Вы находитесь на странице: 1из 7

KAJIAN FUNGSI KOMUNITAS TUMBUHAN

(KONSEP PRODUKTIVITAS DAN METODE PENGUKURANNYA)

1. Pengertian Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah
tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain (Chambell, 2008). Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan
populasi.
Meskipun demikian komponen-komponen komunitas ini mempunyai kemampuan untuk
hidup dalam lingkungan yang sama di suatu tempat dan untuk hidup saling bergantung yang satu
dengan yang lain. Komunitas memiliki derajat kepaduan yang lebih tinggi daripada individu-
individu dan populasi tumbuhan serta hewan yang menyusunnya. Komposisi suatu komunitas
ditentukan oleh seleksi tumbuhan dan hewan yang kebetulan mencapai dan mampu hidup di
tempat tersebut, dan kegiatan anggota-anggota komunitas ini bergantung pada penyesuaian diri
setiap individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologi yang ada di tempat tersebut
(Pringgoseputro, 1998).
2. Pengertian Produktivitas
Produksi bagi ekosistem merupakan proses pemasukan dan penyimpanan energy dalam
ekosistem (McNaughton & Larry, 1990). Pemasukan energi dalam ekosistem yang dimaksud
adalah pemindahan energi cahaya menjadi energi kimia oleh produsen. Sedangkan penyimpanan
energi yang dimaksudkan adalah penggunaan energi oleh konsumen dan mikroorganisme. Laju
produksi makhluk hidup dalam ekosistem disebut sebagai produktivitas (Odum, 1993).
3. Konsep Produktivitas
Produktivitas primer merupakan laju penambatan energi yang dilakukan oleh produsen..
Produktivitas primer bersih ini juga adalah produktivitas kasar dikurangi dengan energi yang
digunakan untuk respirasi.
Produktivitas sekunder merupakan laju penambatan energi yang dilakukan oleh konsumen.
Pada produktivitas sekunder ini tidak dibedakan atas produktivitas kasar dan bersih. Produktivitas
sekunder pada dasamya adalah asimilasi pada aras atau tingkatan konsumen.
Produktivitas atau produksi berbeda dengan hasil panen. Hasil panen adalah bagian dari
produktivitas primer bersih yang diambil/dimanfaatkan oleh manusia. Pengukuran produktivitas
primer pada umumnya didasarkan pada reaksi fotosintesis. Beberapa metode pengukuran
produktivitas primer adalah: metode panen yang cocok untuk ekosistem pertanian; pengukuran
oksigen, misalnya dengan metode botol gelap dan botol terang, untuk ekosistem perairan; metode
pH, yang cocok untuk ekosistem perairan; metode klorofil, yang pada dasamya adalah mengukur
kadar klorofil; metode radioaktif; dan metode CO2.
Menurut Campbell (2008), Produktivitas primer menunjukkan jumlah energy cahaya yang
diubah menjadi energy kimia oleh autotrof suatu ekosistem selama suatu periode waktu tertentu.
Total produktivitas primer dikenal sebagai produktivitas primer kotor (gross primary productivity,
GPP). Tidak semua hasil produktivitas ini disimpan sebagai bahan organik pada tubuh organisme
produsen atau pada tumbuhan yang sedang tumbuh, karena organisme tersebut menggunakan
sebagian molekul tersebut sebagai bahan bakar organic dalam respirasinya. Dengan demikian,
Produktivitas primer bersih (net primary productivity, NPP) sama dengan produktivitas primer
kotor dikurangi energy yang digunakan oleh produsen untuk respirasi (Rs):

NPP = GPP – Rs

Dalam sebuah ekosistem, produktivitas primer menunjukkan simpanan energy kimia yang
tersedia bagi konsumen. Pada sebagian besar produsen primer, produktivitas primer bersih dapat
mencapai 50% – 90% dari produktivitas primer kotor. Menurut Campbell et al (2008), Rasio NPP
terhadap GPP umumnya lebih kecil bagi produsen besar dengan struktur nonfotosintetik yang
rumit, seperti pohon yang mendukung sistem batang dan akar yang besar dan secara metabolik
aktif.
Produktivitas primer dapat dinyatakan dalam energy persatuan luas persatuan waktu
(J/m2/tahun), atau sebagai biomassa (berat kering organik) vegetasi yang ditambahkan ke
ekosistem persatuan luasan per satuan waktu (g/m2/tahun). Namun demikian, produktivitas primer
suatu ekosistem hendaknya tidak dikelirukan dengan total biomassa dari autotrof fotosintetik yang
terdapat pada suatu waktu tertentu, yang disebut biomassa tanaman tegakan (standing crop
biomass). Produktivitas primer menunjukkan laju di mana organisme-organisme mensintesis
biomassa baru. Meskipun sebuah hutan memiliki biomassa tanaman tegakan yang sangat besar,
produktivitas primernya mungkin sesungguhnya kurang dari produktivitas primer beberapa
padang rumput yang tidak mengakumulasi vegetasi (Campbell et al., 2008).
4. Proses-Proses dalam Produktivitas
Menurut Hadisubroto (1998) Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas primer
adalah sebagai berikut.
a. Proses Fotosintesis
Dalam proses ini hanya sebagian kecil energi cahaya yang dimanfaatkan. Diperkirakan dari
sejumlah energi cahaya yang sampai pada tumbuhan, hanya 1 – 5% dapat diubah menjadi energi
kimia. Pemanfaatan energi cahaya untuk membentuk karbohidrat dalam fotosintesis meliputi
beberapa proses kimia yang sangat kompleks termasuk dengan biokalalisatornya yang berupa
enzim.
cahaya
6 CO2 + 6 H2O 6C6H12O6 + O2
klorofil

Gula yang dihasilkan dalam proses fotosintesis mempunyai berbagai kemungkinan yaitu,
dimanfaatkan kembali dalam proses respirasi untuk menghasilkan ATP; dikonversi menjadi
bentuk senyawa organik lain; dan dikombinasi dengan gugus tertentu menjadi asam amino dan
selanjutnya diubah menjadi protein.
b. Proses Respirasi
Proses ini merupakan kebalikan dari proses fotosintesis yang melibatkan berbagai reaksi
dan biokatalisator yang berupa enzim. Secara sederhana reaksinya adalah sebagai berikut.
6C6H12O6 + O2 6 CO2 + energi
Enzim

Pada kondisi optimum kecepatan fotosintesis dapat mencapai 30 kali dari kecepatan
respirasi, terutama pada tempat-tempat yang terdedah dengan cahaya matahari. Pada umumnya
tumbuhan menggunakan karbohidrat untuk respirasinya berkisar antara 10 – 75% dari hasil
fotosintesisnya, dan ini tergantung dari jenis dan usia tumbuhan.
c. Faktor Lingkungan
Faktor yang paling penting dalam pembatasanproduktivitas bergantung pada jenis
ekosistem dan perubahan musim dalam lingkungan.
1. Cahaya
2. Karbondioksida
3. Air
4. Nutrien
5. Suhu
5. Pengukuran Produktivitas
a. Metode Penuaian atau Pemanenan (Harvest)
. Caranya adalah dengan (1) memotong bagian tanaman yang berada diatas permukaan
tanah, baik pada tumbuhan yang tumbuh di tanah maupun yang didalam air; (2) bagian yang di
potong selanjutnya dipanaskan sampai seluruh airnya hilang atau beratnya konstan; (3) materi
tersebut ditimbang, dan prodiktivitas primer di nyatakan dalam biomassa per unit area per unit
waktu, misalnya sebagai gram berat kering/m2/tahun. Metode ini menunjukkan perubahan berat
kering selama priode waktu tertentu (Milner & Hughes, 2000).
Jumlah plot sampel tergantung pada tingkat presisi yang harus dicocokkan dengan
pertimbangan ekonomi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk memotong plot sampel. Standar taraf
kesalahan yang dapat diterima adalah kurang dari 10% dari mean. Jumlah tersebut akan berbeda
dengan penilaian subjektif dari variabilitas, tapi tidak boleh kurang dari sepuluh. Jumlah plot yang
dibutuhkan (N) menurut Milner & Hughes (2000) dapat dihitung menggunakan rumus:

𝒕𝒔
N=
𝑫 𝒙 𝒃𝒂𝒓

Dimana: s = standar error dari plot percobaan


D = tingkat yang diperlukan dari akurasi, dinyatakan sebagai desimal (yaitu 0,1 dalam kasus ini)
t = Diperoleh dari tabel statistik standar.
Rumus ini hanya berlaku untuk data kontinu
(Sumber: Milner & Hughes, 2000)

Teknik-teknik dalam metode ini meliputi (1) clipping height; (2) hand clipping; (3) mechanical
clipping; (4) Sample plot placement and edge effects; (5) subsampling; dan (6) penyimpanan
(Milner & Hughes, 2000).
Pertumbuhan tahunan dari tumbuh-tumbuhan tahunan diukur dengan pemotongan,
pengeringan, dan pengukuran berat pada akhir musim pertumbuhan. Pertumbuhan akar biasanya
diabaikan, panenan diukur dengan produksi tahunan di atas tanah, Net Average Aboveground
Production (NAAP), yang umumnya dipakai sebagai dasar pertimbangan produktivitas komunitas
darat (Hadisubroto, 1989). Setelah pengeringan berat konstan, panenan ditunjukkan dalam
bentukan biomassa per unit area per unit waktu. Jika ekstrak kandungan kalori dari materi
diketahui, biomassa akan diubah dan ditunjukkan dalam bentukan energi (Kormondy, 1969).
Jumlah materi tumbuh-tumbuhan yang dihasilkan dalam unit waktu tertentu dapat dihitung
melalui persamaan berikut.

B = B 2 – B1

dimana
B = perubahan biomassa dalam komunitas antara waktu t1 dan t2
B1 = biomassa pada t1
B2 = biomassa pada t2
Dua macam kehilangan yang harus diperhitungkan, yaitu.
L = biomassa yang hilang karena kematian tumbuh-tumbuhan atau bagian tumbuh-tumbuhan
G = biomassa yang masuk ke konsumen
(Sumber: Hadisubroto, 1989)

Jika nilai-nilai ini diketahui, maka produksi primer bersih dapat ditentukan dengan
persamaan berikut.

Produksi primer bersih = B + L + G


(Sumber: Hadisubroto, 1989)

b. Metode Pengukuran Gas Oksigen (O2) dengan Botol Gelap dan Terang
Oksigen merupakan hasil sampingan dari fotosintesis, sehingga ada hubungan erat
antara produktifvitas dengan oksigan yang dihasilkan oleh tumbuhan. Cara dari metode
ini yakni (1) dua contoh air yang mengandung ganggang di ambil pada kedalaman yang
relatif sama. Satu contoh di simpan di dalam botol bening dan satunya lagi pada botol yang
di cat hitam; (2) kandungan oksigen dari kedua botol tadi sebelumnya ditentukan,
kemudian di simpan dalam air yang sesuai dengan kedalaman dan tempat pengambilan air
tadi; (3) kedua botol tadi di biarkan selama satu sampai 12 jam. Selama itu akan terjadi
perubahan kandungan oksigen di kedua botol tadi (Milner & Hughes, 2000).
Pada botol yang hitam terjadi proses respirasi yang menggunakan oksigen,
sedangkan pada botol yang bening akan terjadi baik fotosintesis maupun respirasi.
Diasumsikan respirasi pada kedua botol relatif sama. Dengan demikian produktivitas pada
ganggang dapat di tentukan. Metode-metode ini memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu
hanya dapat di lakukan pada produsen mikro dan asumsi respirasi pada kedua botol tadi
sama adalah kurang tepat (Milner & Hughes, 2000).
c. Metode Pertukaran Gas Karbon Dioksida (CO2)
Percobaan yang dapat dilakukan untuk mengukur produktivitas dengan penentuan
karbondioksida yaitu sebuah bejana besar atau kotak plastik atau tenda dipasang di atas komunitas,
udara diambil melalui suatu saringan dan konsentrasi CO2 di dalam udara yang masuk dan keluar
diukur dengan alat analisis gas inframerah. Produksi bersih diperoleh dari produksi kotor dikurangi
dengan respirasi. Produksi bersih diukur selama siang hari, dan respirasi komunitas diukur selama
malam hari atau dalam tempat gelap.
Metode ini dimaksudkan untuk sebagian atau seluruh tumbuhan kecil (herba, perdu
pendek). Dua contoh dipilih dan diusahakan satu sama lainnya relatif sama. Satu contoh disimpan
dalam kontainer bening dan satunya lagi disimpan dalam kontainer gelap (tertutup lapisan hitam).
Udara dibiarkan keluar- masuk pada kedua kontainer melalui pipa yang sudah diatur sedemikian
rupa dan mempergunakan pengisapan udara dengan kecepatan aliran udara tertentu. Konsentrasi
karbondioksida yang masuk dan keluar kontainer di pantau. Dengan cara ini karbondioksida yang
dipakai dalam fotosintesis dapat dihitung, yaitu sama dengan jumlah yang dihasilkan dalam
kontainerr gelap ditambah dengan jumlah yang dipakai dalam kontainer bening/terang. Dalam
kontainer gelap terdapat produksi karbondioksida sebagai hasil respirasi, dan pada kontainer
bening karbondioksida dipakai dalam proses fotosintesis daan juga adanya produksi akibat adanya
respirasi (Milner & Hughes, 2000).
d. Metode Ruang Tertutup
Biasanya di gunakan untuk sebagian atau seluruh tumbuhan kecil (herba, perdu pendek).
Dua contoh di pilih dan di usahakan satu sama lainnya relatif sama. Satu contoh di simpan dalam
kontainer bening dan satunya lagi di simpan dalam kontainer gelap (tertutup lapisan hitam). Udara
dibiarkan keluar- masuk pada kedua kontainer melalui pipa yang sudah di atur sedenikian rupa
dan mempergunakan pengisapan udara dengan kecepatan aliran udara tertentu. Konsentrasi
karbondioksida yang masuk dan keluar kontainer di pantau. Dengan cara ini karbondioksida yang
di pakai dalam fotosintesis dapat dihitung, yaitu sama dengan jumlah yang di hasilkan dalam
kontainerr gelap di tambah dengan jumlah yang di pakai dalam kontainer bening/terang. Dalam
kontainer gelap terdapat produksi karbondioksida sebagai hasil respirasi, dan pada kontainer
bening karbondioksida di pakai dalam proses fotosintesis daan juga adanya produksi akibat adanya
respirasi. Metode ini juga memiliki kelemahan seperti pada metode dengan penentuan oksigen dan
meningkatnya suhu dalam kontainer (seperti rumah kaca) sehingga mempengaruhi proses
fotosintesis dan respirasi.
d. Metode Aerodinamika
Metode ini maksudnya menutupi kelemahan-kelemahan pada metode ruang tertutup.
Karbondiaksida yang diukur diambil dari sensor yang di pasang pada tabung tegak dalam
komunitas, dan satunya lagi di pasang lebih tinggi dari tumbuhan. Perubahan konsentrasi
karbondioksida di atas dan didalam komunitas dapat di pakai sebagai indikasi dari produktivitas.
Pada malam hari konsentrasi karbondioksida akan meningkat akibat terjadi respirasi, sedangkan
pada siang hari konsentrasi akan menurun akibat proses fotosintesis. Perbandingan konsentrasi ini
merupakan indikasi berapa banyak karbon dioksida yang di manfaatkan dalam fotosintesis.
e. Metode Pelacak Radioaktif
Materi aktif yang dapat di identifikasi radiasinya di masukkan dalam sistem. Misalnya
karbon aktif (C14) dapat di introduksi melalui suplai karbondioksida yang nantinya di asimilasikan
oleh tumbuhan dan di pantau untuk mendapatkan perkiraan produktivitas. Tehnik ini sangat mahal
dan memerlukan peralatan yang canggih, tetapi memiliki kelebihan dari metode lainya, yaitu dapat
di pakai dalam berbagai tipe ekosistem tanpa melakukan penghancuran terhadap ekosistem.
Beberapa teknik yang dapat dilakukan dengan pelacakan radioaktif menurut Milner & Hughes
(2000) yakni (1) studi karbon dioksida radioaktif untuk pengukuran fotosintesis; dan (2) pelacak
radioaktif dalam studi mineral.
f. Metode Elektronik
Fletcher & Robinson (1956); Cambell et al. (1962) menyarankan penggunaan metode
elektronik untuk estimasi non-destruktif berat rumput-rumputan dan mengembangkan pendekatan
ini. Alat elektronik (Probe) terdiri biasanya dari sejumlah kaki ditempatkan pada petak rumput
padang rumput dan perubahan kapasitansi dicatat sebagai pembacaan ammeter. Faktor-faktor yang
tepat yang terlibat belum sepenuhnya dijelaskan tapi kelembaban permukaan pada tingkat normal
mempengaruhi pembacaan diperoleh sangat sedikit, meskipun ada hubungan yang erat antara
membaca dan total air yang terkandung dalam rumput-rumputan tersebut. Berbagai tingkat
kelembaban dan kepadatan padang rumput juga mempengaruhi membaca. Ada juga alat bernama
swards yang lebih sensitif digunakan pada padang rumput gunung semi alami di N. Wales (Milner
& Hughes, 2000).

Вам также может понравиться