Вы находитесь на странице: 1из 116

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada
berbagai tingkat hubungan yaitu dari hubungan intim biasa sampai hubungan saling
ketergantungan. Keintiman dan saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi
berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu individu perlu membina
hubungan interpersonal yang memuaskan.

Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses
berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai respon lingkungan yang
positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja sama, hubungan timbal balik yang sinkron
(Stuart and Sundeen 1996, Peran serta dalam proses hubungan dapat berfluktuasi sepanjang
rentang tergantung (dependent) dan mandiri (Independent) artinya suatu saat individu
tergantung pada orang lain dan suatu saat orang lain tergantung pada individu.

Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakmampuan individu terhadap


proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respon lingkungan yang
negatif. Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya dan keinginan untuk
menghindar dari orang lain (tidak percaya pada orang lain). Oleh karena itu, penulis
mengangkat judul “Isolasi Sosial” sebagai judul makalah untuk lebih memahami tentang
isolasi sosial dan proses keperawatannya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan isolasi sosial ?


2. Bagaimana proses terjadinya isolasi sosial ?
3. Bagaimana pohon masalah pada isolasi sosial ?
4. Bagaimana manifestasi perilaku pada isolasi sosial ?
5. Bagaimana proses keperawatan pada isolasi sosial ?

1
Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis merumuskan tujuan penulisan sebagai


berikut :

1. Untuk mengerti dan memahami pengertian dari isolasi sosial.


2. Untuk mengerti dan memahami proses terjadinya isolasi sosial.
3. Untuk mengerti dan memahami pohin masalah pada isolasi sosial
4. Untuk mengerti dan memahami manifestasi perilaku pada isolasi sosial.
5. Untuk mengerti dan memahami proses keperawatan pada isolasi sosial.

2
BAB 2

TINJAUAN TEORI ISOLASI SOSIAL

Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Purba, dkk, 2008).

Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme


individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindar interaksi dengan
orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk, 2009).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain mengatakan sikap negatif atau mengancam. Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian
yang di alami oleh seseorang karna orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (Twondsend, 1998).

Isolasi sosial adalah suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu
fungsi seseorang dalam berhubungan sosial (Depkes RI, 2000).

Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan


hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya secara wajar dalam
khayalaknya sendiri yang tidak realistis.

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan, keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi
tidak membentuk kontrak.

Isolasi sosial merupakan proses pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun
lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara menarik diri secara
fisik maupun psikis.

Kesimpulan isolasi social adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan


mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari
interaksi dengan orang lain dan lingkunagan.

3
Proses Terjadinya Masalah Isolasi Sosial

Etiologi

1. Faktor predisposisi
a) Faktor perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan social berkembang sesuai
dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut untuk
dapat mengembangkan hubungan social yang positif diharapkan setiap tahapan
perkembangan dapat dilalui dengan sukses. Sitem keluarga yang terganggu dapat
menunjang perkembangan respon social maladaptif.
b) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maldaptif.
c) Faktor sosiokultural
Isolasi social merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak
mempunyai anggota masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat
dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma,
perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
d) Faktor dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal negative akan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang
bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi
enggan berkomunikasi dengan orang lain.

2. Faktor prisipitasi
a) Stress sosiokultural
Stress dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah
dari orang yang berat, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b) Stressor psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
ansietas tingkat tinggi.

4
Rentang Respon

Keterangan rentang respon

Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma social dan kultural dimana
individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal. Adapun respon adaptif tersebut :

a) Solitude
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan dilingkungan
socialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan menentukan langkah
berikutnya.
b) Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran.
c) Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk
memberi dan menerima.
d) Saling ketergantungan
Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam hubungan
interpersonal.

Respon maladaptive adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan


masalah yang menyimpang dari norma-norma social dan kebudayaan suatu tempat.
Karateristik dari perilaku maladaptive tersebut adalah :

a) Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan
dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara waktu.

5
b) Manipulasi
Adalah hubungan social yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain
sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi
pada orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan social secara mendalam.
c) Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimiliki.
d) Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak
dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan
kehendak.
e) Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan
pujian, memiliki sikap egosentris, pecemburu dan marah jika orang lain tidak
mendukung.

6
Pathway Isolasi Sosial

Manifestasi Perilaku Isolasi Sosial

Tanda dan gejala

Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi soaial akan ditemukan data
objektif meliputi apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain, klien
tampak memisahkan diri dari orang lain, komunikasi kurang, klien tampak tidak bercakap-
cakap dengan klien lain atau perawat, tidak ada kontak mata atau kontak mata kurang, klien
lebih sering menunduk, berdiam diri dikamar. Menolak berhubungan dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, meniru posisi janin pada saat lahir, sedangkan untuk data
subjektif sukar didapat, jika klien menolak komunikasi, beberapa data subjektif adalah
menjawab dengan singkat dengan kata-kata “tidak, “ya” dan tidak tahu”.

7
Mekanisme koping

Individu yang mengalami respon social maladaptive menggunakan berbagai


mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan denga dua
jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail, W stuart 2006).

Koping yang berhubungan dengan gangguan kepripadian antisocial antara lain


proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian ambang splitting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain,
merendahkan orang lain dan identifikasi proyektif.

Sumber koping

Menurut Gail W. Stuart 2006, sumber koping yang berhubungan dengan respon social
mal-adaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman, hubungan
dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress
interpersonal missal, kesenian, music atau tulisan.

Proses Keperawatan pada Klien dengan Isolasi Sosial

Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis, psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 ).

Menurut keliat (2005) pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan masalah. Data
yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, social dan spiritual.

Isolasi sosial adalah keadaan seorang individual yang mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain.

Untuk mengkaji pasien isolasi social dapat menggunakan wawancara dan observasi
kepada pasien dan keluarga.

Pertanyaan berikut dapat ditanyakan pada waktu wawancara untuk mendapatkan data
subjektif :

1. Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang disekitar (keluarga atau tetangga)?

8
2. Apakah pasien punya teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?
3. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang terdekat dengannya?
4. Apa yang pasien inginkan dari orang-orang disekitarnya?
5. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
6. Apa yang menghambat hubungan harmonis antara pasien dengan orang-orang di
sekitarnya?
7. Apakah pasien merasa bahwa waktu begitu lama berlalu?
8. Apakah pernah ada perasaan ragu untuk melanjutkan kehidupan?

Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :

1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian
dan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi kurang atau
tidak ada, berdiam diri di kamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, dependen, perasaan kesepian, merasa tidak aman
berada dengan orang lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, tidak
mampu berkonsentrasi, merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dapat
melangsungkan hidup. Apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami kehilangan, perpisahan,
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan atau frustrasi
berulang, tekanan dari kelompok sebaya, perubahan struktur social, terjadi trauma
yang tiba-tiba misalnya harus di operasi, kecelakaan, perceraian, putus sekolah, PHK,
perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara
tiba-tiba), mengalami kegagalan dalam pendidikan maupun karier, perlakuan orang
lain yang tidak menghargai klien atau perasaan negative terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.

9
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien.
5. Psikososial
a) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
b) Konsep diri
c) Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai. Pada
klien dengan isolasi social, klien menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang
akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negative tentang
tubuh, preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan perasaan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
d) Identitas diri
Klien dengan isolasi social mengalami ketidakpastian memandang diri, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mempu mengambil keputusan.
e) Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, dan bagaimana
perasaan klien akibat perubahan tersebut. Pada klien dengan isolasi social bisa
berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menuah,
putus sekolah, PHK, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat.
f) Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan
klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya. Pada klien dengan isolasi social cenderung mengungkapkan
keputusasaan karena penyakitnya, mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
g) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan social, merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang percaya
diri.
10
h) Hubungan social
Klien mempunyai gangguan atau hambatan dalam melakukan hubungan social
dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan dan kelompok yang diikuti
dalam masyarakat.
i) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.
6. Satus mental
a) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pada klien dengan
isolasi social megalami defisit perawatan diri (penampilan tidak rapi. penggunaan
pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut
seperti tidak pernah disisir, gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan hitam).
b) Pembicaraan
Kontak mata klien kurang atau tidak dapat mempertahankan kontak mata, kurang
dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu
berkomunikasi dengan perawat.
c) Aktivitas motoric
Klien dengan isolasi social cenderung lesu dan lebih sering menunduk.
d) Afek dan Emosi
Klien dengan isolasi social cenderung datar (tidak ada perubahan roman muka
pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan) dan tumpul
(hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat).
e) Interaksi selama wawancara
Klien dengan isolasi social cenderung tidak kooperatif (tidak dapat menjawab
pertanyaan pewawancara dengan spontan) dan kontak mata kurang (tidak mau
menatap lawan bicara).
f) Persepsi–Sensori
Klien dengan isolasi social berisiko mengalami gangguan sensori/persepsi
halusinasi.
g) Proses Pikir
Arus : bloking (pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian
dilanjutkan kembali).

11
h) Isi fikir
Pada klien dengan isolasi social cenderung berpikiran tidak enak/tidak nyaman
berkumpul dengan orang lain sehingga sering menyendiri dan merendahkan diri
sendiri (harga diri rendah).
i) Tingkat Kesadaran
Pada klien dengan isolasi social cenderung bingung, kacau (perilaku yang tidak
mengarah pada tujuan), dan apatis (acuh tak acuh).
j) Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien mampu mengingat hal-hal
yang telah terjadi.
k) Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Pada klien dengan isolasi social tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta
agar pertanyaan diulang karena tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak
dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
l) Kemampuan Penilaian
m) Gangguan ringan
n) Gangguan bermakna
o) Daya Tilik
Pada klien dengan isolasi social cenderung mengingkari penyakit yang diderita :
klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya
dan merasa tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya,
klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya.
7. Kebutuhan Perencanaan Pulang
a) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
b) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
c) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
d) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
e) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersihkan dan merapikan pakaian.
f) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi.
g) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas di dalam dan di
luar rumah.

12
8. Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungan seperti klien direndahkan
atau diejek karena klien menderita gangguan jiwa.
9. Pengetahuan
Klien dengan kerusakan interaksi sosial pada kasus menarik diri, kurang pengetahuan
dalam hal mencari bantuan, factor predisposisi, koping meknisme, dan sistem
pendukung dan obat-obatansehingga penyakit klien semakin berat.
10. Aspek medik
Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan dan digunakan oleh klien selama
perawatan.
Pada proses pengkajian, data fokus dan masalah yang perlu dikaji adalah :

Masalah keperawatan Data yang perlu di kaji

Isolasi sosial Subjektif :

1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau


ditolak oleh orang lain.
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang
lain.
3. Respons verbal kurang dan sangat singkat,
4. Klien mengatakan hubungan tidak berarti
dengan orang lain.
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan
waktu.
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat
keputusan.
7. Klien merasa tidak berguna.
8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
9. Klien merasa ditolak.

Objektif :

1. Klien lebih banyak diam dan tidak mau bicara.


2. Tidak mengikuti kegiatan.
3. Banyak berdiam diri di kamar.

13
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi
dengan orang yang terdekat.
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar, dan dangkal.
6. Kontak mata kurang.
7. Kurang spontan.
8. Apatis ( acuh terhadap lingkungan ).
9. Ekspresi wajah kurang berseri.
10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan
kebersihan diri.
11. Mengisolasi diri.
12. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan
sekitarnya.
13. Asupan makanan dan minuman terganggu.
14. Retensi urine dan feses.
15. Aktivitas menurun.
16. Kurang energi atau tenaga.
17. Rendah diri.
18. Postur tubuh berubah.

( Yosep, Iyus, 2011 ).

11. Masalah Keperawatan


1. Isolasi sosial.
2. Risiko perubahan sensori/persepsi halusinasi.

12. Pohon Masalah

14
Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial.
2. Risiko perubahan sensori/persepsi halusinasi.

Rencana Keperawatan

Perencanaan
Diagnosa
Tgl. Intervensi Rasional
keperawatan Tujuan Kriteria hasil

Isolasi sosial TUM: Setelah 2x


pertemuan klien
Klien dapat
dapat menerima
berinteraksi
kehadiran perawat
dengan orang lain
sehingga tidak
tejadi halusinasi

TUK 1: Klien Bina Hubungan


dapat hubungan saling percaya
Klien dapat
mengungk saling merupakan
membina
apkan percaya langkah awal
hubungan saling
perasaan menggunaka untuk
pecaya
dan n prinsip menentukan
keberadaa komunikasi keberhasilan
nnya terapiutik rencana
secara Sapa klien selanjutnya
verbal. dengan
Klien mau ramah, baik
menjawab verbal
salam maupun
Klien mau nonverbal
berjabatan Perkenalkan
tangan diri dengan
Adakonta sopan

15
k mata Tanyakan
Klien mau nama
duduk lengkap dan
berdampin nama
gan panggilan
dengan yang disukai
perawat klien
Jelaskan
tujuan
pertemuan
Jujur dan
tepati janji
Tunjukkan
sikap empati
dan
menerima
klien apa
adanya
Beri
perhatian
pada klien
dan
perhatikan
kebutuhan
klien

TUK 2: Klien Kaji Dengan


dapat pengetahuan mengetahu
Klien dapat
menyebut klien tentang tanda-tanda dan
menyebutkan
kan perilaku gejala menarik
penyebab menarik
penyebab menarik diri diri akan
diri.
menarik dan tanda- menentukan
diri yang tandanya langkah
berasal Berikan intervensi
dari: kesempatan selanjutnya

16
a. diri sendiri pada klien
untuk
b. orang lain
mengungkap
c. lingkungan kan peasaan
penyebab
menarik diri
atau tidak
mau bergaul
Diskusikan
bersama
klien tentang
perilaku
menarik diri,
tanda dan
gejala
Berikan
pujian
terhadapap
kemampuan
klien
mengunkapk
an
perasaannya

TUK 3: Klien Kaji Reinforcement


dapat pengetahuan dapat
Klien dapat
menyebut klien tentang meningkatkan
menyebutkan
kan keuntungan harga diri
keuntungan
keuntunga dan manfaat
berhubungan
n bergaul
dengan orang lain
berhubung dengan orang
dan kerugian
an dengan lain.
tidak
orang lain, Beri
berhubungan
missal kesempatan
dengan orang
banyak pada klien

17
lain. teman, untuk
tidak mengungkap
sendiri kan
bisa perasaannya
diskusi, tentang
dll keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain
Diskusikan
bersama
klien tentang
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain
Kaji
pengetahuan
klien tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang
lain
Beri
kesempatan
pada klien
untuk
mengungkap
kan perasaan
tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan

18
dengan orang
lain
Diskusikan
bersama
klien tentang
kerugian
tidak
berhubungan
dengan orang
lain
Beri
reinforcemen
t positif
terhadap
kemampuan
mengungkap
kann
perasaan
tentang
kerugian
tidakberhubu
ngan dengan
orang lain

TUK 4: Klien Kaji Mengetahui


dapat kemampuan sejauh mana
Klien dapat
menyebut klien pengetahuan
melaksanakan
kan membina klien tentang
hubungan social
kerugian hubungan berhubungan
secara bertahap
tidak dengan orang dengan orang
berhubung lain lain
an dengan Dorong dan
orang lain bantu klien
missal: untuk
sendiri berhubungan

19
tidak dengan orang
punya lain melalui:
teman, Klien-
sepi, dll perawat
Klien-
perawat-
perawat lain
Klie-
perawat-
perawat lain-
klien lain
Klien-
kelompok
kecil
Klien-
keluarga/kelo
mpok/masyar
akat
Beri
reinforcemen
t terhadap
keberhasilan
yang telah
dicapai
dirumah
nanti
Bantu klien
mengevaluasi
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain
Diskusikan
jadwal harian

20
yang dapat
dilakukan
bersama
klien dalam
mengisi
waktu
Motivasi
klien untuk
mengikuti
kegiatan
terapi
aktivitas
kelompok
sosialisasi
Beri
reinforcemen
t atas
kegiatan
klien dalam
kegiatan
ruangan

TUK 5: Klien Dorong klien Agar klien lebih


dapat untuk percaya diri
Klien dapat
mendemo mengungkap untuk
mengungkapkan
nstrasikan kan berhubungan
perasaannya
hubungan perasaannya dengan orang
setelah
social bila lain. Mengetahui
berhubungan
secara berhubungan sejauh mana
dengan orang lain
bertahap: dengan orang pengetahuan
Klien- lain klien tentang
perawat kerugian bila
Diskusikan tidak
Klien- dengan klien berhubungan
perawat- manfaat dengan orang

21
perawat berhubungan
lain dengan orang
Klien- lain
perawat- Beri
perawat reinforcemen
lain-klien t positif atas
lain kemampuan
Klien- klien
kelompok mengungkap
kecil kan perasaan
Klien- manfaat
keluarga/k berhubungan
elompok/ dengan orang
masyaraka lain
t
TUK 6: Klien BHSP Agar klien lebih
dapat dengan percaya diri dan
Klien dapat
mengungk keluarga tahu akibat tidak
memberdayakan
apkan Salam, berhubungan
sistem pendukung
perasaan perkenalan dengan orang
atau keluarga atau
setelah diri lain
keluarga mampu
berhubung Sampaikan
mengembangkan Mengetahui
an dengan tujuan
kemampuan klien sejauh mana
orang lain Membuat
untuk pengetahuan
untuk: kontrak
berhubungan klien tentang
Diri Explorasi
denga orang lain membina
sendiri perasaan
hubungan
Orang lain keluarga
dengan orang
Diskusikan
lain
dengan
anggota
keluarga
tentang:
Perilaku

22
menarik diri
Penyebab
perilaku
menarik diri
Cara
keluarga
menghadapi
klien yang
sedang
menarik diri
Dorong
anggota
keluarga
untuk
memberikan
dukungan
kepada klien
berkomunika
si dengan
orang lain
Anjurkan
anggota
keluarga
untuk secara
rutin dan
bergantian
megujungi
klien
minimal 1x
seminggu
Beri
reinforcemen
t atas hal-hal
yang telah

23
dicapai oleh
keluarga

Keluarga dapat: Klien mungkin


dapat mengobati
Menjelask
perasaan tidak
an
nyaman,
perasaann
bimbang karena
ya
memulai
Menjelask
hubungan
an cara
dengan orang
merawat
lain
klien
menarik
diri
Mendemo
nstrasikan
cara
perawatan
klien
menarik
diri
Berpartisi
pasi dalam
perawatan
klien
menarik
diri

Motivasi dapat
mendorong
klien untuk lebih
semangat dan
percaya diri

24
Agar klien tahu,
mengerti lebih
terbuka tentang
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain

Reinforcement
dapat
meningkatkan
kepercayaan diri
klien

Dengan
dukungan
keluarga klien
akan merasa
diperhatikan

Strategi Komunikasi (SP) Berdasarkan Pertemuan

Diagnosa
Pasien Keluarga
keperawatan
Isolasi social SP 1 SP 1
berhubungan dengan
Identifikasi penyebab: Identifikasi masalah yang
harga diri rendah
dihadapi keluarga dalam merawat
a) Siapa yang satu rumah
pasien.
dengan pasien?
b) Siapa yang dekat a) Penjelasan isos.
dengan pasien? b) Cara merawat isos.
c) Apa sebabnya ? c) Latih (simulasi).
d) Siapa yang tidak dekat d) RTL keluarga/jadwal
dengan pasien? keluarga untuk merawat

25
e) Apa penyebabnya? pasien
f) Keuntungan dan
kerugian berinteraksi
dengan orang lain.
g) Latihan berkenalan.
h) Masukkan jadwal
kegiatan pasien.

SP 2 SP 2

Evaluasi SP 1. Evaluasi SP 1.

a) Latihan berhubungan a) Latih (langsung ke


social secara bertahap pasien).
(pasien dan keluarga). b) RTL keluarga/jadwal
Masukkan jadwal keluarga untuk merawat
kegiatan pasien. pasien.

SP 3 SP 3

Evaluasi kegiatan SP 1,2. Evaluasi SP 1 dan 2.

a) Latih ADL (Kegiatan a) Latih (langsung ke


sehari –hari), cara pasien).
bicara. b) RTL keluarga atau jadwal
b) Masukkan jadwal keluarga untuk merawat
kegiatan pasien. pasien.

SP 4 SP 4

Evaluasi SP 1,2,3 Evaluasi kemampuan keluarga

a) Latihan ADL (Kegiatan a) Evaluasi kemampuan


sehari-hari), cara bicara pasien
b) Masukkan jadwal b) Rencana tindak lanjut
kegiatan pasien keluarga
c) Follow up

26
d) Rujukan

Evaluasi

1. Pada klien
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi social.
c) Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian dari isolasi social.
d) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.

2. Pada keluarga:
a) Keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secra terapiutik.
b) Keluarga mampu mengurang penyebab klien menarik diri.

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA

PASIEN DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama pasien_________________

Ruangan____________________

Nama perawat________________

Petunjuk pengisian

Beri tanda (√) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini

Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi

No. Kemampuan Tanggal

A. Pasien

Menyebutkan penyebab isolasi sosial

Menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain

Menyebutkan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

27
Berkenalan dengan satu orang

Berkenalan dengan dua orang atau lebih

Memiliki jadwal kegiatan berbincang-bincang dengan orang

Lain sebagai salah satu kegiatan harian

Melakukan perbincangan dengan orang lain sesuai jadwal


harian

B. Keluarga

1. Menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala isolasi


sosial

2. Menyebutkan cara-cara merawat pasien isolasi sosial

3. Mendemonstrasikan cara merawat pasien isolasi sosial

4. Menyebutkan tempat rujukan yang sesuai untuk pasien


isolasi sosial

28
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan jiwa (Aplikasi praktik klinik). Edisi pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Dalami, Ernawati. 2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa. Jakarta : TIM.

Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.

Keliat, Budi Anna. 2004. Keperawatan jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna. 2005. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas: CMHN (basic
course). Jakarta : EGC.

29
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Kasus Pemicu (Trigger Case)

Nn. S, 17 tahun masuk RSJ dengan alasan sering menyendiri (menghindar dari
orang lain), komunikasi berkurang (bicara apabila ditanya, jawaban singkat), berdiam
diri di kamar dalam posisi meringkuk, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, wajah
tampak sedih dan lebih sering menunduk.

Klien berperilaku demikian sejak satu minggu yang lalu. Penyebabnya yaitu klien
malu karena tidak lulus ujian nasional tingkat SMA dan harus mengulang bersama dengan
adik kelas (data dari keluarga). Ketika Ayah klien mengetahui bahwa klien tidak lulus ujian
nasional, Ayahnya yang sedang di luar kota langsung pulang dan memarahi klien, Ayah klien
mengatakan bahwa klien telah membuat malu nama keluarga (keluarga klien adalah keluarga
yang sangat kaya dan terpandang di daerahnya) dan dibanding-bandingkan dengan kakaknya
yang pandai dan sudah sukses. Hal tersebut semakin membuat klien sedih dan terpukul. Klien
merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidupnya.

Dari hasil observasi didapat data tentang klien, yaitu rambut kotor dan bau, wajah
lusuh, tatapan mata kosong, gigi kotor dan kuning, kuku hitam dan panjang, tekanan darah
110/80, frekuensi pernapasan 18x/menit, frekuensi nadi 82x/menit, suhu 36,5oC.

Terapi Modalitas

1. Terapi individual
Dengan terapi individual, perawat menjalin hubungan saling percaya dengan klien
agar tercipta rasa trust kepada perawat. Sehingga, klien dapat dengan leluasa
menceritakan semua yang ia rasakan, dengan demikian klien merasa aman, nyaman,
klien dapat mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan konflik,
meredakan penderitaan emosional, dan klien dapat memenuhi kebutuhan dirinya serta
mempermudah proses asuhan keperawatan jika sudah terjalin rasa saling percaya klien
terhadap perawat. Terapi individual untuk TUK 1,2,3,4,5.

30
2. Terapi kognitif
Karena klien mempunyai persepsi dan pemikiran yang negatif/salah, diperlukan terapi
kognitif untuk merubah hal tersebut. Sehingga, diharapkan dengan terapi kognitif
persepsi dan pemikiran klien yang negatif berubah menjadi positif/baik, klien juga
mampu mempertimbangkan stressor, mengidentifikasi pola berpikir, persepsi dan
keyakinan yang tidak baik. Terapi kognitif untuk TUK 2,3.
3. Terapi lingkungan
Dengan terapi lingkungan, diharapkan klien dapat hidup di luar lembaga yang
diciptakan (di rumah) melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari
rumah sakit ke komunitas. Sehingga, klien bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan
di masyarakat. Terapi lingkungan dapat berupa lingkungan fisik dan lingkungan
psikososial. Terapi lingkungan untuk TUK 1,4,5,6.
4. Syarat lingkungan secara fisik
a) Ruangan aman dan nyaman.
b) Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau
orang lain.
c) Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis dilemari dalam keadaan
terkunci.
d) Ruangan harus ditempatkan dilantai 1 dan keseluruhan ruangan mudah di pantau
oleh petugas kesehatan.
e) Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan
meningkatkan gairah hidup pasien.
f) Warna dinding cerah.
g) Adanya bacaan ringan, lucu, memotivasi hidup.
h) Hadirkan music ceria, televisi, film komedi.
i) Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang-barang pribadi pasien.
5. Syarat lingkungan psikososial
a) Komunikasi terapiutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering
mungkin.
b) Memberikan penjelasan kepada pasien/keluarga pasien setiap akan melakukan
kegiatan keperawatan/kegiatan medis lainnya.
c) Menerima pasien apa adanya, jangan mengejek atau merendahkan.
d) Meningkatkan harga diri pasien.
e) Membantu menilai dan meningkatkan hubungan sosial secara bertahap
f) Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
31
g) Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien
sendiri terlalu lama di ruangannya.
6. Terapi kelompok
Karena klien cenderung menarik diri dan tidak bersosialisasi, diperlukan terapi
kelompok agar klien dapat berinteraksi dengan orang lain seperti sebelum klien
mengalami gangguan dapat bersosialisasi. Perawat dapat berinteraksi dengan
sekelompok klien secara teratur, membantu anggota kelompok meningkatkan
kesadaran diri, meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku
maladaptif menjadi adaptif. Terapi kelompok untuk TUK 1,3,4,5,6.
7. Terapi keluarga
Terapi keluarga bertujuan meningkatkan fungsi keluarga, dengan cara perawat
membantu klien dalam berinteraksi dengan keluarganya, mengikutsertakan keluarga
dalam rencana asuhan keperawatan, jangan biarkan klien sendiri terlalu lama. Dengan
demikian akan meningkatkan motivasi dan semangat klien untuk melakukan
pengobatan, meningkatkan harapan akan kesembuhannya, meningkatkan harga diri,
tidak merasa sendiri dan klien merasa hidupnya tetap berarti. Terapi keluarga juga
dapat dilakukan untuk persiapan pulang klien. Terapi keluarga untuk TUK 6.
8. Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Strategi komunikasi (Sp) berdasar pertemuan
Diagnosa
Pasien Keluarga
keperawatan
Isolasi sosial SP 1 SP 1

Identifikasi penyebab: Identifikasi masalah yang


dihadapi keluarga dalam
a) Siapa yang satu
merawat pasien.
rumah dengan
pasien? a) Penjelasan isos.
b) Siapa yang dekat b) Cara merawat isos.
dengan pasien? Latih (simulasi).
c) Apa sebabnya ? RTL
d) Siapa yang tidak keluarga/jadwal
dekat dengan keluarga untuk
pasien? merawat pasien
e) Apa
penyebabnya?
32
f) Keuntungan dan
kerugian
berinteraksi
dengan orang lain.
g) Latihan
berkenalan.
h) Masukkan jadwal
kegiatan pasien.

SP 2 SP 2

Evaluasi SP 1. Evaluasi SP 1.

a) Latihan a) Latih (langsung ke


berhubungan pasien).
social secara RTL
bertahap (pasien keluarga/jadwal
dan keluarga). keluarga untuk
b) Masukkan jadwal merawat pasien.
kegiatan pasien.

SP 3 SP 3

Evaluasi kegiatan SP 1,2. Evaluasi SP 1 dan 2.

a) Latih ADL a) Latih (langsung ke


(Kegiatan sehari – pasien).
hari), cara bicara. b) RTL keluarga atau
b) Masukkan jadwal jadwal keluarga
kegiatan pasien. untuk merawat
pasien

SP 4 SP 4

Evaluasi SP 1,2,3 Evaluasi kemampuan

33
a) LatihanADL keluarga
(Kegiatan sehari-
a) Evaluasi
hari), cara bicara
kemampuan pasien
b) Masukkan jadwal
b) Rencana tindak
kegiatan pasien
lanjut keluarga
c) Follow up
d) Rujukan

34
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. S DENGAN
MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Nn. S

Pertemuan : Ke–1

Tanggal :

Jam : 09.00 WIB

1. Proses Keperawatan
a) Kondisi : Klien sering menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi
berkurang (bicara apabila ditanya, jawaban singkat), berdiam diri di kamar dalam
posisi meringkuk, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, wajah tampak sedih dan
lebih sering menunduk.
b) Diagnosa : Isolasi sosial
c) TUK :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
d) Rencana Tindakan keperawatan
1. SP 1 (Pasien)
Indentifikasi penyebab :
a) Siapa yang satu rumah dengan pasien?
b) Siapa yang dekat dengan pasien? Apa sebabnya ?
c) Siapa yang tidak dekat dengan pasien? Apa sebabnya ?
d) Keuntungn dan kerugian berinteraksi dengan oraang lain.
e) Latih berkenalan.
f) Masukkan jadwal kegiatan pasien.

35
Strategi Komunikasi

1. Orientasi :
a) Salam Terapeutik
Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya perawat “…..”. mbak bisa panggil
saya perawat “…..”. Saya mahasiswi dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
Kalau boleh tau, nama mbak siapa? mbak senang dipanggil apa?
b) Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan mbak pagi ini? Bagaimana tidurnya semalam? Ada masalah
apa mbak kok dibawa kesini?
c) Kontrak
Topik
”Mbak. Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman
mbak?”
Tempat
“Mbak mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di taman ?”
Waktu
“Mbak mau kita bercakap-cakap berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?”
2. Kerja
“Siapa saja yang tinggal serumah dengan mbak? Siapa yang paling dekat dengan
mbak? Siapa yang jarang berinteraksi dengan mbak? Apa yang membuat mbak jarang
berinteraksi dengannya?”
“Kegiatan apa saja yang biasa mbak lakukan dengan teman mbak?”
“Apa yang menghambat mbak dalam berteman atau berinteraksi dengan pasien lain?”
“Menurut mbak apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap. Apalagi mbak? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa). Nah kalau kerugiannya tidak mempunyai teman apa ya mbak? Ya mbak
apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya kalau
tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah mbak belajar bergaul kembali dengan
orang lain?”
“Bagus. Bagaimana kalau kita belajar berkenalan dengan orang lain?”
“Begini lo mbak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita
dan nama panggilan yang kita suka, asal dan hobi kita. Contoh : nama saya “….”,
senang dipanggil “….”. Asal saya dari “….” hobi ”….”.

36
“Selanjutnya mbak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
begini : nama mbak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya darimana? Hobinya apa?
Ayo mbak dicoba! Misal, saya belum kenal dengan mbak. Coba berkenalan dengan
saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali.”
“Setelah mbak berkenalan dengan orang tersebut, mbak dapat melanjutkan percakapan
tentang hal-hal menyenangkan untuk dibicarakan. Misal, tentang cuaca, tentang hobi,
tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
3. Terminasi
Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?”
Evaluasi obyektif
“Mbak tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali. Coba mbak
ulangi lagi, bagaimana cara berkenalan dengan orang lain?”
Rencana tindak lanjut
“Selanjutrnya, mbak dapat mengingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak
ada, sehingga mbak siap untuk berkenalan dengan orang lain.”
Kontrak akan datang
Topik
“Nanti mbak bisa mencoba berkenalan dengan orang lain (perawat atau pasien).”
Tempat
“Nanti mbak mau dimana? Bagaimana kalau disini saja?”
Waktu
“Mbak mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan harian
mbak. Nanti pukul 4 sore saya akan datang kesini untuk mengajak mbak berkenalan
dengan teman saya, perawat “….”. Baiklah mbak sampai jumpa.”

37
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. S DENGAN
MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Nn. S

Pertemuan : Ke–2

Tanggal :

Jam : 16.00 WIB

1. Proses Keperawatan
a) Kondisi : Klien sudah mampu mempraktikkan cara berkenalan dengan baik,
klien masih nampak menunduk dan menyendiri, ada kontak mata saat berinteraksi
tetapi hanya sekilas.
b) Diagnosa : Isolasi sosial
c) TUK :
1. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang
lain.
d) Rencana tindakan keperawatan
1. SP 2 (Pasien)
a) Evaluasi SP 1.
b) Latihan berhubungan sosial secara bertahap (pasien dan keluarga).
c) Masukkan jadwal kegiatan pasien.

Strategi Komunikasi

1. Orientasi
a) Salam terapeutik
Selamat sore mbak, masih ingat dengan saya? saya perawat “…...”. Saya
mahasiswi dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya yang tadi membuat janji
dengan mbak.
b) Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan mbak sore ini?
c) Kontrak
Topik
“Sudah diingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman.”

38
“Bagus sekali, mbak masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak
mbak mencoba berkenalan dengan teman saya.”
Tempat
“Mbak mau bercakap-cakap dimana? Bagaimana kalau di taman seperti yang kita
sepakati tadi pagi ?”
Waktu
“Mbak mau kita bercakap-cakap berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
2. Fase Kerja
Selamat pagi perawat “……”, ini mbak S ingin berkenalan anda.
Baiklah mbak, mbak dapat berkenalan dengan perawat “……” seperti yang kita
praktikkan tadi pagi. (Pasien mendemonstrasikan cara berkenalan dengan perawat
“…….” Memberi salam, menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan
seterusnya).
Ada lagi yang mbak tanyakan kepada peeawat “……”?
Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, mbak dapat sudahi perkenalan ini. Lalu
mbak dapat buat janji bertemu lagi, mis: bertemu lagi pukul 6 sore nanti. (S membuat
janji untuk bertemu kembali dengan perawat “…..”).
Baiklah perawat “….”, karena mbak S sudah selesai mencoba berkenalan anda, anda
bisa kembali ke ruangan.
3. Terminasi
Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah berkenalan dengan perawat “….”?
Evaluasi obyektif
“Dibandingkan tadi pagi, mbak tampak baik saat berkenalan dengan perawat “…..”
Rencana tindak lanjut
“Pertahankan apa yang mbak lakukan tadi ya, sehingga mbak dapat berkenalan dengan
orang lain lagi secara bertahap”
Kontrak akan datang
Topik
“Selanjutnya, bagaimana jika kita besok latihan malakukan kegiatan sehari-hari? Mari
kita tambahkan lagi di jadwal harian mbak.”
Tempat
“Besok mbak mau dimana? Bagaimana jika di kamar saja?”

39
Waktu
“Mbak besok mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00 seperti tadi pagi? Baiklah
mbak, sampai jumpa.”

40
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. S DENGAN
MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Nn. S

Pertemuan : Ke–3

Tanggal :

Jam : 09.00 WIB

1. Proses Keperawatan
Kondisi : Klien sudah mampu mempraktikkan cara berkenalan dengan baik.
Klien tampak lebih baik saat berkenalan dengan perawat. Kontak mata klien saat
berinteraksi dengan perawat lebih lama dari sebelumnya, sudah tidak menunduk
ketika diajak berinteraksi.
Diagnosa : Isolasi sosial
TUK :
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
Rencana tindakan keperawatan
SP 3 (Pasien)
Evaluasi kegiatan SP 1,2.
Latih ADL (Kegiatan sehari–hari), cara bicara.
Masukkan jadwal kegiatan pasien.

Strategi Komunikasi

1. Orientasi
a) Salam terapeutik
Selamat pagi mbak!
b) Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan mbak pagi ini?
Apakah kegiatan yang kita latih kemarin sudah dilakukan ? Bagus sekali.
Coba kita lihat jadwalnya, nah kita beri tanda disini (di jadwal) bahwa mbak telah
melakukannya.
c) Kontrak
41
Topik
“Nah, sekarang kita akan latihan melakukan kegiatan sehari-hari.”
Tempat
“Mbak maunya dimana? Bagaimana jika di kamar saja?”
Waktu
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
2. Fase Kerja
Apa yang biasa mbak lakukan di rumah? Dari kamar tidur dulu deh, terus apa lagi? di
kamar tamu, di dapur dan di halaman. Wah bagus sekali (sambil dibuat daftar).
Sekarang yang biasa dilakukan di sekolah?
Baiklah mbak, ini daftar kegiatan yang mbak biasa lakukan.
Nah, coba kita lihat satu per satu apakah dapat dilakukan di rumah sakit. Yang
pertama ini (sebutkan). Bagaimana mbak? Bagus.
Mbak, kita dapat melakukan…………….(sebutkan beberapa kegiatan sehari-hari) di
RS. Sekarang coba mbak pilih yang mana yang bisa kita latih sekarang. Bagaimana
kalau yang ini?
Mari kita coba (perawat mendemonstrasikan sambil mendorong klien melakukannya
langkah demi langkah).
Nah, sekarang sudah selesai, mari kita duduk lagi.
3. Terminasi
Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah melakukan kegiatan tadi (sebutkan kegiatannya)?
Bagus sekali.’
Evaluasi obyektif
Coba sebut ulang cara melakukannya! Bagus, ya benar (bantu klien).
Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau mbak lakukan terus selama di RS agar nanti di rumah sudah lancar.
Nah, mau jam berapa mbak melakukannnya? Kita buat jadwalnya ya, biar mbak tidak
lupa.
Oke, jadi mau dilakukan setiap pagi setelah bangun tidur, jadi pada jam 5.30 pagi.
Kontrak akan datang
Topik
Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti kita coba melakukan kegiatan yang lain sambil
tetap melatih kegiatan yang tadi.

42
Tempat
Mau dimana? Bagaimana kalau di taman lagi?
Waktu
Mbak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 4 sore? Mari kita masukkan pada jadwal
kegiatan harian mbak. Baiklah mbak sampai jumpa.

43
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. S DENGAN
MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Nn. S

Pertemuan : Ke–4

Tanggal :

Jam : 16.00 WIB

1. Proses Keperawatan
Kondisi : Klien telah mengetahui kegiatan yang dapat dilakukan di RS dan telah
melatih satu kegiatan yang telah masuk jadwal kegiatan harian (ADL). Klien tampak
mampu melakukan kegiatan yang telah diajarkan, kontak mata klien saat berinteraksi
semakin membaik, klien mulai kooperatif, sudah tidak menunduk dan menyendiri.
Diagnosa : Isolasi sosial
TUK :
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
Rencana tindakan keperawatan
SP 4 (Pasien)
Evaluasi SP 1,2,3.
Latihan ADL (Kegiatan sehari-hari), cara bicara.
Masukkan jadwal kegiatan pasien

Strategi Komunikasi

1. Orientasi
Salam terapeutik
Selamat sore mbak!!
Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan mbak sore ini?
Coba kita lihat jadwalnya, nah kita beri tanda di sini (di jadwal) bahwa anda telah
melakukan.
Kontrak
Topik
Nah, sekarang kita akan latihan lagi kegiatan yang lain. Bagaimana mbak?
44
Tempat
Mau dimana mbak? Bagaimana kalau di taman lagi?
Waktu
Mau berapa lama mbak? Bagaimana kalau 15 menit?
2. Fase Kerja
Nah, ini daftar kegiatan yang dapat dilakukan di rumah sakit. Yang ini telah mbak
coba tadi. Sekarang mbak pilih yang mana? Bagus.
Mari kita praktikkan lagi. Ikuti saya. Dan nanti mbak coba sendiri. (perawat memberi
contoh langkah-langkah pelaksanaannya, sambil memotivasi klien mengikutinya).
Sekarang coba mbak lakukan sendiri sambil saya bantu. Bagus, ya benar, nah mbak
bisakan.
3. Terminasi
Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mbak setelah mencobanya sendiri?
Evaluasi obyektif
Jadi sudah berapa kegiatan yang mbak lakukan? Bagus jadi sudah tiga kegiatan.
Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau kegiatan barusan juga dilakukan secara teratur?
Bagaimana kalau kita masukkan di jadwal kegiatan harian mbak? Bagus.
Nah, mau jam berapa melakukannya (bawa jadwal dan tetapkan bersama klien).
Kontrak akan datang
Topik
Sudah 3 kegiatan yang mbak lakukan. Bagaimana kalau untuk pertemuan selanjutnya
kita berkumpul bersama dengan keluarga mbak.
Tempat
Besok tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di taman?
Waktu
Mbak mau jam berapa? Bagaimana kalau seperti biasa jam 09.00? baiklah mbak,
sampai jumpa.

45
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. S DENGAN
MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Keluarga Nn. S

Pertemuan : Ke–5

Tanggal :

Jam : 09.00 WIB

1. Proses Keperawatan
Kondisi klien : Klien sudah mampu mempraktikkan cara berkenalan dengan baik.
Klien tampak lebih baik saat berkenalan dengan perawat. Klien telah mengetahui
kegiatan yang dapat dilakukan di RS dan telah melatih dua kegiatan yang telah masuk
jadwal kegiatan harian (ADL). Klien tampak mampu melakukan kegiatan yang telah
diajarkan perawat, kontak mata klien saat berinteraksi membaik, klien mulai
kooperatif, sudah tidak menunduk dan menyendiri.
Diagnosa : Isolasi social
TUK :
Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan denga orang lain
Rencana tindakan keperawatan
SP 1 (keluarga)
Identifikasi masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
Penjelasan isos.
Cara merawat isos.
Latih (simulasi).
RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien.

Strategi Komunikasi

1. Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi Bu, boleh saya berbicara dengan Ibu? perkenalkan nama saya perawat
“...”. Ibu bisa panggil saya perawat “…”. Saya mahasiswi dari Stikes Bina Sehat

46
PPNI Mojokerto. Saya adalah perawat yang bertugas merawat anak ibu. Kalau boleh
tau, nama ibu siapa? Apa hubungannya dengan pasien?
Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan Ibu pagi ini? Menurut Ibu, bagaimana keadaan anak Ibu
sekarang? Bagaimana ceritanya kok bisa “......” dibawa kesini?
Kontrak
Topik
Bagaimana kalau kita diskusi tentang masalah anak Ibu dan cara perawatannya?
Tempat
Ibu mau kita diskusi dimana? Bagaimana kalau di taman?
Waktu
Ibu mau diskusi berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
2. Fase Kerja
Apa masalah yang Ibu hadapi dalam merawat mbak S? Apa yang sudah di lakukan?
Masalah yang dialami oleh mbak S disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga di alami pasien-pasien gangguan jiwa lain.
Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk.
Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat
berhubungan dengan orang lain, seperti ditolak, gagal dalam pendidikan/pekerjaan,
tidak dihargai atau berpisah dengan orang-orang terdekat.
Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seorang dapat mengalami
halusinasi yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.
Untuk menghadapi keadaan yang demikian Ibu dan anggota keluarga lainnya harus
bersabar menghadapi mbak S. Dan untuk merawat mbak S, keluarga perlu melakukan
beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan mbak
S yang caranya adalah sikap peduli pada mbak S dan jangan ingkar janji. Kedua,
keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada mbak S untuk dapat
melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan
jangan mencela kondisi pasien.
Selanjutnya jangan biarkan mbak S sendirian. Buat rencana atau jadwal bercakap-
cakap dengan mbak S. Misal, sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama,
melakukan kegiatan rumah tangga bersama.
Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu?

47
Begini cara komunikasinya, bu “Ibu lihat sekarang kamu sudah dapat bercakap-cakap
dengan orang lain. Perbincangannya juga lumayan lama Ibu senang sekali atas
perkembangan kamu, nak. Cobak kamu bincang-bincang dengan saudara yang lain.
Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjemaah. Kalau di rumah sakit
ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersama-sama keluarga
atau di mushola kampung. Bagaimana nak kamu mau cobak kan?”
Nah, cobak sekarang Ibu peragakan cara komunikasi seperti yang telah saya
contohkan.
Bagus Bu. Ibu telah memperagakan dengan baik sekali, sampai sini ada yang ingin
ditanyakan Bu?
3. Terminasi
Evaluasi subyektif
Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan tadi?
Evaluasi obyektif
Coba Ibu ulangi lagi apa yang di maksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang
yang mengalami isolasi sosial.
Selanjutnya dapat Ibu sebutkan kembali cara-cara merawat anak ibu yang mengalami
masalah isolasi sosial.
Bagus sekali Bu, Ibu dapat menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut.
Rencana tindak lanjut
Nanti kalau ketemu mbak S coba Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua
keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama.
Kontrak akan datang
Topik
Bagaimana kalau kita bertemu lagi besok untuk latihan langsung kepada mbak S?
Tempat
Besok ibu mau berlatih dimana? Bagaimana kalau di taman?
Waktu
Ibu besok mau berlatih jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00? Baiklah bu, sampai
jumpa.

48
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. S DENGAN
MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Keluarga Nn. S

Pertemuan : Ke–6

Tanggal :

Jam : 09.00 WIB

1. Proses Keperawatan
Kondisi
Kondisi klien : Klien sudah mampu mempraktikkan cara berkenalan dengan baik.
Klien tampak lebih baik saat berkenalan dengan perawat. Klien telah mengetahui
kegiatan yang dapat dilakukan di RS dan telah melatih dua kegiatan yang telah masuk
jadwal kegiatan harian (ADL). Keluarga tampak tenang ketika menjelaskan cara-cara
merawat anaknya yang mengalami isolasi social, keluarga tampak senang dengan
perkembangan yang dialami oleh klien.
Kondisi keluarga : Keluarga telah mengetahui cara merawat klien dan telah
berlatih dengan perawat.
Diagnosa : Isolasi sosial
TUK :
Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan denga orang lain
Rencana tindakan keperawatan
SP 2 (keluarga)
Evaluasi SP 1.
Latih (langsung ke pasien).
RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien.

Strategi Komunikasi

1. Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya? saya perawat “...” bu. Saya mahasiswi dari
Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya adalah perawat yang bertugas merawat anak
ibu. Saya yang kemarin membuat janji dengan ibu.
49
Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?
Ibu masih ingat latihan merawat anak Ibu seperti yang telah kita pelajari kemarin?
Kontrak
Topik
Pagi ini bisa Ibu praktikkan langsung ke mbak S.
Tempat
Dimana Ibu mau mempraktikkannya? Bagaimana jika di taman?
Waktu
Ibu mau berapa lama? Bagaimana jika 20 menit? sekarang mari kita temui mbak S di
taman.
2. Fase Kerja
Selamat pagi mbak S!! Bagaimana perasaan mbak S hari ini?
Ibu, mbak S ingin bercakap-cakap. Beri salam! Bagus, tolong mbak S tunjukkan
jadwal kegiatannya.
[kemudian anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut].
Nah, Ibu sekarang dapat mempraktikkan apa yang sudah kita latihkan kemarin.
[anda mengobservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya].
3. Terminasi
Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mbak S setelah berbincang-bincang dengan Ibu? Baiklah
sekarang saya dan Ibu mbak ke ruang perawat dulu. [anda dan keluarga
meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga]
Evaluasi obyektif
Mulai sekarang Ibu sudah dapat melakukan cara merawat tadi kepada mbak S.
Rencana tindak lanjut
Topik
Bagaimana kalau kita bertemu lagi besok untuk latihan lagi langsung kepada mbak S?
Tempat
Besok ibu mau berlatih dimana? Bagaimana kalau di taman?
Waktu
Ibu besok mau berlatih jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00? Baiklah bu, sampai
jumpa.

50
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. S DENGAN
MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Keluarga Nn. S

Pertemuan : Ke–7

Tanggal :

Jam : 09.00 WIB

1. Proses Keperawatan
Kondisi
Kondisi klien : Klien sudah mampu mempraktikkan cara berkenalan dengan baik.
Klien tampak lebih baik saat berkenalan dengan perawat. Klien telah mengetahui
kegiatan yang dapat dilakukan di RS dan telah melatih dua kegiatan yang telah masuk
jadwal kegiatan harian (ADL). Keluarga tampak tenang ketika menjelaskan cara-cara
merawat anaknya yang mengalami isolasi social, keluarga tampak senang dengan
perkembangan yang dialami oleh klien.
Kondisi keluarga : Keluarga telah mengetahui cara merawat klien dan telah
berlatih dengan perawat dan pasien serta sudah mampu merawat pasien.
Diagnosa : Isolasi sosial
TUK :
Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan denga orang lain
Rencana tindakan keperawatan
SP 3
Evaluasi SP 1 dan 2.
Latih (langsung ke pasien).
RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat pasien.

Strategi Komunikasi

1. Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya? Saya yang kemarin membuat janji dengan
ibu.

51
Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?
Ibu masih ingat latihan merawat anak Ibu seperti yang telah kita pelajari kemarin?
Kontrak
Topik
Pagi ini bisa Ibu praktikkan lagi langsung ke mbak S.
Tempat
Dimana Ibu mau mempraktikkannya? Bagaimana jika di taman?
Waktu
Ibu mau berapa lama? Bagaimana jika 20 menit? sekarang mari kita temui mbak S di
taman.
2. Fase Kerja
Selamat pagi mbak S!! Bagaimana perasaan mbak S hari ini?
Ibu, mbak S ingin bercakap-cakap. Beri salam! Bagus, tolong mbak S tunjukkan
jadwal kegiatannya.
[kemudian anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut].
Nah, Ibu sekarang dapat mempraktikkan apa yang sudah kita latihkan kemarin.
[anda mengobservasi keluarga mempraktikkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya].
3. Terminasi
Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mbak S setelah berbincang-bincang dengan Ibu? Baiklah
sekarang saya dan Ibu mbak ke ruang perawat dulu. [anda dan keluarga
meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga]
Evaluasi obyektif
Mulai sekarang Ibu sudah dapat melakukan cara merawat tadi kepada mbak S.
Rencana tindak lanjut
Topik
Bagaimana kalau kita bertemu lagi besok untuk mengevaluasi kemampuan pasien dan
keluarga Ibu dan akan mengajarkan rencana tindak lanjut keluarga.
Tempat
Besok ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di taman?
Waktu
Ibu besok mau berbincang-bincang jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00? Baiklah
bu, sampai jumpa.
52
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Nn. S DENGAN
MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama : Keluarga Nn. S

Pertemuan : Ke–8

Tanggal :

Jam : 09.00 WIB

1. Proses Keperawatan
Kondisi
Kondisi klien : Klien sudah mampu mempraktikkan cara berkenalan dengan baik.
Klien tampak lebih baik saat berkenalan dengan perawat. Klien telah mengetahui
kegiatan yang dapat dilakukan di RS dan telah melatih dua kegiatan yang telah masuk
jadwal kegiatan harian (ADL). Keluarga tampak tenang ketika menjelaskan cara-cara
merawat anaknya yang mengalami isolasi social, keluarga tampak senang dengan
perkembangan yang dialami oleh klien.
Kondisi keluarga : Keluarga telah mengetahui cara merawat klien dan telah
berlatih dengan perawat dan pasien serta sudah mampu merawat pasien.
Diagnosa : Isolasi sosial
TUK :
Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan denga orang lain
Rencana tindakan keperawatan
SP 4
Evaluasi kemampuan keluarga
Evaluasi kemampuan pasien
Rencana tindak lanjut keluarga
Follow up
Rujukan

53
Strategi Komunikasi

1. Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya? Saya yang kemarin membuat janji dengan
ibu.
Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?
Apakah Ibu sudah menjenguk mbak S? bagaimana kondisinya?
Kontrak
Topik
Bu, Bagaimana kalau kita ngobrol tentang sejauh mana kemampuan pasien dan
keluarga serta rencana tindak lanjut keluarga.
Tempat
Dimana Ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana jika di taman?
Waktu
Ibu mau berapa lama? Bagaimana jika 20 menit?
2. Fase Kerja
Bu kita sebelumnya sudah membahas dan berlatih bagaimana caranya merawat pasien
ya?
Coba ibu ceritakan apa yang ibu ingat dari latihan kita kemarin?
Saya akan menjelaskan kemampuan pasien saat ini
Apakah ada yang ibu tanyakan sejauh ini?
Saya juga akan mnjelaskan kemampuan keluarga selama berlatih dengan perawat dan
pasien
Sejauh ini apakah keluarga masih mengalami kesulitan dalam cara merawat pasien?
kalau ada coba ibu sampaikan
Bagaimana rencana tindak lanjut keluarga terhadap pasien? Apakah Ibu sudah
mengetahuinya? Jika tidak, perawat akan membantu mengarahkan keluarga.
3. Terminasi
Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi? Coba Ibu sebutkan apa
yang kita bahas tadi!!
Evaluasi obyektif
Mulai sekarang Ibu sudah dapat melakukan cara merawat mbak S di rumah.

54
Rencana tindak lanjut
Bu, perawat berharap keluarga dapat melakukan bagaimana cara merawat pasien
dengan baik selama dirumah. Sehingga keluarga atau pasien dapat mandiri dalam
melakukan aktivitas selama dirumah. (Rujukan pulang)

Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi aktivitas yang cocok untuk kasus di atas yaitu terapi aktivitas kelompok
sosialisasi. Hal tersebut dikarenakan klien sering menyendiri (menghindar dari orang lain),
komunikasi berkurang (bicara apabila ditanya, jawaban singkat), berdiam diri di kamar dalam
posisi meringkuk, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, wajah tampak sedih dan lebih sering
menunduk yang menunjukkan bahwa klien mengalami masalah dalam hubungan sosial
(isolasi sosial). Oleh karena itu, terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) cocok untuk
memfasilitasi kemampuan klien dengan masalah hubungan sosial agar klien dapat
bersosialisasi kembali dengan orang lain maupun lingkungannya serta dapat meningkatkan
hubungan interpersonal dan kelompok. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS)
dilakukan dalam 7 sesi dengan indikasi klien menarik diri yang sudah sampai pada tahap
mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik.

Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

1. Topik
Isolasi sosial
2. Tujuan
a) Umum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain dalam kelompok
secara bertahap dengan menyampaikan topic yang dibicarakan.
b) Khusus
Klien mampu :
a) Klien mampu memeperkenalkan diri.
b) Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.
c) Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
d) Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topic percakapan.
e) Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada
orang lain.
f) Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok.

55
g) Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan tentang
TAK sosialisasi yang telah dilakukan.
c) Landasan teori
Setiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada
beberapa tingkat hubungan yaitu dari hubungan intim biasa sampai hubungan
saling ketergantungan keintiman san sling ketergantungan dalam menhadapi dan
mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak akan mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial.
Kepuasan berhubungan dapat dicapai jika individu dapat terlibat secara aktif
dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai
respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki , kerja sama,
hubungan timbal balik yang sinkron (Stuart dan Sundeen, 1995 : 518).
Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses
tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa lanjut. Untuk
mengembangkan hubungan sosial yang positif, setiap tugan perkembangan
sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses. Pemutusan proses
berhubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap proses hubungan
yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respon lingkungan yang negative.
Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk
menghindar dari orang lain.
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antar satu
dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama
(Stuart & Sundeen, 1991). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar
belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya. Sedangkan kelompok
terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (sharing) tujuan,
umpamanya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan
denga orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternative untuk membantu
mengubah perilaku destruktif menjadi konstruktif (Yalom, 1995).
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu, dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.

56
Focus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self awarreness), peningkatan
hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.
Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi 4, salah satunya adalah terapi
aktivitas kelompok sosialisasi. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah salah
satu bentuk terapi yang membantu klien untuk melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada di sekitar klien. Sosialisasi adalah memfasilitasi psikoterapis
untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan
terhadap orang lain, mengekspresikan ide dan tukar persepsi dan menerima
stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan. Terapi aktivitas kelompok
sosialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien
dengan masalah hubungan sosial.
d) Klien
Kriteria
Klien menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil.
Sehat secara fisik.
Proses seleksi
Berdasarkan observasi klien sehari-hari.
Berdasarkan informasi dan diskusi dengan perawat ruangan mengenai prilaku
klien sehari-hari.
Hasil diskusi kelompok.
Berdasarkan asuhan keperawatan.
Adanya kesepakatan dengan klien
Pengorganisasian
Waktu
Hari/ Tanggal : Senin, 19 September 2016
Jam : 08.00-08.45 WIB
Acara : 45 menit
Pembukaan : 5 menit
Perkenalan pada klien : 2 menit
Perkenalan TAK : 5 menit
Persiapan : 10 menit
Permasalahan : 20 menit
Penutup : 3 menit

57
e) Tim terapis
1. Leader
Bertugas :
Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
Menetapkan jalannya tata tertib
Menjelaskan tujuan diskusi
Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada
kelompok terapi diskusi tersebut.
Kontrak waktu
Menyimpulkan hasil kegiatan
Menutup acara
2. Co leader

Bertugas :

Mendampingi leader jika terjadi bloking


Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
3. Observer
Bertugas :
Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
Mengobservasi perilaku pasien
4. Fasilitator
Bertugas :
Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan
Mendampingi peserta TAK
Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
f) Metode dan media
Metode
Dinamika kelompok
Diskusi dan tanyak jawab
Bermain peran/simulasi

58
Alat
Laptop dan speaker
Lagu “marilah kemari” (titiek puspa)
Bola tenis
Buku catatan dan bolpoin
Jadwal kegiatan klien
Flipchart/whiteboard dan sepidol
Kartu kwartet

Setting
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
Ruangan nyaman dan tenang

59
Pembagian tugas

Leader : Grahavita F. Y. S

Co Leader : M. Haris Hadi S

Observer : M. Arif Susanto

Fasilitator : 1. Nonse Hasan Ragil S

2. Lailul Khotimah

3. Hani Kurniasari

4. Rike Dwi P

Tata tertib dan antisipasi masalah tata tertib


Tata tertib
Peserta bersedia mengikuti kegitan TAK.
Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi.
Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan (TAK) berlangsung.
Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan kanan dan
berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, maka pemimpin akan meminta
persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK kepada anggota.

Antisipasi
Penanganan klien yang tidak aktif saat aktivitas kelompok :
Memanggil klien.
Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau
klien yang lain.
Bila klien meninggalksn permainan tanpa pamit :
Panggil nama klien.
Tanya alasan klien meninggalkan permainan.
Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada klien bahwa
klien dapat melaknsanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi.
Bila ada klien ingin ikut :

60
Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah dipilih.
Katakan pada klien ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut.
Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran pada
permainan tersebut.

Proses terapi aktivitas kelompok sosialisasi

Sesi 1 : TAKS kemampuan memperkenalkan diri

Jenis kegiatan : Mengoperkan bola

Kriteria klien :

Menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok
kecil
Sehat secara fisik

Tujuan : Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan : nama lengkap, nama
panggilan, asal, dan hobi.

Setting :

Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran


Ruangan nyaman dan tenang

Alat :

Laptop dan speaker


Lagu “marilah kemari” (titiek puspa)
Bola tenis
Buku catatan
Jadwal kegiatan klien

Metode :

Dinamika kelompok
Diskusi dan tanyak jawab
Bermain peran/simulasi

Langkah kegiatan :

Persiapan
61
Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu isolasi social : menarik diri
Membuat kontrak dengan klien.
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
Orientasi
Memberi salam terapeutik : salam dari terapis.
Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini
Kontrak :
Menjelaskan tujuan kegiatan, memperkenalkan diri.
Menjelaskan aturan main berikut.
Jika klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
Tahap kerja
Jelaskan kegiatan, yaitu lagu pada laptop akan dihidupkan serta bola diedarkan
berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu ke arah kiri) dan pada saat lagu dimatikan
maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya.
Hidupkan lagu pada laptop dan edarkan bola tenis berlawanan jarum jam.
Pada saat lagu dipause/berhenti, anggota kelompok yang memegang bola dapat giliran
untuk menyebut: salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh
terapis sebagai contoh.
Ulangi b, c, dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.
Tahap terminasi
Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain
di kehidupan sehari-hari.
Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien.
Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok.
Menyepakati waktu dan tempat.

62
Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk
menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien
sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 1, dievaluasi kemampuan klien
memperkenalkan diri secara dan nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.

Sesi 1: TAKS

Kemampuan memperkenalkan diri

Kemampuan verbal klien


N Nama klien
o Aspek yang di nilai

.
1 Menyebutkan nama
. lengkap
2 Menyebutkan nama
. panggilan
3. Menyebutkan asal

4 Menyebutkan hobi
.
Jumlah

Kemampuan nonverbal
N Nama klien
o Aspek yang dinilai
.
1 Kontak mata
.
2 Duduk tegak
.
3 Menggunakan bahasa
. tubuh yang sesuai

63
4 Mengikuti kegiatan dari
. awal sampai akhir

Jumlah

Petunjuk:
Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK.
Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda √ jika ditemukan pada
klien atau tanda × jika tidak ditemukan.
Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika
nilai 0,1, atau 2 klien belum mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Misalnya, klien mengikuti sesi 1 TAKS, klien mampu
memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal, di anjurkan klien memperkenalkan diri
pada klien lain di ruang rawat (buat jadwal)

Sesi 2 : TAKS kemampuan berkenalan

Jenis kegiatan : Mengoperkan bola

Kriteria klien :

Menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok
kecil
Sehat secara fisik

Tujuan :

Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok :

Memperkenalkan diri sendiri: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi;
Menanyakan diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal, dan
hobi.

Setting :

Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

64
Ruangan nyaman dan tenang

Alat :

Laptop dan speaker


Lagu “marilah kemari” (titiek puspa)
Bola tenis
Buku catatan dan pulpen
Jadwal kegiatan klien

Metode :

Dinamika kelompok
Diskusi dan tanyak jawab
Bermain peran / simulasi

Langkah kegiatan :
Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 1 TAKS
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
Memberi salam terapeutik
Salam dari terapis
Peserta dan terapis memakai papan nama
Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah telah mencoba memperkenalkan diri pada orang lain.
Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu berkenalan dengan anggota kelompok.
Menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
Tahap kerja
Hidupkan lagu pada laptop dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.

65
Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran
untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada disebelah kanan dengan cara :
Memberi salam;
Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi;
Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi lawan bicara;
Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
Ulangi a dan b sampai semua anggita kelompok mendapat giliran.
Hidupkan kembali lagu pada laptop dan edarkan bola. Pada saat lagu dimatikan, minta
pada anggota kelompok yang memegang bola untuk memperkenalkan anggota
kelompok yang di sebelah kanannya kepada kelompok, yaitu: nama lengkap, nama
panggilan, asal, dan hobi. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
Ulangi d sampai semua anggota mendapat giliran.
Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
Tahap terminasi
Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan berkenalan
Memasukkan kegiatan berkenalan pada jadwal harian klien.
Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikut, yaitu dengan bercakap-cakap tentang kehidupan
pribadi.
Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAKS Sesi 2, dievaluasi kemampuan klien dalam berkenalan secara verbal dan
nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.
Sesi 2 : TAKS
Kemampuan berkenalan

66
Kemampuan verbal
N Nama klien
o Aspek yang dinilai
.
1 Menyebutkan nama
. lengkap

2 Menyebutkan nama
. panggilan
3 Menyebutkan asal
.
4 Menyebutkan hobi
.
5 Menanyakan nama
. lengkap
6 Menanyakan nama
. panggilan
7 Menanyakan asal
.
8 Menanyakan hobi
.
Jumlah

Kemampuan nonverbal
N Nama klien
o Aspek yang dinilai
.
1 Kontak mata
.

2 Duduk tegak
.
3 Menggunakan
. bahasa tubuh yang

67
sesuai
4 Mengikuti kagiatan
. dari awal sampai
akhir
jumlah

Petunjuk:
Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.
Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda √ jika ditemukan pada
klien atau tanda × jika tidak ditemukan.
Jumlahkan kemampuan yang ditemukan.
Kemampuan verbal, disebut mampu jika mendapat nilai ≥6; disebut belum mampu
jika mendapat nilai ≤5.
Kemampuan verbal nonverbal, disebut mampu jika mendapat nilai 3 atau 4; disebut
belum mampu jika mendapat nilai ≤2.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Misalnya, jika nilai klien 7 untuk verbal dan 3 untuk nonverbal, catatan
keperawatan adalah: klien meengikuti TAKS Sesi 2, klien mampu berkenalan secara verbal
dan nonverbal, anjurkan klien berkenalan dengan klien lain, buat jadwal.

Sesi 3: TAKS kemampuan bercakap-cakap

Terapi Aktiitas Kelompok Sosialisasi (Sesi 3)

Jenis kegiatan : Mengoperkan bola

Kriteria klien :

Menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok
kecil
Sehat secara fisik

68
Tujuan : Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.

Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok.


Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.

Setting :

Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran


Ruangan nyaman dan tenang

Alat :

Laptop dan speaker


Lagu “marilah kemari” (titiek puspa)
Bola tenis
Buku catatan dan pulpen
Jadwal kegiatan klien

Metode :

Dinamika kelompok
Diskusi dan tanyak jawab
Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan :
Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 2 TAKS
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

Orientasi
Salam terapeutik

Pada tahap ini terapis melakukan:

Member salam terapiutik.


Peserta dan terapis memakai papan nama.
Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan dengan orang lain.
Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanyadan menjawab tentang kehidupan pribadi.

69
Menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
Tahap kerja
Hidupkan lagu pada laptop dan edarkan bola tenis berlawan dengan aarah jarum jam.
Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran
untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada di sebelah
kanan dengan cara :
Memberi salam
Memanggil pnggilan
Menanyakan kehidupan pribadi: orang terdekat/dipercayai/ disegani, pekerjaan
Dimulai oleh terapis sebagai contoh
Ulangi a dan sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member tepuk tangan.
Tahap terminasi
Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mangikuti TAK.
Member pujian atas keberhasilan kelompok.

Rencana tindak lanjut


Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang kehidupan
pribadidengan orang lain pada kehidupan sehari-hari
Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan harian klien.
Kontrak yang akan datang.
Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan topic
pembicaraan tertentu.
Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi

Evalusi dilakukan ketika proses tak berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Askep yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 3

70
dievaluasi kemampuan verbal dalam bertanya dan menjawab pada saat bercakap-cakap serta
kemampuan Nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.

Sesi 3: TAKS

Kemampuan bercakap-cakap

Kemampuan verbal : Bertanya

Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Mengajukan pertanyaan
yang jelas

2 Mengajukan pertanyaan
yang ringkas

3 Mengajukan pertanyaan
yang relevan

4 Mengajukan pertanyaan
secara spontan

Jumlah

Kemampuan verbal: Menjawab

Nama Klien
No Aspek yang dinilai

Menjawab dengan
1
jelas

Menjawab dengan
2
ringkas

71
Menjawab dengan
3
relevan

Menjawab dengan
4
spontas

Jumlah

Kemampuan nonverbal

Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Kontak mata

2 Duduk tegak

Menggunakan bahasa
3
tubuh yang sesuai

Mengikuti kegiatan
4
dari awal sampai akhir

Jumlah

Petunjuk:

Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien.


Untuk tiap klien semua aspek dinilai dengan member tanda √ jika ditemukan pada
klien dan tanda x jika tidak ditemukan.
Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4, klien mampu;
jika nilai ≤ 2 klien dianggap belum mampu.
Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAKS pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Misalnya, nilai kemampuan verbal bertanya 2, kemampuan verbal menjawab 2, dan
kemampuan nonverbal 2, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti TAKS sesi 3,
klien belum mampu bercakap-cakap secara verbal dan nonverbal. Dianjurkan latihan di
ruangan (buat jadwal).
72
Sesi 4 : TAKS kemampuan bercakap-cakap topik tertentu

Terapi Aktiitas Kelompok Sosialisasi (Sesi 4)

Jenis kegiatan : Mengoperkan bola

Kriteria klien :

Menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok
kecil
Sehat secara fisik

Tujuan :

Klien mampu menyampaikan topic pembicaraantertentu dengan anggota kelompok

Menyampaikan topic yang ingin dibicarakan.


Memilih topic yang ingin dibicarakan
Memberi pendapat tentang topic yang dipilih.

Setting :

Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran


Ruangan nyaman dan tenang

Alat :

Laptop dan speaker


Lagu “marilah kemari” (titiek puspa)
Bola tenis
Buku catatan dan pulpen
Jadwal kegiatan klien
Flipchart/whiteboard dan spidol

Metode :

Dinamika kelompok
Diskusi dan tanyak jawab
Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan :
Persiapan

73
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 3 TAKS
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Orientasi
Salam terapiutik
Pada tahap ini terapis melakukan :
Memberikan salam terapiutik
Peserta dan terapis memakai papan nama.
Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap dengan orang lain.
Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih, dan memberi pendapat
tentang topic percakapan.
Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
Tahap kerja
Hidupkan lagu pada laptop dan edarkan bola tenis berlawanan arah jarum jam.
Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran
untuk menyampaikan satu topic yang ingin dibicarakan. Dimulai oleh terapis sebagai
contoh. Misalnya ,“ cara bicara yang baik” atau “cara mencari teman”.
Tuliskan pada flipchart/whiteboard topic yang disampaikan secara berurtan.
Ulangi a,b, dan c sampai semua anggota kelompok menyampaikan topic yang ingin
dibicarakan.
Hidupkan lagi lagu dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota yang
memegang bola memilih topic yang disukai untuk dibicarakan dari daftar yang ada.
Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih topic.
Terapis membantu menetapkan topic yang paling banyak dipilih.
Hidupkan lagi lagu dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota yang
memegang bola menyampaikan pendapat tentang topic yang dipilih.
Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.
Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.
Tahap terminasi
Evaluasi
74
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
Rencana tindak lanjut
Menganjurkan setiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang topic tertentu dengan
orang lain pada kehidupan sehari-hari.
Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan harian klien.
Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu menyampaikan dan membicarakan maslah
pribadi.
Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAKS sesi 4 dievaluasi kemampuan verbal menyampaikan, memilih, dan memberi
pendapat tentang topic percakapan serta kemampuan nonverbal dengan menggunakan
formulir evaluasi berikut.

Sesi 4: TAKS

Kemampuan bercakap-cakap topic tertentu

Kemampuan verbal : Menyampaikan topik

Nama Klien
No Aspek yang dinilai

Menyampaikan topic
1
dengan jelas

Menyampaikan topic secara


2
ringkas

Menyampaikan topic yang


3
relevan

4 Menyampaikan topic secara

75
spontan

Jumlah

Kemampuan verbal: Memilih topik

Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Memilih topic dengan jelas

Memilih topic secara


2.
ringkas

3. Memilih topic yang relevan

Memilih topic secara


4.
spontas

5. Jumlah

Kemampuan verbal: member pendapat

Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Memberi pendapat dengan


jelas

2. Memberi pendapat secara


ringkas

3. Memberi pendapat yang


relevan

4. Memberi pendapat secara


spontan

76
Jumlah

Kemampuan nonverbal

No Aspek yang dinilai Nama Klien

1. Kontak mata

2. Duduk tegak

3. Menggunakan bahasa tubuh


yang sesuai

4. Mengikuti kegiatan dari


awal sampai akhir

Jumlah

Petunjuk:
Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS.
Untuk tiap klien semua aspek dinilai dengan member tanda √ jika ditemukan pada
klien atau tanda x jika tidak ditemukan.
Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4, klien mampu;
jika nilai ≤ 2 klien dianggap belum mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika TAKS. Misalnya, kemampuan verbal
menyampaikan dan memilih topic percakapan 3, kemampuan memberi pendapat 2, dan
kemampuan nonverbal 2. Oleh karena itu, catatan keperawatan adalah: klien mengikuti TAKS
sesi 4, klien mampu menyampaikan dan memilih topic percakapan, tetapi belum mampu
memberi pendapat. Secara nonverbal juga belum mampu. Dianjurkan untuk melatih klien
bercakap-cakap dengan topic tertentu di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 5: TAKS kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi

Jenis kegiatan : Mengoperkan bola


77
Kriteria klien :

Menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok
kecil
Sehat secara fisik

Tujuan :

Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain:

Menyampaikan masalah pribadi


Memilih satu masalah untuk dibicarakan
Memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih

Setting :

Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran


Ruangan nyaman dan tenang

Alat :

Laptop dan speaker


lagu “marilah kemari” (titiek puspa)
Bola tenis
Buku catatan dan pulpen
Jadwal kegiatan klien
Flipchart/whiteboard dan sepidol

Metode :

Dinamika kelompok
Diskusi dan tanyak jawab
Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan :
Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sesi 4 TAKS
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
Memberi salam
Salam terapis
78
Klien dan terapis memakai papan nama
Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap tentang topik/hal tertentu dengan
orang lain
Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih dan memberi pendapat
tentang masalah pribadi
Menjelaskan aturan main berikut
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Tahap kerja
Hidupkan lagu pada laptop dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam
Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran
untuk menyampaikan satu masalah pribadi yang ingin dibicarakan. Dimulai oleh
terapis sebagai contoh. Misalnya, “sulit bercerita” atau “tidak diperhatikan
ayah/ibu/kakak/teman”.
Tuliskan pada flipchart/whiteboard masalah yang disampaikan
Ulangi a, b dan c sampai semua anggota kelompok menyampaikan masalah yang ingin
dibicarakan
Hidupkan lagi lagu dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota yang
memegang bola memilih masalah yang ingin dibicarakan
Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih masalah yang ingin dibicarakan
Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih
Hidupkan lagi lagu dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota ynag
memegang bola menyampaikan pendapat tentang masalah yang dipilih
Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampikan pendapat
Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan
Tahap terminasi
Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
Rencana tindak lanjut

79
Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan
orang lain pada kehidupan sehari-hari
Memasukkan kegiatan bercakap-cakap tentang masalah pribadi pada jadwal kegiatan
harian klien
Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu bekerja sama dalam kelompok
Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan menggunakan formulir di bawah ini pada saat proses TAK berlangsung,
Khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi 5, dievaluasi kemampuan verbal klien menyampaikan,
memilih dan memberi pendapat tentang percakapan mengenai masalah pribadi, serta
kemamouan nonverbal

Sesi 5: TAKS

Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi

Kemampuan verbal: Menyampaikan topik


N Nama klien
o Aspek yang dinilai
.
1 Menyampaikan
. topik dengan jelas
2 Menyampaikan
. topik secara ringkas
3 Menyampaikan
. topik yang relevan
4 Menyampaikan
. topik secara spontan
Jumlah

Kemampuan verbal : Memilih topik

80
Nama klien
N
Aspek yang dinilai
o

1 Memilih topik dengan


. jelas
2 Memilih topik secara
. ringkas
3 Memilih topik yang
. relevan
4 Memilih topik secara
. spontan
Jumlah

Kemampuan verbal: Memberi pendapat tentang masalah


Nama klien
N
Aspek yang dinilai
o

1 Memberi pendapat
. dengan jelas
2 Memberi pendapat
. secara ringkas
3 Memberi pendapat
. ynag relevan
4 Memberi pendapat
. secara spontan
Jumlah

Kemampuan nonverbal
Nama klien
N
Aspek yang dinilai
o

1 Kontak mata

81
.
2 Duduk tegak
.
3 Menggunakan bahasa
. tubuh yang sesuai
4 Mengikuti kegiatan
. dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk:
Di bawh judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS
Untuk tiap klien semua aspek dinilai dengan memberi tanda  jika ditemukan pada
klien atau tanda × jika tidak ditemukan
Jumlah kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4, klien mampu; jika
nilai ≤2, klien belum mampu

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAKS pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Misalnya, kemampuan menyampaikan topik masalah pribadi yang akan
dipercakapkan 3, memilih dan memberi pendapat 2, kemampuan nonverbal 4. Untuk itu,
catatan keperawatannya adalah : klien mengikuti TAKS Sesi 5, klien mampu memilih dan
memberi pendapat, tetapi nonverbalnya baik. Anjurkan/latih untuk bercakap-cakap tentang
masalah pribadi dengan perawat dan klien lain di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 6 : TAKS kemampuan bekerja sama

Jenis kegiatan : Mengoperkan bola

Kriteria klien :

Menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok
kecil
Sehat secara fisik
82
Tujuan :

Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok:

Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain


Menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan permintaan

Setting :

Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran


Ruangan nyaman dan tenang

Alat :

Laptop dan speaker


Lagu “marilah kemari” (titiek puspa)
Bola tenis
Buku catatan dan pulpen
Jadwal kegiatan klien
Kartu kwartet

Metode :

Dinamika kelompok
Diskusi dan tanyak jawab
Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan :
Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sesi 5 TAKS
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Orientasi
Salam terapeutik
Salam dari terapis
Klien dan terapis memakai papan nama
Evaluasi/validasi
Menyampaikan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan
orang lain
Kontrak

83
Menjelaskan tujuan kegiata, yaitu denga bertanya dan meminta kartu yang diperlukan
serta menjawab dan memberi kartu pada anggota kelompok
Menjelaskan aturan main berikut:
Jiak ada klien ang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin pada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Tahap kerja
Terapis membagi empat buah kartu kwartet ntuk setiap anggota kelompok. Sisanya
diletakkan di atas meja
Terapis meminta tiap anggota kelompok menyusun kartu sesuai dengan seri (satu seri
mempunyai 4 kartu)
Hidupkan lagu pada laptop dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam
Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola memulai
permainan berikut:
Meminta kartu yang dibutuhkan (seri yang belum lengkap kepada anggota kelompok
di sebelah kanannya
Jika kartu yang dipegang serinya lengkap, diumumkan pada kelompok dengan
membaca judul dan subjudul
Jika kartu yang dipegang serinya tidak lengkap diperkenankan mengambil satu kartu
dari tumpukan kartu di atas meja
Jiak anggota kelompok memberikan kartu yang dipegang pada yang meminta, ia
berhak mengambil satu kartu dari tumpukan kartu di atas meja
Setiap menerima kartu, diminta mengucapkan terima kasih
Ulangi c dan d jika d. 2 atau d. 3 terjadi
Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan
Tahap terminasi
Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
Rencana tindak lanjut
Menganjurkan setiap anggota kelompoklatihan bertanya, meminta, menjawab dan
memberi pada kehidupan sehari-hari (kerja sama)
Memasukkan kegiatan bekerja sama pada jadwal kegiatan harian klien
Kontrak yang akan datang
84
Menyepakati kegiatan berikut, yaitu mengevaluasi kegiatan TAKS
Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan menggunakan formulir di bawah ini pada saat proses TAK
berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan verbal
klien dalam bertanya, meminta, menjawab dan memberi serta kemampuan nonverbal.

Sesi 6 : TAKS

Kemampuan bekerja sama

Kemampuan verbal: Bertanya dan meminta

Nama klien
No Aspek yang dinilai

Bertanya dan meminta


1.
dengan jelas

Bertanya dan meminta


2.
dengan ringkas

Bertanya dan meminta secara


3.
relevan

Bertanya dan meminta secara


4.
spontan

Jumlah

Kemampuan verbal: Menjawab dab memberi

Nama klien
No. Aspek yang dinilai

1. Menjawab dan memberi

85
dengan jelas

Menjawab dan memberi


2.
dengan ringkas

Menjawab dan memberi


3.
secara relevan

Menjawab dan memberi


4.
secara spontan

Jumlah

Kemampuan nonverbal

Nama klien
No. Aspek yang dinilai

1. Kontak mata

2. Duduk tegak

Menggunakan bahasa
3.
tubuh yang sesuai

Mengikuti kegiatan dari


4.
awal sampai akhir

Jumlah

Petunjuk:

Di bawh judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS
Untuk tiap klien semua aspek dinilai dengan memberi tanda  jika ditemukan pada
klien atau tanda × jika tidak ditemukan
Jumlah kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4, klien mampu; jika
nilai ≤2, klien belum mampu

86
Dokumentasi

Dokumentasi kemampan yang dimiliki klien saat TAK berlangsung, pada catata proses
keperawatan tiap klien. Misalnya kemmapuan verbal bertanya, meminta, menjawab dan
memberi serta kemampuan nonverbal 4, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti
TAKS Sesi 6, klien mampu secara verbal dan nonverbal dalam bertanya, meminta, menjawab
dan memberi. Anjurkan klien melakukannya di ruang rawat (buat jadwal)

Sesi 7 : TAKS evaluasi kemampuan sosialisasi

Jenis kegiatan : Mengoperkan bola

Kriteria klien :

Menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok
kecil
Sehat secara fisik
Tujuan : Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok
yang telah dilakukan.

Setting :

Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran


Ruangan nyaman dan tenang

Alat :

Laptop dan speaker


Lagu “marilah kemari” (titiek puspa)
Bola tenis
Buku catatan dan pulpen
Jadwal kegiatan klien

Metode :

Dinamika kelompok
Diskusi dan tanyak jawab
Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan :
Persiapan

87
Meningkatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 6 TAKS.
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
Orientasi
Salam terapiutik
Salam dari terapis.
Klien dan terapis memakai papan nama.
Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
Menanyakan apakah telah latihan berkeja sama dengan orang lain.
Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan manfaat enam kali pertemuan
TAKS.
Menjelaskan aturan main berikut :
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
Tahap kerja
Hidupkan lagu pada laptop dan edarkan bola tenis berlawanan jarum jam.
Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola dapat giliran untuk
menyebut: salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh terapis
sebagai contoh.
Ulangi b, c, dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.
Tahap terminasi
Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
Menyimpulkan 6 kemampuan pada 6 kali pertemuan yang lalu.

Rencana tindak lanjut


Menganjurkan tiap anggota kelompok tetap melatih diri untuk enam kemampuan yang
telah dimiliki, baik di RS maupun dirumah.
Melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk memberi dukungan pada
klien dalam menjalankan kegitan hidup sehari-hari.
Kontrak yang akan datang
88
Menyepakati rencana evaluasi kemampuan secara periodic.
Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi digunakan dengan menggunakan formulir dibawa ini saat proses TAK
berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasikan adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 7, dievaluasikan
kemampuan klien menyampaikan manfaat TAKS yang telah berlangsung 6 sesi secara
verbal dan disertai dengan kemampuan nonverbal.
Sesi 7 : TAKS
Evaluasi kemampuan sosialisasi
Kemampuan verbal : menyebutkan manfaat enam kali TAKS
N Nama klien
o Aspek yang dinilai
.
Menyebutkan
1
manfaat secara
.
jelas
Menyebutkan
2
manfaat secara
.
ringkas
Menyebutkan
3. manfaat yang
relevan
Menyebutkan
4
manfaat secara
.
spontan
Jumlah

Kemampuan nonverbal
N Nama klien
o Aspek yang di nilai
.

1 Kontak mata

89
.
2 Duduk tegak
.
Menggunakan
3. Bahasa tubuh yang
sesuai
4 Mengikuti kegiatan
. awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk
Dibawah ini judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.
Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda √ jika ditemukan pada
klien atau × jika ditemukan.
Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4, berati klien
mampu dan jika nilai kurang ≤ 2, klien belum mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika akhir TAKS pada catatan
proses keperawatan setiap klien. Disimpulkan kemampuan yang telah dapat diterapkan
oleh klien sehari-hari. Untuk klien yang telah mampu, maka dianjurkan dan dievaluasi
pada kegiatan sehari-hari (melalui kegiatan harian). Jika klien beum mampu klien
dapat disertakan pada kelompok TAKS yang baru.

Peran dan Fungsi Perawat Jiwa


Terapi psikofarmaka
Peran dan fungsi perawat jiwa dalam terapi psikofarmaka yaitu :
Pelaksana
Mengumpulkan data sebelum pengobatan, meliputi :
Riwayat penyakit
Diagnosis medis
Hasil pemeriksaan laboratorium
Riwayat pengobatan :

90
Obat psikiatrik sebelumnya yang dipakai
Obat non psikiatrik sebelumnya yang dipakai
Pemakaian obat jalanan
Jenis obat yang digunakan (lima benar)
Monitor efek samping
Monitor terapi
Monitor efek samping, beri tindakan, rujuk ke dokter
Melaksanakan prinsip-prtnsip pengobatan psikofarmakologi
Prinsip pemberian obat
Persiapan
Obat
Cek lembaran obat klien, identifikasi jenis obat, cara pemberian dan dosis obat
Cek kemasan obat, dosis, efek samping dan cara pemberian
Klien
Kaji riwayat pengobatan klien : ada reaksi yang tidak diinginkan selama pemberian
obat
Kaji pengetahuan klien tentang obat
Kaji kondisi klien sebelum obat dberikan
Pemberian obat
Lima benar peberian obat : benar obat, dosis, klien, cara dan waktu pemberian
Benar pendokumentasian
Evaluasi
Observasi efek samping obat setelah pemberian obat
Catat pada blanko status jika dalam 1 jam tidak ada efek samping
Memberi tanda tangan atau nama jelas pada lembar obat : untuk aspek legal
Pendekatan khusus dalam pemberian obat
Pendekatan khusus dalam pemberian obat pada klien dengan perilaku menarik diri
yaitu :
Lakukan pengawasan pada klien secara ketat termasuk kemungkinan penyimpanan
obat
Beri perhatian dan dukungan agar klien memiliki semangat hidup kembali
Tingkatkan harga diri klien
Kerahkan dukungan sosial yang dimiliki klien
Pendidik
Memberikan pendidikan kesehatan kepada :
91
Klien : tentang obat yang diminum karena sering dianggap tidak ada manfaat
Keluarga : karena adanya anggapan jika klien sudah pulang tidak perlu lagi minum
obat di rumah, padahal masih memiliki resiko kambuh

Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi tentang :

Jenis obat, jelaskan nama, bentuk dan ukuran


Keuntungsn dan resiko yng mungkin terjadi
Terapi tambahan selain obat
Apa yang perlu dilakukan dan menghubungi siapa jika ada masalah atau
ketidakjelasan dalam program pengobatan
Pengelola
Mengkoordinasikan obat dengan Th/ modalitas
Atur Th/ modalitas yang lain agar klien tidak mengalami bahaya
Hindarkan Th/ modalitas yang butuh konsentrasi tinggi
Melaksanakan program pengobatan berkelanjutan
Perawat penghubung antara klien dan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
setelah klien selesai dirawat : puskesmas, klinik jiwa
Jelaskan pentingnya program pengobatan berkelanjutan
Jelaskan konsekuensi jika memberhentiksn obat tanpa konsultasi dan tidak sesuai
program
Menyesuaikan dengan terapi nonfarmakologi
Peran perawat diperluas menjadi terapis
Peneliti
Ikut serta dalam riset klinik interdisipliner
Menyiapkan sampel, informed consent, pemilihan responden, perlakuan,
menggunakan placebo, dsb.
Pengembangan ilmu sehingga efektif dan efisien

ECT
Peran dan fungsi perawat jiwa dalam ECT (Electro Convulsive Therapy) secara umum
yaitu :
Educator

92
Perawat memberikan edukasi kepada klien dan keluarga/wali klien mengenai ECT, manfaat,
indikasi & kontraindikasi, prosedur pelaksanaan, berapa kali dilakukan, dan efek samping dari
ECT.

Collaborator
Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk pelaksanaan ECT.
Care giver

Perawat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada
pasien sebelum dan sesudah dilakukan ECT.

Sedangkan peran perawat yang spesifik sebelum dan sesudah ECT yaitu sebagai berikut :

Peran dan fungsi perawat jiwa dalam persiapan klien sebelum tindakan ECT
Anjurkan pasien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur tindakan yang akan
dilakukan.
Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya kelainan
yang merupakan kontraindikasi ECT.
Siapkan surat persetujuan tindakan.
Klien dipuasakan 4-6 jam sebelum tindakan.
Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau jepit rambut yang mungkin dipakai
klien.
Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi.
Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam sebelum ECT.
Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif hipnotik, dan
antikonvulsan, harus dihentikan sehari sebelumnya. Litium biasanya dihentikan
beberapa hari sebelumnya karena beresiko organik.
Premedikasi dengan injeksi SA (sulfatatropin) 0,6-1,2 mg setengah jam sebelum ECT.
Pemberian antikolinergik ini mengendalikan aritmia vagal dan menurunkan sekresi
gastrointestinal (Riyadi, 2009).

Persiapan alat :

Perlengkapan dan peralatan terapi, termasuk pasta dan gel elektroda, bantalan kasa,
alkohol, saling,elektroda elektroensefalogram (EEG), dan kertas grafik.
Peralatan untuk memantau, termasuk elektrokardiogram (EKG) dan elektroda EKG.

93
Manset tekanan darah, stimulator saraf perifer, dan oksimeter denyut nadi.
Stetoskop.
Palu reflex.
Peralatan intravena.
Penahan gigitan dengan wadah individu.
Pelbet dengan kasur yang keras dan bersisi pengaman serta dapat meninggikan bagian
kepala dan kaki.
Peralatan penghisap lender.
Peralatan ventilasi, termasuk slang, masker, ambu bag, peralatan jalan nafas oral, dan
peralatan intubasi dengan sistem pemberian oksigen yang dapat memberikan tekanan
oksigen positif. Obat untuk keadaan darurat dan obat lain sesuai rekomendasi staf
anastesi (Stuart, 2007).

Prosedur pelaksanaan

Menurut pendapat Stuart (2007) berikut prosedur pelaksanaan terapi kejang listrik:

Berikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur.


Dapatkan persetujan tindakan.
Pastikan status puasa pasien setelah tengah malam.
Minta pasien untuk melepaskan perhiasan, jepit rambut, kaca mata, dan alat bantu
pendengaran. Semua gigi palsu dilepaskan, tambahan gigi parsial dipertahankan.
Pakaikan baju yang longgar dan nyaman.
Kosongkan kandung kemih pasien.
Berikan obat praterapi.
Pastikan obat dan peralatan yang diperlakukan tersedia dan siap pakai.
Bantu pelaksanaan ECT.
Tenangkan pasien.
Dokter atau ahli anastesi memberikan oksigen untuk menyiapkan pasien bila terjadi
apnea karena relaksan otot.
Berikan obat.
Pasang spatel lidah yang diberi bantalan untuk melindungi gigi pasien.
Pasang elektroda. Kemudian berikan syok.
Pantau pasien selama masa pemulihan.

94
Peran dan fungsi perawat jiwa setelah ECT

Berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan perawat untuk membantu klien dalam masa
pemulihan setelah tindakan ECT dilakukan yang telah dimodifikasi dari pendapat Stuart
(2007) dan Townsen (1998). Menurut pendapat Stuart (2007) memantau klien dalam masa
pemulihan yaitu dengan cara sebagai berikut :

Bantu pemberian oksigen dan pengisapan lendir sesuai kebutuhan.


Pantau tanda-tanda vital.
Setelah pernapasan pulih kembali, atur posisi miring pada pasien sampai sadar.
Pertahankan jalan napas paten.
Jika pasien berespon, orientasikan pasien.
Ambulasikan pasien dengan bantuan, setelah memeriksa adanya hipotensi postural.
Izinkan pasien tidur sebentar jika diinginkannya.
Berikan makanan ringan.
Libatkan dalam aktivitas sehari-hari seperti biasa, orientasikan pasien sesuai
kebutuhan.
Tawarkan analgesik untuk sakit kepala jika diperlukan.

Terapi lingkungan
Peran dan fungsi perawat jiwa dalam terapi lingkungan yaitu :
Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman
Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab, menyenangkan,
saling menghargai di antara sesame perawat, petugas kesehatan, dan pasien.
Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau keadaan-
keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien atau perawat.
Menciptakan suasana yang nyaman.
Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang lain
seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.

Penyelenggara proses sosialisasi


Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain,
sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain.
Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan perilakunya
secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan tertentu.

95
Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang
baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada waktu
yang luang.

Sebagai teknis perawatan


Fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien, memberikan
obat-obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang
menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam
terapi tersebut.

Sebagai leader atau pengelola.


Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang
mendukung penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara
psikologis kepada pasien.

Rehabilitasi dan okupasi terapi

Peran perawat jiwa dalam rehabilitasi dan okupasi terapi yaitu sebagai berikut :

Pada tahap persiapan

Peran Perawat pada klien dengan gangguan jiwa Peran Perawat pada klien dengan gangguan
jiwa

Peran stranger (orang yang tidak dikenal)

Hal yang pertama terjadi ketika perawat dan klien bertemu mereka belum saling mengetahui
maka klien diperlakukan secara biasanya. Klien akan memerlukan dan mencari bimbingan
seorang yang professional. Perawat menolong klien untuk mengenali dan memahami
masalahnya dan menentukan apa yang diperlukannya. Hal ini dilakukan dengan cara
membina hubungan saling percaya :

Perawat mengucapkan salam kepada klien


Bersikap terbuka dengan mendengarkan apa yang klien sampaikan
Memanggil klien dengan nama yang disukai
Menyapa klien dengan ramah
Peran pendidik

96
Merupakan kombinasi dari seluruh peran dan selalu berasal dari apa yang klien tidak ketahui
dan dikembangkan dari keinginan dan minatnya dalam menerima dan menggunakan
informasi. Perawat memberikan jawaban dari pertanyaan–pertanyaan yang spesifik meliputi
segala hal tentang rehabilitasi yang dijalani oleh klien dan menginterpretasikan kepada klien
dan keluarga bagaimana cara perawatan klien dan rencana perawatan selanjutnya setelah
dilakukan rehabilitasi.

Peran wali/pendamping

Klien menganggap perawat sebagai peran walinya. Sikap dan tingkah laku perawat
menciptakan suatu perasaan tertentu dalam diri klien yang bersifat reaktif dan muncul dari
hubungan sebelumnya.

Peran kepemimpinan/manajer kasus.

Membantu klien mengerjakan tugas-tugas melalui hubungan yang kooperatif dan partisipasi
aktif yang demokratis antar tim kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan rehabilitasi dengan
mengkomunikasikan tim rehabilitasi tentang jadwal dan jenis kegiatan rehabilitasi yang
dilaksanakan klien untuk kelangsungan perawatan secara berkesinambungan

Peran pelaksana

Memberikan obat sesuai dengan hasil kolaborasi dengan medis yang diperlukan.

Pada tahap pelaksanaan

Peran Perawat pada klien dengan gangguan jiwa menurut Peplau dalam Potter Perry (2005)
yaitu :

Peran pelaksana
Membimbing/mengajarkan klien jenis kegiatan rehabilitasi sesuai dengan kemampuan
klien
Mengobservasi perilaku klien selama kegiatan rehabilitasi
Memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi
Memberikan dukungan jika klien belum bisa menyelesaikan kegiatan rehabilitasi
sesuai rencana
Peran wali/pendamping

Fungsi perawat disini membimbing klien mengenali dirinya dengan sosok yang ia bayangkan
dengan mendampingi klien selama kegiatan rehabilitasi.
97
Tahap pengawasan dan evaluasi

Peran Perawat pada klien dengan gangguan jiwa menurut Peplau dalam Potter Perry (2005)
yaitu :

Peran pendidik

Merupakan kombinasi dari seluruh peran dan selalu berasal dari apa yang klien tidak ketahui
dan dikembangkan dari keinginan dan minatnya dalam menerima dan menggunakan
informasi. Perawat memberikan jawaban dari pertanyaan–pertanyaan yang spesifik meliputi
segala hal tentang rehabilitasi yang dijalani oleh klien dan menginterpretasikan kepada klien
dan keluarga bagaimana cara perawatan klien dan rencana perawatan selanjutnya setelah
dilakukan rehabilitasi.

Peran Kepemimpinan/manajer kasus.

Membantu klien mengerjakan tugas-tugas melalui hubungan yang kooperatif dan partisipasi
aktif yang demokratis antar tim kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan rehabilitasi dalanm
hal ini dengan sosial worker untuk untuk home visite jika klien sudah kooperatif dan
direncanakan akan dilakukan pemulangan ke rumah.

Peran pelaksana
Melakukan dokumentasi dengan menerapkan prinsip dokumen

PKMRS
Satuan Acara Penyuluhan
pada Keluarga dengan Klien Isolasi Sosial

Topik : Gangguan Jiwa

Hari/tanggal : Sabtu, 24 September 2016

Waktu : 25 menit

98
Sasaran : Keluarga Nn. S

Penyuluh : Nonse Hasan Ragil Saputri

Tempat : Taman di Rumah Sakit Jiwa

Pokok bahasan
Isolasi sosial

Sub pokok bahasan


Pengertian dari isolasi sosial
Penyebab isolasi sosial
Tanda dan gejala isolasi sosial
Keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
Perawatan pada klien dengan isolasi sosial di rumah

Tujuan
Tujuan instruksional umum (TIU)

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 25 menit tentang isolasi sosial, diharapkan keluarga
Nn. S mampu mengerti dan memahami tentang isolasi sosial serta dapat menerapkan
perawatan pada pasien dengan isolasi sosial.

Tujuan instruksional khusus (TIK)

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 25 menit tentang isolasi sosial diharapkan keluarga
Nn. S mampu :

Menjelaskan pengertian isolasi sosial


Menjelaskan penyebab isolasi sosial
Menjelaskan tanda dan gejala isolasi sosial
Menjelaskan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
Menjelaskan perawatan di rumah pada klien dengan isolasi sosial

Kegiatan penyuluhan
99
W Met
Tah
a Kegiatan ode
ap
k fasilitator/pem Kegiatan dan
kegi
t ateri Me
atan
u dia

3 Pem Mengucapkan Menjawab


buka salam salam
m an Memperkenalka Mendengark
e n diri an dan
n memperhati
i kan
t Menyampaikan Memperhati
kontrak waktu kan dan
menyetujui
Cer
Menjelaskan kontrak
ama
topik waktu
h
penyuluhan Mendengark
Menjelaskan an dan
tujuan memperhati
penyuluhan kan
Mendengark
an dan
memperhati
kan

1 Inti Menjelaskan
7 tentang :
Pengertian Mendengark
m isolasi sosial an dan Cer
e memperhati ama
n Penyebab isolasi kan h
i sosial Mendengark Dis
t an dan kusi
memperhati

100
Tanda dan kan
gejala isolasi Mendengark Leaf
sosial an dan let
memperhati PPT
kan
Keuntungan Mendengark
berhubungan an dan
dengan orang memperhati
lain dan kan
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain
Perawatan di
rumah pada
klien dengan Mendengark
isolasi sosial an dan
Memberikan memperhati
kesempatan kan
kepada peserta
penyuluhan
untuk bertanya Mengajukan
Menjawab pertanyaan
pertanyaan
yang diajukan
peserta

Mendengark
an dan
memperhati
kan jawaban

5 Penu Menyimpulkan Mendengark Cer


tup materi an dan ama
m penyuluhan memperhati h
101
e yang telah kan Dis
n disampaikan kusi
i Melakukan Menjawab
t evaluasi pertanyaan
Mendengark
Mengucapkan an dan
terima kasih atas memperhati
perhatian dan kan
waktu yang
telah diberikan
Menutup Menjawab

penyuluhan dan salam

mengucapkan
salam

Evaluasi
Evaluasi struktur
Keluarga Nn. S yang menjadi peserta penyuluhan
Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana
Yang mengikuti penyuluhan dapat menyetujui kontrak waktu yang telah disepakati
dan bersedia mendengarkan serta memperhatikan penyuluhan yang diberikan oleh
penyaji
Evaluasi proses
Peran dan tugas Nn. S sesuai dengan perencanaan
Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
Lebih dari 80% peserta aktif
Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan
Evaluasi hasil
Keluarga Nn. S mampu menjelaskan pengertian isolasi sosial
Keluarga Nn. S mampu menjelaskan penyebab isolasi sosial
Keluarga Nn. S mampu menjelaskan tanda dan gejala isolasi sosial

102
Keluarga Nn. S mampu menjelaskan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Keluarga Nn. S mampu menjelaskan cara perawatan di rumah pada klien dengan
isolasi sosial

Daftar pustaka

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan jiwa (Aplikasi praktik klinik). Edisi pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Dalami, Ernawati. 2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa. Jakarta : TIM.

Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.

Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas: CMHN (basic
course). Jakarta : EGC.

Materi penyuluhan

Definisi isolasi sosial

Isolasi sosial adalah keadaaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Purba, dkk, 2008).

Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindar interaksi dengan orang
lain dan lingkungan (Dalami, dkk, 2009).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
mengatakan sikap negatif atau mengancam. Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang
di alami oleh seseorang karna orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
(Twondsend, 1998).

103
Isolasi sosial adalah suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian
yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
seseorang dalam berhubungan sosial (Depkes RI, 2000).

Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan
dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya secara wajar dalam khayalaknya sendiri
yang tidak realistis.

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan, keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
membentuk kontrak.

Isolasi sosial merupakan proses pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun
lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara menarik diri secara
fisik maupun psikis.

Kesimpulan isolasi social adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme
individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan
orang lain dan lingkunagan.

Penyebab isolasi sosial


Faktor predisposisi

Faktor perkembangan

Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan social berkembang sesuai dengan
proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat
mengembangkan hubungan social yang positif diharapkan setiap tahapan perkembangan
dapat dilalui dengan sukses. Sitem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon social maladaptif.

Faktor biologis

Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maldaptif.

Faktor sosiokultural

Isolasi social merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh
norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai anggota
masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit

104
kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang
berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.

Faktor dalam keluarga

Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan berhubungan,
bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal negative akan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang bertentangan disampaikan pada
saat yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi enggan berkomunikasi dengan orang lain.

Faktor prisipitasi
Stress sosiokultural

Stress dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari
orang yang berat, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

Stressor psikologis

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan


untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang
lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.

Tanda dan gejala isolasi sosial


Apatis
Ekspresi wajah sedih
Afek tumpul
Menghindar dari orang lain
Klien tampak memisahkan diri dari orang lain
Komunikasi kurang
Klien tampak tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat
Tidak ada kontak mata atau kontak mata kurang
Klien lebih sering menunduk

105
Berdiam diri di kamar
Menolak berhubungan dengan orang lain
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari

Keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan


dengan orang lain
Keuntungan berhubungan dengan orang lain :
Menambah banyak teman
Bisa berbagi dengan sesama
Bisa saling membantu/menolong
Bisa melupakan semua kesedihan
Dihormati dan dihargai oleh orang lain
Kerugian tidak berhubungan dengan orang lain :
Tidak mempunyai teman
Tidak bisa mengenal orang lain
Selalu menyendiri
Tidak dihormati dan dihargai oleh orang lain
Tidak bisa berbagi pengalaman/selalu menghadapi masalah sendiri.

Perawatan di rumah pada klien dengan isolasi sosial


Memenuhi kebutuhan sehari-hari
Bantu dan perhatikan pemenuhan kebersihan diri dan penampilan
Latih kegiatan sehari-hari: makan sendiri, cuci pakaian, kebersihan rumah tangga

Bantu komunikasi yang teratur


Bicara jelas dan singkat
Kontak/bicara secara teratur
Pertahankan tatap mata saat bicara
Lakukan sentuhan yang akrab
Sabar, lembut, tidak terburu-buru
Libatkan komunikasi dengan orang disekitarnya
Libatkan dalam kelompok
Beri kesempatan untuk nonton TV, baca Koran, dengar music
Libatkan dalam kegiatan keluarga secara teratur

106
Rencana Manajemen Amuk

Berdasarkan kasus di atas, Nn. S sering menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi
berkurang (bicara apabila ditanya, jawaban singkat), berdiam diri di kamar dalam posisi
meringkuk, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, wajah tampak sedih dan lebih sering
menunduk. Nn. S merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dapat melangsungkan
hidupnya. Tentu saja hal ini dapat memunculkan resiko kekerasan pada diri sendiri karena
tidak adanya kemauan/motivasi pada Nn. S untuk melangsungkan hidupnya. Oleh karena itu,
seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan perilaku agresif dan
kekerasan pada Nn. S. Disamping itu, perawat harus mengkaji pula afek klien yang
berhubungan dengan perilaku agresif.

Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat :

Membangun hubungan yang terapeutik dengan klien.


Mengkaji perilaku klien yang berpotensial kekerasan.
Mengembangkan suatu perencanaan.
Mengimplementasikan perencanaan.
Mencegah perilaku agresif dan kekerasan dengan terapi milleu.

Dan bila klien dianggap hendak melakukan kekerasan, maka perawat harus :

Melaksanakan prosedur klinik yang sesuai untuk melindungi klien dan tenaga
kesehatan.
Beritahu ketua tim.
Bila perlu, minta bantuan keamanan.
Kaji lingkungan dan buat perubahan yang perlu.
Beritahu dokter dan kaji PRN untuk pemberian obat.

Kenali perilaku yang berhubungan dengan agresif :

Agitasi motorik : bergerak cepat, tidak mampu duduk diam, memukul dengan tinju
kuat, mengapit kuat, respirasi meningkat, membentuk aktivitas motorik tiba-tiba
(katatonia).
Verbal : mengancam pada objek yang tidak nyata, mengacau minta perhatian, bicara
keras-keras, menunjukkan adanya delusi atau pikiran paranoid.
Afek : marah, permusuhan, kecemasan yang ekstrim, mudah terangsang, euphoria
tidak sesuai atau berlibihan, afek labil.

107
Tingkat kesadaran : bingun, status mental berubah tiba-tiba, disorientasi, kerusakan
memori, tidak mampu dialihkan.

Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan memenej


perilaku agresif. Intervensi dapat melalui rentang intervensi keperawatan.

Strategi preventif strategi antisipatif strategi pengurungan

Kesadaran diri komunikasi manajemen krisis

Pendidikan klien perubahan lingkungan seclusion

Latihan asertif tindakan perilaku restrains

Psikofarmakologi

Kesadaran diri

Perawat harus menyadari bahwa stress yang dihadapinya dapat mempengaruhi


komunikasinya dengan klien. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah, atau apatis
maka akan sulit baginya untuk membuat klien tertarik. Oleh karenanya, bila perawat itu
sendiri dipenuhi dengan masalah, maka energy yang dimilikinya bagi klien menjadi
berkurang. Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus terus menerus menginkatkan
kesadaran dirinya dan melakukan supervise dengan memisahkan antara masalah pribadi dan
masalah klien.

Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara mengekspresikan
marah yang tepat. Banyak klien yang mengalami kesulitan mengekspresikan
perasaannya, kebutuhan, hasrat, dan bahkan kesulitan mengkomunikasikan semua ini
kepada orang lain. Jadi dengan perawat berkomunikasi diharapkan agar klien mau
mengekspresikan perasaannya, lalu perawat menilai apakah respon yang diberikan
klien adaptif atau maladaptive.

Latihan Asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki perawat :
Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang.
Mengatakan “tidak” untuk sesuatu yang tidak beralasan
108
Sanggup melakukan complain.
Mengekspresikan penghargaan dengan tepat.
Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif :
Bersikap tenang;
Bicara lembut;
Bicara tidak dengan cara menghakimi;
Bicara netral dan dengan cara yang konkrit;
Tunjukkan respek pada klien;
Hindari intensitas kontak mata langsung;
Demontrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan;
Fasilitasi pembicaraan klien;
Dengarkan klien;
Jangan terburu-buru menginterpretasikan;
Jangan buat janju yan gtidak dapat perawat tepati;
Perubahan lingkungan

Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti : membaca, grup program
yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.

Tindakan Perilaku

Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat diterima dan
yang tidak dapat diterima, konsekuensi yang didapat bila kontrak dilanggar, dan apa saja
kontribusi perawat selama perawatan.

Psikofarmakologi

Antianxiety dan sedative-hipnotics. Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.
Benzodiazepines seperti lorazepam dan clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan
psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk
penggunaan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan,
juga bisa memperburuk symptom depersi. Selanjutnya, pada beberapa klien yang mengalami
disinhibiting effect dari berzodiazepines, dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif.
Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan
dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan dengan menurunnya perilaku agresif dan
agitasi klien dengan cedera kepala, demensia, dan developmental disability.

109
Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsive dan perilaku agresif klien
yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan trazodone, efektif untuk
menghilangkan agresivitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental
organic.

Mood stabilizers, penelitian menunjukkan bahwa pemberian lithium efektif untuk agresif
karena manic. Pada beberapa kasus, pemberiannya untuk menurunkan perilaku agresif yang
disebabkan oleh gangguan lain seperti RM, cedera kepala, skozofrenia, gangguan
kepribadian. Pada klien dengan epilepsy lobus temporal, bisa meningkatkan perilaku agresif.

Pemberikan carbamazepines dapat mengendalikan perilaku agresif pada klien dengan


kelainan EEGs (electroencephalograms).

Antipsychotic ; obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk perawatan perilaku agresif. Bila
agitasi terjadi karena delusi, halusinasi, atau perilaku psikotik lainnya, maka pemberian obat
ini dapat membantu, namun diberikan hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya dirasakan.

Medikasi lainnya ; banyak kasus menunjukkan bahwa mencederai diri. Betablockers seperti
propanolol dapat menurunkan perilaku kekerasan pada anak dan pada klien dengan gangguan
mental organic.

Managemen Krisis

Bila pada waktu intervensi awal tidak berhasil, maka diperlukan intervensi yang lebih aktif.
Prosedur penanganan kedaruratan psikiatrik :

Identifikasi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena yang bertanggung
jawab selama 24 jam.
Bentuk tim krisis. Meliputi, dokter, perawat, dan koselor.
Beritahu petugas keamanan jika perlu. Ketua tim harus menjelaskan apa saja yang
menjadi tugasnya selama penangan klien.
Jauhkan klien lain dari lingkungan.
Lakukan pengekangan, jika memungkinkan.
Pikirkan suatu rencana pengangan krisis dan beritahu tim.
Tugaskan anggota tim untuk mengamankan anggota tubuh klien.
Jelaskan perlunya intervensi tersebut kepada klien dan upayakan untuk kerja sama.
Pengekangan klien jika diminta oleh ketua tim krisis. Ketua tim harus segera mengkaji
situasi lingkungan sekitar untuk tetap melindungi keselamatan klien dan timnya.
Berikan obat jika diinstruksikan.

110
Pertahankan pendikatan yang tenang dan konsisten terhadap klien.
Tinjau kembali intervensi penanganan krisis dengan tim krisis.
Proses kejadian dengan klien lain dan staf harus tepat.
Secara bertahap mengintergrasikan kembali klien dengan lingkungan.
Seclusion
Pengekanan Fisik

Merupakan tindakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam, pengekangan fisik secara
mekanik (menggunakan manset, sprei pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam
suatu ruangan di mana klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri).

Jenis pengekangan mekanik :


Camisoles (jaket pengekang)
Manset untuk pergelangan tangan,
Manset untuk pergelangan kaki, dan
Menggunakan sprei.

Indikasi pengekangan :

Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.


Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan.
Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan klien untuk
beristirahat, makan, dan minum.
Permintaan klien untuk pengendalian perilaku eksternal. Pastikan tindakan ini telah
dikaji dan berindikasi terapeutik.

Pengekangan dengan sprei basah atau dingin.

Klien dapat diimobilisasi dengan membalutnya seperti mummi dalam lapisan sprei dan
selimut. Lapisan paling dalam terdiri atas sprei yang telah diremdam dalam air es. Walaupun
mula-mula terasa dingin, balutan segera menjadi hangat dan menenangkan. Hal ini dilakukan
pada perilaku amuk atau agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan obat.

Intervensi keperawatan :

Baringkan klien dengan pakaian rumah sakit di atas tempat tidur yang tahan air.
111
Balutkan sprei pada tubuh klien dengan rapid an pastikan bahwa permukaan kulit
tidak saling bersentuhan.
Tutupi sprei basah dengan selapis selimut.
Amati klien dengan konstan.
Pantau suhu, nadi, dan pernapasan. Jika tampak sesuatu yang bermakna, buka
pengekangan.
Berikan cairan sesering mungkin.
Pertahankan suasana lingkungan yang tenang.
Kontak verbal dengan suara yang menenangkan.
Lepaskan balutan setelah lebih kurang 2 jam.
Lakukan perawatan kulit sebelum membantu klien berpakaian.

Restrains

Tujuan tindakan keperawatan adalah memonitor alat restrain mekanik atau restrain manual
terhadap pergerakan klien. Dapatkan ijin dokter bila diharuskan karena kebijakan insitusi.

Isolasi

Adalah menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat keluar atas
kemauannya sendiri. Tingkatan pengisolasian dapat berkisar dari penempatan dalam ruangan
yang tertutup tapi tidak terkunci sampai pada penempatan dalam ruang terkunci dengan kasur
tanpa sprei di lantai, kesempatan berkomunikasi yang dibatasi, dan klien memakai pakaian RS
atau kain terpal yang berat.

Indikasi penggunaan :

Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan klien atau orang lain dan
tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi pengendalian yang longgar,
seperti kontak interpersonal atau pengobatan,
Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh klien.

Kontraindikasi :

Kebutuhan untuk pengamatan masalah medic.


Risiko tinggi untuk bunuh diri.
Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori.
Hukuman.

112
Evaluasi

Mengukur apakah tujuan dan criteria sudah tercapai. Perawat dapat mengobservasi perilaku
klien. Di bawah ini beberapa perilaku yang dapat mengindikasikan evaluasi yang positif :

Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan klien.


Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut.
Sudahkan klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada yang lain.
Buatlah komentar yang kritikal.
Apakah klien sudah mampu mengekpresikan sesuatu yang berbeda.
Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi perasaan
marahnya.
Mampu mentoleransi rasa marahnya.
Konsep diri klien sudah meningkat.
Kemandirian dalam berpikir dan aktivitas meningkat.

Pengekangan menggunakan tali

Klien dapat diimobilisasi dengan mengikat ekstremitas dengan tali. Pasien dibaringkan
ditempat tidur kemudian diikat menggunakan tali, pengikatan ini bertujuan untuk
menenangkan pasien meskipun awalnya terasa menykitkan. Hal ini dilakukan pada perilaku
amuk atau agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan obat.

Intervensi keperawatan :
Ajak pasien komunikasi, tanyakan hal yang menyebabkan klien marah.
Jika klien tetap amuk dan ingin menyerang baringkan pasien ditempat tidur
Lakukan viksasi pada pasien dengan bantuan tim dengan tetap leader berkomuikasi
dengan pasien
Viksasi ekstremitas pasien dimulai dari bagian terkuat dari pasien dimulai dari tangan
kanan pasien kaki kanan, tangan kiri dan kaki kiri
Amati pasien dengan konstan
Observasi tanda vital seperti TD, suhu, nadi dan pernafasan
Dengan tetap mempertahan kan komunikasi verbal yang menyenankan dengan pasien
dan pertahan kan lingkungan yang tenang bagi pasien
Jika pasien masih tetap amuk suntukkan obat relaksan
Lepas viksasi jika pasien sudah mulai tenang
Buat janji dengan pasien jika viksasi dilepas tidak akan amauk lagi

113
Lepas viksasi dimulai dari anggota ekstremitas terlemah dimulai dari kaki kiri, tangan
kiri, kaki kanan dan tangan kanan
Bantu klien mengontrol amarah

114
BAB 4

PENUTUP

Kesimpulan

Isolasi social adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu beriteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berate
dengan orang lain. Isolasi soaial akan ditemukan data objektif meliputi apatis, ekspresi wajah
sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain, klien tampak memisahkan diri dari orang lain,
komunikasi kurang, klien tampak tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat, tidak
ada kontak mata atau kontak mata kurang, klien lebih sering menunduk, berdiam diri dikamar.
Menolak berhubungan dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, meniru posisi
janin pada saat lahir, sedangkan untuk data subjektif sukar didapat, jika klien menolak
komunikasi, beberapa data subjektif adalah menjawab dengan singkat dengan kata-kata
“tidak, “ya” dan “tidak tahu”. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang
perkembangan respon social maladaptif.

Model keperawatan yang cocok untuk klien dengan isolasi sosial yaitu model
interpersonal, model sosial, model eksistensi, model komunikasi, model medical dan model
keperawatan. Terapi modalitas yang cocok untuk klien dengan isolasi sosial yaitu terapi
individu, terapi kognitif, terapi lingkungan, terapi kelompok dan terapi keluarga. Terapi
aktivitas kelompok yang cocok untuk klien dengan isolasi sosial yaitu terapi aktivitas
kelompok sosialisasi.

Saran

Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu diharapkan adanya kerja sama yang
baik antara dokter, perawat dan tim medis lainnya guna memperlancar proses keperawatan
dan sebaiknya teori dan konsep yang telah diketahui oleh seorang perawat dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-harinya. Dan berfungsi sebagaimana mestinya untuk diamalkan
kepada masyarakat, pasien yang membutuhkan. Terutama dalam hal yang menyangkut
dengan isolasi sosial. Serta diharapkan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke
RSJ karena dapat membantu proses penyembuhan.

115
116

Вам также может понравиться