Вы находитесь на странице: 1из 35

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN MYASTHENIA GRAVIS

A. LANDASAN TEORITIS PENYAKIT

I. DEFINISI
Myasthenia gravis adalah penyakit autoimun yang diperoleh klinis ditandai dengan
kelemahan otot rangka dan fatigability pada tenaga.Myastenia gravis merupakan gangguan
yang mempengaruhi transmisi neuromuskular pada otot tubuh yang kerjanya dibawah
kesadaran seseorang. (Brunner dan Suddarth, 2001). Myastenia gravis adalah “kelemahan
otot yang serius” adalah salah satu penyakit neuromuskular yang menggabungkan
kelelahan cepat otot otot valuntar dengan penyembuhan yang sangat lama. (Brunner dan
Suddart, 2001)
Miastenia gravis ialah penyakit dengan gangguan pada ujung-ujung saraf motorik
di dalam otot yang mengakibatkan otot menjadi lekas lelah. Otot-otot pada pergerakan
berulang-ulang atau terus-menerus menjadi lelah dan ampuh. Miastenia gravis merupakan
penyakit kronis, neuromuskular, autoimun yang bisa menurunkan jumlah dan aktifitas
reseptor Acethylcholaline (ACH) pada Neuromuscular junction. Hipotesis yang dibuat oleh
para sarjana untuk menerangkan peristiwa ini ada beberapa buah. Asetilkolin yang
diperlukan sebagai mediator kimiawi rangsang dari saraf ke otot, kurang pembentukannya.
Hipotesis lainnya mengatakan pelepasan asetilkolin, terganggu. Yang banyak dianut ialah
asetilkolin lekas terurai oleh enzim kolinesterase. Pada permulaan penyakit, otot-otot yang
lekas lelah ini dapat pulih kembali sesudah istirahat. Otot-otot yang terserang biasanya
otot-otot kelopak mata, otot-otot penggerak mata, otot-otot untuk mengunyah dan menelan.
Otot-otot tubuh lainnya dapat pula dihinggapi penyakit ini. Miastenias gravis berakhir
dengan kematian bila otot-otot pernapasan menjadi lumpuh sama sekali.

II. ETIOLOGI
Kelainan primer pada MG dihubungkan dengan gangguan transmisi pada
neuromuscular junction,yaitu penghubung antara unsur saraf dan unsur otot. Pada ujung akson
motor neuron terdapat partikel -partikel globuler yang merupakan penimbunan asetilkolin
(ACh). Jika rangsangan motorik tiba pada ujung akson, partikel globuler pecah dan ACh
dibebaskan yang dapat memindahkan gaya sarafi yang kemudian bereaksi dengan ACh
Reseptor (AChR) pada membran postsinaptik. Reaksi ini membuka saluran ion pada membran
serat otot dan menyebabkan masuknya kation, terutama Na, sehingga dengan demikian
terjadilah kontraksi otot. Penyebab pasti gangguan transmisi neromuskuler pada MG tidak
diketahui. Dulu dikatakan, pada MG terdapat kekurangan ACh atau kelebihan kolinesterase,
tetapi menurut teori terakhir, faktor imunologik yang berperanan.

III. PATOFISIOLOGI
Otot rangka atau otot lurik dipersarafi oleh nervus besar bermeilin yang berasal
dari sel kornu anterior medulla spinalis dan batang otak. Nervus ini mengirim keluar aksonnya
dalam nervus spinalis atau kranialis menuju perifer. Nervus yang bersangkutan bercabang
berkali kali dan mampu merangsang 2000 serat otot rangka. Kombinasi saraf motorik dengan
serabut otot yang dipersyarafi disebut unit motorik. Walaupun masing masing neuron motorik
mempersarafi banyaj serabut otot, namun masing masing otot dipersarafi oleh neuron motorik
tunggal.
Daerah khusus yang menghubungkan antara saraf motorik dengan serabut otot
disebut sinaps atau taut neuromuskular. Asetilkolin disimpan dan disintesis dalam akson
terminal (bouton). Membran pascasinaps mengandung reseptor asetilkolin yang dapat
membangkitkan lempeng akhir motorik dan sebalikya dapat menghasilkan potensial aksi otot.
Apabila implus saraf mencapai taut neuromuskular, membrana akson parasimpatik terminal
terdepolirisasi, menyebabakan pelepasan asetilkolin kedalam membran parasimpatik.
Asetilkolin menyeberangi celah sinaptik secara difusi dan menyatu dengan bagian reseptor
asetilkolin dalam membran pascasinaptik. Masuknya ion Na secara mendadak dan keluarnya
ion K menyebabkan depolarisasi ujung lempeng
Ketika EPP mencapai puncak EPP akan menghasilkan potensial aksi dalam
membran otot tidak bertaut yang menyebar sepanjang sarkonema. Potensial aksi ini merangkai
serangkaian reaksi yang menyebabkan kontraksi serabut otot. Begitu terjadi transmisi melalui
penghubung neuromuskular, asetilkolin akan dirusak oleh enzin asetilkonlinetrase. Dalam MG
konduksi neuromuskularnya terganggu. Jumlah reseptor asetilkolin normal menjadi menurun.
(Keperawatan medikal bedah, 2001)

IV. MANIFESTASI KLINIS


Karakteristik penyakit berupa kelemahan otot ekstrem dan mudahmengalami
kelelahan, yang umumnya memburuk setelah aktivitas dan berkurang setelah istirahat. Berbagai
gejala yang muncul sesuai denagn otot yang terpenagaruh, sebagai berikut:
· Apabila otot simetri yang terkena, umumnya dihubungkan dengan saraf kranial. Karena otot
– otot okular terkena, maka gejala awal yang muncul diplopia (penglihata ganda)
dan ptosis (jatuhnya kelopak mata). Ekspresi wajah pasien seperti sedang tidur terlihat seperti
patung hal ini dikarenakan otot wajah terkena
· Pengaruh terhadapa laring menyebabkan disfonia (gangguan suara) dalam pembentukan
bunyi suara hidung atau kesukaran dalam pengucapan kata kata. Kelemahan pada otot otot
bulbar menyebabkan masalah mengunyah dan menelan dan adanya bahaya tersedak dan
aspirasi.
· Sekitar 15% sampai 20% keluhan pada tangan dan otot otot lengan, pada otot kaki
mengalami kelemahan yang membuat pasien jatuh.
· Kelemahan diafragma dan otot – otot interkostal menyebabkan gawat nafas, yang
merupakan keadaan darurat akut. (Keperawatan medikal bedah, 2001)
Tanda dan gejala klien myasthenia gravis meliputi :

Kelelahan

Wajah tanpa ekspresi

Kelemahan secara umum, khususnya pada wajah, rahang, leher, lengan,
tangandan atau tungkai. Kelemahan meningkat pada saat pergerakan.

Kesulitan dalam menyangkut lengan diatas kepala atau meluruskan jari.

Kesulitan mengunyah

Kelemahan, nada tinggi, suara lembut

Ptosis dari satu atau kedua kelopak mata

Kelumpuhan okular

Diplopia

Ketidakseimbangan berjalan dengan tumit ; namun berjalan dengan jari kaki

Kekuatan makin menurun sesuai dengan perkembangan

Inkontinensia stress

Kelemahan pada sphincter anal

Pernapasan dalam, menurun kapsitas vital, penggunaan otot-otot aksesori.

V. Klasifikasi

Menurut Myasthenia Gravis Foundation of America (MGFA), miastenia gravis


dapatdiklasifikasikansebagaiberikut:

Kelas I Adanyakelemahanotot-ototocullar,
kelemahanpadasaatmenutupmatadankekuatanotot-otot lain normal

Kelas II Terdapatkelemahanototokular yang semakinparah,


sertaadanyakelemahanringanpadaotot-otot lain selainototokular.
Kelas IIa Mempengaruhiotot-ototaksial, anggotatubuh, ataukeduanya.
Jugaterdapatkelemahanotot-ototorofaringeal yang ringan

Kelas IIb Mempengaruhiotot-ototorofaringeal, ototpernapasanataukeduanya.


Kelemahanpadaotot-ototanggotatubuhdanotot-
ototaksiallebihringandibandingkanklasIIa.

Kelas III Terdapatkelemahan yang beratpadaotot-ototokular. Sedangkanotot-otot


lain selainotot-otot ocular mengalamikelemahantingkatsedang

Kelas III a Mempengaruhiotot-ototanggotatubuh, otot-ototaksial,


ataukeduanyasecarapredominan. Terdapatkelemahanototorofaringeal
yang ringan

Kelas III b Mempengaruhiototorofaringeal, otot-ototpernapasan,


ataukeduanyasecarapredominan. Terdapatkelemahanotot-
ototanggotatubuh, otot-ototaksial, ataukeduanyadalamderajatringan.

Kelas IV Otot-otot lain selainotot-ototokularmengalamikelemahandalamderajat


yang berat, sedangkanotot-
ototokularmengalamikelemahandalamberbagaiderajat

Kelas IV a Secarapredominanmempengaruhiotot-ototanggotatubuhdanatauotot-
ototaksial. Ototorofaringealmengalamikelemahandalamderajatringan

Kelas IV b Mempengaruhiototorofaringeal, otot-


ototpernapasanataukeduanyasecarapredominan.
Selainitujugaterdapatkelemahanpadaotot-ototanggotatubuh, otot-
ototaksial, ataukeduanyadenganderajatringan.
Penderitamenggunakan feeding tube tanpadilakukanintubasi.

Kelas V Penderitater-intubasi, denganatautanpaventilasimekanik.

Klasifikasi menurut osserman ada 4 tipe :

1. Ocular miastenia

terkenanya otot-otot mata saja, dengan ptosis dan diplopia sangat ringan dan tidak ada
kematian

2. Generalized myiasthenia

a) Mild generalized myiasthenia

Permulaan lambat, sering terkena otot mata, pelan-pelan meluas ke otot-otot skelet dan
bulber. System pernafasan tidak terkena. Respon terhadap otot baik.

b) Moderate generalized myasthenia

Kelemahan hebat dari otot-otot skelet dan bulbar dan respon terhadap obat tidak
memuaskan.

3. Severe generalized myasthenia

a. Acute fulmating myasthenia


Permulaan cepat, kelemahan hebat dari otot-otot pernafasan, progresi penyakit biasanya
komplit dalam 6 bulan. Respon terhadap obat kurang memuaskan, aktivitas penderita
terbatas dan mortilitas tinggi, insidens tinggi thymoma

b. Late severe myasthenia

Timbul paling sedikit 2 tahun setelah kelompok I dan II progresif dari myasthenia
gravis dapat pelan-pelan atau mendadak, prosentase thymoma kedua paling tinggi. Respon
terhadap obat dan prognosis jelek

4. Myasthenia crisis

Menjadi cepat buruknya keadaan penderita myasthenia gravis dapat disebabkan :


pekerjaan fisik yang berlebihan, emosi, infeksi, melahirkan anak

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Tes darah dikerjakan untuk menebtukan kadar antibody tertentu didalam
serum(mis, AChR-binding antibodies, AChR-modulating antibodies, antistriational
antibodies). Tingginya kadar dari antibody dibawah ini dapat mengindikasikan adanya
MG.
2. Pemeriksaan Neurologis melibatkan pemeriksaan otot dan reflex. MG dapat
menyebabkan pergerakan mata abnormal, ketidakmampuanuntuk menggerakkan mata
secara normal, dan kelopak mata turun. Untuk memeriksa kekuatan otot lengan dan
tungkai, pasien diminta untuk mempertahankan posisint melawan resistansi selama
beberapa periode. Kelemahan yang terjadi pada pemeriksaan ini disebut fatigabilitas.
3. Foto thorax X-Ray dan CT-Scan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
pembesaran thymoma, yang umum terjadi pada MG
4. Pemeriksaan Tensilon sering digunakan untuk mendiagnosis MG. Enzim
acetylcholinesterase memecah acetylcholine setelah otot distimulasi, mencegah
terjadinya perpanjangan respon otot terhadap suatu rangsangan saraf tunggal.
Edrophonium Chloride merupakan obat yang memblokir aksi dari enzim
acetylcholinesterase.
5. Electromyography (EMG) menggunakanelektrodauntukmerangsangotot dan
mengevaluasifungsiotot. Kontraksiotot yang semakinmelemahmenandakanadanya MG.
VII. PENATALAKSANAAN MEDIS

Myasthenia gravis merupakan gangguan neuromuskuler yang paling dapat diatasi.


Pemilihan metode terapi tergantung beberapa faktor seperti umur, kesehatan secara umum,
keparahan penyakit, dan derajat perkembangan penyakit.
Pengobatan
1. Anticholinesterase seperti neostigmine (Prostigmin®) dan pyridostigmine (Mestinon®)
biasanya diresepkan. Obat ini mencegah destruksi ACh dan meningkatkan akumulasi Ach
pada neuromuscular junctions, memperbaiki kemampuan kontraksi otot. Efek
samping itermasuk liur berlebihan, kontraksi otot involunter (fasciculation), nyeri
abdomen, mual, dan diare. Obat yang disebut kaolin dapat digunakan sebagai
anticholinesterase untuk mengurangi efek samping pada gastrointestinal.
2. Corticosteroids (e.g., prednisone) menekan antibody yang memblokir AChR pada
neuromuscular junction dan dapat digunakan bersamaan dengan anticholinesterase.
Kortikosteroid memperbaiki keadaan dalam beberapa minggu dan jika pemulihan sudah
stabil, dosis sebaiknya dikurangi secara perlahan (tapering off) Dosis rendah dapat
digunakan tidak terbatas untuk mengatasi MG, namun, efek samping seperti, ulkus gaster,
osteoporosis, peningkatan berat badan, gula darah meningkat, dan peningkatan resiko
infeksi mungkin muncul pada pemakaian jangka panjang
3. Immunosuppressants seperti azathioprine (Imuran®) dan cyclophosphamide (Neosar®)
dapat digunakan untuk menangani MG umum jika pengobatan lain gagal mengurangi
gejala. Efek Samping dapat berat dan termasuk penurunan sel darah putih, disfungsi liver,
mual, muntah, dan rambut gugur. Immunosuppressants tidak digunakan untuk menangani
MG congenital karena kondisi ini bukan terjadi disebabkan oleh disfungsi sistem imun.

Penatalaksanaan Lainnya
1. Plasmapheresis, atau pertukaran plasma, digunakan untuk memodifikasi malfungsi pada
sistem imun. Ini dapat digunakan pada gejala yang memburuk (eksaserbasi) atau persiapan
operasi thymectomy. Biasanya, 2 hinga 3 liter plasma dibuang dan diganti pada setiap
penangananm dimana memerlukan beberapa jam. Kebanyak pasien menjalani beberapa
sesi selama metode plasmapheresis berjalan. Plasmapheresis memperbaiki gejala MG
dalam beberapa hari dan perbaikan bertahan hingga 6-8 minggu. Resiko termasuk tekanan
darah rendah, pusing, penglihatan kabur, dan pembentukan bekuan darah (thrombosis).
2. Thymectomy merupakan operasi pembuangan kelenjar thymus. Biasanya dilakukan
pada pasien dengan tumor pada thymus (thymoma) dan pasien yang lebih muda dari umur
55 tahun dengan MG menyeluruh. Manfaat thymectomy berkembang secara perlahan dan
kebanyakan perbaikan terjadi selama bertahun-tahun setelah prosedur ini dilakukan.
Penatalaksanaan miastenia gravis ditentukan dengan meningkatkan fungsi
pengobatan pada obat antikolinesterase dan menurunkan serta mengeluarkan sirkulasi
antibody.
VIII. KOMPLIKASI
Krisis miasthenic merupakan suatu kasus kegawatdaruratan yang terjadi bila otot yang
mengendalikan pernapasan menjadi sangat lemah. Kondisi ini dapat menyebabkan gagal
pernapasan akut dan pasien seringkali membutuhkan respirator untuk membantu pernapasan
selama krisis berlangsung. Komplikasi lain yang dapat timbul termasuk tersedak, aspirasi
makanan, dan pneumonia.
Faktor-faktor yang dapat memicu komplikasi pada pasien termasuk riwayat penyakit
sebelumnya (misal, infeksi virus pada pernapasan), pasca operasi, pemakaian kortikosteroid
yang ditappering secara cepat, aktivitas berlebih (terutama pada cuaca yang panas), kehamilan,
dan stress emosional.
· Bisa timbul miastenia crisis atau cholinergic crisis akibat terapi yang tidak diawasi
· Bullous death
B. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

a. Identitas klien yang meliputi nama,alamat,umur,jenis kelamin(wanita),dan status


b. Keluhan utama : kelemahan otot
c. Riwayat kesehatan : Diagnosa miastenia gravis didasarkan pada riwayat dan presentasi
klinis. Riwayat kelemahan otot setelah aktivitas dan pemulihan
kekuatan parsial setelah istirahat sangatlah menunjukkan miastenia
gravis, pasien mungkin mengeluh kelemahan setelah melakukan
pekerjaan fisik yang sederhana. Riwayat adanya jatuhnya kelopak
mata pada pandangan atas dapat menjadi signifikan, juga bukti
tentang kelemahan otot.
d. Pemeriksaan fisik :
- Keadaan Umum :

- Tingkat kesadaran :

- GCS :

- TTV : TD : ………… mmHg N : …….x/menit

S : ………… oC RR : …… x/menit

Keadaan Lokal
Trauma Stigmata :-
Perdarahan perifer : Capilary refill time < 2 detik
KGB : Tidak teraba membesar
Columna vertebralis : Letak ditengah, skoliosis ( - ), lordosis ( - )
Kulit : Warna kuning langsat, sianosis ( - ), ikterik ( - )
Kepala : Normosefali, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut, jejas ( - ), nyeri tekan perikranial ( - )
Mata : Konjungtiva anemis - / -, sklera ikterik - / -, ptosis + / +,

lagoftalmus - / -, pupil bulat isokor, diameter 5mm/5mm,


refleks cahaya langsung + / +, refleks cahaya tidak
langsung + / +

Telinga : Normotia + / +, perdarahan - / -

Hidung : Deviasi septum - / -, perdarahan - / -

Mulut : Bibir sianosis ( - ), lidah kotor ( - ),


Leher : Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak teraba

pembesaran KGB dan tiroid.


Pemeriksaan Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tampak di ICS V 2 jari medial linea midklavikularis

sinistra

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 2 jari medial linea midklavikularis

sinistra

Perkusi : Pinggang jantung ICS III linea parasternalis sinistra, batas kanan ICS

IV linea sternalis dextra, batas kiri ICS V5 2 jari medial linea

midklavikularis sinistra

Auskultasi : S1 dan S2 normal reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Pemeriksaan Paru

Inspeksi : Pergerakkan dada simetris pada statis dan dinamis

Palpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler + / +, ronkhi + / +, wheezing - / -

Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar

Palpasi : Supel, nyeri tekan ( - ), hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus ( + ), 3x/menit

Pemeriksaan Ekstremitas

Superior : Akral hangat + / +, edema - / -

Inferior : Akral hangat + / +, edema - / -


PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

GCS : E4V5M6 = 15

FKL : bahasa terganggu

Tanda rangsang meningeal

Kaku kuduk :-

Kerniq :-
Brudzinsky I :-

Brudzinsky II :-

Nervus Kranialis

N. I (Olfaktorius)

Normosmia :+/+

N. II (Optikus)

Acies visus : Baik / baik

Visus campus : Baik / baik

Lihat warna : Baik / baik

Funduskopi : Tidak dilakukan

N. III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducens)

Kedudukkan bola mata : Ortoposisi + / +

Pergerakkan bola mata : Baik ke segala arah

Oculi Dextra Oculi Sinistra


Lagofthalmus :-/-
Ptosis :+/+
Nystagmus :-/-
Pupil
Bentuk : Pupil Bulat, isokor, diameter
4mm/4mm
Reflek cahaya langsung :+/+
Reflek cahaya tidak langsung :+/+
N. V (Trigeminus)
Cabang Motorik
Gerakan rahang : Baik
Menggigit : Baik
Cabang sensorik
Ophtalmicus : Baik / baik
Maksilaris : Baik / baik

Mandibularis : Baik / baik


Refleks

Kornea :+/+

Jaw reflex :-/-

N. VII (Fascialis)

Motorik

Sikap wajah : Kesan mencong tidak ada

Angkat alis : Baik / baik

Mengerutkan dahi : Baik / baik

Menutup mata : Baik / baik

Menyeringai : Baik / baik

Plika nasolabialis : Tidak ada bagian yang lebih mendatar

Sensorik

Pengecapan lidah 2/3 depan : Baik


N. VIII (Vestibulocochlearis)

Vestibular

Vertigo :-

Nistagmus :-

Koklearis : Baik / baik

N. IX, X (Glossopharyngeus, Vagus)

Motorik

Kedudukan uvula : Berada di tengah

Kedudukan arcus faring : Tidak ada deviasi

Menelan : Terganggu

Sensorik : Baik

N. XI (Accesorius)

Mengangkat bahu : Baik / baik

Menoleh : Baik / baik

N.XII (Hypoglossus)

Pergerakkan lidah : Baik

Menjulurkan lidah : Lurus ke depan

Atrofi :-

Fasikulasi :-

Tremor :-

Sistem Motorik

Trofi : eutrofi

Tonus : normotonus

Kekuatan otot :
Ekstremitas superior : 5555/5555
Ekstremitas inferior : 5555/5555
Gerakkan involunter :
Tremor :-/-
Chorea :-/-
Atetose :-/-
Miokloni :-/-
Tics :-/-
Sistem Sensorik
Propioseptif
Getar : Tidak dilakukan
Sikap : Baik / baik
Eksteroseptif
Nyeri : Baik / baik
Suhu : Tidak dilakukan
Raba : Baik / baik
Refleks Fisiologis

Kornea :+
Biseps : ++/++
Triseps : ++/++
KPR : ++/++
APR : ++/++
Dinding perut : ++/++
Refleks Patologis

Hoffman Tromer :-/-

Babinsky :-/-

Chaddok :-/-

Gordon :-/-

Schaefer :-/-

Klonus patella :-/-

Klonus achilles :-/-

9
Fungsi Serebelar
Ataxia :-
Tes Romberg : Baik
Disdiadokokinesia : Baik
Jari-jari : Baik
Jari-hidung : Baik
Tumit-lutut : Baik
Rebound phenomenon : Baik
Hipotoni :-/-
Fungsi Otonom
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Sekresi keringat : Baik

11 POLA KESEHATAN FUNGSIONAL MENURUT GORDON

1. Pola Persepsi Kesehatan


Ketidaktahuan klien tentang informasi dari penyakit yang dideritanya.
2. Pola Nutrisi Metabolik
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan menurun, kurus,makannya
sering, kehausan, mual dan muntah.
3. Pola Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, urin encer berwarna pucat dan kuning, perubahan
dalamfeses ( diare ), sering buang air besar dan terkadang diare, keringat
berlebihan, berkeringat dingin.
4. Pola Aktivitas
Latihan sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat,
palpitasi, nyeri dada, Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku,
seperti: bingung,disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma,
tremor halus padatangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak sentak, hiperaktif refleks
tendon dalam(RTD). frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada
krisistirotoksikosis), Jari tangan gemetar (tremor), Jantung berdebar cepat, denyut nadi
cepat,seringkali sampai lebih dari 100 kali per menit Rasa capai, Otot lemas, terutama
lenganatas dan paha, Ketidaktoleranan panas Pergerakan-pergerakan usus besar yang
meningkat Gemetaran Kegelisahan; agitasi.
5. Pola Istirahat Dan Tidur
Insomnia sehingga sulit untuk berkonsentrasi
6. Pola Kognitif Perseptual
Ada kekhawatiran karena pusing, kesemutan, gangguan penglihatan, penglihatan
ganda,gangguan koordinasi, Pikiran sukar berkonsentrasi.
7. Pola Persepsi Diri
Gangguan citra diri akibat perubahan struktur anatomi, mata besar (membelalak =
exophthalmus), keluhan lain pada mata (spt nyeri,peka cahaya,kelainan penglihatan
danconjunctivitis), kurus.
8. Pola Peran
Hubungan Nervus, tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung. Bila bisa menyesuaikan
tidak akan menjadi masalah dalam hubungannya dengan anggota keluarganya.
9. Pola Seksualitas
Reproduksi penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten, Haid menjadi tidak
teratur dan sedikit, Bola mata menonjol, dapat disertaidengan penglihatan ganda (double
vision).
10. Pola Koping
Toleransi stress Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik. Emosi labil
(euforia sedangsampai delirium), depresi.
11. Pola Nilai Kepercayaan
Tergantung pada kebiasaan, ajaran dan aturan dari agama yang dianut oleh individu
tersebut. Nervus, tegang, gelisah, cemas

2. Pengkajian persistem

a. Sistem integumen

Kaji warna kulit, turgor kulit, kelembaban kulit, akral, kebersihan rambut dan kuku.

b. Sistem penginderaan

Kaji bentuk mata, hidung, telinga, mukosa bibir, ada atau tidaknya lesi.

c. Sistem pernafasan

Kaji bentuk dada, irama dan frekuensi nafas. Inspeksi apakah klien mengalami
kemampuan atau penurunan batuk efektif, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot
bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang sering didapatkan pada klien yang
disertai adanya kelemahan otot-otot pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti
ronkhi atau stridor pada klien, menunjukkan adanya akumulasi secret pada jalan napas dan
penurunan kemampuan otot-otot pernapasan.

d. Sistem cardiovaskuler

Kaji irama dan frekuensi denyut nadi. Pengkajian pada system kardiovaskuler terutama
dilakukan untuk memantau perkembangan dari status kardiovaskular, terutama denyut nadi dan
tekanan darah yang secara progresif akan berubah sesuai dengan kondisi tidak membaiknya
status pernapasan

e. Sistem pencernaan

Biasanya klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Mual sampai muntah
akibat peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien miestania gravis
menurun karena ketidakmampuan menelan makanan sekunder dari kelemahan otot-otot
menelan.

f. Sistem perkemihan

Biasanya mengalami inkontinensia urine. Pemeriksaan pada system perkemihan


biasanya menunjukkan berkurangnya volume pengeluaran urin, yang berhubungan dengan
penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.

g. Sistem muskuluskeletal

Biasanya klien mengalami kelemahan otot pada bagian tertentu. Karakteristik utama
miestania gravis adalah kelemahan dari system motorik. Adanya kelemahan umum pada oto-
otot rangka memberikan manifestasi pada hambatan mobilitas dan intoleransi aktivitas.
Adanya kelemahan otot-otot volunter memberikan hambatan pada mobilitas dan
mengganggu aktivitas perawatan diri.(Arif Muttaqin, 2008).

h. Sistem Persarafan
1) Saraf I (olfaktorius)

Biasanya pada klien tidak ada kelainan, terutama fungsi penciuman.

2) Saraf II (optikus)
Penurunan pada tes ketajaman penglihatan, klien sering mengeluh adanya
penglihatan ganda.
3) Saraf III,IV dan VI (okulomotoris, troklearis, abdusens)
Sering didapatkan adanya ptosis. Adanya oftalmoplegia, mimic dari
pseudointermulear oftalmoplegia akibat gangguan motorik pada nervus VI.
4) Saraf V (trigeminus)
Didapatkan adanya paralisis pada otot wajah akibat kelumpuhan pada otot-otot
wajah
5) Saraf VII (fasialis)
Persepsi pengecapan terganggu akibat adanya gangguan motorik lidah
6) Saraf VIII (akustikus)
Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
7) Saraf IX dan X (glosofaringeus,vagus)
Ketidakmampuan dalam menelan
8) Saraf XI (aksesorius)
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII (hipoglosus)
Lidah tidak simetris, adanya deviasi pada satu sisi akibat kelemahan otot motorik
pada lidah.

i. Pengkajian Refleks

Pemeriksaan reflex profunda, pengetukan pada tendon, ligamentum atau


periosteum derajat reflex pada respons normal.

j. Pengkajian Sistem Sensorik

Pemeriksaan sensorik pada penyakit ini biasanya didapatkan sensasi raba dan
suhu normal, tidak ada perasaan abnormal di permukaan tubuh.

e. Riwayat keperawatan : kelemahan otot (meningkat dengan pengerahan tenaga,


membaik bila istirahat, tiba-tiba cepat lelah); kesulitan menelan dan mengunyah;
diplobia; tumor kelenjar timus.
f. Psikososial : usia; jenis kelamin; pekerjaan; peran dan tanggung jawab yang biasa
dilakukan; penerimaan terhadap kondisi; koping yang biasa digunakan; status
ekonomi dan penghasilan.
g. Pengetahuan klien dan keluarga : pemahaman tentang penyakit, komplikasi,
prognosa dan pengobatan; kemampuan membaca dan belajar.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan kelemahan otot


pernafasan
2. KetidakseimbanganNutrisiKurangdarikebutuhantubuh
3. Gangguan mobilitasfisikberhubungan dengan kelemahan fisik umum, keletihan
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia,gangguan
pengucapan kata, gangguan neuromuskular, kehilangankontrol tonus otot fasial
atau oral
No Nanda Noc Nic
1 Ketidakefektifan  Respiratory status: Airway Management
pola nafas yang ventiolation
o Buka jalan nafas
berhubungan  Respiratory status:
dengan teknik chin
dengan kelemahan Airway patency
lift atau jaw thrust
otot pernafasan  Vital sign status
bila perlu
Kriteria Hasil :
o Posisikan pasien
v Mendemonstrasikan untuk
batuk efektif dengan memaksimalkan
suara nafas yang besih, ventilasi
tidak ada sianosis dan o Identivikassi pasien
dyspneu ( mamou perlunya pemasangan
mengeluarkan alat jalan nafas buatan
septum,mampu o Pasang mayo bila
bernafas dengan perlu
mudah, tidak ada o Lakukan fisioterapi
pursed lips) bila perlu
v Menunjukkan jalan nafas o Kluarkan sekret
yang paten ( klien tidak dengan batuk atau
merasa tercekik, irama suction
nafas, frekuensi o Auskultassi suara
pernafasan dalam nafas, catat adanya
rentang normal, tidak suara tambahan
ada suara abnormal) o Lakulkan suction
v Tanda- tanda vital dalam pada mayo
rentang normal(tekanan o Berikan brinkodilator
darah, nadi, pernafasan) bila perlu
o Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl lembab
o Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
o Monitor respirasi dan
status O2
Oxygen Therapy

o Bersihkan mulut,
hidung dan sekret
trakea
o Pertahankan jalan
nafas yang paten
o Atur peralatan
oksigen
o Monitor aliran
oksigen
o Pertahankan posisi
pasien
o Observasi adanya
tanda – tanda
hiperventilasi
o Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadan oksigenasi

Vital Sign Monitoring

o Monitor
TD,nadi,suhu,dan RR
o Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
o Monitor Vs saat
pasien berbaring,
duduk n, atau berdiri
o Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
o Monitor TD, nadi,
RR,sebelum,selama,d
an setelah aktivitass
o Monitor kualitas dari
nadi
o Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
o Monitor suara paru
o Monitor pola
pernafasan abnormal
o Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
o Monitor sianosis
perifer
o Monitor adanya
cushing triad(tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,peningkata
n sistolik)
o Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

2 Ketidakseimbangan a. Status nutrisi MANAJEMEN NUTRISI


NutrisiKurangdarik b. Status nutrisi: intake
 Tentukan status gizi
ebutuhantubuh nutrisi pasien dan kemampuan
Kriteriahasil : untuk memenuhi
kebutuhan gizi
 Adanyapeningkatanbe
 Identifikasi alergi
ratbadansesuaidenga makanan pada pasien
ntujuan atau intoleransi
 Tentukan preferensi
 Mampumengidentifik
makanan pasien
asikebutuhanNutrisi  Anjurkan pasien
tentang kebutuhan
 Tidakadatanda- nutrisi (yaitu ,
tandamalnutrisi membahas pedoman
diet dan piramida
 Menunjukkanpeningk makanan)
atanfungsipengecapa  Bantu pasien dalam
ndarimenelan menentukan pedoman
atau piramida makanan
(misalnya , piramida
makanan vegetarian ,
panduan piramida
makanan, dan piramida
makanan untuk pasien
berusia lebih dari 70
tahun) yang paling
cocok dalam memenuhi
kebutuhan gizi dan
pilihan pasien
 Tentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi
 Berikan makanan
pilihan sambil
menawarkan
bimbingan terhadap
pilihan yang lebih sehat
, jika perlu
 Atur pola makan , yang
diperlukan ( yaitu ,
menyediakan makanan
berprotein tinggi,
menyarankan
menggunakan bumbu
dan rempah-rempah
sebagai alternatif untuk
garam, menyediakan
pengganti gula ,
meningkatkan atau
menurunkan kalori,
menambah atau
mengurangi vitamin ,
mineral , atau
suplemen )
 Sediakan lingkungan
yang optimal untuk
konsumsi makanan (
misalnya, bersih,
berventilasi baik,
santai, dan bebas dari
bau yang menyengat )
 Lakukan atau bantu
pasien menggunakan
gigi palsu yang pas, jika
sesuai
 Berikan obat sebelum
makan ( misalnya ,
nyeri , anti emetik ), jika
diperlukan
 Dorong pasien untuk
duduk dalam posisi
tegak di kursi , jika
mungkin
 Pastikan makanan
disajikan dengan
tampilan yang menarik
dan pada suhu yang
paling cocok untuk
konsumsi optimal
 Dorong keluarga untuk
membawa makanan
kesukaan pasien selama
di rumah sakit atau
perawatan fasilitas , jika
perlu
 Membantu pasien
dengan membuka
bungkusan, memotong
makanan, dan
memakan makanan ,
jika diperlukan
 Anjurkan pasien pada
modifikasi diet yang
diperlukan , yang
diperlukan ( misalnya ,
NPO , cairan bening ,
cairan penuh , lembut ,
atau diet sesuai
toleransi )
 Anjurkan pasien pada
kebutuhan diet untuk
keadaan penyakit (
misalnya , untuk pasien
dengan penyakit ginjal ,
membatasi natrium ,
kalium , protein , dan
cairan)
 Anjurkan pasien pada
kebutuhan makanan
yang spesifik
berdasarkan
perkembangan atau
usia ( misalnya ,
peningkatan kalsium ,
protein , cairan , dan
kalori untuk ibu
menyusui ,
meningkatkan asupan
serat untuk mencegah
sembelit untukorang
dewasa atau yang lebih
tua )
 Tawarkan makanan
ringanpadat nutrisi
 Pastikan diet yang
menyertakan makanan
tinggi kandungan serat
untuk mencegah
konstipasi
 Pantau kalori dan
asupan makanan
 Pantau penurunan dan
kenaikan berat badan
 Anjurkan pasien untuk
memonitor kalori dan
asupan makanan (
misalnya , buku harian
makanan )
 Anjurkan persiapan
makanan yang aman
 Bantu pasien dalam
mengakses program gizi
masyarakat (misalnya,
wanita, bayi dan anak-
anak, kupon makanan
dan makanan yang
diantar ke rumah)
 Memberikan referensi ,
jika perlu

3 Gangguan Joint movement : BANTUAN PERAWATAN


mobilitasfisikberhu active DIRI : IADL

bungan dengan Mobility level  Tentukan


kelemahan fisik Self care : Adls kebutuhan individu
yang akan dibantu
umum, keletihan Kriteriahasil:
dengan kegiatan
 Klienmeningkatk sehari-hari.
andalamaktivitasf (Misalnya
bebelanja,
isik
memasak,
 Mengertitujuanda mencuci,
ripeningkatanmob penggunaan
transportasi,
ilitas
mengelola uang,
 Bantu mengelola obat-
untukmobilisasi obatan,
berkomunikasi dan
penggunaan
waktu).
 Tentukan
kebutuhanuntuk
perubahanyang
terkait dengan
keselamatandi
rumah. (Misalnya
kusen pintulebih
lebaruntuk
memungkinkanacc
eskursi rodake
kamar mandi,
peniadaan karpet
pencar).
 Tentukan
kebutuhanperangk
at
tambahanrumahun
tuk
mengimbangiketid
akmampuan
(kecacatan).
(misalnya
memperbesar
nomor pada
teleponon.
Peningkatan
volume dering
telepon, cucian,
dan fasilitas
lainnyayang
terletak dilantai
utama, sisireldi
lorong-lorong,
ambil bardikamar
mandi.
 Sediakanmetodem
enghubungi tim
dukungandan
bantuanorang.
(misalnya buat,
daftar
nomortelepon
untukpolisi,
pemadam
kebakaran,
penanganan
keracunan, serta
bantuanmasyaraka
t).
 Ajarkan indidu
pada metode
alternative
transportasi.
(misalnya bus
danjadwalbus,
taksi, kota atau
negaratransportasi
untuk penyandang
cacat).
 SediakanteknikPeni
ngkatankognitif.
(misalnya
untuktanggal
kalender,
daftarjelasdibacada
n dapat
dimengertiseperti
misalnya
waktupengobatan,
waktu/jam mudah
terlihat.
 Memperolehtamba
hantransportasiunt
uk
mengimbangiketid
akmampuan/kecac
atan. (misalnya
kontrol
tanganpada mobil,
lebarkaca spion)
yang sesuai.
 Mendapatkan
alatuntuk
membantu
dalamkegiatan
sehari-hari.
(misalnya
kemampuan untuk
menjangkauproduk
dilemari, di dalam
lemari, dimeja,
dikompor. dandi
dalam lemari es,
dan
kemampuanuntuk
mengoperasikan
peralatanrumah
tangga
sepertikompordan
oven microwave)
 Tentukansumber
keuangandan
keinginanpribadi
tentangmodifikasi
padarumah atau
mobil
 Ajarkan individu
untuk memakai
pakaian yang
pendek, atau ketat,
lengan pas ketika
memasak.
 Pastikankecukupan
pencahayaanseluru
h rumahkhususnya
diwilayah kerja
(misalnya dapur
dan kamar mandi
dan ketika malam
(misalnya tempat
lampu malam
ditempatkan)
 Ajarkan individu
untuk tidak
merokok di tempat
tidur atau saat
berbaring atau
setelah meminum
obat.
 Pastikankeberadaa
n peralatan safety
dirumah. (Misalnya
detektor asap,
detektorkarbon
monoksida, alat
pemadam
kebakaran,
pemanas air
panasdiatur
ke120F).
 Tentukan
apakahpendapatan
bulananindividu
adalahcukup
untukmenutupi
biayayang sedang
berlangsung.
 Memperoleh
perangkat visual
safety atau
teknikal. (misalnya
lukisanpinggiranlan
gkah
yangberwarna
kuning cerah,
mengatur
ulangfurnituruntuk
keselamatansaat
berjalan,
mengurangi
ketidakteraturansel
uruhtrotoarrumah,
memasangpermuk
aannonskiddikamar
mandi
danbakmandi).
 Bantuindividudala
m
membangunmetod
e
danrutinitasuntuk
memasak,
membersihkan,
dan belanja.
 Ajarkanindividu
danperawattentan
g apa yang
harusdilakukan
jikaindividumengal
amijatuhatau
cederalain,
(misalnya apa yang
harus dilakukan,
bagaimanalagiakse
s kelayanan
darurat,
bagaimana
mencegahcedera
lebih lanjut).
 Tentukan
apakahkemampua
nfisik
ataukognitifstabil
ataumenurundanre
sponterhadap
perubahanbaik,
sesuai.
 Berkonsultasi
denganahli terapi
okupasionaldanata
ufisik
untukmenanganica
cat fisik.
 Ajarkanmendampi
ngiseseorangdalam
menyelesaikantuga
s-tugaslingkungan
yang
sesuaisehinggaindi
vidu yang
dapatmenyelesaika
n tugas.(Misalnya :
potong
kecilsayuransehing
gaindividu
dapatmemasaknya,
tempatkanpakaian
yang dipakaiuntuk
hari inipada
tempat yang
mudah dijangkau,
meletakkanbahan
makanandi atas
meja dapuruntuk
penyimpananakhir
nya).
 menyediakanwada
h yang
sesuaiuntukbekasb
enda tajam,
sebagaimana
layaknya.
 Ajarkan individu
menyimpan obat
padapenyimpanan
yang sesuaidan
amanuntuk obat
 Instruksikan
individu dengan
penggunaan
monitor
pemantauan yang
tepat.
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

MYASTHENIA GRAVIS”

OLEH:

GINA RAHMAWATI

1741312074

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITASANDALAS
2017
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E Marilyn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta


Effendi, Christantie, Niluh Gede Yasmin Asih. Keperawatan Medikal Bedak Klien Dengan
Gangguan Sistem Respirasi. 2004. EGC : Jakarta
Egram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1. EGC : Jakarta
Kim, Ja Mi, dkk. 1995. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta
Mubarak, Iqbal Wahid, Nurul Chayati. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. EGC :
Jakarta
Smeltzer, C Suzanne, Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Mediakl Medah Brunner dan
Suddarth Ed. . EGC : Jakarta
Smeltzer, C Suzanne, Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Mediakl Medah Brunner dan
Suddarth Ed. 8. EGC : Jakarta
Syaifuddin. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat Ed. 2. EGC : Jakarta

Вам также может понравиться

  • Perawat
    Perawat
    Документ2 страницы
    Perawat
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Leaflet
    Leaflet
    Документ2 страницы
    Leaflet
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Lembar Balik AMI
    Lembar Balik AMI
    Документ12 страниц
    Lembar Balik AMI
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Sop Post Conference
    Sop Post Conference
    Документ3 страницы
    Sop Post Conference
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Sistem Pencernaan
    Sistem Pencernaan
    Документ3 страницы
    Sistem Pencernaan
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Rumusan Masalah
    Rumusan Masalah
    Документ6 страниц
    Rumusan Masalah
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Sap Diet Gagal Jantung
    Sap Diet Gagal Jantung
    Документ14 страниц
    Sap Diet Gagal Jantung
    Suhadi
    50% (2)
  • MEKANISME
    MEKANISME
    Документ2 страницы
    MEKANISME
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Bentuk Dan Makna Dalam Bahasa Indonesia
    Bentuk Dan Makna Dalam Bahasa Indonesia
    Документ5 страниц
    Bentuk Dan Makna Dalam Bahasa Indonesia
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Ronde
    Ronde
    Документ16 страниц
    Ronde
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Perencanaan Kepala Ruangan
    Perencanaan Kepala Ruangan
    Документ3 страницы
    Perencanaan Kepala Ruangan
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas
    Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas
    Документ14 страниц
    Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Lemak Dan Metabolisme Lemak
    Lemak Dan Metabolisme Lemak
    Документ23 страницы
    Lemak Dan Metabolisme Lemak
    Rira Fauziah I
    Оценок пока нет
  • PosyanduPentingUntukKesehatanIbuDanAnak
    PosyanduPentingUntukKesehatanIbuDanAnak
    Документ2 страницы
    PosyanduPentingUntukKesehatanIbuDanAnak
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Anatomi Sistem Respirasi
    Anatomi Sistem Respirasi
    Документ58 страниц
    Anatomi Sistem Respirasi
    syarifa
    Оценок пока нет
  • Anatomi Sistem Pencernaan - ppt1
    Anatomi Sistem Pencernaan - ppt1
    Документ44 страницы
    Anatomi Sistem Pencernaan - ppt1
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Anatomi Sistem Kardiovaskuler
    Anatomi Sistem Kardiovaskuler
    Документ55 страниц
    Anatomi Sistem Kardiovaskuler
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • ENZIM
    ENZIM
    Документ39 страниц
    ENZIM
    rika novianti
    Оценок пока нет
  • Tugas Perkemihan
    Tugas Perkemihan
    Документ6 страниц
    Tugas Perkemihan
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Data Balita Dan Anak Usia Sekolah
    Data Balita Dan Anak Usia Sekolah
    Документ6 страниц
    Data Balita Dan Anak Usia Sekolah
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Bab III Perbaikan
    Bab III Perbaikan
    Документ8 страниц
    Bab III Perbaikan
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • CARA BATUK EFEKTIF
    CARA BATUK EFEKTIF
    Документ10 страниц
    CARA BATUK EFEKTIF
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Katarak Fix
    Katarak Fix
    Документ19 страниц
    Katarak Fix
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Etika Bisnis
    Etika Bisnis
    Документ11 страниц
    Etika Bisnis
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Askep Gor Dan Hal
    Askep Gor Dan Hal
    Документ38 страниц
    Askep Gor Dan Hal
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Kel 6 10 Top Diagnosa Sensori Persepsi
    Kel 6 10 Top Diagnosa Sensori Persepsi
    Документ40 страниц
    Kel 6 10 Top Diagnosa Sensori Persepsi
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Gerontik SAP
    Gerontik SAP
    Документ17 страниц
    Gerontik SAP
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • Woc Katarak
    Woc Katarak
    Документ3 страницы
    Woc Katarak
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет
  • BAB II Sensori Persepsi Janin-Anak Kelompok 1
    BAB II Sensori Persepsi Janin-Anak Kelompok 1
    Документ25 страниц
    BAB II Sensori Persepsi Janin-Anak Kelompok 1
    Ghina Raniah Rahmawati
    Оценок пока нет