Вы находитесь на странице: 1из 18

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Perilaku Mencuci Tangan


Perilaku adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulasi yang
berasal dari luar atau dari dalam dirinya ( Ali, 2010). Pengertian perilaku
menurut Skiner dalam (Notoatmodjo, 2007). perilaku kesehatan secara
umum adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan.
Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun
cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai
bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya.
Perilaku mencuci tangan berbeda dengan perilaku cuci tangan yang
merujuk pada kata kiasan. Mencuci tangan baru dikenal pada akhir abad
ke 19 dengan tujuan menjadi sehat saat perilaku dan pelayanan jasa
sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka kematian dari penyakit
menular yang terdapat pada negara-negara kaya (maju). Perilaku ini
diperkenalkan bersamaan dengan ini isolasi dan pemberlakuan teknik
membuang kotoran yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah
yang mencukupi (Proverawati, A dan Rahmawati, E (2012).
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman
pengertia ternyata perilaku yang didsari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoadmodjo, 2003 dalam Wawan dan Dewi,
2011).
b. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan dalam aspek kognitif menurut (Notoatmodjo,
2003 dalam Wawan dan Dewi, 2011), dibagi menjadi 6 tingkatan,
yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, dari seluruh bahan yang telah dipelajar.
Termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali
sesuatu yang bersifat spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kasta kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
yang artinya hanya sekedar tahu.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi ke kondisi sebenarnya.
Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap obyek yang
dipelajari.
3) Aplikasi (Aplikation)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain. Misalnya dengan
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-
perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-
prinsip siklus pemecahan masalah dari kasus kesehatan
yang diberikan.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen,
tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulsi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteri-kriteria yang sudah ada.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2011) faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu faktor
internal dan eksternal. Berikut uraian dengan masing-masing
faktor tersebut
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-
cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku seseorang pada pola hidup
terutama dalam motivasi dan mudah menerima
informasi.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarga.
c) Umur
Usia adalah umur individu yang terhintung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok.
b) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
dipengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
d. Cara memperoleh pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoadmojo,
2003 dalam Wawan dan Dewi, 2011) adalah sebagai berikut:
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a) Cara coba salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara
coba salah ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan itu tidak berhasil maka di coba.
b) Cara kekuasaan
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-
pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli
agama, dan berbagai prinsip orang lain yang
menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang
yang mempunyai otoritas.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai
upaya memperoleh pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang pernah
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi masa lalu.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih
popular atau disebut metologi ilmiah.
e. Cara menilai pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) Pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Baik : hasil presentase 76% - 100%
2) Cukup : hasil presentase 56% - 75%
3) Kurang : hasil presentase < 56%
2. Sikap
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologis
sosial yang membahas unsur sikap sebagai individu maupun
kelompok. Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian
sikap, proses terbentuknya sikap, maupun perubahan. Banyak pula
penelitian telah dilakukan terhadap sikap kaitannya dengan efek
perannya dalam pembentukan karakter dan sistem hubungan antar
kelompok serta pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan
lingkungan dan pengaruhnya terhadap perubahan (Wawan dan Dewi,
2011).
a. Sifat Sikap
Sifat sikap menurut Wawan dan Dewi (2011) yaitu
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu.
2) Sikap negatif terdapat tercenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.
b. Indikator untuk sikap kesehatan menurut Notoatmodjo (2012)
adalah
1. Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah bagaimana atau pendapat seseorang terhadap:
gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit,
cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit, dan
sebagainya.
2. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap
cara-cara memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup
sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian
terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi
(istirahat) atau istirahat cukup, dan sebagainya bagi
kesehatan.
3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap
lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih,
pembangunan limbah, polusi dan sebagainya.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Wawan dan
Dewi (2011) adalah
1) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang
kuat.
2) Pengaruh orang lain dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki
sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang
yang, dianggap penting.
3) Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menamakan garis
pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah.
4) Media masa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau
media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya
faktual disampaikan secara obyektif cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya
berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan
tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya
konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6) Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan
yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluiran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.
d. Cara menilai sikap
1) Bila normal maka kategori ”mendukung, skor ≥ nilai mean”
(nilai rata-rata) dan “ tidak mendukung, skor < nilai mean.
3) Bila tidak normal maka kategori “mendukung, skor ≥
nilai median” dan “tidak mendukung, skor < nilai
median”.
3. Praktik
a. Tingkatan dalam praktik merupakan tindakan nyata dari
adanya suatu respon (Notoatmodjo, 2012).
1) Respon terpimpin
Merupakan suatu tindakan yang dilakukan sesuai
dengan urutan yang benar.
2) Mekanisme
Seseorang yang dapat melakukan tindakan secara benar
urutannya, makan akan menjadi kebiasaan baginya
untuk melakukan tindakan yang sama.
3) Adopsi
Suatu tindakan yang sudah berkembang atau
termodifikasi dengan baik disebut adopsi.
b. Indikator praktik kesehatan menurut Notoatmodjo (2012)
adalah
1) Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit
a) Pencegahan penyakit, mengimunisasikan
anaknya, melakukan pengurasan bak mandi
seminggu sekali.
b) Penyembuhan penyakit, misalnya: minum obat
sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran-
anjuran dokter.
2) Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan
Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang,
melakukan olahraga secara teratur, dan sebagainya.
3) Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan
Mencuci tangan, menggunakan air bersih untuk mandi,
membuang sampah pada tempatnya, dan sebagainya.
c. Cara menilai praktik
Kategori penilaian praktik menurut Arikunto (2006) :
1) Baik : presentase 76% - 100%
2) Cukup : presentase 56% - 75%
3) Kurang : presentase <56%
B. Praktik mencuci tangan
1. Pengertian mencuci tangan
Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari kotoran, mulai
dari ujung jari hingga siku dan lengan atas dengan cara tertentu
sesuai kebutuhan (Kusyati, dkk, 2012).
2. Tujuan mencuci tangan
Menurut Kusyati,dkk, (2012), tujuan mencuci tangan adalah
a. Mengurangi mikroorganisme pada tangan dan mencegah
kontaminasi.
b. Mencegah atau mengurangi peristiwa infeksi.
c. Memelihara tekstur dan integritas kulit tangan dengan tepat.
3. Manfaat mencuci tangan
Manfaat mencuci tangan menurut Perry & Potter (2006) yaitu
a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
b. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman
c. Mencegah penularan penyakit
d. Mengurangi penyebab penyebaran infeksi
e. Mengurangi perpindahan mikroorganisme dari spesimen feses
ke tangan.
4. Menurut Siswanto, H (2010), teknik mencuci tangan yang benar
harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir,
sedangkan langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar
adalah:
a. Membasuh tangan dengan air bersih, jika ada memakai air yang
mengalir
b. Menuangkan sabun secukupnya pada telapak tangan
c. Meratakan sabun pada kedua telapak tangan
d. Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri
dngan tangan kanan dan sebaliknya (sambil basuh dengan air
bersih dan mengalir)
e. Menggosok kedua telapak dan sela-sela jari
f. Jari-jari sisi dalam dari keduanya saling mengunci
g. Menggosok ibu jari kiri berputar dan genggaman tangan dan
lakukan sebaliknya
h. Gosokkan memutar ujung jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebaliknya
i. Keringkan dengan handuk sekali pakai sampai benar-benar
kering
j. Gunakan handuk tersebut untuk menutup kran
k. Dan kini tangan sudah aman
5. Tahap-tahapmencuci tangan menurut Kusyati, dkk, (2012) yaitu
a. Basahi kedua telapak tangan anda dengan air mengalir dan
tuang sabun ke telapak tangan. Selanjutnya, gosok kedua
telapak tangan ke arah depan dan belakang.

b. Gosok punggung tangan anda dan masukkan jari anda di sela


jari secara bergantian.
c. Masukkan jari kanan anda ke sela jari kiri untuk
membersihkan sela jari.

d. Gosok ujung jari dengan mengatupkan jari tangan kanan dan


menggosokkannya ke telapak tangan kiri. Lakukan prosedur
yang sama pada tangan yang kiri.

e. Gosok dan putar ibu jari secara bergantian.


f. Gosokkan ujung kuku tangan kanan ke telapak tangan kiri.
Lakukan secara bergantian.

6. Dampak mencuci tangan


Dampak yang terjadi pada anak jika tidak dibiasakan untuk
mencuci tangan maka akan mempermudah masuknya bibit
penyakit kedalam tubuh, hal ini akan mengakibatkan anak mudah
terkena penyakit seperti diare, cacingan, infeksi tangan dan mulut
maupun ISPA (Chuluq, dkk, 2013).
7. Moment mencuci tangan
Waktu kritis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus
diperhatikan, yaitu saat-saat sebagai berikut: 1) Sebelum makan, 2)
Sebelum menyiapkan makanan, 3) Setelah buang air besar, 4)
Setelah buang air kecil, 5) Setelah memegang unggas atau hewan,
6) Setiap kali tangan kita kotor. (Depkes, 2001).
8. Cara menilai praktik mencuci tangan
Kategori penilaian praktik menurut Arikunto (2006) :
a. Baik : presentase 76% - 100%
b. Cukup : presentase 56% - 75%
c. Kurang : presentase <56%
C. Penyuluhan kesehatan
1. Pengertian
Penyuluhan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada
diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan
individu dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan tidak dapat diberikan
kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang
harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi
sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah
secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak
informasi, sikap, maupun praktek baru yang berhubungan dengan
tujuan hidup sehat (Herawani, 2001 dalam Kurniawan, D. E., 2012).
Penyuluhan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan
mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok
maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui
kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai
pendidik.Berdasarkan perannya sebagai pendidik, perawat
mengalihkan pengetahuan dan ketrampilan selama pembelajaran yang
berfokus pada pasien.Untuk mendapatkan gambaran pola pikir, sikap
dan ketrampilan yang spesifik tersebut diperlukan proses interaksi
perawat pasien dalam menggali perasaan, kepercayaan dan filosofi
pasien secara individual. Dengan demikian, perawat mendapatkan
masalah-masalah pasien dan hal-hal yang perlu diberikan dalam
penyuluhan kesehatan. Kemudian bersama pasien, perawat melakukan
kerjasama demi memecahkan masalah melalui proses negosiasi
tentang penyuluhan kesehatan yang diinginkan pasien. Hubungan
proses pembelajaran yang terjadi bersifat dinamis dan interaktif
(Herwani, 2001 dalam Kurniawan, D. E., 2012).
2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan
Menurut (Machfoed, 2005 dalam Kurniawan, D. E., 2012),
penyuluhan kesehatan merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk
mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif
secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup
antara lain pengetahuan, sikap dan ketrampilan melalui proses penyuluhan
kesehatan. Hasil yang diharapkan melalui proses penyuluhan kesehatan
pada hakikatnya dapat berupa emosi, pengetahuan, pikiran keinginan,
tindakan nyata dari individu, kelompok dan masyarakat.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyuluhan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi
penyuluhan kesehatan antara lain :
a. Perdamaian
Perdamaian, termasuk di dalamnya keamanan ditempatkan pada
urutan pertama, karena perdamaian merupakan prakondisi yang
diperlukan oleh semua sektor termasuk kesehatan.
b. Perumahan
Sebagian besar hidup manusia, lebih-lebih pada usia dini
dihabiskan di dalam keluarga atau lebih jelasnya lagi ditempat tinggal
atau rumah masing-masing anggota keluarga yang bersangkutan. Di
tempat tinggal atau rumah tangga inilah sebenarnya kesehatan kita
bentuk atau tentukan.
c. Pendidikan
Bertujuan untuk memerangi kebodohan, dapat berpengaruh
terhadap peningkatan kemampuan berusaha atau bekerja, sehingga
dapat meningkatkan pendapatan (ekonomi). Selanjutnya akan dapat
meningkatkan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
d. Makanan
Makanan dan gizi meruapakan asupan utama untuk kesehatan.
e. Ekosistem yang stabil
f. Sumber daya yang berkesinambungan
g. Keadilan sosial
Terjadi kesenjangan sosial di suatu masyarakat akan jelas
mengganggu kesehatan masyarakat.
h. Pemerataan
Pemerataan adalah adanya kesempatan yang sama untuk
memperoleh akses pelayanan dari pihak-pihak yang berwajib.
4. Metode Penyuluhan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003), metode pembelajaran dalam
penyuluhan kesehatan pada dasarnya merupakan pendekatan yang
digunakan dalam proses penyuluhan untuk menyampaikan pesan kepada
sasaran penyuluhan kesehatan yaitu : Metode ceramah dan metode
demonstrasi
Metode pembelajaran dalam penyuluhan kesehatan dapat berupa :
a. Metode ceramah :
Ceramah yaitu pidato yang di sampaikan oleh seseorang pembicara
di depan sekelompok pengunjung. Ceramah pada hakekatnya
adalah proses transfer informaasi dari pengajar kepada sasaran
belajar.
b. Metode demonstrasi :
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan
suatu prosedur atau tugas, dan cara penggunaan alat dan cara
berinteraksi. Demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau
menggunakan media seperti video atau film.
D. Kerangka Teori

Faktor internal

Pengetahuan Sikap Praktik

1. Pengalaman pribadi Tidak nyata karena


Faktor internal:
2. Pengaruh orang lain adanya suatu respon
1. Pendidikan yang dianggap penting dari responden
2. Pekerjaan 3. Pengaruh kebudayaan
3. Umur 4. Media massa
5. Lembaga pendidika
Faktor eksternal:
dan agama
1. Lingkungan 6. Faktor emosional
2. Sosial budaya

Perilaku mencuci tangan

Lingkungan sekitar Penyuluhan kesehatan

Faktor eksternal

Skema 2.1 : Kerangka teori


Sumber : Wawan dan Dewi (2011
E. Kerangka Konsep

Pre-Test Post-Test

Pengetahuan Pengetahuan

Sikap Intervensi Sikap


( penyuluhan)
Praktik Praktik

Variabel perancu:
1. Pendidikan
2. Pengalaman pribadi
3. Budaya Skema 2.2 : kerangka konsep
4. Media informasi

F. Variabel Penelitian
Variable adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan dan variabel
dependennya adalah pengetahuan, sikap, dan praktik mencuci tangan.
G. Hipotesis
Rumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan penyuluhan kesehatan tentang mencuci tangan
terhadap pengetahuan mencuci tangan pada anak usia sekolah.
2. Ada perbedaan penyuluhan kesehatan tentang mencucin tangan
terhadap sikap mencuci tangan pada anak usia sekolah.
3. Ada perbedaan penyuluhan kesehatan tentang mencuci tangan
terhadap praktik mencuci tangan pada anak usia sekolah.
4. Ada perbedaan pengetahuan antara kelompok intervensi dan
kelompok kotrol pada anak SD dikelas 4 dan 5 di SDN Meteseh.
5. Ada perbedaan sikap antara kelompok intervensi dan kelompok
kotrol pada anak SD dikelas 4 dan 5 di SDN Meteseh.
6. Ada perbedaan praktik antara kelompok intervensi dan kelompok
kotrol pada anak SD dikelas 4 dan 5 di SDN Meteseh.

Вам также может понравиться