Вы находитесь на странице: 1из 108

Bimbingan

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes


Komisi Akreditasi Rumah Sakit

20 STANDAR , 70 ELEMEN PENILAIAN


Bab. 5 Pelayanan Anestesi dan Bedah
(PAB)
No Standar EP No Standar EP
1 PAB.1 3 11 PAB.5.1 3
2 PAB.2 4 12 PAB.6 3
3 PAB.2.1 6 13 PAB.6.1 4
4 PAB.3 4 14 PAB.7 3
5 PAB.3.1 3 15 PAB.7.1 3
6 PAB.3.2 3 16 PAB.7.2 3
7 PAB.3.3 3 17 PAB.7.3 4
8 PAB.4 2 18 PAB.7.4 4
9 PAB.4.1 2 19 PAB.8 4
10 PAB.5 3 20 PAB.8.1 6
20 Std 70 EP

2
Pelayanan Anestesi Termasuk Sedasi
Moderat & Dalam yang Terintegrasi
Terintegrasi :
1. Kepala Pelayanan PAB 2
Ka Yan 2. Kompetensi Staf
Pelayanan : Anest

1. Anestesi Unit
Km Bedah
2. Sedasi Dalam
Km
3. Sedasi Moderat Bersalin Endo
skopi

IGD
MRI/ CatLab
CTScan
ICU
GAMBARAN UMUM

Tindakan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah


merupakan proses yg kompleks dan sering
dilaksanakan di RS. Hal tsb memerlukan:
1) asesmen pasien yg lengkap dan menyeluruh,
2) perencanaan asuhan yg terintegrasi,
3) pemantauan yg terus menerus,
4) transfer ke ruang perawatan berdasarkan kriteria
tertentu,
5) rehabilitasi,
6) transfer ke ruangan perawatan dan pemulangan.

4
Anestesi dan sedasi umumnya merupakan suatu rangkaian
proses yg dimulai dari sedasi minimal hingga anastesi penuh.
Karena respons pasien dapat berubah-ubah sepanjang
berlangsungnya rangkaian tsb, maka penggunaan anestesi
dan sedasi diatur secara terpadu. Dalam bab ini dibahas
anestesi dan sedasi moderat dan dalam dimana ketiganya
berpotensi membahayakan refleks protektif pasien terhadap
fungsi pernafasannya. Dalam bab ini tidak dibahas
penggunaan sedasi minimal (anxiolysis, atau penggunaan
sedasi untuk penggunaan ventilator).
Karena tindakan bedah juga merupakan tindakan yg
berisiko tinggi, maka harus direncanakan dan dilaksanakan
secara hati-hati. Rencana prosedur operasi dan asuhan
pasca operasi dibuat berdasarkan asesmen dan
didokumentasikan.

5
Standar pelayanan anestesi dan bedah berlaku di area
manapun dalam RS yg menggunakan anestesi, sedasi
sedang dan dalam, dan juga pada tempat
dilaksanakannya prosedur pembedahan dan tindakan
invasif lainnya yg membutuhkan persetujuan tertulis
(informed consent) (Lihat HPK.6.4). Area ini meliputi
ruang operasi RS, rawat sehari, klinik gigi, klinik rawat
jalan, endoskopi, radiologi, gawat darurat, perawatan
intensif dan tempat lainnya.

6
ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Standar PAB.1.
RS menyediakan pelayanan anestesi (termasuk sedasi
moderat dan dalam) utk memenuhi kebutuhan pasien,
dan pelayanan tsb memenuhi peraturan perundang-
undangan dan standar profesi.
Yan Anestesi, Sedasi M-D
Elemen Penilaian PAB.1. Yan yang seragam
1. RS menetapkan regulasi ttg pelayanan anestesi, sedasi
moderat dan dalam yg memenuhi standar profesi,
peraturan perUUan. (R)
2. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam yg
adekuat, reguler dan nyaman, tersedia utk memenuhi
kebutuhan pasien (O,W)
3. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam
(termasuk pelayanan yg diperlukan untuk kegawat
daruratan) tersedia 24 jam. (O,W)
7
PAB.1
1. Rumah Sakit menetapkan R Regulasi tentang 10 TL
regulasi tentang pelayanan pelayanan anestesi, sedasi - -
anestesi, sedasi moderat moderat dan dalam 0 TT
dan dalam yg memenuhi
standar profesi, peraturan
perundang-undangan (R)
2. Pelayanan anestesi, sedasi O Elemen Penilaian PAB 1 10 TL
moderat dan dalam yg 5 TS
adekuat, reguler dan nyaman, 0 TT
tersedia utk memenuhi W • Kepada unit pelayanan
kebutuhan pasien (O,W) • Staf anestesi
3. Pelayanan anestesi, sedasi O Lihat sumber daya untuk 10 TL
moderat dan dalam (termasuk pelayanan anestesi sedasi 5 TS
pelayanan yg diperlukan untuk moderat dan dalam untuk 0 TT
kegawat daruratan) tersedia 24 gawat darurat tersedia 24
jam. (O,W) W jam antara lain daftar jaga
staf terkait, catatan
pelayanan 24 jam .
• Kepala unit pelayanan
• Staf anestesi
KARS, Nico A. Lumenta 8
Maksud dan Tujuan PAB.1.
Sedasi dan anestesi biasanya diartikan sbg satu jalur layanan
berkesinambungan dari sedasi minimal sampai anestesi
dalam. Respons pasien bergerak mengikuti jalur ini dan
selama menjalani perjalanan ini pasien menghadapi risiko pd
refleks protektif jalan nafas pasien. Sedasi dan anestesi adalah
proses kompleks shg harus diintegrasikan kedalam rencana
asuhan. Sedasi dan anestesi membutuhkan asesmen lengkap
dan komprehensif serta monitoring pasien terus menerus.
RS mempunyai suatu sistem utk pelayanan anestesi, sedasi
moderat dan dalam utk melayani kebutuhan pasien,
kebutuhan pelayanan klinis yg ditawarkan dan kebutuhan para
PPA, dimana pelayanan tsb memenuhi peraturan perUUan dan
standar profesi.
Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam (termasuk
layanan yg diperlukan utk kegawat daruratan) tersedia 24 jam.
9
Standar PAB.2.
Ada staf medis anestesi yg kompeten dan berwenang,
bertangg-jawab untuk mengelola pelayanan anestesi,
sedasi moderat dan dalam. Kepala Pelayanan Anestesi, Sedasi M-D,
SK, UTW, Pola kerja
Elemen Penilaian PAB.2.
1. Ada regulasi RS yg mengatur pelayanan anestesi, sedasi
moderat dan dalam seragam di seluruh RS (Lihat
PAP.1.EP.1) dan berada dibawah tangg-jawab seorang
dokter anestesi sesuai peraturan perUUan (Lihat TKRS 5)
(R)
2. Ada bukti penangg-jawab pelayanan anestesi utk
mengembangkan, melaksanakan, menjaga regulasi seperti
elemen a) s/d d) di maksud dan tujuan (D,W).
3. Ada bukti penangg-jawab menjalankan program
pengendalian mutu (D,W).
4. Ada bukti pelaksanaan supervisi dan evaluasi pelaksanaan
pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam di seluruh
10
RS. (D,W)
PAB.2

1. Ada regulasi RS R Regulasi tentang: 10 TL


yangmengatur 1) Pelayanan anestesi, sedasi - -
pelayanan anestesi, moderat dan dalam yang 0 TT
sedasi moderat dan seragam dan terintegrasi
dalam seragam di diseluruh tempat pelayanan
seluruh RS (lihat PAP 1 di rumah sakit
EP 1) dan berada 2) Penetapan penanggung
dibawah tanggung jawab pelayanan anestesi,
jawab seorang dokter sedasi moderat dan dalam
anestesi sesuai disertai uraiang tugas,
peraturan perundang- tanggung jawab dan
undangan (lihat TKRS wewenang serta rencana
5). (R) kegiatan

KARS, Nico A. Lumenta 11


PAB.2
2. Ada bukti D Bukti pelaksanaan rencana kegiatan 10 TL
penanggung jawab penanggung jawab pelayanan 5 TS
pelayanan anestesi anestesi sesuai uraian tugas, 0 TT
mengembangkan, tanggung jawab dan wewenang
melaksanakan, meliputi elemen a s/d d pada maksud
menjaga regulasi dan tujuan (KKS 2.3 EP 3)
seperti elemen a) s/d
d) di maksud dan W Penanggung jawab pelayanan
tujuan. (D,W) anestesi
 Staf anestesi
3. Ada bukti D Bukti penanggung jawab pelayanan 10 TL
penanggung jawab anestesi melaksanakan PMKP 5 TS
menjalankan pelayanan anestesi dan sedasi 0 TT
program
pengendalian mutu. W  Penanggung jawab pelayanan
(D,W) anestesi
 Staf anestesi

12
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.2
4. Ada bukti D Bukti supervisi pelaksanaan 10 TL
pelaksanaan supervisi anestesi, sedasi moderat dan 5 TS
dan evaluasi dalam: 0 TT
pelaksanaan 1) Form ceklis
pelayanan anestesi, 2) Bukti pelaksanaan supervisi
sedasi moderat dan
dalam di seluruh W  Penanggung jawab pelayanan
bagian Rumah Sakit . anestesi
(D,W)  Staf anestesi

13
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.2.
Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam berada
dibawah penangg-jawab pelayanan anestesi yg
memenuhi peraturan perUUan. Tangg-jawab pelayanan
anestesi, sedasi moderat dan dalam meliputi:
a) mengembangkan, menerapkan, dan menjaga
regulasi
b) melakukan pengawasan administratif
c) menjalankan program pengendalian mutu yg
dibutuhkan
d) memonitor dan evaluasi pelayanan anestesi,
sedasi moderat dan dalam

14
(PMK 519/2011 Ped Penyelenggaran
Yan Anest & Terapi Intensif di RS)
15
PAB 2.1
Program mutu dan keselamatan pasien pada pelayanan
anestesi, sedasi moderat dan dalam dilaksanakan dan
didokumentasikan
Program Mutu-Safety Yan An, S M-D
Elemen Penilaian PAB 2.1
1. RS menetapkan program mutu dan keselamatan pasien
dalam pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam. (lihat
PMKP 2.1) (R)
2. Ada bukti monitoring dan evaluasi pelaksanaan asesmen pra
sedasi dan pra anestesi. (D,W)
3. Ada bukti monitoring dan evaluasi proses monitoring status
fisiologis selama anestesi. (D,W)
4. Ada bukti monitoring dan evaluasi proses monitoring proses
pemulihan anestesi dan sedasi dalam. (D,W)
5. Ada bukti monitoring dan evaluasi evaluasi ulang bila terjadi
konversi tindakan dari lokal/regional ke general. (D,W)
6. Ada bukti pelaksanaan program mutu dan keselamatan
pasien dalam anestesi, sedasi moderat dan dalam dan
diintegrasikan dgn program mutu
a RS (lihat PMKP 2.1 ). (D,W)
16
PAB.2.1
1. RS menetapkan R Regulasi tentang penetapan 10 TL
program mutu dan pengukuran mutu dan pelaporan - -
keselamatan pasien insiden keselamatan pasien dalam 0 TT
dalam pelayanan pelayanan anestesi, sedasi moderat
anestesi, sedasi dan dalam, sesuai TKRS 11 EP 1
moderat dan dalam
(lihat PMKP 2.1). (R)

2. Ada bukti D Bukti monitoring dan evaluasi 10 TL


monitoring dan pelaksanaan asesmen pra sedasi dan 5 TS
evaluasi pelaksanaan pra anestesi, berupa analisis data, 0 TT
asesmen pra sedasi termasuk kepatuhan terhadap standar
dan pra anestesi.
(D,W) W  Penanggung jawab pelayanan
anestesi
 Staf anestesi
 Komite/tim PMKP
17
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.2.1
3. Ada bukti D Bukti monitoring dan evaluasi status 10 TL
monitoring dan fisiologis selama anestesi dan 5 TS
evaluasi proses sedasi, berupa analisis data, 0 TT
monitoring status termasuk kepatuhan terhadap
fisiologis selama standar
anestesi. (D,W)
W  Penanggung jawab pelayanan
anestesi
 Komite/tim PMKP

4. Ada bukti D Bukti monitoring dan evaluasi 10 TL


monitoring dan proses pemulihan pasca anestesi 5 TS
evaluasi proses dan sedasi, berupa analisis data, 0 TT
monitoring, proses termasuk kepatuhan terhadap
pemulihan anestesi standar
dan sedasi dalam.
(D,W) W  Penanggung jawab pelayanan
anestesi
 Komite/tim PMKP
18
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.2.1
5. Ada bukti D Bukti monitoring dan evaluasi 10 TL
monitoring dan konversi tindakan dari lokal/regional 5 TS
evaluasi evaluasi ke general, berupa analisis data, 0 TT
ulang bila terjadi termasuk kepatuhan terhadap
konversi tindakan dari standar
lokal/regional ke
general. (D,W) W  Penanggung jawab pelayanan
anestesi
 Komite/tim PMKP

6. Ada bukti D Bukti dokumentasi pelaksanaan 10 TL


pelaksanaan program program mutu dan keselamatan 5 TS
mutu dan keselamatan pasien dalam anestesi dan sedasi 0 TT
pasien dalam sudah diintegrasikan dengan
anestesi, sedasi program PMKP RS
moderat dan dalam
dan diintegrasikan W  Penanggung jawab pelayanan
dgn program mutu RS anestesi
(lihat PMKP 2.1). (D,W)  Komite/tim PMKP
19
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan tujuan Standar 2.1
Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam
merupakan suatu tindakan yang berisiko, karena itu
perencanaannya dan pelaksanaannya membutuhkan
tingkat kehati-hatian dan akurasi tinggi. Sehubungan
dengan hal itu RS menetapkan program mutu dan
keselamatan pasien pada pelayanan anestesi, sedasi
moderat dan dalam yg merupakan bagian dari program
mutu dan keselamatan pasien meliputi a.l. tapi tidak
terbatas pada:
a) pelaksanaan asesmen pra sedasi dan pra anestesi
b) proses monitoring status fisiologis selama anestesi
c) proses monitoring proses pemulihan anestesi dan
sedasi dalam
d) evaluasi ulang bila terjadi konversi tindakan dari
lokal/regional ke general.
a 20
PMK 519/2011 Pedoman Penyelenggaraan Yan Anestesi
& Terapi Intensif di RS

a 21
PELAYANAN SEDASI
Standar PAB.3.
Pemberian sedasi moderat dan dalam dilakukan sesuai
regulasi yg ditetapkan
Sedasi Moderat & Dalam
Elemen Penilaian PAB.3
1. Ada regulasi RS yg menetapkan pemberian sedasi yg
seragam di semua tempat di RS sesuai peraturan
perUUan ditetapkan dan dilaksanakan sesuai elemen a)
s/d d) spt yg disebut di maksud dan tujuan (R)
2. Ada bukti pelaksanaan sedasi sesuai regulasi yg
ditetapkan (D,O,W)
3. Peralatan emergency tersedia dan digunakan sesuai
dgn jenis sedasi, umur dan kondisi pasien (D,O)
4. Staf yg terlatih dan berpengalaman dalam memberikan
bantuan hidup lanjut (advance) harus selalu tersedia dan
siaga selama tindakan sedasi dikerjakan (D,O,W)
PAB.3
1. Ada regulasi RS yg R Regulasi tentang 10 TL
menetapkan pemberian sedasi pelayanan sedasi yang - -
yg seragam di semua tempat seragam di semua 0 TT
di RS sesuai peraturan tempat di RS termasuk
perundang-undangan untuk PAB 3.2 EP 1 s/d 3
ditetapkan dan dilaksanakan
sesuai elemen a) s/d d) spt yg
disebut di maksud dan tujuan
(R)

2. Ada bukti pelaksanaan sedasi D Bukti dokumentasi 10 TL


sesuai regulasi yang ditetapkan pelaksanaan sedasi 5 TS
(D,O,W) 0 TT
O Lihat sumber daya
untuk pelayanan sedasi

W  Penanggung jawab
pelayanan anestesi
 Staf anestesi
23
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.3
3. Peralatan emergency D Daftar peralatan dan obat-obat 10 TL
tersedia dan digunakan emergensi untuk pelayanan 5 TS
sesuai dgn jenis sedasi, sedasi 0 TT
umur dan kondisi pasien
(D,O) O Lihat ketersediaan sumber
daya sesuai daftar

4. Staf yang terlatih dan D Daftar dinas PPA yang 10 TL


berpengalaman dalam kompeten dan berwenang 5 TS
memberikan bantuan untuk memberikan bantuan 0 TT
hidup lanjut (advance) hidup lanjut (advance) selama
harus selalu tersedia dan tindakan sedasi dilakukan
siaga selama tindakan
sedasi dikerjakan (D,O,W) O Lihat daftar dinas dan
ketersediaan sumber daya

W  Penanggung jawab
pelayanan anestesi
 Staf anestesi
24
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.3.
Prosedur pemberian sedasi moderat dan dalam yg diberikan
secara intravena, tidak tergantung berapa dosisnya.
Prosedur pemberian sedasi dilakukan seragam ditempat
pelayanan di dalam RS termasuk unit diluar kamar operasi.
Karena prosedur pemberian sedasi, seperti layaknya
anestesi, mengandung risiko potensial kpd pasien.
Pemberian sedasi kpd pasien harus dilakukan seragam dan
sama di semua tempat di RS.
Pelayanan sedasi yg seragam meliputi :
a) kualifikasi staf yg memberikan sedasi
b) peralatan medis yg digunakan
c) bahan yg dipakai
d) cara pemonitoran di RS.
Oleh sebab itu RS harus menetapkan pedoman spesifik
tentang hal tsb diatas
Standar PAB.3.1
Para profesional pemberi asuhan (PPA) yg kompeten dan
berwenang memberikan pelayanan sedasi moderat dan
dalam serta melaksanakan monitoring
PPA Yan Sedasi M-D
Elemen Penilaian PAB.3.1 Siapkan Daftar SDM
1. PPA yg bertangg-jawab memberikan sedasi adalah
staf yg kompeten dalam hal paling sedikit a) s/d d) di
maksud dan tujuan (R)
2. PPA yg bertangg-jawab melakukan pemantauan
selama diberikan sedasi adalah staf yg kompeten
dalam hal, paling sedikit e) s/d h) di maksud dan
tujuan (R)
3. Kompetensi semua staf yg terlibat dalam sedasi
tercatat dalam dokumen kepegawaian (lihat KKS 5)
(D,W)
26
PAB.3.1
1. PPA yang bertanggung R Regulasi berupa SPK dan RKK 10 TL
jawab memberikan staf anestesi yang melakukan - -
sedasi adalah staf yg sedasi 0 TT
kompeten dalam hal
paling sedikit a) s/d d) di
maksud dan tujuan (R)

2. PPA yang bertanggung R Regulasi berupa SPK dan RKK 10 TL


jawab melakukan staf anestesi yang melakukan - -
pemantauan selama monitoring sedasi 0 TT
diberikan sedasi adalah
staf yg kompeten dalam
hal, paling sedikit e) s/d h)
di maksud dan tujuan (R)

27
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.3.1
3. Kompetensi semua staf D Bukti pelaksanaan 10 TL
yang terlibat dalam sedasi kredensialing pada file 5 TS
tercatat dalam dokumen kepegawaian (KKS 6) 0 TT
kepegawaian (lihat KKS 5)
(D,W) W  Penanggung jawab
pelayanan anestesi
 Staf anestesi
 Kepala/staf SDM

28
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.3.1
Kualifikasi dokter, dokter gigi atau petugas lain yg bertangg-
jawab terhadap pasien yg menerima tindakan sedasi sangat
penting.
Pemahaman berbagai cara memberikan sedasi terkait pasien
dan jenis tindakan yg diberikan, akan menaikkan toleransi
pasien terhadap rasa tidak nyaman, rasa sakit dan atau risiko
komplikasi.
Komplikasi terkait pemberian sedasi terutama gangguan
jantung dan paru. Sertifikasi dalam bantuan hidup lanjut
sangat penting.
Sbg tambahan, pengetahuan ttg farmakologi zat sedasi yg
digunakan, termasuk zat reversal, mengurangi risiko terjadi
kejadian yg tidak diharapkan.

29
(Maksud dan Tujuan PAB.3.1)
Karena itu staf yg bertangg-jawab memberikan sedasi
harus kompeten dan berwenang dalam hal:
a) Teknik dan berbagai macam cara sedasi
b) Farmakologi obat sedasi dan penggunaaan zat
reversal (antidote-nya)
c) Memonitor pasien dan
d) Bertindak jika ada komplikasi (lihat juga, KKS.10)
Staf lain yg kompeten dapat melakukan pemantauan
dibawah supervisi secara terus menerus terhadap
parameter fisiologis pasien dan memberi bantuan dalam
hal tindakan resusitasi. Orang yg bertangg-jawab
melakukan pemonitoran, harus kompeten dalam:
e) pemonitoran yg diperlukan 30

f) bertindak jika ada komplikasi


g) penggunaaan zat reversal (anti-dot)
h) kriteria pemulihan (lihat juga, KKS.3)
Standar PAB.3.2
RS menetapkan regulasi utk tindakan sedasi (moderat
dan dalam) baik cara memberikan dan memantau
berdasarkan panduan praktik klinis
Asesmen  IAR
Elemen Penilaian PAB.3.2
1. Dilakukan asesmen pra sedasi dan dicatat dalam rekam
medis yg sekurang-kurangnya berisikan a) s/d e) di
maksud dan tujuan, utk evaluasi risiko dan kelayakan
tindakan sedasi bagi pasien sesuai regulasi yg
ditetapkan RS (Lihat, AP.14) (D,W)
2. Seorang yg kompeten melakukan pemantauan pasien
Pwat/ selama sedasi dan mencatat hasil monitor dalam rekam
Penata
An medis (D,W)
3. Kriteria pemulihan digunakan dan didokumentasikan
setelah selesai tindakan sedasi (D,W)
Lih PAB 3.1. butir e) sd h)
31
PAB.3.2
1. Dilakukan asesmen pra D Bukti dalam rekam medis 10 TL
sedasi dan dicatat dalam tentang asesmen pra sedasi 5 TS
rekam medis yg sekurang- dengan konsep IAR sesuai 0 TT
kurangnya berisikan a) s/d PPK
e) di maksud dan tujuan,
utk evaluasi risiko dan
W  Penanggung jawab
kelayakan tindakan sedasi
pelayanan anestesi
bagi pasien sesuai regulasi
 Staf anestesi
yg ditetapkan RS (D,W)

2. Seorang yang kompeten D Bukti dalam rekam medis 10 TL


melakukan pemantauan tentang monitoring sedasi 5 TS
pasien selama sedasi dan oleh staf anestesi yang 0 TT
mencatat hasil monitor dalam kompeten sesuai PPK
rekam medis (D,W)
W  Penanggung jawab
pelayanan anestesi
 Staf anestesi

32
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.3.2

3. Kriteria pemulihan D Bukti dalam rekam medis 10 TL


digunakan dan tentang kriteria pemulihan 5 TS
didokumentasikan setelah sesuai PPK 0 TT
selesai tindakan sedasi.(D,W)
W  Penanggung jawab
pelayanan anestesi
 Staf anestesi

33
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.3.2
Tingkat kedalaman sedasi berlangsung dan berlanjut dari
mulai ringan sampai sedasi dalam dan pasien dapat
menjalaninya dari satu tingkat ke tingkat yg lain.
Banyak faktor berpengaruh thds respons pasien dan ini
selanjutnya mempengaruhi tingkat sedasi pasien. Faktor2 yg
berpengaruh adalah obat yg dipakai, cara pemberian obat dan
dosis, umur pasien (anak, dewasa, lanjut usia), dan riwayat
kesehatan pasien. Contoh, ada riwayat kerusakan organ
utama, obat yg diminum mungkin berinteraksi dgn obat
sedasi, alergi obat, ada efek samping obat anestesi atau
sedasi yang lalu.
Jika status fisik pasien berisiko tinggi, dipertimbangkan
pemberian tambahan kebutuhan klinis lainnya dan diberikan
tindakan sedasi yg sesuai.

34
(Maksud dan Tujuan PAB.3.2)
Asesmen pra sedasi membantu menemukan faktor yg dapat
berpengaruh pada respons pasien terhadap tindakan sedasi
dan juga dapat ditemukan hal penting dari hasil monitor
selama dan sesudah sedasi.
Profesional pemberi asuhan (PPA) yg kompeten dan
berwenang melakukan asesmen pra sedasi sbb :
a) mengidentifikasi setiap masalah saluran pernapasan
yg dapat mempengaruhi jenis sedasi
b) evaluasi pasien terhadap risiko tindakan sedasi.
c) merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman
sedasi yang diperlukan pasien berdasar sedasi yg
diterapkan
d) pemberian sedasi secara aman dan
e) evaluasi dan menyimpulkan temuan dari monitor
selama dan sesudah sedasi
35
(Maksud dan Tujuan PAB.3.2)
Cakupan dan isi asesmen dibuat berdasarkan Panduan Praktik
Klinis dan regulasi yg ditetapkan RS.
Pasien yg sedang menjalani tindakan sedasi di monitor tingkat
kesadarannya, ventilasi dan status oksigenisasi, variabel
hemodinamik berdasar jenis obat sedasi yg diberikan, jangka
waktu sedasi, jenis kelamin dan kondisi pasien.
Perhatian khusus ditujukan pada kemampuan pasien
mempertahankan refleks protektif, jalan napas yg teratur dan
lancar, respon terhadap stimulasi fisik dan perintah verbal.
Staf yg kompeten bertangg-jawab melakukan pemonitoran status
fisiologis pasien secara terus menerus dan membantu memberikan
bantuan resusitasi sampai pasien pulih dgn selamat.
Setelah tindakan selesai dikerjakan, pasien masih tetap berisiko
terhadap komplikasi krn keterlambatan absorsi obat sedasi,
adanya depresi pernapasan dan kekurangan stimulasi akibat
tindakan. Ditetapkan kriteria pemulihan pasien yg siap utk
ditransfer (Lihat juga PMKP.8)
a 36
Standar PAB.3.3
Risiko, manfaat dan alternatif berhubungan dgn tindakan
sedasi moderat dan dalam didiskusikan dgn pasien dan
keluarga pasien atau dengan mereka yg membuat
keputusan yg mewakili pasien.
Informed consent Sedasi M-D
Elemen Penilaian PAB.3.3
1. Pasien dan atau keluarga atau pihak lain yg
berwenang yg memberikan keputusan dijelaskan
ttg risiko, keuntungan dan alternatif tindakan
sedasi. ( D,W)
2. Pasien dan atau keluarga atau pihak lain yg
berwenang diberi edukasi ttg pemberian analgesi
pasca tindakan sedasi (D,W)
3. Dokter spesialis anestesi melaksanakan edukasi
dan mendokumentasikannya (D,W)
37
PAB.3.3
1. Pasien dan atau keluarga D Bukti pelaksanaan 10 TL
atau pihak lain yang pemberian penjelasan 5 TS
berwenang yang tentang risiko, keuntungan 0 TT
memberikan keputusan dan alternatif tindakan
dijelaskan tentang risiko, sedasi
keuntungan dan alternatif
tindakan sedasi. (D,W) W  DPJP
 Pasien/keluarga

2. Pasien dan keluarga atau D Bukti pelaksanaan 10 TL


pihak lain yangg berwenang pemberian penjelasan 5 TS
diberi edukasi tentang tentang analgesi pasca 0 TT
pemberian analgesi pasca tindakan sedasi sesuai MKE
tindakan sedasi. (D,W) 9 EP 4

W  DPJP
 Pasien/keluarga

38
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.3.3
1. Dokter spesialis anestesi D Bukti pelaksanan edukasi 10 TL
melaksanakan edukasi dan sesuai MKE 9 EP 4 5 TS
mendokumentasikannya. 0 TT
(D,W) W  DPJP
 Pasien/keluarga

39
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.3.3
Rencana tindakan sedasi memuat pendidikan kepada
pasien, keluarga pasien atau mereka yang membuat
keputusan mewakili pasien tentang risiko, manfaat dan
alternatif terkait tindakan sedasi. Pembahasan
berlangsung sebagai bagian dari proses mendapat
persetujuan tindakan kedokteran untuk tindakan sedasi
sesuai peraturan perUUan yang berlaku.

40
ASUHAN PASIEN ANESTESI

Standar PAB.4
Profesional pemberi asuhan (PPA) yg kompeten dan
berwenang pada pelayanan anestesi melakukan
asesmen pra anestesi
Asesmen  IAR
Elemen Penilaian PAB.4
1. Asemen pra anestesi dilakukan untuk setiap pasien
yang akan operasi (Lihat AP.1) (D,W)
2. Hasil asesmen didokumentasikan dalam rekam
medis pasien.(D,W)

41
Standar PAB.4.1
Profesional pemberi asuhan (PPA) yg kompeten dan
berwenang pada pelayanan anestesi melakukan
asesmen pra induksi
Asesmen  IAR
Elemen Penilaian PAB.4.1
1. Asemen pra induksi dilakukan untuk setiap pasien
sebelum dilakukan induksi. (D,W)
2. Hasil asesmen didokumentasikan dalam rekam
medis pasien. (D,W)

42
PAB.4
1. Asemen pra anestesi D Bukti dalam rekam medis 10 TL
dilakukan untuk setiap tentang pelaksanaan 5 TS
pasien yang akan operasi asesmen pra anestesi 0 TT
(Lihat AP.1) (D,W) dengan konsep IAR oleh
dokter anestesi sesuai PPK

W  DPJP
 Pasien/keluarga

2. Hasil asesmen D Bukti dalam rekam medis 10 TL


didokumentasikan dalam tentang pelaksanaan 5 TS
rekam medis pasien.(D,W) asesmen pra anestesi 0 TT
dengan konsep IAR oleh
dokter anestesi sesuai PPK

W  DPJP
 Pasien/keluarga

43
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.4.1
1. Asemen pra induksi D Bukti dalam rekam medis 10 TL
dilakukan untuk setiap tentang pelaksanaan 5 TS
pasien sebelum dilakukan asesmen pra induksi 0 TT
induksi. (D,W) dengan konsep IAR oleh
dokter anestesi sesuai PPK

W DPJP

2. Hasil asesmen D Bukti pelaksanaan 10 TL


didokumentasikan dalam dokumentasi dalam rekam 5 TS
rekam medis pasien. (D,W) medis tentang asesmen pra 0 TT
induksi dengan konsep IAR
oleh dokter anestesi sesuai
PPK

W DPJP

44
KARS, Nico A. Lumenta
Proses Asuhan Pasien Diagram
IAR
Patient Care

1 Asesmen Pasien Pencatatan:


(Skrining, “Periksa Pasien”)
PPA : 1. Informasi dikumpulkan : Asesmen
I Awal
Dokter Anamnesa, pemeriksaan, pemeriksaan lain /
Perawat penunjang, dsb
Bidan 2. Analisis informasi : A Asesmen
Apoteker Menetapkan Diagnosis / Masalah / Kondisi
Ulang
Nutrisionis Untuk mengidentifikasi Kebutuhan Yan Pasien
SOAP
Dietisien 3. Rencana Asuhan/Plan of Care : R
Teknisi Merumuskan rencana dan sasaran terukur
Medis Untuk memenuhi Kebutuhan Yan Pasien
(Penata-
Anestesi)
Terapis Fisik 2 Pemberian Pelayanan
Implementasi Rencana
Monitoring
Asesmen Ulang
Maksud dan Tujuan PAB.4 dan PAB 4.1
Karena anestesi mengandung risiko tinggi, pemberiannya
harus direncanakan dengan hati hati.
Asesmen pra anestesi adalah dasar dari perencanaan ini,
utk mengetahui temuan apa pada monitor selama anestesi
dan setelah anestesi, dan juga utk menentukan obat
analgesi apa utk pasca operasi.
Asesmen pra anestesi, berbasis IAR (Informasi, Analisis,
Rencana) juga memberikan informasi yg diperlukan utk:
• Mengetahui masalah saluran pernapasan
• Memilih anestesi dan rencana asuhan anestesi
• Memberikan anestesi yg aman berdasarkan asesmen
pasien, risiko yg diketemukan, dan jenis tindakan
• Menafsirkan temuan pada waktu monitoring selama
anestesi dan pemulihan
• Memberikan informasi obat analgesia yg akan digunakan
pasca operasi 46
(Maksud dan Tujuan PAB.4 dan PAB 4.1)
Dokter spesialis anestesi melakukan asesmen pra
anestesi. Asesmen pra anestesi dapat dilakukan
sebelum masuk rawat inap atau sebelum dilakukan
tindakan bedah atau sesaat menjelang operasi,
misalnya pada pasien darurat. Asesmen pra induksi
berbasis IAR, terpisah dari asesmen pra anestesi, fokus
pada stabilitas fisiologis dan kesiapan pasien untuk
tindakan anestesi, berlangsung sesaat sebelum induksi
anestesi.
Jika anestesi diberikan secara darurat, asesmen pra
anestesi dan pra induksi dapat dilakukan berurutan atau
simultan, namun dicatat secara terpisah (Lihat PAB.6)
47
Standar PAB.5
Rencana, tindakan anestesi dan teknik yang digunakan
dicatat dan didokumentasikan di rekam medis pasien
Form Yan Anestesi
Elemen Penilaian PAB.5
1. Ada regulasi ttg pelayanan anestesi setiap pasien
direncanakan dan didokumentasikan (R)
2. Obat-obat anestesi, dosis dan rute serta teknik
anestesi didokumentasikan di rekam medis pasien
(D,W)
3. Dokter spesialis anestesi dan perawat yang
mendampingi / penata anestesi ditulis dalam form
anestesi (D,W)

48
PAB.5
1. Ada regulasi tentang R Regulasi tentang pelayanan 10 TL
pelayanan anestesi setiap anestesi harus -
pasien direncanakan dan direncanakan dan 0 TT
didokumentasikan (R) didokumentasikan meliputi:
1) Teknik anestesi
2) Obat anestesi, dosis dan
rute

2. Obat-obat anestesi, dosis D Bukti dalam rekam medis 10 TL


dan rute serta teknik anestesi tentang: 5 TS
didokumentasikan di rekam 1) Teknik anestesi 0 TT
medis pasien. (D,W) 2) Obat anestesi, dosis dan
rute

W  DPJP
 Staf anestesi

49
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.5
3. Dokter spesialis anestesi D Bukti dalam rekam medis 10 TL
dan perawat yang tercantum dokter spesialis 5 TS
mendampingi / penata anestesi dan penata 0 TT
anestesi ditulis dalam form anestesi
anestesi (D,W)
W  DPJP
 Staf anestesi

50
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.5
Tindakan anestesi direncanakan secara seksama dan
didokumentasikan dalam rekam medis. Perencanaan
mempertimbangkan informasi dari asesmen lainnya (misal
dari hasil pemeriksaan, konsul, dll) dan mengidentifikasi
tindakan anestesi yg akan digunakan, termasuk metode
pemberiannya, pemberian medikasi dan cairan lain, serta
prosedur pemonitoran dalam mengantisipasi pelayanan
pasca anestesi dan didokumentasikan di Rekam medis

51
Standar PAB 5.1.
Risiko, manfaat dan alternatif dari tindakan anestesi
didiskusikan dengan pasien dan keluarga atau orang
yang dapat membuat keputusan mewakili pasien
Informed consent
Elemen Penilaian PAB.5.1. tindakan anestesi
1. Pasien dan atau keluarga atau pihak lain yg
berwenang yg memberikan keputusan dijelaskan
tentang risiko, keuntungan dan alternatif tindakan
anestesi. (D,W)
2. Pasien dan atau keluarga atau pihak lain yg
berwenang diberi edukasi ttg pemberian analgesi
pasca tindakan anestesi. (D,W)
3. Dokter spesialis anestesi melaksanakan edukasi
dan mendokumentasikannya .(R,D)

52
PAB.5.1
1. Pasien dan atau keluarga D Bukti pelaksanaan 10 TL
atau pihak lain yg berwenang pemberian penjelasan 5 TS
yg memberikan keputusan tentang risiko, keuntungan 0 TT
dijelaskan tentang risiko, dan alternatif tindakan
keuntungan dan alternatif anestesi, termasuk konversi
tindakan anestesi. (D,W) dari regional ke general

W  DPJP
 Pasien/keluarga

2. Pasien dan atau keluarga D Bukti pelaksanaan 10 TL


atau pihak lain yg berwenang pemberian penjelasan 5 TS
diberi edukasi tentang tentang pemberian analgesi 0 TT
pemberian analgesi pasca pasca tindakan anestesi
tindakan anestesi. (D,W) sesuai MKE 9 EP 4

W  DPJP
 Pasien/keluarga

53
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.5.1
3. Dokter spesialis anestesi R Regulasi tentang kewajiban 10 TL
melaksanakan edukasi dan dokter anestesi memberikan 5 TS
mendokumentasikannya (R,D) edukasi dan 0 TT
mendokumentasikannya

D Bukti pelaksanan edukasi


sesuai MKE 9 EP 4

54
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan dari PAB.5.1.
Proses perencanaan anestesi mencakup edukasi
pasien, dan keluarga, atau pembuat keputusan atas
risiko, manfaat dan alternatif yang berhubungan
dengan perencanaan anestesia dan analgesia pasca
tindakan operatif, edukasi ini sebagai bagian dari
proses untuk mendapatkan persetujuan anestesi
sebagaimana dipersyaratkan dalam HPK 6.4.EP 2.
Dokter spesialis anestesi yang melakukan edukasi ini.

55
Standar PAB.6
RS menetapkan regulasi utk menentukan status fisiologis
dimonitor selama proses anestesi dan bedah sesuai dgn
panduan praktik klinis dan didokumentasikan di dalam
form anestesi
Durante Anestesi

Elemen Penilaian PAB.6


1. Ada regulasi jenis dan frekuensi pemantauan selama
anestesi dan operasi dilakukan berdasar status
pasien pada pra anestesi, metoda anestesi yg
dipakai, dan tindakan operasi yg dilakukan.(R)
2. Monitoring status fisiologis pasien sesuai dgn
panduan praktik klinis (D,W)
3. Hasil pemonitoran dicatat di form anestesi (D,W)

56
PAB.6
1. Ada regulasi jenis dan R Regulasi tentang monitoring 10 TL
frekuensi monitoring selama anestesi dan operasi -
selama anestesi dan 0 TT
operasi dilakukan berdasar
status pasien pada pra
anestesi, metoda anestesi
yg dipakai, dan tindakan
operasi yg dilakukan.(R)

2. Monitoring Pemantauan D Bukti dalam rekam medis 10 TL


status fisiologis pasien memuat monitoring status 5 TS
sesuai dengan panduan fiologis pasien yang sesuai 0 TT
praktik klinis (D,W) dengan PPK

W  DPJP
 Staf anestesi

57
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.6
3.Hasil monitoring dicatat di D Bukti dalam rekam medis 10 TL
form anestesi (D,W) memuat monitoring status 5 TS
fiologis pasien yang sesuai 0 TT
dengan PPK

W  DPJP
 Staf anestesi

58
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.6
Monitoring fisiologis memberikan informasi terpercaya ttg
status pasien selama anestesi berjalan (umum, spinal, regional,
lokal) dan pasca operasi. Hasil dari monitoring menjadi acuan
pengambilan keputusan selama operasi berlangsung atau
pasca operasi, misalnya reoperasi, atau pindah ke tingkat
asuhan lainnya, atau lanjut ruang pulih.
Informasi dari monitoring menentukan kebutuhan asuhan
medis dan keperawatan serta kebutuhan diagnostik dan
pelayanan lainnya. Hasil pemonitoran dicatat di form anestesi,
untuk anestesi lokal dapat digunakan form tersendiri.
Metode memonitor ditentukan oleh status pasien pada pra
anestesi, jenis anestesi yg akan digunakan, dan kompleksitas
operasi atau tindakan lain yg dilaksanakan selama anestesi.
Pelaksanaan pemonitoran selama anestesi dan operasi harus
dijalankan sesuai panduan praktik klinis. Hasil dari monitoring
dicatat di rekam medik pasien (Lihat juga, PAB.4)
59
Standar PAB.6.1
RS menetapkan regulasi utk memonitor status pasca
anestesi setiap pasien, dan dicatat dalam rekam medis
pasien. Pasien dipindah dari ruang pemulihan oleh staf
yg kompeten dan berwenang, atau berdasarkan kriteria
baku yg ditetapkan.
Pasca Anestesi
Elemen Penilaian PAB 6.1
1. Pasien dipindahkan dari ruang pemulihan (atau jika
monitoring pemulihan dihentikan) sesuai alternatif a)
s/d c) di maksud dan tujuan. (R)
2. Waktu masuk ruang pemulihan dan dipindahkan dari
ruang pemulihan dicatat dalam form anestesi (D,O,W)
3. Pasien dimonitor dalam masa pemulihan pasca
anestesi sesuai regulasi RS (D,O,W)
4. Hasil monitoring dicatat di form anestesi (D)

60
PAB.6.1
1. Pasien dipindahkan dari R Regulasi tentang 10 TL
ruang pemulihan (atau jika pemindahan pasien dari - -
pemonitoran pemulihan ruang pemulihan 0 TT
dihentikan) sesuai
alternatif a) s/d c) di
maksud dan tujuan. (R)

2. Waktu masuk ruang D Bukti dalam rekam medis 10 TL


pemulihan dan dipindahkan memuat waktu masuk ruang 5 TS
dari ruang pemulihan dicatat pemulihan dan saat 0 TT
dalam form anestesi (D,O,W) dipindahkan

O Lihat rekam medis

W  DPJP
 Staf anestesi

61
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.6.1
3. Pasien dimonitor dalam D Bukti dalam rekam medis 10 TL
masa pemulihan pasca memuat monitoring dalam 5 TS
anestesi sesuai regulasi RS masa pemulihan pasca 0 TT
(D,O,W) anestesi sesuai PPK

O Lihat rekam medis

W  DPJP
 Staf anestesi

4. Hasil pemonitoran dicatat D Bukti dalam rekam medis 10 TL


di form anestesi (D) memuat monitoring dalam 5 TS
masa pemulihan pasca 0 TT
anestesi sesuai PPK

62
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.6.1
Monitoring selama periode anestesi menjadi acuan utk
monitoring pada periode pasca anestesi.
Pengumpulan data status pasien terus menerus secara
sistematik menjadi dasar memindahkan pasien ke ruangan
intensif atau ke unit rawat inap. Catatan monitoring menjadi
acuan utk menyudahi monitoring di ruang pemulihan atau
sebagai acuan untuk pindah dari ruang pemulihan.
Jika pasien dipindah langsung dari kamar operasi ke ruang
intensif, monitoring dan pendokumentasian diperlakukan
sama dengan monitoring di ruang pulih.
Keluar dari ruang pemulihan pasca anestesi atau
menghentikan monitoring pada periode pemulihan dilakukan
dgn mengacu ke salah satu alternatif dibawah ini:

63
(Maksud dan Tujuan PAB.6.1)
…salah satu alternatif dibawah ini:
a) Pasien dipindahkan (atau monitoring pemulihan
dihentikan) oleh dokter anestesi.
b) Pasien dipindahkan (atau monitoring pemulihan
dihentikan) oleh penata anestesi sesuai kriteria yang
ditetapkan RS, dan rekam medis pasien membuktikan
bahwa kriteria yg dipakai dipenuhi
c) Pasien dipindahkan ke unit yg mampu memberikan
asuhan pasca anestesi atau pasca sedasi pasien tertentu,
seperti ICCU atau ICU.
Waktu tiba di ruang pemulihan dan waktu keluar
didokumentasikan dalam form anestesi.

64
`
ASUHAN PASIEN BEDAH

Standar PAB.7
Asuhan setiap pasien bedah direncanakan berdasar hasil
asesmen dan dicatat dalam rekam medis pasien
Asesmen Prabedah IAR
Elemen Penilaian PAB.7
1. Ada regulasi ttg asuhan setiap pasien bedah
direncanakan berdasar informasi dari hasil asesmen
(R)
2. Diagnosis pra operasi dan rencana operasi dicatat di
rekam medik pasien oleh dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP) sebelum operasi dimulai (D,W)
3. Hasil asesmen yg digunakan utk menentukan rencana
operasi dicatat oleh dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP) di rekam medis pasien sebelum
operasi dimulai (Lihat juga, AP.1.2.1; AP 1.3.1) (D,W)
PAB.7
1. Ada regulasi ttg asuhan R Regulasi tentang pelayanan 10 TL
setiap pasien bedah bedah di RS yang meliputi -
direncanakan berdasar asesmen pra bedah dengan 0 TT
informasi dari hasil metode IAR, termasuk untuk
asesmen (R) EP 2 dan 3

1. Diagnosis pra operasi dan D Bukti dalam rekam medis 10 TL


rencana operasi dicatat di memuat: 5 TS
rekam medik pasien oleh 1) diagnosis pra operasi 0 TT
dokter penanggung jawab 2) rencana operasi
pelayanan (DPJP) sebelum 3) dokter penanggung
operasi dimulai (D,W) jawab pelayanan (DPJP)
sebelum operasi dimulai

W DPJP

66
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.7
1. Hasil asesmen yg D Bukti dalam rekam medis 10 TL
digunakan utk menentukan memuat: 5 TS
rencana operasi dicatat 1) diagnosis pra operasi 0 TT
oleh dokter penanggung 2) rencana operasi
jawab pelayanan (DPJP) di 3) dokter penanggung
rekam medis pasien jawab pelayanan (DPJP)
sebelum operasi dimulai sebelum operasi dimulai
(D,W)
W DPJP

67
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.7
Karena prosedur bedah mengandung risiko tinggi,
pelaksanaannya harus direncanakan dgn seksama. Asesmen
pra bedah (berbasis IAR) menjadi acuan utk menentukan jenis
tindakan bedah yg tepat dan mencatat temuan penting. Hasil
asesmen memberikan informasi ttg :
a) Tindakan bedah yg sesuai dan waktu pelaksanaannya
b) Melakukan tindakan dgn aman dan
c) Menyimpulkan temuan selama pemonitoran.
Pemilihan teknik operasi tergantung dari riwayat pasien,
status fisik, data diagnostik, manfaat dan risiko dari tindakan
yg dipilih.
Pemilihan tindakan juga mempertimbangkan asesmen waktu
pasien masuk dirawat inap, pemeriksaan diagnostik dan
sumber lainnya. Proses asesemen dikerjakan sesegera
mungkin bagi pasien darurat (Lihat juga, AP.1.2.1)
(Maksud dan Tujuan PAB.7)
Asuhan utk pasien bedah dicatat di rekam medis. Utk
pasien yg langsung dilayani dokter bedah, asesmen pra
bedah menggunakan asesmen awal rawat inap, pada
pasien yg diputuskan dilakukan pembedahan dalam
proses perawatan, asesmen dilakukan dan dicatat
dalam rekam medis, sedangkan pasien yg
dikonsultasikan ditengah perawatan oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) lain dan
diputuskan operasi, maka asesmen pra bedah juga
dicatat di rekam medis (dengan isi berbasis IAR) sesuai
regulasi RS, termasuk diagnosis pra operasi dan pasca
operasi dan nama tindakan operasi (Lihat juga AP.1.3.1;
MIRM 10.1)
PAB.7 : Asesmen Pra Bedah
1. Regulasi dan lokasi pendokumentasian asesmen pra
bedah, pola IAR
2. & 3. Pendokumentasian asesmen prabedah dan yang
mencatat
3. Lokasi pendokumentasian, Form tersendiri/yg ada dgn
kemungkinan 2 situasi :
1) Pasien yg akan dibedah masuk ranap, segera dioperasi, maka
asesmen awal = asesmen pra bedah
2) Pasien ranap, dapat pasien bedah atau non bedah, masuk
ranap dan akan dibedah ditengah ranap, maka sebelum
dibedah harus melakukan asesmen pra bedah, Form
tersendiri / yg ada al. di CPPT

Rawat Inap 

As Pra Bedah As Pra Bedah


= As Awal di form
70
Standar PAB.7.1
Risiko, manfaat dan alternatif didiskusikan dgn pasien
dan atau keluarga atau pihak lain yg berwenang yg
memberikan keputusan Informed consent
tindakan op & penggunaan darah/pd
Elemen Penilaian PAB.7.1
1. Pasien, keluarga dan mereka yg memutuskan diberi
edukasi ttg risiko, manfaat, komplikasi, dampak
dan alternatif prosedur/teknik terkait rencana
operasi (D,W)
2. Edukasi memuat kebutuhan, risiko, manfaat dan
alternatif penggunaan darah dan produk darah
(D,W)
3. Edukasi oleh dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP) dan dicatat pada bagian pemberian
informasi dalam form persetujuan tindakan
kedokteran (D,W)
71
PAB.7.1
1. Pasien, keluarga dan D Bukti pelaksanaan 10 TL
mereka yg memutuskan pemberian penjelasan 5 TS
diberi edukasi ttg risiko, tentang risiko, keuntungan 0 TT
manfaat, komplikasi, dan alternatif tindakan
dampak dan alternatif bedah, termasuk
prosedur/teknik terkait kemungkinan perluasan
rencana operasi. (D,W) operasi

W  DPJP
 Pasien/keluarga
2. Edukasi memuat D Bukti pelaksanaan 10 TL
kebutuhan, risiko, manfaat pemberian penjelasan 5 TS
dan alternatif penggunaan tentang risiko, keuntungan 0 TT
darah dan produk darah (D,W) dan alternatif penggunaan
darah dan produk darah,

W  DPJP
 Pasien/keluarga

72
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.7.1
3. Edukasi oleh dokter D Bukti dalam rekam medis 10 TL
penanggung jawab pelayanan memuat pemberian 5 TS
(DPJP) dan dicatat pada penjelasan tentang risiko, 0 TT
bagian pemberian informasi keuntungan dan alternatif
dalam form persetujuan operasi
tindakan kedokteran (D,W)
W  DPJP
 Pasien/keluarga

73
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.7.1
Pasien, keluarga dan mereka yg memutuskan menerima cukup
penjelasan utk berpartisipasi dlm keputusan asuhan pasien dan
memberikan persetujuan yg dibutuhkan seperti di HPK.5.2. Utk
memenuhi kebutuhan pasien, penjelasan tsb diberikan secara
terintegrasi oleh para profesional pemberi asuhan (PPA) terkait,
dibantu manajer pelayanan pasien (MPP.)
Informasi memuat:
a) Risiko dari rencana tindakan operasi
b) Manfaat dari rencana tindakan operasi
c) Kemungkinan komplikasi dan dampak
d) Pilihan operasi atau opsi non operasi (alternatif) yg tersedia
untuk menangani pasien
e) Sebagai tambahan, jika dibutuhkan darah atau produk darah,
risiko dan alternatifnya didiskusikan.
Dokter bedah yg kompeten dan berwenang serta PPA yg terkait
memberikan informasi ini.
74
Standar PAB.7.2
Informasi yg terkait dgn operasi dicatat dalam laporan
operasi dan digunakan untuk menyusun rencana asuhan
lanjutan
Laporan Operasi
Elemen Penilaian PAB.7.2
1. Ada regulasi ttg laporan operasi yg meliputi
sekurang-kurangnya a) s/d h) di dalam maksud dan
tujuan (R).
2. Ada bukti laporan operasi memuat paling sedikit a)
s/d h) di Maksud dan tujuan dan dicatat pada form yg
ditetapkan RS, tersedia segera setelah operasi
selesai dan sebelum pasien dipindah ke area lain
untuk asuhan biasa (D,W)
3. Laporan operasi dapat dicatat di area asuhan intensif
lanjutan (D,W)
75
PAB.7.2
1. Ada regulasi ttg laporan R Regulasi tentang 10 TL
operasi yg meliputi sekurang- laporan operasi yang - -
kurangnya a) s/d h) di dalam memuat sekurang- 0 TT
maksud dan tujuan (R). kurangnya a) s/d h)
termasuk EP 3

2. Ada bukti laporan operasi D Bukti dalam rekam 10 TL


memuat paling sedikit a) s/d h) di medis memuat laporan 5 TS
Maksud dan tujuan dan dicatat operasi sesuai regulasi 0 TT
pada form yg ditetapkan RS,
tersedia segera setelah operasi W DPJP
selesai dan sebelum pasien
dipindah ke area lain untuk
asuhan biasa (D,W)

76
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.7.2
3. Laporan operasi dapat dicatat D Bukti dalam rekam 10 TL
di area asuhan intensif lanjutan medis yang dibuat di 5 TS
(D,W) rawat intensif memuat 0 TT
laporan operasi sesuai
regulasi

W DPJP

77
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.7.2
Asuhan pasien pasca operasi tergantung dari temuan dalam
operasi. Hal yg terpenting adalah semua tindakan dan hasilnya
dicatat di rekam medis pasien.
Laporan ini dapat dibuat dalam bentuk format template atau dalam
bentuk laporan operasi tertulis, sesuai regulasi RS.
Untuk mendukung kesinambungan asuhan pasien pasca operasi,
laporan operasi dicatat segera setelah operasi selesai, sebelum
pasien dipindah dari daerah operasi atau dari area pemulihan pasca
anestesi.
Laporan yg tercatat tentang operasi memuat paling sedikit:
a) Diagnosis pasca operasi
b) Nama dokter bedah dan asistennya
c) Prosedur operasi yang laklukan dan rincian temuan
d) Ada dan tidak adanya komplikasi
e) Spesimen operasi yg dikirim untuk diperiksa
f) Jumlah darah yg hilang &jumlah yg masuk lewat transfusi
g) Nomor pendaftaran dari alat yg dipasang (implan)
h) Tanggal, waktu, tanda tangan dokter yg bertangg-jawab 78
(Maksud dan Tujuan PAB.7.2)
Beberapa catatan mungkin ditempatkan di lembar lain
dalam rekam medik. Contoh, jumlah darah yg hilang dan
transfusi darah dicatat di catatan anestesi, atau catatan
tentang implan dapat ditunjukkan dengan “sticker” yg
ditempelkan pada rekam medik.
Waktu selesai membuat laporan adalah didefinisikan
sebagai “setelah selesai operasi, sebelum pasien dipindah
ke tempat asuhan biasa”. Definisi ini penting utk
memastikan bhw informasi yg tepat tersedia bagi pemberi
asuhan berikutnya.
Jika dokter bedah mendampingi pasien dari ruang operasi
ke ruangan asuhan intensif lanjutan (misalnya ICU, ICCU
dsb), laporan operasi dapat dibuat di daerah asuhan
lanjutan (lihat juga, ARK.3; PAP.2.3; PMKP.8)

79
Standar PAB.7.3
Ditetapkan rencana asuhan pasca operasi dan dicatat
dalam rekam medis
Rencana Pasca Operasi PPA
Elemen Penilaian PAB.7.3
1. Ada regulasi ttg rencana asuhan pasca operasi dibuat oleh
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP), perawat, dan
profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya, utk memenuhi
kebutuhan segera pasien pasca operasi. (R)
2. Ada bukti pelaksanaan rencana asuhan pasca operasi
dicatat di rekam medis pasien dalam waktu 24 jam oleh
DPJP atau di verifikasi oleh DPJP bila ditulis oleh dokter
bedah yg didelegasikan (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan rencana asuhan pasca operasi
termasuk rencana asuhan medis, keperawatan, dan PPA
lainnya berdasar kebutuhan pasien (D,O,W)
4. Ada bukti pelaksanaan rencana asuhan pasca operasi
diubah berdasar asesmen ulang pasien. (D,O,W)
80
PAB.7.3
1. Ada regulasi tentang R Regulasi tentang rencana 10 TL
rencana asuhan pasca asuhan pasca operasi yang - -
operasi dibuat oleh dokter meliputi: 0 TT
penanggung jawab 1) Rencana asuhan pasca
pelayanan (DPJP), bedah oleh dokter
perawat, dan profesional penanggung jawab
pemberi asuhan (PPA) pelayanan (DPJP). Bila
lainnya, utk memenuhi didelegasikan harus
kebutuhan segera pasien dilakukan verifikasi
pasca operasi. (R) 2) Rencana asuhan oleh
perawat
3) Rencana asuhan oleh PPA
lainnya sesuai kebutuhan

81
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.7.3
2. Ada bukti pelaksanaan D Bukti dalam rekam medis 10 TL
rencana Asuhan pasca memuat pelaksanaan 5 TS
operasi dicatat di rekam rencana asuhan pasca 0 TT
medis pasien dalam waktu 24 operasi dalam bentuk SOAP
jam oleh DPJP atau di W selesai dalam waktu 24 jam
verifikasi oleh DPJP bila
ditulis oleh dokter bedah yg  DPJP
didelegasikan. (D,W)  Dokter yang menerima
delegasi
 Perawat

82
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.7.3
3. Ada bukti pelaksanaan D Bukti dalam rekam medis 10 TL
rencana asuhan pasca memuat rencana asuhan 5 TS
operasi termasuk rencana pasca operasi meliputi 0 TT
asuhan medis, keperawatan, rencana asuhan medis,
dan PPA lainnya berdasar keperawatan, dan PPA
kebutuhan pasien (D,O,W) lainnya sesuai kebutuhan
kebutuhan pasien

O Lihat rencana asuhan pasca


bedah dalam rekam medis

W  DPJP
 Dokter yang menerima
delegasi
 Perawat
 PPA lain

83
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.7.3
4. Ada bukti pelaksanaan D Bukti dalam rekam medis 10 TL
rencana asuhan pasca memuat rencana asuhan 5 TS
operasi diubah berdasar setelah dilakukan asesmen 0 TT
asesmen ulang pasien. ulang meliputi rencana
(D,O,W) asuhan medis, keperawatan,
dan PPA lainnya sesuai
kebutuhan kebutuhan pasien

O Lihat rencana asuhan pasca


bedah dalam rekam medis

W  DPJP
 Dokter yang menerima
delegasi
 Perawat
 PPA lain

84
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.7.3
Kebutuhan asuhan medis, keperawatan dan profesional
pemberi asuhan (PPA) lainnya sesuai kebutuhan setiap
pasien pasca operasi berbeda tergantung dari tindakan
operasi dan riwayat kesehatan pasien.
Beberapa pasien mungkin membutuhkan pelayanan dari
profesional pemberi asuhan (PPA) lain / unit lain, seperti
rehabilitasi medik atau terapi fisik. Penting membuat
rencana utk asuhan tsb, termasuk tingkat asuhannya,
metode asuhan, tindak lanjut monitor atau tindak lanjut
tindakan, kebutuhan obat dan asuhan lain atau tindakan
serta layanan lain.

85
(Maksud dan Tujuan PAB.7.3)
Rencana asuhan pasca operasi dapat dimulai sebelum
tindakan operasi berdasarkan asesmen kebutuhan dan
kondisi pasien serta jenis operasi yg dilakukan. Rencana
asuhan pasca operasi juga memuat kebutuhan pasien yg
segera. Rencana asuhan dicacat di rekam medik pasien
dalam waktu 24 jam dan diverifikasi DPJP sebagai pimpinan
tim klinis untuk memastikan kontuinitas asuhan selama waktu
pemulihan dan masa rehabilitasi.
Kebutuhan pasca operasi dapat berubah sebagai hasil
perbaikan klinis atau informasi baru dari asesmen ulang rutin,
atau dari perubahan kondisi pasien yg mendadak. Rencana
asuhan pasca operasi direvisi berdasar perubahan ini dan
dicatat di rekam medis pasien sbg rencana asuhan baru Lihat
juga, (PAP.2.1)
86
PERIOPERATIVE NCP
(Nursing Care Plan)

Pre-Op

KARS, Nico A. Lumenta 87


Intra-Op

KARS, Nico A. Lumenta 88


Post-Op

KARS, Nico A. Lumenta 89


Standar PAB.7.4
RS menetapkan regulasi yg mengatur ttg asuhan
pasien operasi yg menggunakan implan dan harus
memperhatikan pertimbangan khusus ttg tindakan yg
dimodifikasi.
Implan prostetik
Elemen Penilaian PAB.7.4
1. Ada regulasi yg meliputi a) s/d h) pada maksud dan
tujuan. (R)
2. Ada daftar alat implan yg digunakan di RS. (D,W)
3. Bila implan yg dipasang dilakukan penarikan
kembali (recall), ada bukti RS dapat melakukan
telusur thd pasien terkait.(D,O,W)
4. Ada bukti alat implan dimasukkan dalam prioritas
monitoring unit terkait. (D,W)

90
PAB.7.4
1. Ada regulasi yg meliputi a) R Regulasi tentang 10 TL
s/d h) pada maksud dan penggunaan implan bedah - -
tujuan. Lihat juga TKRS 7.1 berupa hal hal yang meliputi 0 TT
EP.1. (R) a) s/d h) pada maksud dan
tujuan, termasuk bila
dilakukan penarikan kembali

2. Ada daftar alat implan yg D Bukti tentang daftar lengkap 10 TL


digunakan di RS. (D,W) alat implan yang digunakan 5 TS
di Rumah Sakit 0 TT

W  Kepala/staf unit kamar


operasi
 DPJP
 Kepala/staf unit farmasi

91
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.7.4
3. Bila implan yg dipasang D Bukti dalam rekam medis 10 TL
dilakukan penarikan kembali memuat telusur bila terjadi 5 TS
(recall), ada bukti RS dapat penarikan kembali implan 0 TT
melakukan telusur terhadap
pasien terkait.(D,O,W) O Lihat rekam medis dan dasar
penarikan kembali

W  Kepala/staf unit kamar


operasi
 Kepala/staf unit farmasi
4. Ada bukti alat implan D Bukti monitoring implan, 10 TL
dimasukkan dalam prioritas meliputi pencatatan bila 5 TS
monitoring unit terkait. (D,W) terjadi penarikan kembali dan 0 TT
riwayat insiden keselamatan
pasien di RS lain

W  Kepala/staf unit kamar


operasi
 Kepala/staf unit farmasi
92
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.7.4
Banyak tindakan bedah menggunakan implan prostetik a.l. panggul,
lutut, pacu jantung, pompa insulin. Tindakan operasi spt ini mengharuskan
tindakan operasi rutin yg dimodifikasi dgn mempertimbangkan faktor
khusus seperti:
a) Pemilihan implan berdasarkan peraturan perUUan
b) Modifikasi surgical safety checklist utk memastikan ketersediaan
implan di kamar operasi dan pertimbangan khusus utk
penandaan lokasi operasi.
c) kualifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yg dibutuhkan untuk
pemasangan implan (staf dari pabrik/perusahaan implan untuk
mengkalibrasi).
d) proses pelaporan jika ada kejadian yg tidak diharapkan terkait
implan
e) proses pelaporan malfungsi implan sesuai dgn standar/aturan
pabrik.
f) pertimbangan pengendalian infeksi yg khusus.
g) instruksi khusus kepada pasien setelah operasi.
h) kemampuan penelusuran (traceability) alat jika terjadi penarikan
kembali (recall) alat dgn melakukan a.l. menempelkan barcode
alat di rekam medis. 93
RUANG OPERASI
Standar PAB.8
Desain tata ruang operasi harus memenuhi syarat
sesuai dgn peraturan dan perundang-undangan
Elemen Penilaian PAB.8 Tata Ruang Km Operasi
1. RS menetapkan jenis pelayanan bedah yg dapat
dilaksanakan. (R)
2. Ruang operasi memenuhi persyaratan ttg pengaturan
zona berdasarkan tingkat sterilitas ruangan sesuai
peraturan perUUan. (O,W)
3. Ruang operasi memenuhi persyaratan ttg alur masuk
barang2 steril harus terpisah dari alur keluar barang
dan pakaian kotor. (O,W)
4. Ruang operasi memenuhi persyaratan ttg koridor
steril dipisahkan / tidak boleh bersilangan alurnya
dengan koridor kotor. (O,W) 94
PAB.8
1. Rumah sakit menetapkan R Regulasi tentang penetapan 10 TL
jenis pelayanan bedah yg jenis pelayanan bedah yang - -
dapat dilaksanakan. (R) dapat dilaksanakan 0 TT

2. Ruang operasi memenuhi O Lihat pelaksanaan 10 TL


persyaratan tentang pengaturan kamar operasi 5 TS
pengaturan zona yang memenuhi persyaratan 0 TT
berdasarkan tingkat fisik bangunan dan tata udara
sterilitas ruangan sesuai kamar operasi
peraturan perundang-
undangan. (O,W) W  Kepala unit kamar operasi
 Staf unit kamar operasi

95
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.8
3. Ruang operasi memenuhi O Lihat tata ruang dan alur 10 TL
persyaratan tentang alur ruang operasi memenuhi 5 TS
masuk barang-barang steril tingkat sterilitas ruangan 0 TT
harus terpisah dari alur
keluar barang dan pakaian W  Kepala unit kamar operasi
kotor. (O,W)  Staf unit kamar operasi

4. Ruang operasi memenuhi O Lihat tata ruang dan alur 10 TL


persyaratan koridor steril ruang operasi memenuhi 5 TS
dipisahkan/tidak boleh tingkat sterilitas ruangan 0 TT
bersilangan alurnya dengan
koridor kotor. (OW) W  Kepala unit kamar operasi
 Staf unit kamar operasi

96
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.8.
Tindakan bedah merupakan tindakan yg berisiko tinggi dan
rumit shg memerlukan ruang operasi yg mendukung
terlaksananya tindakan bedah utk mengurangi risiko infeksi.
Selain itu utk mengurangi risiko infeksi:
a) alur masuk barang2 steril harus terpisah dari alur keluar
barang dan pakaian kotor
b) koridor steril dipisahkan / tidak boleh bersilangan alurnya
dengan koridor kotor
c) desain tata ruang operasi harus memenuhi ketentuan
zona berdasarkan tingkat sterilitas ruangan yg terdiri dari:
• zona steril rendah;
• zona steril sedang;
• zona steril tinggi dan
• zona steril sangat tinggi
Selain itu desain tata ruang operasi harus memperhatikan
risiko keselamatan dan keamanan.
97
98
(Pedoman Teknis
Ruang Operasi RS
99 2012)
KemKes
(Pedoman Teknis
Ruang Operasi RS
KemKes100
2012)
Pembagian
Zona pada
Sarana Ruang
Operasi RS

(Pedoman Teknis
Ruang Operasi RS
KemKes101
2012)
(Pedoman Teknis
Ruang Operasi RS
KemKes102
2012)
Standar PAB 8.1
Program mutu dan keselamatan pasien dalam pelayanan
bedah dilaksanakan dan didokumentasikan

Elemen Penilaian PAB 8.1 Program Mutu-Safety Yan Bedah


1. RS menetapkan program mutu dan keselamatan
pasien dalam pelayanan bedah. (R)
2. Ada bukti monitoring dan evaluasi pelaksanaan
asesmen pra bedah. (D,W)
3. Ada bukti monitoring dan evaluasi pelaksanaan
penandaan lokasi operasi. (D,W)
4. Ada bukti monitoring dan evaluasi pelaksanaan
surgical safety check list (lihat juga SKP 4). (D.W)
5. Ada bukti monitoring dan evaluasi pemantauan
diskrepansi diagnosis pre dan post operasi. (D,W)
6. Program mutu pelayanan bedah diintegrasikan
dengan program mutu RS ( lihat PMKP 2.1 ). (D,W) 103
PAB.8.1
1. Rumah Sakit menetapkan R Regulasi tentang penetapan 10 TL
program mutu dan pengukuran mutu dan - -
keselamatan pasien dalam pelaporan insiden 0 TT
pelayanan bedah. (R) keselamatan pasien dalam
pelayanan bedah, sesuai
TKRS 11 EP 1

2. Ada bukti monitoring dan D Bukti pelaksanaan 10 TL


evaluasi pelaksanaan monitoring dan evaluasi 5 TS
asesmen pra bedah. (D,W) asesmen pra bedah 0 TT

W  DPJP
 Komite/tim PMKP
3. Ada bukti monitoring dan D Bukti pelaksanaan 10 TL
evaluasi pelaksanaan monitoring dan evaluasi 5 TS
penandaan lokasi operasi. penandaan lokasi operasi 0 TT
(D,W)
W  DPJP
 Komite/tim PMKP
104
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.8.1
4. Ada bukti monitoring D Bukti pelaksanaan monitoring 10 TL
dan evaluasi pelaksanaan dan evaluasi surgical safety 5 TS
surgical safety check List check list, termasuk pada 0 TT
(lihat juga SKP 4). (D.W) pemasangan implan

W  DPJP
 Komite/tim PMKP

5. Ada bukti monitoring D Bukti pelaksanaan monitoring 10 TL


dan evaluasi pemantauan dan evaluasi diskrepansi 5 TS
diskrepansi diagnosis pre diagnosis pre dan post operasi 0 TT
dan post operasi. (D,W)
W  DPJP
 Komite/tim PMKP

105
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.8.1
6. Program mutu D Bukti dokumentasi 10 TL
pelayanan bedah pelaksanaan program mutu dan 5 TS
diintegrasikan dengan keselamatan pasien dalam 0 TT
program mutu RS ( lihat pelayanan bedah sudah
PMKP 2.1 ). (D,W) diintegrasikan dengan program
PMKP RS

W  Penanggung jawab
pelayanan bedah
 Komite/tim PMKP

106
KARS, Nico A. Lumenta
(Maksud dan tujuan Standar 8.1)
Pelayanan bedah merupakan suatu tindakan yg
berisiko, karena itu perencanaannya dan
pelaksanaannya membutuhkan tingkat kehati-hatian dan
akurasi tinggi. Sehubungan dgn hal itu RS menetapkan
program mutu dan keselamatan pasien yg meliputi
minimal :
a) pelaksanaan asesmen pra bedah
b) penandaan lokasi operasi
c) pelaksanaan surgical safety check List (lihat juga
SKP 4)
d) pemantauan diskrepansi diagnosis pre dan post
operasi
107
Terima kasih

nico@kars.or.id

Вам также может понравиться