Вы находитесь на странице: 1из 13

Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan

mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak
penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi
antara Dental system, Skeletal systemdan iluscular system. Oklusi gigi geligi
bukanlah merupakan keadaan yang statis selama mandibula bergerak, sehingga
ada bermacam-macam bentuk oklusi, misalnya : centrik, excentrik, habitual, supra-
infra, mesial, distal,lingual dsb.
Dikenal dua macam istilah oklusi yaitu :
 Oklusi ideal : Adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar
atau bahkan tidak mungkin terjadi pada manusia.
 Oklusi normal : Adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi
pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi –geligi
dikontakkan dan condylus berada dalam fossa glenoidea.
Selain itu astilah maloklusi, yaitu yang menyangkut hal –hal diluar oklusi normal.
Pada oklusi normal masih memungkinkan adanya beberap variasi dari oklusi ideal
yang secara fungsi maupun estetik masih dapat diterima/ memuaskan.
Ada dua tahap oklusi pada manusia :
1. Perkembangan gigi geligi susu
2. Perkembangan gigi geligi permanen.
Perkembangan gigi –geligi susu
Seluruh gigi geligi susu akan lengkap erupsi pada anak berumur lebih kurang 2,5
tahun. Pada periode ini lengkung gigi pada umumnya berbentuk oval dengan gigitan
dalam ( Deep bite ) pada overbite dan overjet dan dijumpai adanya “ generalized
interdental spacing ( celah –celah diantara gigi- geligi ). Hal ini terjadi karena adanya
pertumbuhan tulang rahang kearah transversal untuk mempersiapkan tempat gigi –
gigi permanen yang kan tumbuh celah yang terdapat dimenssial cainus atas dan
disebelah distal caninus bawah disebut “primate space “ . Primate space ini
diperlukan pada “ early mesial shift “.
Adanya celah –celah ini memberi kemungkinan gigi-gigi permanen yang akan erupsi
mempunyai cukup tempat, sebaiknya bila tidak ada memberi indikasi kemungkinan
terjadi gigi berjejal ( crowding ).
Hubungan molar kedua dalam arah sagital dapat :
1. Berakhir pada satu garis terminal ( flush terminal plane ), yang merupakan garis
vertikal disebelah distal molar kedua.
2. Molar kedua mandibula letaknya lebih kedistal dari molar kedua maksila (distal
step ) .
3. Molar kedua mandibula lebih kearah mesial molar kedua maksila ( mesial step
).
Perkembangan Oklusi gigi- geligi permanen. Foster ( 1982 ) membagi dalam tiga
tahap perkembangan :
1. Tahap erupsi molar pertama dan incisivi permanen.
Tahap 1 ( terjadi pada umur antara 6 – 8 tahun )
Terjadi penggantian gigi inncisivi dan penambahan molar pertama permanen . Pada
umur 6,5 tahun ketika incisivus sentral atas erupsi akan terlihat space pada garis
median prosesus alveolaris sehingga dapat menyebabkan kesalahan diagnosis
sebagai suatu keadaan frenulum yang abnormal, keadaan ini disebut dengan istilah “
Ugly duckling stage “.
Kadang –kadang incisivi permanen terlihat croding pada saat erupsi dan incisivi
Lateral berhimpitan ( overlap ) dengan gigi caninus susu. Keadaan ini bisa diatasi bila
terdapat leeway space. Leeway space adalah perbedaan ruangan antara lebar
mesiodistal gigi caninus, molar pertama dan kedua susu dengan caninus premolar
pertama dan kedua permanen.
Hubungan distal molar kedua susu atas dan bawah mempengaruhi hubungan molar
pertama permanen, molar pertama permanen penting peranannya pada tinggi vertikal
rahang selama periode penggantian gigi susu menjadi gigi permanen . Pada umur 8
tahun incisivi dan molar pertama permanen telah erupsi. Apabila incivisi atas lebih
dulu erupsi dari yang bawah, dapat menyebabkan terjadinya gigitan dalam ( deep
overbite ).Dengan adanya pertumbuhan gigitan dalam yang terjadi dapat terkoreksi
dengan occlusal adjustment yang terjadi kemudian.
2. Tahap erupsi caninus, premolar dan molar kedua.
Tahap 2 ( terjadi pada umur antara 10 – 13 tahun )
Pada tahap ini bila molar susu bawah sudah diganti oleh premolar permanen,
sedangkan molar susu atas belum, maka akan terdapat penambahan besar overbite
dan bila sebaiknya maka kontak gigi terlihat edge.
3. Tahap erupsi molar ketiga.
Tahap 3 ( tahap erupsinya molar ketiga )
Penyesuaian oklusi ( occusal adjustment )
Menurut Salzmann ( 1966 ) terdapat 3 mekanisme yang berbeda pada penyesuaian
oklusi normal gigi susu keperiode gigi bercampur sampai tercapai stabilisasi pada
periode gigi permanen :
 Jika bidang vertikal dari permukaan distal molar kedua susu atas terletak distal
molar kedua susu bawah maka molar prtama permanen akan menempati sesuai
dengan oklusi pada gigi susu.
 Jika terdapat primate space dan bidang vertikal molar kedua susu segaris,
maka terjadi oklusi normal pada molar pertama permanen, karena adanya
pergeseranmolar susu kemesial sehingga ruangan tersebut tertutup.
 Jika bidang vertikal sama dan molar pertama permanen hubungannya cusp,
maka oklusi normal terjadi karena adanya pergeseran kemesial yang terjadi kemudian
setelah molar kedua susu tanggal.
Periode diantara periode gigi susu dan gigi –gigi permanen disebut periode gigi –gigi
bercampur. Menurut Moyers ( 1974 ) adalah merupakan periode dimana gigi susu
dan permanen berada bersama-sama didalam mulut .
Gigi- geligi tetap yang adan dibagi atas dua kelompok :
 Successional Teeth, gigi permanen yang menggantikan gigi susu.
 Accesssional Teeth, gigi tetap yang erupsi diposterior dari gigi susu.
Dua aspek penting pada periode gigi – geligi bercampur adalah :
 Penggunaan dental arch perimeter.
 Penyesuaian perubahan oklusi yang terjadi selama pergantian gigi.
UMI LATIFAH 160110140107

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi

• A. Faktor sistemik

– Hyperthyroidism

– Hyperpituitarism

– Turner’s syndrome

• B. Faktor penghambat

– Hypopituitarism

– Hypothyroidism

– Cleidocranial dysostosis

– Down’s syndrome

– Achondroplasia

• C. Faktor lokal

– Posisi gigi yang salah/menyimpang

– Tidak adanya space pada lengkungan

– Sangat awal kehilangan predecessor

– Ectopic erupsi

– Tidak adanya kogenital gigi


– Ankylosis predecessor

– Penahan gigi atau sisa akar deciduous

– Arrested tooth formation (trauma)

– Gigi cadangan

– Tumor

– Cyst

– Kebuasaan abnormal menekan muscular

Faktor yang Mempengaruhi Erupsi

Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa terjadi dalam

setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi, terutama pada periode

transisi pertama dan kedua. Variasi ini masih dianggap sebagai suatu keadaan yang normal jika

lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun. Variasi dalam erupsi gigi

dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain sebagai berikut.

A. Faktor Keturunan (Genetik)

Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan

urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi. Pengaruh faktor genetic terhadap erupsi

gigi adalah sekitar 78%.


B. Faktor Ras

Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi

permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih

lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian.

Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang

sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu

besar.

C. Jenis Kelamin

Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada

setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat

dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan.

D. Faktor Lingkungan

Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi

tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan. Pengaruh

faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20%. Faktor-faktor yang

termasuk ke dalam faktor lingkungan antara lain:

a. Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan seseorang

dan faktor lainnya yang berhubungan. Anak dengan tingkat ekonomi rendah

cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambat dibandingkan anak

dengan tingkat ekonomi menengah.


b. Nutrisi

Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan perkembangan

rahang. Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan proses

kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor

kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh

faktor nutrisi terhadap perkembangan gigi adalah sekitar 1%.

E. Faktor Penyakit

Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik

dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis,

Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan

Hemifacial atrophy.

F. Faktor Lokal

Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah :

- Kehilangan ruangan akibat tanggal dini gigi susu

- Posisi abnormal

- Gigi berjejal, ruang tidak cukup membuat erupsi menjadi lebih lambat

- Kista dentigerus yang menghalangi gigi untuk erupsi

- Retensi gigi susu, kadang-kadang gigi susu mengalami ankilosis

- Resorpsi akar gigi susu yang lambat akibat infeksi periapikal menyebabkan gigi

permanen terlambat erupsi.

- Jarak gigi ke tempat erupsi

- Trauma dari benih gigi

- Mukosa gusi yang menebal

Faktor Keterlambatan Erupsi


 Umum

• Hereditary ginggival abnormalitas

• Downsyndrom

• Cleidocranial dysostosis

• Cleft lip and palate

• Ricketts

 Khusus

• Congenital abserice

• Crowding

• Delayed exfoliation of primary predecessor

• Supernumerary thooth (see below)

• Abnormal position of crypt

• Primary failure of eruption

Erupsi gigi yang terjadi melewati waktu yang seharusnya. Pada beberapa kasus tidak dapat

diketahui etiologinya, meskipun pada beberapa keadaan dapat dihubungkan dengan keadaan

sistemik seperti riketsia, kretinisme, dan kleidokrania disostosis. Keadaan lokal juga dapat

menjadi penyebab, seperti fibromatosus gingiva.


Faktor yang Menyebabkan Makrodonsia

Macrodontia dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang saling mempengaruhi.

Macrodontia yang mengenai seluruh gigi dapat terjadi pada kelainan pituitary gigantism, yaitu

suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan hormonal.

Macrodontia yang hanya mengenai gigi tertentu saja (macrodontia lokal) kadang ditemukan

pada kelainan unilateral facial hyperplasia yang menyebabkan perkembangan benih gigi yang

berlebihan. Selain itu, macrodontia juga dapat berhubungan dengan beberapa penyakit yang

diturunkan.

Faktor yang Menyebabkan Mikrodonsia

Kelainan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Microdontia yang mengenai seluruh gigi

jarang terjadi dan bisa ditemukan pada kelainan yang diturunkan dari orangtua (congenital

hypopituitarism). Selain itu bisa juga disebabkan karena adanya radiasi atau perawatan

kemoterapi saat pembentukan gigi.

Microdontia lokal diduga disebabkan oleh adanya mutasi pada gen tertentu.

Kelainan ini juga bisa merupakan bagian dari sindroma tertentu (penyakit yang terdiri dari

beberapa gejala yang timbul bersama-sama), seperti sindroma trisomy 21 atau sindroma

ectodermal dysplasia. Selain itu microdontia juga sering ditemui pada kelainan cleft lip and

palate (bibir sumbing dan celah pada langit-langit rongga mulut).


Anomali Gigi Adalah gigi yang bentuknya menyimpang dari bentuk aslinya.
Faktor penyebabnya yaitu:
1. Faktor Hereditas
2. Gangguan waktu pertumbuhan, perkembangan gigi
3. Gangguan Metabolisme
Anomali Gigi umumnya biasa terjadi
1. gigi permanan > gigi susu
2. Rahang atas > Rahang Bawah

ABNORMALITAS JUMLAH GIGI


1. Anodonsia
a.True Anadonsia
Suatu istilah yang di gunakan untuk menunjukkan ada tidaknya seluruh gigi
permanen atau gigi susu disebabkan :
-Gagalnya benih gigi untuk berinisiasi
-Inisiasi berlangsung pada benih mengalami kehancuran

b. False Anadonsia
Suatu istilah yang digunakan untuk gigi secara klinik tidak tampak. Keadaan
ini di sebabkab adanya gigi impaksi atau ankilosis yang gagal untuk erupsi
sehingga tampak adanya ruang kosong pada lengkung gigi-gigi terdapat pada
rahang tapi tidak erupsi, misalnya impaksi.

Urutan gigi geligi yang mengalami anodonsia


1. M3 (M3 RA> M3 RB)
2. I2 RA
3. P2 RB
4. I1 RA

2.ACCESSORY TEETH DAN SUPENUMERARY TEETH


Gigi mempunyai kecenderungan untuk membuat duplikatnya sendiri dan
keadaan ini bersifat herediter.
a.Mesiodens
gig yang terletak diantara gigi I1 RA

b.Paramolar
Gigi yang erletak di antara gigi M dan P

c.Distomolar
Terletak di sebelah distal M3 RA

ABNORMALITAS UKURAN GIGI


1.Makrodonsia
a.Generalized Macrodonsia
Menunjukkan adanya gigi yang lebih besar dari normal pada seluruh gigi.
b.Makrodonsia Lokal
Menunjukkan adanya satu atau sekelompok gigi yang berukuran lebih besar
dari normal dan sering terjadi pada M3 RB.

2.Mikrodonsia
a.Generalized Microdontia
Mikrodonsia yang menyeluruh suatu istilah yang digunakan untuk
menunjukkan adanya seluruh gigi yang tampak lebih kecil dan normal.

b.Mikrodontia Lokal
Menunjukkan adanya suatu gigi yang berukurann lebih kecil dari normal pada
mikrodonsia selain terjadi abnornalitas bentuk gigi seperti terjadi pada gigi I2
RA.

ABNORMALITAS BENTUK GIGI


1. Geminisasi
Menunjukkan adanya gigi dengan 2 mahkota yang berasal dari 1 organ email,
namun saluran akarnya hanya satu. Kedua mahkota tersebut dipisahkan oleh
celah.

2. Fusi
Anomaly ini terjadi karena adanya penyatuan 2 benih gigi, sehingga terbentuk
gigi yang besar. Proses fusi melibatkan seluruh panjang gigi atau hanya pada
daerah akar gigi saja, yang penyautannya terjadi pada daerah sementum dan
dentin.

3. Taurodonsia
Anomali gigi yang berbentuk seperti gigi sapi. Terjadi pada M sulung
permanen. Gigi mempunyai ukuran service oklusal yang lebih dari normal
dengan akar pendek.

4. Dens Envaginatus
Suatu anomaly yang menunjukkan adanya protuberansia yang menyerupai
tuberkel pada gigi premolar. Secara klinik tampak sebagai cusp tambahan.
Protuberensia terletak diantara cusp bukal dan lingual gigi premolar.

5. Hutchinson’s Teeth
Anomali gigi insisivus yang terjadi pada sifilis congenital. Gigi akan berbentuk
obeng tampak adanya cekungan pada tepi incisal.

6. Mulberry dan Pfluger Molar


Memperlihatkan adanya abnormalitas bentuk gigi pada M1 permanen.
Permukaan oklusal gigi lebih sempit dibandingkan gigi normal dan mahkota
gigi tampak seperti terkikis.

7. Talon Cusp
Biasanya di temukan pada bagian lingual atau palatal pada gigi insisivus
permanen, letak cusp talon hamper memotong bagian pulpa gigi.

8. Mutiara Email
Menunjukkan adanya deposit jaringan email yang ektopik pada daerah akar
gigi, yaitu pada daerah bifurkasi atau trifurkasi gigi molar terutama molar atas,
biasa juga di temukan pada gigi berakar tunggal seperti premolar.

1. Stroberi
Stroberi biasanya memberikan warna pink pada gigi setelah Anda memakannya.
Namun, siapa yang tahu bahwa stroberi memiliki malic acid yang bisa mengurangi
noda pada gigi.

2. Brokoli
Memakan brokoli bisa menguatkan enamel gigi dengan memberikan lapisan anti-
asam pada gigi Anda. Ini adalah salah satu alasan untuk rajin mengonsumsi brokoli.

3. Jamur shitake
Jamur shitake mungkin susah didapatkan di Indonesia. Namun jamur ini terbukti
mengandung lentinan yang bisa mencegah bakteri berkembang dalam mulut. Jamur
ini membuat mulut Anda bebas plak.
4. Apel
Ini tidak mengagetkan, karena apel mengandung asam yang bisa memutihkan gigi
seseorang. Namun harus dipastikan bahwa Anda mengonsumsi apel yang masih
segar. Jangan lupa juga untuk tetap menyikat gigi setelah makan apel.

5. Wortel dan Seledri


Seperti apel, wortel dan seledri bisa membantu Anda membersihkan bakteri yang
menyebabkan noda pada gigi. Ditambah lagi, wortel dan seledri juga membuat mulut
Anda menghasilkan air liur yang bisa menjadi cairan pembersih mulut alami.

6. Jeruk dan nanas


Buah-buahan asam ini merangsang produksi air liur yang akan membuat mulut Anda
tidak asam dan bebas bakteri. Menggosokkan kulit jeruk secara langsung juga bisa
membuat gigi Anda terlihat lebih putih dengan menghilangkan tartar..

7. Biji wijen
Biji wijen bisa menghilangkan plak dan membantu menguatkan enamel gigi. Biji
wijen juga kaya kalsium yang bisa memperkuat tulang gigi dan gusi Anda.

8. Teh hijau
Teh hijau mengandung catechin yang bisa membunuh bakteri yang mengubah gula
menjadi plak di dalam mulut. Catechin juga menghilangkan bakteri penyebab bau
mulut.

9. Keju keras
Keju keras mengandung karbohidrat rendah dan tinggi kalsium dan fosfat yang
memberikan beberapa keuntungan untuk mulut dan gigi Anda. Keju bisa
menyeimbangkan pH sehingga mencegah pertumbuhan bakteri.

10. Kiwi
Kiwi mengandung kadar vitamin C yang lebih banyak dari buah-buahan lain.
Penelitian menemukan bahwa jaringan kolagen pada gusi Anda bisa rusak dan
membuat gusi Anda rentan terkena bakteri. Kandungan vitamin C pada kiwi bisa
mencegah hal ini terjadi.

Вам также может понравиться