Вы находитесь на странице: 1из 6

A.

Pengertian BGM

Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Status gizi merupakan ekspresi
dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel-variabel tertentu, atau perwujudan dari
nutriture, (Supriasa, 2002).

Gizi di bawah garis merah adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam
waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat
dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (WHO, 2005).

Menurut Departemen Kesehatan (2005) Balita BGM adalah balita yang saat ditimbang
berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat
(KMS). KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks
antropometri berat atau tinggi badan menurut umur, mencatat pemberian kapsul vitamin A
serta vaksinasi. Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah) adalah balita dengan berat badan
menurut umur (BB/U) berada dibawah garis merah pada KMS. Jika anak berada pada BGM
maka diperlukan tindakan kewaspadaan “warning” agar anak tidak mengalami menderita
gangguan pertumbuhan dan penyakit infeksi serta perhatian pada pola asuh agar lebih
ditingkatkan. Berat Badan BGM bukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai
peringatan untuk konfirmasi dan tindak lanjut. Hasil penelitian Rachmawati dkk (2013)
menunjukkan bahwa balita dengan BGM sebagian besar memiliki riwayat penyakit infeksi
dan cenderung lebih mudah mengalami penyakit infeksi
B. Klasifikasi Balita BGM
a. a.Balita sangat kurus, yaitu balita dengan BB/TB < -3SD.
b. Balita dengan tanda-tanda klinis marasmic kwashiorkor.
c. Balita kurus, yaitu balita dengan BB/TB > -3SD – - < -2SD.
d. Balita terancam gizi buruk, yaitu balita BGM gakin dengan BB/TB normal tetapi BB/U
sangat kurus dengan 2T atau penyakit penyerta.
Gejala Klinis KEP sebagai berikut :
a. KEP Ringan atau Sedang
Untuk tingkat KEP ini tidak terdapat ciri spesifik pada tubuhnya. Gejala klinis
penderita KEP tingkat ini mempunyai badan yang tampak kurus (Depkes RI, 2000).
b. KEP Berat pada tingkat ini dibagi 3 klasifikasi:
1) Marasmus
(a) Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.
(b) Wajah seperti orang tua.
(c) Cengeng, rewel.
(d) Kulit keriput, jaringan lemak sub kutis sangat sedikit, bahkan sampai tidak ada
(e) Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air, serta penyakit kronik.
(f) Tekanan darah, detak jantung, dan pernafasan berkurang.
2) Kwashiorkor
(a) Oedema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum pedis).
(b) Wajah membulat dan sembab.
(c) Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk,
anak nerbaring terus-menerus.
(d) Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis.
(e) Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia).
(f) Pembesaran hati.
(g) Sering disertai infeksi, anemia, dan diare/mencret. Rambut berwarna kusam dan
mudah dicabut.
(h) Ganguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam
terkelupas (crazy pavement dermatosis).
(i) Pandangan mata anak tampak sayu.
3) Marasmus-Kwashoirkor
Tanda-tanda marasmus-kwashiorkor adalah gabungan dari tanda-tanda yang ada
pada marasmus dan kwashiorkor (Supariasa, 2002).
C. Etiologi
BGM dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Namun, secara langsung
dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu : anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak
tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi.
Ketiga penyebab langsung tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang Bayi dan balita tidak
mendapat makanan yang bergizi. Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan
sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat,
baik jumlah dan kualitasnya. MPASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan
protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan
mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada
keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah, seringkali seorang anak
harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena
ketidaktahuan.
2. Anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai Suatu studi “positive deviance”
mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian
kecil yang BGM, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui
pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya BGM. Anak yang diasuh ibunya sendiri
dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat
posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur
pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian
anak yang BGM ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak
berpendidikan.

3. Anak menderita penyakit infeksi Terjadi hubungan timbal balik antara kejadian
infeksi penyakit dan BGM. Anak yang menderita BGM akan mengalami penurunan daya
tahan, sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi. Di sisi lain, anak yang menderita sakit
infeksi akan cenderung menderita gizi buruk.
Gambar 2.1. Penyebab Masalah Gizi Menurut UNICEF, 1998

D. Dampak balita BGM

Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada kelambatan pertumbuhan
dan perkembangannya yang sulit disembuhkan. Oleh karena itu anak yang bergizi kurang
tersebut kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta bersikap akan lebih terbatas
dibandingkan dengan anak yang normal (Santoso, 2003). Dampak yang mungkin muncul
dalam pembangunan bangsa di masa depan karena masalah gizi antara lain :

1. Kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-anak. Hal ini berarti
berkurangnya kuantitas sumber daya manusia di masa depan. Kekurangan gizi berakibat
meningkatnya angka kesakitan dan menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti
akan menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan.

2. Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak - anak. Akibatnya diduga
tidak dapat diperbaiki bila terjadi kekurangan gizi semasa anak dikandung sampai umur kira-
kira tiga tahun. Menurunnya kualitas manusia usia muda ini, berarti hilangnya sebagian besar
potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan bangsa.

3. Kekurangan gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk bekerja, yang berarti
menurunnya prestasi dan produktivitas kerja manusia. Kekurangan gizi pada umumya adalah
menurunnya tingkat kesehatan masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah
masalah konsumsi makanan rakyat. Karena itulah program peningkatan gizi memerlukan
pendekatan dan penggarapan diberbagai disiplin, baik teknis kesehatan, teknis produksi,
sosial budaya dan lain sebagainya (Suhardjo, 2003).

E.Pemeriksaan Penunjang

Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi,
maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB).
a) Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
Merupakan pengukuran antropometri yang sering digunakan sebagai indikator dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan dan keseimbangan antara intake dan
kebutuhan gizi terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan
lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak,
misalnya terserang infeksi, kurang nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. BB/U lebih menggambarkan status gizi sekarang. Berat badan yang
bersifat labil, menyebabkan indeks ini lebih menggambarkan status gizi seseorang saat
ini (Current Nutritional Status)
b) Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
Indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat
kaitannya dengan status ekonomi (Beaton dan Bengoa (1973) dalam.
c) Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu (Supariasa,dkk 2002).
d) Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidaknormalan Melakukan pemeriksaan
X-Ray untuk memeriksa apakah ada kelainan pada tulang dan organ tubuh lain Memeriksa
penyakit atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk.
E. Penatalaksanaan
Tingkat Rumah Tangga
1) Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk
mengetahui pertumbuhan berat badannya.
2) Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-6 bulan.
3) Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun. 25
4) Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran pemberian
makanan.
5) Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggota keluarga lainnya.
6) Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita mengalami sakit atau
gangguan pertumbuhan.
7) Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas.
Tingkat Posyandu
1) Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat hasil
penimbangan pada KMS.
2) Kader memberikan nasehat pada orang tua balita untuk memberikn hanya ASI pada bayi
usia 0-6 bulan dan tetap memberikan ASI sampai usia 2 tahun.
3) Kader memberikan penyuluhan pemberian MP-ASI sesuai dengan usia anak dan kondisi
anak sesuai kartu nasehat ibu.
4) Kader menganjurkan makanan beraneka ragam untuk anggota keluarga lainnya.
5) Bagi balita dengan berat badan tidak naik (“T”) diberikan penyuluhan gizi seimbang dan
PMT penyuluhan.
6) Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3 kali
(“3T”) dan berat badan di bawah garis merah (BGM).
7) Kader merujuk balita ke Puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit penyerta lain.
8) Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan balita.

G, Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrient
2. Resiko Infeksi b.d malnutrisi

Вам также может понравиться