Вы находитесь на странице: 1из 21

KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan slogan back to nature, penggunaan obat tradisional

dikalangan masyarakat sebagai alternatif pengobatan semakin meningkat.

WHO menyatakan sekitar 80% penduduk di dunia menggunakan obat

tradisional yang berasal dari tanaman.

Di zaman sekarang ini pengobatan tradisional yang menggunakan

bahan-bahan alam telah sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat

menarik minat masyarakat pada umumnya untuk kembali menggunakan

bahan-bahan alam sebagai obat karena mempunyai beberapa kelebihan

dibandingkan dengan obat-obat sintesis. Oleh sebab itu perlu dilakukan

pemisahan senyawa benrmanfaat dari tamanan untuk dapat di

manfaatkan secara maksimal.

Pemanfaatan tanaman obat tersebut meliputi pencegahan dan

pengobatan suatu penyakit maupun pemeliharaan kesehatan. Salah satu

tanaman yang berkhasiat digunakan untuk pengobatan tradisional adalah

daun gamal (Glaricidia folium) terutama pemanfaatannya dalam bidang

kesehatan.

Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett

(1908), seorang ahli botani Rusia. Diambil dari bahasa Yunani

(chromato = penulisan dan grafe = warna). Yang berarti penulisan dengan

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan

atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua

fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak (mobile). Dimana

dalam kromatografi fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair,

sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas.

Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada

sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Kromatografi digunakan

sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-

komponennya, misalnya senyawa Flavonoida yang terdapat pada tahu,

tempe, bubuk isoflavon memiliki banyak manfaat.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Adapun maksud dari percobaan kali ini adalah untuk

mengetahui dan memahami cara penggunaan serta prinsip

kerja kromatografi kolom kovensional menggunakan fraksinasi

kasar daun gamal (Gliricidia folium).

1.2.2 Tujuan

Untuk memisahkan senyawa kimia fraksinasi kasar

daun daun gamal (Gliricidia folium) menggunakan kromatografi

kolom konvensional berdasarkan warna dan tingkat kepolaran

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tumbuhan

Sampel Daun Gamal (Gliricidia folium)

Klasifikasi tumbuhan (Itis.Gov)

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Dialypetalae

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae

Genus : Gliricidia

Spesies : Glaricidia sepium

B. Metode Isolasi

Isolasi adalah proses pemisahan komponen kimia yang

terdapat dalam suatu ekstrak. Hal ini dilakukan ketika ingin mengambil

bahan aktif dari ekstrak kasar (crude extract) (Skalika-Wozniak et al,

2008).

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu

kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat

mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang

disebut kromatogram (Khopkar, 2008)

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Untuk kromatografi kolom, Kolom yang diisi dengan bahan

penjerap /sorpsi yang disebut kolom pemisah. Penggunaan kolom

tergantung dari masalah pemisahan yaitu kolom berfilter dengan gelas

bepori, yang pada ujung bawah menyempit (tabung allihan) yang pada

bagian bawah menyempit dan dilengkapi dengan kran sedangkan

tabung bola jarang digunakan. Perbandingan panjang tabung

terhadap diameter pada umumnya ialah 40:1. Pengisian kolom

dengan adsorben yang juga disebut pengemasan kolom. Agar

pemisahan rata, tabung diisi sambil diketuk-ketuk menggunakan

tangan atau benda lunak lainnya pada dinding kolom (Stahl,1991).

1. Kromatografi Kolom Konvensional

Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di

dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben terhadap

suatu senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya.

Sebelumnya dilakukan percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis

sebagai pencari kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan

pelarut yang baik sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya

terpisah secara sempurna (Kasiman, 2006).

Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan

diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom, penjerap yang berada

dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut

(fase gerak0, dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang

disebabkan oleh gaya berat atau di dorong dengan tekanan. Pita

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda,

memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom

(Sudjadi, 1986).

Kromatografi kolom dikemas kering dalam keadaan vakum agar

diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut

yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penjerap lalu

divakumkan lagi dan siap di pakai. Cuplikan dilarutkan dalam pelarut

yang cocok, dimasukkan langsung pada bagian atas kolom atau pada

lapisan prapenjerap dan dihisap perlahan-lahan kedalam kemasan

dengan memvakumkannya. Kolom dielusi dengan campuran pelarut

yang cocok, kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulam

fraksi (Sudjadi, 1986).

Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik

yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk

memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak

berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering

digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion

(Hargono, 1986)

Cara pembuatannya ada dua macam (Hargono, 1986):

1. Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang

telah diberi kapaskemudian ditambahkan cairan pengelusi.

2. Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan

cairan pengelusi yangakan digunakan kemudian dimasukkan ke

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

dalam kolom melalui dinding kolom secarakontinyu sedikit demi

sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen

dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen

dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup

dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam

eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel

dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom

sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan

diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan

yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi.

Kolom dapat dibuat dari berbagai jenis material, seperti

stainless steel, aluminium, tembaga, gelas dan paduan silika.

Sebagian besar sistem kolom modern terbuat dari gelas atau paduan

silika. Kolom konvensional dibuat dari material pendukung yang

dilapisi fase diam dari berbagai pembebanan yang dikemas di dalam

kolom. Kolom kapiler terdiri dari tabung kapiler panjang yang

didalamnya dilapisi dengan fase diam (fase diam dapat juga

direkatkan langsung pada permukaan silika). Sebagian besar kolom

kapiler terbuat dari paduan silika yang dilapisi polimer di bagian

luarnya. Paduan silika sangat mudah pecah sedangkan lapisan

polimer tersebut bertindak sebagai pelindungnya (Seno, 1997).

Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya

perbedaan daya serap dari masing-masing komponen, campuran

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

yang akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat

puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap.

Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun

lebih lambat dari senyawa non polar terserap lebih lemah dan turun

lebih cepat. Zat yang di serap dari larutan secara sempurna oleh

bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut /

dengan tanpa tekanan udara masin-masing zat akan bergerak turun

dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan dalam kolom

(Seno, 1997).

2. Kromatografi Cair Vakum

Kromatografi Suction Column and Vacuum liquid

chromatography (VLC) atau kromatografi cair vakum (KCV) adalah

suatu bentuk kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk

fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Dimana kondisi

vakum adalah alternatif untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas

ke bawah. Dan metode ini juga sering digunakan untuk fraksinasi awal

dari suatu ekstrak yang non-polar atau ekstrak semipolar (Raymond,

2006).

Suction coloumn merupakan alat kromatografi yang

merupakan modifikasi kromatografi kolom serapan. Prinsip

pemisahannya sama dengan kromatografi kolom serapan. Bedanya

terletak pada adanya isapan pompa vakum di bagian bawah kolom ini.

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Alat ini dirancang mengingat pada kromatografi kolom serapan yang

pengerjaannya memakan waktu yang cukup lama. Prinsip pemisahan

komponen kimia berdasarkan adsorpsi dan partisi serta dipercepat

dengan isapan pompa vakum. Seperti halnya kromatografi kolom

serapan, senyawa yang akan dipisahkan dilarutkan dengan pelarut

yang cocok kemudian dimasukkan dalam kolom isap, selanjutnya

ditambahkan eluen, eluen yang mengalir turun yang disebabkan oleh

isapan pompa vakum. Hasil pemisahan ditampung dalam setiap fraksi.

Volume penampungan 25 ml/fraksi dan untuk berat sampel q 10 - 30

gram volume penampungan 50 ml/fraksi. Adsorben yang digunakan

sedikit lebih berbeda yaitu 35 gram silica gel 7733 dan 10 gram silika

gel 7731 (Gritter, 1991).

Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa

aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang

ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem

biologi. Dalam hal ini kita harus memantau cara ekstraksi dan

pemisahan pada setiap tahap, yaitu untuk melacak senyawa aktif

tersebut sewaktu dimurnihkan. Kadang-kadang keaktifan hilang

selama proses fraksinasi akibat ketidakmantapan senyawa itu, dan

akhirnya mungkin saja diperoleh senyawa berupa kristal tetapi

keaktifan seperti yang ditunjukkan oleh ekstrak asal(Harborne, 1987).

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang

digunakan dalam KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom

terbagi menjadi dua macam, yaitu(Sarker, 2006) :

a) Cara Basah

Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan

melarutkan fasa diam dalam fase gerak yang akan digunakan.

Campuran kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat

merata. Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk lapisan

fase diam yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan.

b) Cara kering

Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara

memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom

kromatografi. Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan

pelarut yang akan digunakan.

Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan

sampel dalam pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak dalam

KCV. Larutan dimasukkan dalam kolom kromatografi yang telah terisi

fasa diam. Bagian atas dari sampel ditutupi kembali dengan fasa diam

yang sama. Sedangkan cara kering dilakukan dengan mencampurkan

sampel dengan sebagian kecil fase diam yang akan digunakan hingga

terbentuk serbuk. Campuran tersebut diletakkan dalam kolom yang

telah terisi dengan fasa diam dan ditutup kembali dengan fase diam

yang sama (Sarker, 2006).

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang utama

dibandingkan dengan kolom konvensional yaitu (Kasiman, 2006) :

1. Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding

dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor

kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100μl/menit).

2. Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor

lebih ideal jika digabung dengan spectrometer massa.

3. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat

karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel

terbatas misal sampel klinis.

3. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Kromatografi dalam bidang kimia merupakan sebuah tehnik

analisis yang digunakan untuk memisahkan sebuah campuran

ataupun persenyawaan kimia. Tehnik ini ditemukan pada tahum

1906 oleh Mikhail Tswett seorang ahli botani dari Italia yang lahir di

Rusia. Tehnik pemisahan ini dilakukan terhadap pigmen tumbuhan

(klorofil), dengan cara menuangkan ekstrak petroleum eter dari daun

tumbuhan diatas sebuah kolom kaca yang berisi serbuk kalsium

karbonat dalam arah yang tegak lurus (Najib, 2013).

Dalam perkembangan selanjutnya metode ini tidak hanya

digunakan untuk mengidentifikasi noda, akan tetapi juga untuk

mengisolasi ekstrak. Metode ini kemudian dikenal sebagai KLT

preparatif. Metode ini paling sederhana dan murah untuk mengisolasi

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

komponen kimia dari suatu bahan alam, dengan menggunakan

lempeng yang besar terbuat dari kaca dengan ukuran 20 x 20 cm

(Najib, 2013).

Metode kerjanya meliputi penotolen ekstrak bahan alam

dalam bentuk pita pada lempeng. Hal ini memungkinkang sampel

dalam jumlah besar dapat muat pada lempeng KLT, lempeng

dikembangkan dalam pelarut yang telah diketahui mampu

memisahkan komponen, yang paling penting adalah harus

digunakan metode deteksi yang tidak merusak sampel (Najib, 2013).

Pada KLT preparatif, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan

berupa garis pada salah satu sisi plat lapisan besar dan

dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan sehingga

campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Pita ditampakkan

dengan cara yang tidak merusak jika senyawa itu tahan warna, dan

penjerap yang mengandung pita dikerok dari plat kaca. Kemudian

cuplikan dielusi dari penjerap dengan pelarut polar. Cara ini berguna

untuk memisahkan campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa

murni untuk telaah pendahuluan, untuk menyiapkan cuplikan

analisis, untuk meneliti bahan alam yang lazimnya berjumlah kecil

dan campurannya rumit, dan untuk memperoleh cuplikan yang murni

untuk mengkalibrasi KLT kuantitatif (Gritter, 1991).

Jika sebuah fraksi dipekatkan dan didinginkan serta pelarutnya

dibiarkan menguap lambat, Kristal dapat membentuk senyawa yang

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

murni Kristalisasi dapat dilakukan dengan sedikit penggosokan pada

bagian dalam dinding kaca selanjutnya membiarkannya di tempat

dingin,bahkan dalam lemari pendingin.Beberapa deposit mungkin

merupakan kristalin dan harus di cek dengan bantuan lensa tangan

untuk meyakinkan bahwa deposit tersebut bukan bahan yang amorf

yang berasal dari larutan saat pendinginan terjadi (Harborne,1987).

Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa

aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang

ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem

biologi. Dalam hal ini kita harus memantau cara ekstraksi dan

pemisahan pada setiap tahap, yaitu untuk melacak senyawa aktif

tersebut sewaktu dimurnihkan. Kadang-kadang keaktifan hilang

selama proses fraksinasi akibat ketidakmantapan senyawa itu, dan

akhirnya mungkin saja diperoleh senyawa berupa kristal tetapi

keaktifan seperti yang ditunjukkan oleh ekstrak asal (Harborne,

1987).

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu batang

pengaduk, botol coklat, cawan porselin, statif, kolom, timbangan

analitis, dan vial.

3.1.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum, yaitu

aquades, pelarut etil asetat, pelarut n-heksan, kertas saring, silika gel

kasar, kapas, ekstrak daun gamal (Gliricidia folium) dan tissue.

3.2 Cara Kerja

Cara kerja kromatografi kolom konvensional :

1. Pengemasan Silika

Proses pengemasan silica dilakukan dengan cara kering. Dimana

kolom di pasang kemudian di masukkan kapas, 40 gram silica kasar

dimasukkan ke dalam kolom. Kemudian dimasukkan pelarut n-heksan,

masukkan kertas saring, dan dimasukkan 2 gram fraksi daun gamal

(Gliricidia folium), dan selanjutnya dilakukan proses isolasi

2. Proses isolasi

Fraksi daun gamal (Gliricidia folium) yang telah dimasukkan ke

dalam kolom. Lalu pelarut n-heksan : etil asetat dimasukkan ke dalam

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

kolom mulai dari kepolaran rendah hingga kepolaran tinggi (10 : 0, 9:1,

8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 7:3, 8:2, 1:9, dan 0:10). Kemudian hasil isolasi

ditampung pada masing-masing vial yang telah dikalibrasi sebanyak 5

mL. Diamati warna yang dihasilkan dan dipisahkan sesuai

perbandingan eluen yang digunakan.

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1. Tabel Pengamatan

Pelarut/eluen Perbandingan Vial ke


(mL)
n-heksan : etil asetat 10:0 1-9
n-heksan : etil asetat 9:1 10-20
n-heksan : etil asetat 8:2 21-30
n-heksan : etil asetat 7:3 31-39
n-heksan : etil asetat 6:4 40-48
n-heksan : etil asetat 5:5 49-58
n-heksan : etil asetat 4:6 59-68
n-heksan : etil asetat 3:7 69-78
n-heksan : etil asetat 2:8 79-89
n-heksan : etil asetat 1:9 90-99
n-heksan : etil asetat 0 : 10 100-111

Fraksi Jumlah Warna


1 1 Kuning pucat
2 8 Kuning
3 2 Kekuningan
4 2 Kuning kehijauan
5 7 Hijau
6 3 Hijau pekat
7 7 Hijau pucat
8 3 Hijau kecoklatan
Hijau coklat
9 7
kekuningan pucat
Hijau coklat
10 5
kekuningan

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Hijau kekuningan
11 5
pekat
Hijau kekuningan agak
12 14
pucat
Hijau kekuningan
13 7
pucat
14 10 Kuning kehijauan
Kuning kehijauan agak
15 3
pucat
Kuning kehijauan
16 9
pucat
17 28 Bening

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB V

PEMBAHASAN

Isolasi adalah proses pemisahan komponen kimia yang terdapat

dalam suatu ekstrak. Hal ini dilakukan ketika ingin mengambil bahan aktif

dari ekstrak kasar (crude extract). Kromatografi adalah proses

melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan

adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat

terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatogram.

Kromatografi kolom konvensional adalah metode kromatografi

klasik yang sampai saat ini masih banyak digunakan. Kolom kromatografi

digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah banyak.

Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan

komponen kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak

dengan proses elusi berdasarkan gaya gravitasi.

Mekanisme dari kolom konvensional dalam isolasi yaitu eluen

akan berpenetrasi masuk ke dalam fase diam (silica gel) kemudian

terjadi proses isolasi dan didapatkan isolate.

Pada praktikum ini proses pengemasan silica dibuat dalam cara

kering sehingga proses untuk ekstrak melewati fase diam dengan lambat

dan pemisahannya lebih baik.

Eluen dialirkan untuk pemisahan komponen dengan kecepatan alir

sekitar 100 tetesan per menitnya.Aliran eluen diatur agar tidak terlalu

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

cepat agar komponen dapat terpisah. Alirannya pun diusahakan tidak

terlalu lambat agar proses tidak terlalu lama. Eluen mengalir mengelusi

sampel menyusuri fase diam di sepanjang kolom dengan memanfaatkan

gaya gravitasi.

Proses pengemasan silica dilakukan dengan cara kering. Dimana

kolom di pasang kemudian di masukkan kapas, 40 gram silica kasar

dimasukkan ke dalam kolom. Kemudian dimasukkan pelarut n-heksan,

masukkan kertas saring, dan dimasukkan 2 gram fraksi daun gamal

(Gliricidia folium), dan selanjutnya dilakukan proses isolasi

Fraksi daun gamal (Gliricidia folium) yang telah dimasukkan ke

dalam kolom. Lalu pelarut n-heksan : etil asetat dimasukkan ke dalam

kolom mulai dari kepolaran rendah hingga kepolaran tinggi (10 : 0, 9:1,

8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 7:3, 8:2, 1:9, dan 0:10). Kemudian hasil isolasi

ditampung pada masing-masing vial yang telah dikalibrasi sebanyak 5

mL. Diamati warna yang dihasilkan dan dipisahkan sesuai

perbandingan eluen yang digunakan.

Alasan penggunaan eluen dengan tingkat kepolaran yang rendah

terlebih dahulu dimasukkan ke dalam kolom yaitu karena jika yang

dimasukkan terlebih dahulu adalah pelarut polar maka ditakutkan

senyawa non polar pada sampel akan tertarik juga sementara kita akan

melakukan proses pemisahan antara senyawa polar dan polar. Dan pada

akhir dari proses isolasi tidak ada lagi senyawa non polar yang akan

ditarik jika pelarut non polar digunakan lebih akhir.

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

Hasil praktikum yang didapatkan yaitu 17 fraksi dengan warna

yang berbeda, farksi 1 dengan jumlah vial 1 warna kuning pucat, fraksi 2

jumlah vial 8 warna kuning, fraksi 3 jumlah vial 2 warna kekuningan,

fraksi 4 jumlah vial 2 warna kuning kehijauan, fraksi 5 jumlah vial 7

warna hijau, fraksi 6 jumlah vial 3 warna hijau pekat, fraksi 7 jumlah vial 7

warna hijau pucat, fraksi 8 jumlah vial 3 warna hijau kekuningan, fraksi 9

jumlah vial 7 warna hijau coklat kekuningan pucat, fraksi 10 jumlah vial 5

warna hijau coklat kekuningan, fraksi 11 jumlah vial 5 warna hijau kuning

pucat, fraksi 12 jumlah vial 14 warna hijau kuning agak pucat, fraksi 13

jumlah vial 7 warna hijau kuning pucat, fraksi 14 jumlah vial 10 warna

kuning kehijauan, fraksi 15 jumlah vial 13 warna kuning hijau agak pucat,

fraksi 16 jumlah vial 9 warna kuning hijau pucat, dan fraksi 17 jumlah vial

28 warna bening. Untuk penentuan eluen yang baik dilihat dengan warna

yang pekat dimana menunjukkan banyaknya senyawa yang ditarik.

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik

kesimpulan yaitu :

1. Dari proses isolasi dari fraksi daun gamal (Gliricidia folium) di

dapatkan 17 fraksi dari perubahan warna yang berbeda-beda.

2. Semakin terang warna yang dihasilkan maka semakin polar dan

pekat, fraksi yang diperolah seperti warna hijau pekat dan

sebaliknya semakin pudar warna yang dihasilkan maka fraksi

juga kurang polar dan encer.

5.2. Saran

Diharapkan alat dan bahan yang baik praktikum yang akan

digunakan, telah ada di meja praktikum, sebelum pengerjaan.

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189
KROMATOGRAFI KOLOM KONVENSIONAL

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Penuntun dan Buku Kerja Fitokimia II. Universitas


Muslim Indonesia; Makassar.
Hayani, E., 2007. Pemisahan Komponen Rimpang Temu Kunci Secara
Kromatografi Kolom.Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1.

Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.

Sastrohamidjojo,Hardjono.1985. Kromatografi Edisi kedua,


Liberty.Yogyakarta

Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. JICA. Malang

Sumar Hendayana. 2010. Kimia Pemisahan. PT Remaja Rosdakarya:


Bandung.

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi. Yogyakarta

NURUL F. TUKUBOYA KASANDRA K.


150 2013 0189

Вам также может понравиться