Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Di buat oleh:
Kelompok 11
Ida Bagus Putu Julio Swastika 1607532005
I Gusti Agung Gde Adhi Raditya 1607532002
A.A Ngr Agung Indra Bhagaskara 1607532114
I Dewa Agung Gede Krisna Naradipa 1215351011
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM NON REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
1. DELAPAN TAHAPAN DALAM PERENCANAAN AUDIT.
Empat jenis pengujian lainnya yang merupakan prosedur audit lebih lanjut yang
dilakuakn sebagai tanggapan atas risiko yang teridentifikasi adalah;
1) Pengujian pengendalian
Adalah suatu prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi kesalahan penyajian
material pada tingkat asersi. Prosedur pengujian substantive terdiri dari: a) pengujian
substantive golongan transaksi, b) prosedur analtis substantive, c) pengujian rinci saldo akun.
Pengujian substantive golongan transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam
tujuah audit transaksi telah terpenuhi untuk setiap gologan transaksi. Dua diantara tujuan-
tujuan tersebut untuk transaksi penjualan adalah bahwa transaksi penjualan yang telah dicatat
benar-benar ada dan transaksi yang ada telah dicatat dengan lengkap.
3) Prosedur Analtis
Prosedur analtis yang dilakukan pada tahap perencanaa biasanya berbeda dengan
prosedur analtis yang dilakukan pada tahap penyelesaian audit. Prosedur substantive yang
dilakukan oleh auditor pada tingkat asersi dapat berupa pengujian rinci saldo, prosedur analtis
substantive, atau kombinasi keduanya. Apabila auditor mengembangkan ekspektasinya
dengan menggunakan prosedur analtis dengan berkesimpulan bahwa saldo akhir klien pada
akun tertentu nampak wajar, maka pengujian rinci saldo tertentu dapat dibatalkan atau ukuran
sampelnya diperkecil.
Berfokus pada saldo akhir akun-akun buku besar, bai akun neraca maupun laba-rugi.
Tekanan utama kebanyakan pengujian rinci saldo adalah pada akun-akun dalam neraca (akun
rill). Pengujian rinci saldo berguna bagi auditor dalam menetapkan kebenaran jumalah rupiah
dalam akun-akun dan oleh karenanya merupakan pengujiann substantive. Sebagai contoh ,
konfirmasi menguji jumlah rupiah kesalahan penyajian dalam akun piutang usaha dan oleh
kerenanya merupakan pengujian substantive.
Prosedur penialian risiko diwajibkan pada setiap audit untuk menilai risiko kesalahan
penyajian material, sedangkan keempat jenis pengujian lainnya dilakukan sebagau respon
terhadap risiko yang diidentifikasi yang akan menjadi dasar bagi pendapat auditor. Ada
beberapa factor yang berpengaruh terhadap pemilihan jenis pengujian yang dilakukan
auditor, antara lain:
Setiap jenis prosedur audit lebih lanjut hanya menyangkut jenis bukti tertentu
(konfirmasi, dokumentasi, dan lainnya) tabel 10.2 meringkas antara prosedur audit lebih
lanjut dengan jenis bukti.
Apabila prosedur pengujiankita urutkan mulai prosedur paling murah hingga paling
mahal, maka urutannya adalah:
Prosedur Analtis, merupakan prosedur paling murah karena membuat perhitungan dan
perbandingan relative murah.
Prosedur Penilaian Risiko, termasuk prosedur untuk memperoleh pemahaman tentang
pengendalian internal, tidak semahal pengujian lainnya karena auditor dapat dengan
mudah meminta keterangan kepada klien dan melakukan pengamatan serta
melakukan prosedur analtis.
Pengujian Pengendalian, yang meliputi permintaan keterangan, pengamatan dan
inspeksi biayanya relative murah dibandingkan pengujian substantive. Namun
demikian pengujian pengendalain relative lebih mahal dibandingkan dengan prosedur
penilaian risiko yang dilakukan auditor.
Pengujian Substantif, golongan transaksi lebih dari pada pengujian pengendalian yang
tidak meliputi pelaksanaan ulang karena pengujian substantive sering membutuhkan
rekalkulasi dan penelusuran.
Pengujian Rinci Saldo, hampir selalu lebih mahal daripada prosedur audit lainnya
karena biaya pelaksanaan prosedur seperti misalnya mengirim konfirmasi piutang dan
melakukan perhitungan persediaan.
c) Hubungan Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pengujian pengendalain dan
pengujian substantive letak perbedaanya yaitu adanya suatu penyimpangan yang ditemukan
dalam pengujian pegendalian hanya indikasi tentang kemungkinan adanya kesalahan
penyajjian yang berpengaruh terhadap nilai rupiah dalam laporan keuangan, sedangkan suatu
penyimpangan yang dijumpai dalam pengujian substantid golongan transaksi atau pengujian
rinci saldo adalah suatu kesalahan penyajian laporan keuangan. Penyimpangan dalam
pengujian pengendalain disebut deviasi pengujian pengendalian.
Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor yang mengaudit entitas yang
mengirim,memroses, menyimpan, dan mengakses transaksi dalam jumlah yang signifikan
secara elektronik. Standar mengakui bahwa apabila terdapat banyak bukti audit dalam bentuk
elektronik, tidaklah praktis atau memungkinkan mengurangi risiko deteksi pada suatu tingkat
bisa diterima hanya dengan melakukan pengujian substantive. Namun demikian karena
konsistensi inheren dalam pengolahan TI, auditor bisa mengurangi luasnya pengujia
pengendalian otomatis (pengendalian yang dilakukan dengan menggunakan computer).
Apabila auditor telah menentukam bahwa pengendalian otomatis telah berfungsi dengan
benar, auditor bisa mencurahkan perhatian pada pengujian berikutnya. Apabila auditor
menguji pengendalain manual yang mengendalkan pada laporan yang dihasilkan TI, auditor
harus mempertimbangkan efektifitas review yang dilakukan manajemen dan pengendalain
otomatis atas ketelitian informasi dalam laporan.
5. KOMBINASI BUKTI.
Kombinasi bukti merupakan empat pengujuian audit yang dilakukan auditor untuk
memperoleh bukti yang cukup sebagai respon atas resiko yang diidentifikasi melalui prosedur
penilaian resiko.
AUDIT2 M M L M
AUDIT3 T L M L
AUDIT4 M L L L
Program audit pengujian rinci saldo untuk kas, piutang usaha, kerugian piutang,
cadangan kerugian piutang, piutang lain – lain.
b) Tetapkan Materialitas Pelaksanaan dan Risiko Inheren untuk Piutang Usaha ; Auditor
harus memutuskan kebijakan awal tentang materialitas untuk audit sebagai
keseluruhan dan selanjutnya mengalokasikan materialitas ke saldo akun, guna
menetapkan kesalahan penyajian yang bisa ditoleransi untuk saldo akun yang
signifikan.
d) Rancang dan Lakukan Prosedur Analisis untuk Saldo Piutang Usaha : Untuk
mengidentifikasi kemungkinan kesalahan penyajian dalam saldo akun dan untuk
mengurangi poengujian audit rinci.
3) Hubungan antara Tujuan Audit Transaksi dengan Tujuan Audit Saldo dan Tujuan
Audit Penyajian & Pengungkapan.
Auditor masih harus melakukan pengujian substantif saldo untuk memenuhi tujuan
audit saldo seperti, nilai bisa direalisasi, kemudian hak dan kewajiban. Tamabahan substantif
saldo kemungkinan juga diperlukan untuk tujuan audit saldo lainnya, tergantung pada hasil
pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi.
Sejumlah terminologi atau istilah yang berkaitan dengan bukti audit telah digunakan
dalam beberapa bab yang lalu. Untuk membantu anda dalam membedakan dan memahami
setiap istilah tersebut.
a) Tujuan Audit : Sebelum disimpulkan oleh auditor bahwa golongan transaksi atau
saldo akun telah disajikan secara wajar.
d) Jenis Bukti : Delapan bukti yang dikumpulkan dicantmkan di klom terakir, hubungan
antara jenis bukti dengan jenis pengujian diiktisarkan sebelumnya pada tabel.
Auditor Menggunakan penilaian materialitas risiko audit bisa diterima, risiko inheren,
risiko pengendalian, dan risiko kecurangan bisa diidentifikasi untuk mengembangkan suatu
strategi audit keselurahan dan program audit.
Tujuan tahap 3 ini adalah untuk memperoleh tambahan bukti yang cukup untuk
menentukan apakah saldo akhir dan pengungkapan dalam laporan keuangan telah ditetapkan
dengan wajar.
c) Menerbitkan Laporan Audit : Jenis laporan audit yang diterbitkan tergantung dari
bukti yang dikumpulkan dan temuan audit.
d) Komunikasi dengan Manajemen dan Pihak yang bertanggung jawab atas Tata Kelola :
Standar audit mewajibkan auditor mengkomunikasikan defisiensi signifikan dalam
pengendalian internal kepada manajemen dan kepada pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola (termasuk di dalamnya komite audit) segera setelah audit selesai, atau
bisa juga lebih dini.
Sumber: Buku, Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi II, oleh AI. Haryono Jusup
M.B.A.,AK./ Yogyakarta.