Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
meningkat pula pola hidup manusia. Hal ini berakibat pada keberhasilan meningkatnya
angka harapan hidup usila. Namun perkembangan ini juga dapat menimbulkan berbagai
penyakit akibat proses penuaan atau degeneratif yang ditandai dengan penurunan fungsi
gangguan atau kerusakan. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh proses degeneratif
antara lain osteoporosis, menopause, penurunan daya ingat, dan penurunan fungsi
kelenjar prostat yang dapat mengakibatkan pembesaran prostat atau yang biasa disebut
dirawat di rumah sakit didapatkan sebanyak 92 kasus dalam 10.000 klien yang dirawat
waktu tahun 1994-1997 terdapat 462 kasus urologi dengan benigna prostat hiperplasia
Berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang diperoleh dari catatan register di ruang
Perawatan Bedah Lantai IV RSPAD Gatot Soebroto selama 3 bulan terakhir sejak
tanggal 12 April sampai 12 Juli 2007 diperoleh data dari jumlah klien yang masuk
1
perawatan sebanyak 305 orang didapatkan klien yang magalami masalah perkemihan
atau urologi sebanyak 56 orang, dengan pembagian kasus sebanyak striktur ureter 3
orang, transplantasi ginjal 1 orang, batu ginjal 6 orang, batu ureter 8 orang, batu buli 1
orang, kista ginjal 1 orang, kanker prostat 1 orang, retensi urine 4 orang, hidronefrosis 1
Permasalahan yang dapat terjadi pada klien benigna prostat hiperplasia post TUR antara
lain perubahan eliminasi, nyeri akut, risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan,
risiko infeksi, risiko disfungsional seksual dan kurang pengetahuan. Untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh klien benigna prostat hiperplasia post TUR maka tim
professional dengan melihat aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk
hiperplasia mulai dari penyebab, tanda dan gejala serta komplikasi yang akan
benigna prostat hiperplasia. Untuk aspek kuratif dengan memberikan obat sesuai
program dan melakukan tindakan sesuai dengan rencana keperawatan. Untuk aspek
2
Melihat begitu pentingnya peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien, maka penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan keperawatan klien
keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
klien benigna prostat hiperplasia post TUR dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan khusus
3. Membuat rencana keperawatan pada klien benigna prostat hiperplasia post TUR.
4. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun pada klien benigna prostat
5. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien benigna prostat hiperplasia post TUR
serta justifikasinya.
3
8. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat serta alternatif penyelesaiannya
C. Ruang Lingkup.
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada Tn. Z dengan diagnosa medis
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) post TUR yang dilaksanakan selama 3 hari mulai
dari tanggal 11 Juli 2007 sampai dengan 13 Juli 2007 di Lantai IV Perawatan Bedah
D. Metode Penulisan
1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dimana penulis mengambil satu kasus klien
benigna prostat hiperplasia. post TUR dan diberikan asuhan keperawatan dengan
yang digunakan dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Sumber
data yang digunakan adalah data primer didapat langsung dari klien, data sekunder
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematik terdiri dari lima bab yaitu : Bab satu :
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
dan sistematika penulisan. Bab dua : Tinjauan teori yang terdiri dari pengertian,
4
patofisiologi, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Bab tiga : Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian,
evaluasi. Bab lima : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi
yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. ( Price, 2005 )
Hiperplasia prostat benigna adalah perbesaran atau hipertrofi prostat, kelenjar prostat
membesar, memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran
keluar urine dapat mengakibatkan hidronefrosis dan hidroureter. ( Brunner & Suddarth,
2000 )
menyebabkan gejala urinaria dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari
Hiperplasia prostat benigna adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretra mengalami
hiperplasia sedangkan jaringan prostat asli terdesak ke perifer menjadi kapsul bedah.
(http://www.tempo.co.id/medika/arsip/072002/pus-3.htm)
6
Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa hiperplasia prostat
memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine
urinarius.
B. Patofisiologi
Ketika seorang berusia diatas 50 tahun, maka semakin besar kemungkinan untuk
terjadinya gangguan atau kerusakan pada organ-organ tubuh. Pada pria ketika menginjak
usia 50 tahun keatas maka terjadi penurunan fungsi testis. Akibatnya adalah
pertumbuhan atau pembesaran prostat ( dalam hal ini prostat dapat mencapai 60-100
gram atau bahkan lebih ). Pembesaran kelenjar prostat dapat meluas ke arah atas
(bladder) sehingga mempersempit saluran uretra yang pada akhirnya akan menyumbat
kompensasi terhadap tekanan uretra prostatika maka otot-otot destrusor dan buli-buli
berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan ini. Kontraksi secara terus menerus
menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli. Tekanan intravesikel yang tinggi akan
diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan
pada kedua muara ureter ini akan menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter
atau terjadi refluks vesiko ureter. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus dapat
menyebabkan gagal ginjal. Pada klien benigna prostat hiperplasia urine yang
dikeluarkan tidak tuntas sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi,
7
menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen sehingga dapat menimbulkan hernia
dan hemoroid.
Pembesaran prostat ini akan menimbulkan keluhan atau tanda dan gejala seperti sulit
memulai miksi, nokturia ( bangun tengah malam untuk berkemih ), sering berkemih
anyang-anyangan, abdomen tegang, pancaran urine menurun dan harus mengejan saat
berkemih, aliran urine tidak lancar, dribling ( urine menetes terus setelah berkemih ),
rasa seperti kandung kemih tidak kosong dengan baik, sakit atau nyeri ketika berkemih,
retensi urine akut ( bila lebih dari 60 ml urine tetap berada dalam kandung kemih setelah
Apabila tidak segera ditangani, dapat menimbulkan komplikasi antara lain gagal ginjal,
C. P enatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
kandung kemih sehingga penderita lebih mudah berkemih. Finasterid, obat ini
menyebabkan meningkatnya laju aliran kemih dan mengurangi gejala. Efek samping
dari obat ini adalah berkurangnya gairah seksual. Untuk prostatitis kronis diberikan
antibiotik.
8
a. Pembedahan
1) Trans Urethral Reseksi Prostat ( TUR atau TURP ) prosedur pembedahan yang
dilakukan melalui endoskopi TUR dilaksanakan bila pembesaran terjadi pada lobus
tengah yang langsung melingkari uretra. Sedapat mungkin hanya sedikit jaringan yang
mengalami reseksi sehingga pendarahan yang besar dapat dicegah dan kebutuhan waktu
untuk bedah tidak terlalu lama. Restoskop sejenis instrumen hampir serupa dengan
cystoscope tapi dilengkapi dengan alat pemotong dan couter yang disambungkan dengan
arus listrik dimasukan lewat uretra. Kandung kemih dibilas terus menerus selama
prosedur berjalan. Pasien mendapat alat untuk masa terhadap shock listrik dengan
lempeng logam yang diberi pelumas yang ditempatkan pada bawah paha. Kepingan
jaringan yang halus dibuang dengan irisan dan tempat tempat pendarahan dihentikan
dengan couterisasi. Setelah TUR dipasang folley kateter tiga saluran ( three way cateter )
ukuran 24 Fr yang dilengkapi balon 30-40 ml. Setelah balon kateter dikembangkan,
kateter ditarik kebawah sehingga balon berada pada fosa prostat yang bekerja sebagai
hemostat. Kemudian ditraksi pada kateter folley untuk meningkatkan tekanan pada
daerah operasi sehingga dapat mengendalikan pendarahan. Ukuran kateter yang besar
2) Prostatektomi suprapubis adalah salah satu metode mengangkat kelenjar prostat dari
3) Prostatektomi perineal adalah mengangkat kelenjar prostat melalui suatu insisi dalam
9
4) Prostatektomi retropubik adalah insisi abdomen mendekati kelenjar prostat, yaitu
antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.
6) Trans Uretral Needle Ablation ( TUNA ), alat yang dimasukkan melalui uretra yang
apabila posisi sudah diatur, dapat mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma
dan mengalirkan panas sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap
dijaringan prostat.
e. Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan beberapa jam sebelum
tidur.
beralkohol, kopi, teh, coklat, cola, dan makanan yang terlalu berbumbu serta
10
D. Pengkajian
Pengkajian pada klien benigna prostat hiperplasia menurut Doenges, (1999) dan Brunner
1. Sirkulasi
2. Eliminasi
3. Makanan/cairan
4. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri suprapubis, panggul atau punggung dan rasa tidak nyaman pada
5. Keamanan
Gejala : Demam
6. Seksualitas
11
7. Penyuluhan/pembelajaran
Pemeriksaan diagnostik
1. Urinalisa : Warna kuning, coklat gelap, merah gelap atau terang ( berdarah);
kemih, membedakan derajat obstruksi kandung kemih dan adanya pembesaran prostat,
10. Sistogram : Mengukur tekanan dan volume dalam kandung kemih untuk
12
12. Ultrasound transrektal : Mengukur ukuran prostate dan jumlah residu urine, dalam
hal ini residu urine menjadi patokan yaitu dibagi menjadi beberapa derajat antara lain :
14. PSA (Prostatik Spesifik Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan adanya
keganasan.
15. Pemeriksaan Uroflowmetri, Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya
16. USG ( Ultrasonografi ), digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar
13
E. Diagnosa keperawatan
Setelah data dikumpulkan dilanjutkan dengan analisa data untuk menentukan diagnosa
prostat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan Iritasi mukosa; distensi kandung kemih, kolik
obstuksi diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis.
prosedur bedah/malignansi.
urine.
1. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah, spasme kandung kemih, dan retensi urine.
kandung kemih.
3. Potensial terhadap infeksi yang berhubungan dengan adanya kateter dikandung kemih
14
4. Potensial kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan darah
berlebihan.
pascaoperasi.
F. Perencanaan
pembesaran prostat.
Kriteria evaluasi : 1). Berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba distensi kandung
kemih. 2).Menunjukkan residu pasca-berkemih kurang dari 50 ml, dengan tak adanya
tetesan/kelebihan aliran.
Intervensi :1). Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
2). Tanyakan klien tentang inkontinensia stres. 3). Observasi aliran urine, perhatikan
ukuran dan kekuatan. 4). Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih. 5).
Perkusi/palpasi area suprapubik 6). Dorong masukan cairan sampai 3000 ml sehari,
dalam toleransi jantung, bila diindikasikan. 7). Awasi tanda vital dengan ketat. 8).
15
2. Nyeri akut berhubungan dengan Iritasi mukosa; distensi kandung kemih, kolik
Kriteria evaluasi : 1). Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. 2). Postur dan wajah
Intervensi :
1). Kaji nyeri, perhatikan lokasi,intensitas ( skala (0-10 ), lamanya. 2). Plester selang
drainase pada paha dan kateter pada abdomen. 3). Pertahankan tirah baring bila
diindikasikan. 4). Bantu klien dalam melakukan posisi nyaman dan ajarkan teknik
relaksasi napas dalam. 5). kolaborasi dengan pemberian obat penghilang rasa nyeri
sesuai indikasi.
obstuksi diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara
kronis.
Kriteria evaluasi : 1). Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil. 2). Nadi perifer teraba. 3). Pengisian kapiler baik. 4). Membran mukosa lembab.
Intervensi : 1). Awasi keluaran dengan hati-hati, tiap jam bila diindikasikan. 2). Dorong
peningkatan pemasukan oral. 3). Awasi TD, nadi dengan sering. 4). Tingkatkan tirah
baring dengan kepala tinggi. 5). Awasi elektrolit, khususnya natrium. 6). Kolaborasi
16
4. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan:
Kriteria evaluasi : 1). Klien tampak rileks dan mengatakan ansitas berkurang pada
Intervensi : 1). Kaji tingkat ansietas klien. 2). Berikan informasi yang akurat dan
jawab dengan jujur. 3). Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan masalah yang
dihadapi. 4). Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk
retensi urine.
Kriteria evaluasi : 1). Suhu dalam rentang normal. 2). Urine jernih, warna kuning,
Intervensi : 1). Periksa suhu tiap 4 jam. 2) Tuliskan karakter urne; laporkan bila keruh
atau bau busuk. 3). Bila ada kateter uretral, pertahankan sistem drainase gravitasi
tertutup. 4). Gunakan teknik steril untuk kateterisasi intermiten selama perawatan di
rumah sakit. 5). Pantau abdomen atau kandung kemih terhadap distensi. 6). Pantau dan
laporkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih. 7). Gunakan teknik cuci tangan yang
baik.
17
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
dilakukan.
Intervensi : 1). Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta pembatasan
cukup lama. 2). Berikan informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri,
dan efek sampingnya, seperti halnya beberapa obat yang menyebabkan kantuk yang
sangat berat ( analgetik, relaksan otot ). 4). Anjurkan menggunakan papan/matras yang
kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan,
hindari posisi telungkup. 5). Diskusikan mengenai kebutuhan diit. 6). Hindari pemakaian
pemanas dalam waktu yang lama. 7). Anjurkan untuk melakukan kontrol medis secara
teratur.
1. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah, spasme kandung kemih, dan retensi
urine.
Kriteria evaluasi : Nyeri berkurang atau hilang dan ekspresi wajah tampak rileks
Intervensi : 1). Kaji nyeri, perhatikan lokasi,intensitas ( skala 0-10 ), lamanya dan
faktor pencetus. 2). Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. 3). Bantu klien dalam
18
melakukan posisi nyaman dan ajarkan teknik relaksasi napas dalam. 4) kolaborasi
Kriteria evaluasi : keteter berada pada posisi yang tetap dan tidak ada sumbatan.
Intervensi : 1). Kaji posisi kateter. 2). Kaji warna, karakter dan aliran urine serta adanya
bekuan melalui kateter tiap 2 jam. 3). Catat jumlah irigan dan haluaran urine. 4). Kaji
kandung kemih terhadap retensi. 5). Kaji dengan sering lubang aliran keluar urine. 6).
Kriteria evaluasi : 1). Suhu dalam rentang normal. 2). Urine jernih, warna kuning,
Intervensi : 1). Periksa suhu tiap 4 jam. 2). Tuliskan karakter urine; laporkan bila keruh
atau bau busuk. 3). Bila ada kateter uretral, pertahankan sistem drainase gravitasi
tertutup. 4). Gunakan teknik steril untuk kateterisasi intermiten selama perawatan di
rumah sakit. 5). Pantau abdomen atau kandung kemih terhadap distensi. 6). Pantau dan
laporkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih. 7). Gunakan teknik cuci tangan yang
baik.
19
4. Potensial kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
darah berlebihan.
Kriteria evaluasi : TTV dalam batas normal, urine berwarna jernih, tidak ada
Intervensi : 1). Pantau tanda dan gejala hemorragi. 2). Pantau uretra dan suprapubis
terhadap pendarahan yang berlebihan. 3). Pertahankan traksi pada kateter bila
Intervensi : 1). Berikan kesempatan untuk diskusi tentang seksualitas antara pasien dan
orang terdekat. 2). Beri informasi tentang harapan kembalinya fungsi seksual. 3).
rutinitas pascaoperasi.
Kriteria evaluasi : Klien mengerti tentang rutinitas pascaoperasi, gejala yang harus
dilaporkan kedokter dan perawatan dirumah, serta instruksi evaluasi dan dapat
Intervensi : 1). Instruksikan pada klien untuk menghindari duduk terlalu lama 2).
Lakukan latihan perineal 10 sampai 20 menit tiap jam setelah kateter dilepas. 3).
20
Pertahankan diet dan hindari konsumsi kopi, teh dan cola serta alkohol. 4). Hindari
latihan yang membutuhkan kekuatan otot 5). Hindari aktivitas seksual selama 1 bulan.
6). Instruksikan klien untuk menghindari konstipasi. 7). Ajarkan cara perawatan dan
mengganti balutan.
G. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan komponen dari proses keperawatan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan oleh
perawat secara mandiri atau kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Tindakan yang
menetapkan strategi tindakan yang akan dilakukan. Selain itu juga dalam pelaksanaan
tindakan semua tindakan yang dilakukan pada klien dan respon klien pada setiap
tindakan dan respon klien serta diberi tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi
yang dilakukan.
H. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
(Nursalam, 2001). Tujuannya adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
21
tindakan keperawatan ( klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan ), memodifikasi
lebih lama untuk mencapai tujuan ). Proses evaluasi terdiri dari 2 tahap yaitu tahap
mengukur pencapaian tujuan klien yang terdiri dari komponen kognitif, afektif,
psikomotor, perubahan fungsi tubuh dan gejala. Sedangkan tahap kedua adalah tahap
penentuan keputusan pda tahap evaluasi. Dalam tahap yang kedua ini terdapat 2
Fokus evaluasi tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
tindakan dan harus dilakukan terus menerus sampai tujuan yang telah dilakukan
tercapai.
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atas status kesehatan pada akhir tindakan
keperawatan.
22
4. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar norma yang
berlaku.
Seorang perawat harus mampu menafsirkan hasil evaluasi dari masalah keperawatan
1. Tujuan tercapai
Bila klien menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan
Bila klien menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari
Bila klien menunjukkan tidak ada perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada klien benigna
prostat hiperplasia post TUR di lantai IV bedah RSPAD Gatot Soebroto. Dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien tersebut pendekatan yang digunakan adalah
A. Pegkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Juli 2007, klien masuk melalui poli klinik bedah.
Selama berobat jalan klien sudah melakukan pemeriksaan rekaman EKG, Spirometri dan
pemeriksaan laboratorium dari hasil pemeriksaan tesebut tidak ada kontraindikasi untuk
anastesi dan pembedahan. Klien dirawat dilantai IV bedah RSPAD Gatot Soebroto
dengan diagnosa medik benigna prostat hiperplasia. Klien masuk perawatan tanggal 5
Juli 2007 dengan nomor register 26-14-38 dan diperoleh data sebagai berikut :
1. Identitas klien
Klien bernama Tn Z, jenis kelamin laki-laki, usia 64 tahun, beragama islam, suku bangsa
Padang, pendidikan SMA, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, pekerjaan Purn.
TNI-AD, alamat Jalan Sisingamangaraja no. 39 Padang, sumber biaya Askes, sumber
24
2. Riwayat keperawatan
Keluhan utama klien saat ini adalah klien mengeluh Bak tidak lampias, nyeri pada saat
Bak, tidak ada faktor pencetus terjadinya keluhan, timbulnya keluhan secara bertahap,
keluhan ini timbul sejak 1 bulan yang lalu setiap kali klien Bak tidak lampias dan urine
menetes setelah berkemih dan untuk mengatasinya klien berobat ke klinik dan terapi.
Klien ada riwayat alergi makanan yaitu telor karena merasa gatal-gatal dan klien juga
alergi terhadap debu, klien tidak alergi binatang dan obat, tidak ada riwayat kecelakaan.
Klien pernah dirawat di Rumah Sakit Padang 5 tahun yang lalu selama 5 hari dengan
penyakit yang sama, dengan keluhan Bak tidak lampias dan urine keluar tidak lancar.
Klien ada riwayat pemakaian obat prostat, namun klien lupa nama obat tersebut.
Sakit jantung
DM
48 46 44
5 4
0 2
5
5
64 th
3 3 3 2
3 1 0 4
3
25
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal dunia
: Menikah
Dari genogram diatas terlihat bahwa ada penyakit keturunan DM terlihat dari bapak
klien yang meninggal karena sakit DM, klien tidak mengingat usia saudara-saudara
klien.
Orang yang terdekat dengan klien adalah istrinya. Pola komunikasi dalam keluarga 2
arah, pembuat keputusan adalah klien. Klien tidak mengikuti kegiatan kemasyarakatan.
Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga cemas dan merasa sedih.
Masalah yang mempengaruhi klien tidak ada. Mekanisme koping terhadap stress adalah
tidur. Hal yang sangat dipikirkan saat ini adalah tentang penyakitnya dan keluarganya.
Harapan setelah menjalani perawatan klien ingin cepat sembuh dan segera pulang
bertemu keluarganya. Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit klien merasa
badannya lemah dan mengalami keterbatasan dalam beraktifitas. Tidak ada nilai-nilai
yang bertentangan dengan kesehatan dan aktivitas agama atau kepercayaan yang
Rumah klien jauh dari jalan raya, ventilasi udara baik, cahaya matahari dapat masuk ke
26
f. Pola kebiasaan
1. Pola nutrisi
Sebelum sakit klien makan 3x/hari, nafsu makan baik, makan habis 1 porsi, tidak ada
makanan yang tidak disukai, klien alergi makanan yaitu telor, tidak ada makanan
pantangan, makanan diet dan tidak ada penggunaan obat-obatan sebelum makan. Klien
tidak menggunakan alat bantu (NGT, dll). Saat ini klien makan 3x/hari, nafsu makan
kurang, makan habis 1/2 porsi, mual (+), muntah (-), tidak ada makanan yang tidak
disukai, klien alergi makanan yaitu telor, tidak ada makanan pantangan, klien diet
makanan biasa (MB), tidak ada penggunaan obat-obatan sebelum makan. Saat ini klien
2. Pola eliminasi
a. Bak
Bak klien sebelum sakit 5-7 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan dan tidak ada
penggunaan alat bantu (kateter, dll). Saat ini klien terpasang kateter sejak tanggal 6 Juli
b. Bab
Bab klien sebelum sakit 1-2x/hari, warna kuning kecoklatan, waktu tidak tentu,
konsistensi lembek, keluhan tidak ada, dan tidak menggunakan laxatif. Saat ini klien
Bab 1-2x/hari, warna kuning kecoklatan, waktu tidak tentu, konsistensi lembek, tidak
menggunakan laxatif.
27
3. Pola personal hygiene
a. Mandi
Sebelum sakit klien mandi 2x/hari, waktunya pagi dan sore. Saat ini klien mandi
dibantu istrinya dengan cara dilap dengan air hangat, 2x/hari waktunya pagi dan sore.
b.Oral hygiene
Sebelum sakit klien oral hygiene 2x/hari, waktu pagi dan sore hari. Saat ini klien oral
c. Cuci rambut
Sebelum sakit klien cuci rambut 3x/minggu. Saat ini klien cuci rambut 1x/minggu.
Sebelum sakit klien tidur siang selama 2 jam/hari. Tidur malam 6-8 jam/hari. Saat ini
klien tidur siang 2 jam/hari. Tidur malam 6-8 jam/hari. Kebiasaan sebelum tidur
adalah berdoa.
Klien sudah tidak bekerja, suka berolahraga, jenis tenis, frekuensi 3x/minggu, tidak
ada keluhan dalam beraktivitas. Saat ini klien tidak bekerja dan tidak berolah raga.
Sebelum sakit dan saat ini klien tidak merokok dan tidak minum-minuman
keras/NABZA.
28
3. Pengkajian fisik
Berat badan klien saat ini 58 kg, sebelum sakit berat badan klien 60 kg, tinggi badan
klien 166 cm. Tekanan darah klien 120/80 MmHg, Nadi 82x/menit, frekuensi nafas
22x/menit, suhu tubuh 37.50C. Keadaan umum sedang, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening.
b. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal ( dapat membuka dan menutup ), tidak
ptosis, pergerakan bola mata mengikuti arah datangnya cahaya, konjungtiva ananemis,
kornea tidak keruh, sklera anikterik, pupil isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan,
fungsi penglihatan kurang, tidak ada tanda-tanda radang, klien memakai kacamata
yaitu kacamata baca (+2), tidak memakai lensa kontak, reaksi terhadap cahaya baik,
c. Sistem pendengaran
Daun telinga normal ( tidak sakit saat digerakkan ), letak simetris, tidak ada serumen,
telinga tengah normal, tidak ada cairan dari telinga (nanah/darah, dll), tidak ada
perasaan penuh di telinga, tidak ada tinitus, fungsi pendengaran normal, tidak ada
d. Sistem wicara
Klien tidak mengalami kesulitan atau kelainan dalam wicara, bicara jelas dan suara
dapat terdengar dengan baik, tidak ada apasia, dysatria dan aphonia.
e. Sistem pernapasan
Jalan napas klien bersih, tidak ada sesak napas, tidak menggunakan otot-otot bantu
29
dalam, tidak ada batuk dan sputum, tidak ada nyeri saat napas, tidak menggunakan alat
bantu napas.
f. Sistem kardiovaskuler
Nadi klien 82x/menit, irama teratur, denyut kuat, tekanan darah 120/80 mmHg, tidak
ada distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat, warna kemerahan, pengisian
kapiler <3 detik, tidak ada edema.Kecepatan denyut apical 82x/menit, irama teratur,
g. Sistem hematology
Klien tidak pucat dan tidak ada pendarahan pada gusi, mimisan, ptechie, echimaosis.
Tekanan Intrakranial ( muntah proyektil, nyeri kepala hebat, papil edema ), tidak ada
i. Sistem pencernaan
Gigi klien caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak stomatitis, lidah tidak kotor,
saliva normal, tidak muntah, tidak ada nyeri pada daerah perut warna feses kuning,
konsistensi lembek, hepar tidak teraba, bising usus 12x/mnt, klien kurang nafsu
j. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, napas tidak berbau keton, tidak ada luka
gangren.
30
k. Sistem urogenital
Intake cairan 2100 ml/24 jam, output 2000 ml/24 jam, klien mengeluh nyeri pada saat
Bak, urine warna kuning jernih, ada distensi/ ketegangan kandung kemih, tidak ada
l. Sistem integumen
Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit baik,
tidak ada luka, tidak ada bekas insisi operasi, tidak ada memar, tidak ada kelainan
pigmen luka bakar dan dekubitus. Tidak ada kelainan kulit, keadaan rambut tekstur
m. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak sakit pada tulang, sendi, dan kulit, tidak
ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang
5555 5555
5555 5555
Data tambahan :
Klien telah mengetahui tentang penyakitnya karena telah diberitahu oleh dokter.
4. Pemeriksaan penunjang
Ht : 45 % (40-52 %)
31
Eritrosit : 4,8juta/ul (4,3-6,0 juta/ul)
Kimia
Urinalisa
Protein :+ (negatif)
Glukosa :- (negatif)
Bilirubin :- (negatif)
Leukosit :4 (<5/LPB)
Kristal :- (negatif)
Torak :- (negatif)
32
Pemeriksaan laboratorium tanggal 12 Juni 2007
5. Penatalaksanaan
Ponstan 3x500 mg
Ciprofoxacin 3x500mg
33
6. Resume
Klien bernama Tn.Z, usia 64 tahun, masuk melalui poli klinik bedah RSPAD Gatot
Soebroto pada tanggal 5 Juli 2007 dengan diagnosa medis benigna prostat hiperplasia
dengan keluhan sejak 1 bulan yang lalu klien mengeluh nyeri saat Bak, Bak klien tidak
tuntas/tidak lampias. Tindakan yang dilakukan adalah melakukan rekaman EKG dan
spirometri, mengukur TTV, pemeriksaan darah lengkap Kemudian klien dirawat dilantai
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 11 juli 2007 klien mengeluh nyeri pada
saat Bak dengan skala nyeri 4 dan mengeluh tidak lampias saat Bak, klien terpasang
kateter sejak tanggal 6 Juli 2007, daerah pemasangan kateter tidak merah, panas dan
bengkak. Pada saat pemeriksaan fisik ditemukan distensi kandung kemih, klien kurang
nafsu makan, mual (+), muntah (-). Masalah keperawatan yang ditemukan adalah nyeri
akut, risiko infeksi, risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tindakan yang telah dilakukan adalah mengukur TTV, mengajarkan teknik relaksasi
napas dalam, menganjurkan makan dengan porsi sedikit tetapi sering dalam keadaan
hangat, memberikan obat peroral Ciprofloxacin 3x500 mg, Ponstan 3x500 mg.
Dari ketiga masalah diatas yaitu nyeri akut, risiko infeksi, risiko perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum ada yang teratasi sehingga tindakan keperawatan
dilanjutkan kembali.
34
7. Data fokus
Data Subjektif :
Klien mengeluh nyeri saat Bak dengan skala nyeri 4, Klien mengatakan terpasang
kateter sejak tanggal 6 Juli 2007, Klien mengatakan makan habis ½ porsi, nafsu makan
Data Objektif :
Klien terpasang kateter sejak tanggal 6 Juli 2007, daerah pemasangan kateter tidak
leukosit : 10 900/ul
Terapi :
Ponstan 3x500 mg
Ciprofoxacin 3x500mg
35
8. Analisa data
nyeri 4. terhadap
DO : pembesaran
ditekan
Bak
:37,5 0 c, RR : 22x/mnt
2 DS : Risiko Masuknya
DO : terhadap saluran
kuning jernih
- leukosit : 10 900/ul
3 DS : Risiko Intake yang tidak
36
Klien mengatakan makan habis ½ porsi, perubahan adekuat sekunder
porsi.
TB : 166 cm
B. Diagnosa keperawatan
Setelah data dianalisa, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tanggal
sebagai berikut :
pembesaran prostat.
3. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
37
Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan selanjutnya penilis membuat perencanaan
dilanjutkan dengan pelaksanaan dan evaluasi untuk setiap diagnosa sesuai dengan
pembesaran prostat.
Kriteria evaluasi : 1). Klien mengatakan nyeri hilang atau terkontrol. 2). Skala
nyeri berkurang secara bertahap 3). Klien tampak rileks dan nyaman. 4). Klien dapat
mendemonstrasikan teknik relaksasi napas dalam. 5). TTV dalam batas normal : TD :
Intervensi : 1). Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam terutama nadi dan tekanan darah.
2). Kaji nyeri, perhatikan lokasi,intensitas ( skala (0-10 ), lamanya dan faktor pencetus.
3). Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen. 4). Pertahankan tirah
baring bila diindikasikan. 5). Bantu klien dalam melakukan posisi nyaman ( semi fowler,
posisi terlentang atau tanpa meninggikan kepala ). 6). Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam dengan cara menarik napas melalui hidung tahan 2-3 detik buang melalui mulut..
7). kolaborasi dengan pemberian obat obat peroral Ponstan 3x500mg tiap 8 jam atau
pada pukul 07.00 wib, pukul 15.00 wib dan pukul 23.00 wib sesuai program.
Implementasi.
38
Rabu, 11 Juli 2007
Pkl 06.00 mengukur TTV klien, S= 37,5 0C,N= 82 x/mnt, RR=22 x/mnt, TD=120/80
mmHg. Pkl 07.00 memberikan klien obat oral Ponstan 1x500 mg, obat masuk per oral,
klien tidak mual atau muntah. Pkl 08.30 mengkaji skala nyeri klien, klien mengeluh
nyeri dengan skala nyeri 4. Pkl 08.45 mengajarkan klien teknik relaksasi napas dalam,
klien melakukannya dan merasa lebih nyaman. Pkl 14.00 mengukur TTV klien, TD=
110/70 mmHg, S=36 0C, RR=20 x/mnt, N-= 80x/mnt. Pkl 15.00 memberikan klien obat
oral Ponstan 1x500 mg, obat masuk per oral, klien tidak mual atau muntah. Pkl 15.30
membantu klien untuk mencari posisi nyaman saat tidur, klien tidur dalam posisi
terlentang dan merasa lebih nyaman. Pkl 21.00 mengukur TTV klien,:S= 36,5 0C,N= 80
x/mnt, RR=20 x/mnt, TD=110/70 mmHg. Pkl 23.00 memberikan klien obat oral Ponstan
1x500 mg, obat masuk peroral, klien tidak mual atau muntah. Pkl 23.15 menganjurkan
Pkl 06.00 mengukur TTV klien, S= 36,7 0C,N= 92 x/mnt, RR=22 x/mnt, TD=120/80
mmHg. Pkl 07.00 memberikan klien obat oral Ponstan 1x500 mg, obat masuk per oral,
klien tidak mual atau muntah.Pkl 08. 00 mengkaji skala nyeri klien, klien mengeluh
nyeri, dengan skala nyeri 4. Pkl 08.15 mengajarkan klien teknik relaksasi napas dalam,
klien merasa rileks. Pkl 14.00 mengukur TTV klien, TD= 100/60 mmHg, S=36,5 0C,
RR=20 x/mnt, N-= 88x/mnt. Pkl 15.00 memberikan klien obat oral Ponstan 1x500 mg,
obat masuk per oral, klien tidak mual atau muntah. Pkl 21.00 mengukur TTV klien, S=
36 0C,N= 88 x/mnt, RR=18 x/mnt, TD=120/80 mmHg. Pkl 23.00 memberikan klien
39
obat oral Ponstan 1x500 mg, obat masuk peroral, klien tidak mual atau muntah. Pkl
23.15 menganjurkan klien untuk tidur dalam posisi terlentang, klien merasa nyaman.
Pkl 06.00 mengukur TTV klien, S= 37,2 0C, N= 90 x/mnt, RR=20 x/mnt, TD =110/80
mmHg. Pkl 07.00 memberikan klien obat oral Ponstan 1x500 mg, obat masuk per oral,
klien tidak mual atau muntah. Pkl 08.15 mengkaji skala nyeri klien, klien mengeluh
nyeri dengan skala nyeri 3. Pkl 08.30 mengajarkan klien teknik relaksasi napas dalam,
klien melakukannya dan merasa lebih nyaman. Pkl 15.00 memberikan klien obat oral
Ponstan 1x500 mg,: obat masuk per oral, klien tidak mual atau muntah.
Evaluasi
S : Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3 dan nyeri jarang timbul pada
saat Bak.
O : Klien tampak rileks, TTV : klien, S= 36,2 0C, N= 90 x/mnt, RR=20 x/mnt, TD
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi
40
Kriteria evaluasi : 1). Tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah pemasangan kateter
o
2). TTV dalam batas normal,terutama :sh :36 C. 3). Klten mengatakan daerah
pemasangan kateter tidak merah, panas dan bengkak. 4). Leukosit dalam batas normal
(4400-11300/ul). 5). Urine berwarna kuning jernih, tidak ada tanda-tanda perdarahan.
Intervensi : 1). Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam terutama suhu. 2). Observasi
tanda-tanda infeksi pada daerah pemasangan kateter 3). Lakukan perawatan kateter
secara septik dan aseptic.). 4). Kolaborasi dengan pemberian obat peroral Ciprofloxacin
3x500mg tiap 8 jam atau pada pukul 07.00 wib, pukul 15.00 wib dan pukul 23.00 wib
sesuai program.
Implementasi.
Pkl 06.00 mengukur TTV klien, S= 37,5 0C,N= 82 x/mnt, RR=22 x/mnt, TD=120/80
mmHg. Pkl 07.00 memberikan klien obat oral Ciprofloxacin 1x500 mg, obat masuk
peroral, klien tidak mual dan muntah.Pkl 10.00 mengkaji daerah pemasangan kateter,
daerah pemasangan kateter tidak merah, panas dan bengkak. Pkl 10.30 melakukan
perawatan kateter secara septik dan antiseptik, daerah pemasangan kateter tidak merah,
panas dan bengkak. Pkl 14.00 mengukur TTV klien, TD= 110/70 mmHg, S=36 0C,
RR=20 x/mnt, N-= 80x/mnt. Pkl 15.00 memberikan klien obat oral Ciprofloxacin 1x500
mg, obat masuk peroral, klien tidak mual dan muntah. Pkl 21.00 mengukur TTV
0
klien,:S= 36,5 C,N= 80 x/mnt, RR=20 x/mnt, TD=110/70 mmHg. Pkl 23.00
memberikan klien obat oral Ciprofloxacin 1x500 mg, obat masuk peroral, klien tidak
41
Kamis, 12 Juli 2007
Pkl 06.00 mengukur TTV klien, S= 36,7 0C,N= 92 x/mnt, RR=22 x/mnt, TD=120/80
mmHg. Pkl 07.00 memberikan klien obat oral Cipofloxacin 1x500 mg, obat masuk per
oral, klien tidak mual atau muntah. Pkl 10.00 mengkaji daerah pemasangan kateter,
daerah pemasangan kateter tidak merah, panas dan bengkak. Pkl 14.00 mengukur TTV
klien, TD= 100/60 mmHg, S=36,5 0C, RR=20 x/mnt, N-= 88x/mnt. Pkl 15.00
memberikan klien obat oral Ciprofloxacin 1x500 mg, obat masuk peroral, klien tidak
mual dan muntah. Pkl 15.30 melepas kateter, daerah bekas pemasangan tidak merah,
panas dan bengkak. Pkl 21.00 mengukur TTV klien, S= 36 0C, N= 88 x/mnt, RR=18
x/mnt, TD=120/80 mmHg. Pkl 23.00 memberikan klien obat oral Ciprofloxacin 1x500
Pkl 06.00 mengukur TTV klien, S= 37,2 0C, N= 90 x/mnt, RR=20 x/mnt, TD =110/80
mmHg. Pkl 07.00 memberikan klien obat oral Ciprofloxacin1x500 mg, obat masuk per
oral, klien tidak mual atau muntah. Pkl 11.00 mengobservasi daerah bekas pemasangan
kateter, daerah bekas pemasangan kateter tidak merah, panas dan bengkak. Pkl 15.00
memberikan klien obat oral Ciprofloxacin 1x500 mg, obat masuk peroral, klien tidak
42
Evaluasi
S : Klien mengatakan daerah bekas pemasangan kateter tidak merah, panas dan bengkak.
O : Daerah bekas pemasangan kateter tidak merah, panas dan bengkak TTV : klien, S=
36,2 0C, N= 90 x/mnt, RR=20 x/mnt, TD =110/80 mmHg, leukosit klien 10.900 /ul,
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi.
Kriteria evaluasi : 1). Klien mengatakan tidak mual dan nafsu makan bertambah. 2).
Klien tampak menghabiskan makan 1 porsi. 3). Berat badan klien meningkat 0,2-05
Intervensi : 1). Kaji distensi abdomen 2). Hitung pemasukan kalori 3). Timbang berat
badan sesuai indikasi 4). Berikan porsi makan sedikit tetapi sering dalam keadaan hangat
5). Kolaborasi pemeriksaan darah Curve setiap 2x seminggu atau pada hari senin dan
Implementasi
43
Pkl. 06.30 memberikan makan pagi, klien menghabiskan makan ½ porsi mual (+),
muntah (-). Pkl 10.00 memberikan ekstra snack, klien menghabiskan 1/2 kue dan 1 gelas
teh manis. Pkl 12.30 memberikan makan siang,klien menghabiskan makan ½ porsi
mual (+), muntah (-).Pkl 13.30 menimbang berat badan klien, BB klien 58 kg. Pkl 17.00
memberikan makan sore, kien menghabiskan makan ½ porsi mual (+), muntah (-).
Pkl 05.00 mengambil darah untuk pemeriksaan darah Curve, darah diambil 1,5 cc,
daerah bekas penusukan tidak ada tanda-tanda perdarahan. Pkl. 06.30 memberikan
makan pagi, klien menghabiskan makan ½ porsi mual (+), muntah (-). Pkl 10.00
memberikan ekstra snack, klien menghabiskan 1/2 kue dan 1 gelas teh manis. Pkl 11.00
mengambil darah untuk pemeriksaan darah Curve, darah diambil 1,5 cc, daerah bekas
penusukan tidak ada tanda-tanda perdarahan. Pkl 12.30 memberikan makan siang,klien
menghabiskan makan 3/4 porsi mual (-), muntah (-).Pkl 17.00 mengambil darah untuk
pemeriksaan darah Curve, darah diambil 1,5 cc, daerah bekas penusukan tidak ada
tanda-tanda perdarahan. Pkl 17.15 memberikan makan sore, kien menghabiskan makan
Pkl. 06.30 memberikan makan pagi, klien menghabiskan makan 1 porsi mual (-),
muntah (-). Pkl 10.00 memberikan ekstra snack, klien menghabiskan kue dan 1 gelas teh
manis. Pkl 12.30 memberikan makan siang,klien menghabiskan makan 1 porsi mual (-),
muntah (-). Pkl 13.00 menganjurkan klien untuk memantau pemasukan kalori sesuai diit
44
Evaluasi
S : Klien mengatakan makan habis 1 porsi mual (-), muntah (-) dan nafsu makan
bertambah.
O : Klien tampak menghabiskan makan 1 porsi, berat badan tidak terkaji karena klien
pulang.
45
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus ditemukan adanya kesenjangan. Pada teori
ditemukan nokturia ( bangun tengah malam untuk berkemih ), sering berkemih anyang-
anyangan, abdomen tegang, pancaran urine menurun dan harus mengejan saat berkemih,
aliran urine tidak lancar, dribling ( urine menetes terus setelah berkemih ), rasa seperti
kandung kemih tidak kosong dengan baik, retensi urine akut ( bila lebih dari 60 ml urine
tetap berada dalam kandung kemih setelah berkemih ), anoreksia, mual dan muntah,
nyeri pinggang, nyeri punggung, penurunan berat badan dan penurunan libido seksual.
Sedangkan pada kasus tidak ditemukan retensi urine karena klien dilakukan TUR pada
tanggal 6 Juli 2007 dan terpasang kateter, urine mengalir dengan lancar, warna urine
kuning jernih dan ketika ingin dioperasi klien juga mendapat informasi tentang tindakan
TUR yang dilakukan. Pada saat pengkajian klien tidak ditemukan adanya tanda-tanda
dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis, pada penurunan libido
46
seksual tidak ditemukan karena klien sudah menerima akibat dari penyakit tersebut dan
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan Tn. Z adalah pemeriksaan darah lengkap,
kimia darah, urinalisa dan pemeriksaan PSA. Pemeriksaan yang tidak terdapat pada teori
tetapi terdapat pada kasus adalah pemeriksaan darah curve ( gula darah harian ).
Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui kadar gula darah dalam tubuh klien
karena klien pernah mengalami peningkatan gula darah dan klien mempunyai faktor
B. Diagnosa keperawatan
Preoperatif tidak diangkat karena klien telah dilakukan tindakan TUR pada tanggal 6 Juli
2007.
Diagnosa yang ditemukan pada teori tetapi tidak ditemukan pada kasus adalah sebagai
berikut :
irigasi kandung kemih tidak diangkat karena tidak ada data yang mendukung untuk
berlebihan tidak diangkat karena klien cukup memenuhi kebutuhan intakenya, seperti
minum 2000-2500 ml/hari, mukosa bibir klien lembab turgor kulit elastis.
47
3. Disfungsional seksual yang berhubungan dengan perubahan pola seksual tidak
diangkat karena tidak ada data yang mendukung untuk diagnosa tersebut, dan klien serta
keluarga sudah menerima segala risiko dari pelaksanaan TUR termasuk perubahan
pascaoperasi tidak diangkat karena klien dan keluarga telah mendapatkan penjelasan
tentang penyakitnya dan tindakan operasi oleh dokter dan perawat ruangan.
Sedangkan diagnosa yang ditemukan pada kasus tetapi tidak ditemukan pada teori
adalah :
1. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat, diagnosa ini diangkat karena klien kurang nafsu makan, klien hanya
C. Perencanaan
tujuan dan kriteria evaluasi serta menyusun rencana tindakan. Prioritas masalah pada
kasus berbeda dengan teori. Pada kasus masalah yang penulis prioritaskan pertama
adalah nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih karena klien mengeluh nyeri
saat Bak dengan skala nyeri 4, klien mengalami distensi kandung kemih. Untuk itu klien
perlu diajarkan teknik manajemen mengurangi nyeri. Prioritas kedua yaitu risiko infeksi
dikarenakan klien terpasang kateter sejak tanggal 6 Juli 2007, dan daerah pemasangan
kateter tidak merah, panas dan bengkak. Untuk itu perlu dilakukan perawatan kateter
48
secara septik dan antiseptik. Prioritas ke tiga yaitu risiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dikarenakan klien
kurang nafsu makan, mual (+), muntah (-), makan habis ½ porsi. untuk itu asupan
Pada penetapan tujuan, juga ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus, pada
teori tidak ada batasan waktu dalam mengatasi masalah , sedangkan pada kasus penulis
menetapkan batasan waktu sebagai patokan dalam mengukur pencapaian tujuan akhir.
Pada kasus untuk mencapai tujuan terhadap masalah klien ditetapkan dengan 3x24 jam
Hal ini berdampak pula pada penetapan kriteria disesuaikan dengan waktu yang
Pada perencanaan tindakan pada kasus dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan
dalam menyusun rencana tindakan disusun secara sistematis, operasional, agar rencana
tinadakan yang dbuat dapat ditindaklanjuti oleh perawat dinas sore dan dinas pagi.
Dalam perencanaan penulis tidak mengalami hambatan karena setiap rencana disusun
D. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan tidak semua rencana tindakan dapat dilaksanakan sesuai rencana yang
disusun, karena penulis hanya berdinas selama 8 jam dalam 1 kali shift. Untuk
dilakukan oleh penulis maupun perawat ruangan serta respon klien terhadap tindakan
49
langsung didokumentasikan di catatan keperawatan yang mencakup waktu, tindakan,
serta respon klien juga tidak lupa tanda tangan perawat yang melakukan tindakan
masih terdapat kekurangan yaitu pada catatan keperawatan belum dicantumkan kolom-
kolom seperti nomor diagnosa keperawatan, tanggal dan waktu pelaksanaan, jenis
tindakan dan respon klien serta tanda tangan perawat yang melakukan secara lengkap.
Faktor pendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien adalah sikap klien
yang sangat kooperatif dan mau bekerjasama apabila penulis hendak melakukan
E. Evaluasi
diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien, penulis melakukan evaluasi setelah
melakukan implementasi selama 2x24 jam, bukan 3x24 jam dikarenakan klien
diperbolehkan pulang pada tanggal 13 Juli 2007. Dari ketiga diagnosa keperawatan yang
50
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menyimpulkan hasil pembahasan yang telah dilakukan. Untuk
selanjutnya memberikan masukan berupa saran yang nantinya dapat bermanfaat bagi
A. Kesimpulan
Setelah memberikan asuhan keperawatan dan melakukan pembahasan antara teori dan
1. Pada pengkajian, ditemukan adanya perbedaan antara teori dan kasus pada tanda dan
gejala serta pemeriksaan diagnostik yang dilakukan, hal ini disebabkan respon setiap
orang berbeda terhadap penyakit, tergantung keparahan dan daya tahan tubuh klien itu
sendiri.
51
2. Pada diagnosa keperawatan, juga ditemukan adanya perbedaan antara teori dan kasus.
Diagnosa yang diangkat pada kasus disesuaikan dengan respon klien saat ini, sehingga
3. Pada perencanaan, ditemukan adanya perbedaan antara teori dan kasus, yaitu pada
teori belum ada batasan waktu dan SMART sedangkan pada kasus sudah terdapat
4. Pada pelaksanaan tidak semua rencana tindakan yang dibuat oleh penulis dapat
5. Evaluasi, pada evaluasi kasus dari 3 diagnosa keperawatan yang diangkat, semua
B. Saran
kelebihan dan kekurangan yang ada,maka selanjutnya penulis akan menyampaikan saran
yang ditunjukkan pada perawat ruangan, klien, dan keluarga sebagai berikut :
1. Untuk perawat ruangan agar dapat terus memberikan asuhan keperawatan sesuai
diharapkan dicatat dengan baik sesuai dengan tindakan keperawatan yang diberikan.
52
2. Untuk klien, agar mempertahankan sikap kooperatif dan mau bekerjasama dengan
53