahasiakan. Mohon Anda menjawab dengan sejujurnya.
DATA UMUM
Nama : …………………………………………….
Umur : …………………………………………….
Tanggal lahir : …………………………………………….
Alamat : …………………………………………….
No telpon : …………………………………………….
Agama : …………………………………………….
Pendidikan : (tamat/tidak tamat)
SD SMP/SLTP SMA/SLTA Diploma Sarjana
Pekerjaan : …………………………………………….
Riwayat penyakit ibu : .............................................................
Tempat persalinan : .............................................................
Usia anak : .............................................................
DATA KHUSUS
PENGETAHUAN
57
3. Apa yang terbaik diberikan kepada bayi sampai usia 6 bulan?
a. Susu formula
b. Buah-buahan
c. ASI
d. Bubur susu
5. Apakah kegunaan Makanan Pendamping ASI bagi anak bawah dua tahun? (Jawaban
bisa lebih dari satu)
a. Supaya bayi sehat
b. Sebagai makanan tambahan
c. Mencukupi kebutuhan gizi bayi
d. Tidak tahu
7. Apakah akibat ibu melakukan penyapihan dini pada anak? (jawaban bisa lebih dari
satu)
a. Mengurangkan interaksi antara ibu dan anak
b. Meningkatkan risiko penyakit infeksi pada anak
c. Mengakibatkan gangguan nutrisi pada anak
d. Mengakibatkan reaksi alergi pada anak
e. Tidak tahu
SIKAP
58
e. Sangat tidak setuju
3. Apakah ibu setuju bahwa pemberian ASI tanpa makanan tambahan sampai usia 6
bulan dapat meningkatkan gizi anak?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
4. Apakah ibu setuju bayi yang hanya diberikan ASI eksklusif saja sampai usia 6 bulan
dapat mengurangi kejadian diare?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
PERILAKU
3. Pernahkah ibu memberikan makanan dan minuman lain selain ASI kepada bayi ibu
sebelum umur 6 bulan?
a. Ya
b. Tidak
59
c. Belum melakukan penyapihan
Sumber informasi
1. Ibu pernah mendapat informasi mengenai penyapihan dari: (Beri tanda (√). Jawaban
bisa lebih dari satu.)
Televisi Tenaga kesehatan (dokter, bidan,
perawat)
Radio Keluarga
Majalah wanita Teman
Majalah kesehatan Tidak pernah
60