Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN

Kondiloma akuminata adalah suatu infeksi anogenital yang disebabkan oleh Human
Papilloma Virus (HPV) berupa proliferasi jinak pada kulit dan mukosa. Tipe virus yang paling
sering menyebabkan kondiloma akuminata adalah subtipe 6 dan 11). Penyakit ini termasuk
kelompok infeksi menular seksual (IMS), karena 98% penularan melalui hubungan seksual.
Sisanya dapat ditularkan melalui barang (fomites) yang tercemar partikel HPV. Frekuensinya
pada laki-laki dan perempuan sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi melalui kontak kulit
langsung.

Gambaran klinis awalnya bentuk papula yang sangat kecil dan sebuah papilomatosa
biasanya bertambah besar dan tumbuh struktur kembang kol yang akhirnya dapat menutupi
seluruh alat kelamin eksternal. Diagnosis kondiloma akuminata dibentuk berdasarkan
gambaran klinis, pemeriksaan tes asam asetat (acetowhite) positif dan histopatologi. Tujuan
utama dari pengobatan adalah menghilangkan lesi kondiloma akuminata.

Dalam menghadapi kasus kondiloma akuminata, perlu diberikan edukasi kepada pasien
mengenai masalah kebersihan diri dan pasangan, terutama dalam melakukan kontak seksual.
Menggunakan pengaman saat berhubungan seksual menjadi penting untuk mengurangi angka
kejadian kondiloma akuminata ini.

1
BAB II

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. U
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kelapa Gading, Jakarta Pusat
Tanggal Masuk RS : Selasa, 24 April 2018

II. ANAMNESIS
Dilakukan auto anamnesis pada tanggal 24 April 2018 pukul 09.30 WIB
A. Keluhan Utama
Terdapat benjolan di daerah kemaluan sejak ± 2 minggu sebelum masuk Rumah
Sakit.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Klinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih dengan keluhan adanya benjolan di daerah kemaluan sejak ± 2
minggu sebelum masuk Rumah Sakit, pasien mengaku benjolan berukuran kecil
seperti biji jagung, dan berjumlah lebih dari satu. Benjolan tersebut tidak nyeri,
tidak berdarah, dan tidak berbau. Keluhan ini disertai rasa gatal, pasien
mengatakan adanya keputihan berwarna putih susu, namun tidak berbau. Pasien
belum pernah mengobati keluhannya ini. Riwayat berhubungan intim selain
dengan suami disangkal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Keluhan ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien.

- Riwayat infeksi saluran kemih

- Pasien memiliki riwayat asma

2
D. Riwayat Penyakit dalam Keluarga

- Pasien tidak mengetahui apakah suami pasien memiliki keluhan yang sama.

- Anggota keluarga lain tidak ada yang mengalami keluhan seperti pasien

E. Riwayat Pengobatan
Pasien belum mengobati keluhan ini sebelumnya.

F. Riwayat Alergi

Pasien memiliki alergi terhadap susu sapi, daging sapi, dan seafood. Riwayat

alergi obat disangkal.

G. Riwayat Psikososial

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, memiliki 2 orang anak. Suami pasien

adalah seorang pelaut. Pasien menyangkal pernah berhubungan intim selain

dengan suaminya. Pasien juga selalu menjaga kebersihan kemaluannya dan

mengganti pakaian dalam nya sehari 3x.

III. PEMERIKSAAN FISIS

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Komposmentis

Tanda Vital

TD : 120/ 70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit regular, kuat angkat
RR : 18 kali/menit, regular
Suhu : 36.50C

BB : 50 kg
TB : 158 cm

3
Kepala (Normocephal)
 Rambut : Hitam, tidak rontok, distribusi rata,
 Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
 Hidung : Deviasi septum nasi (-), sekret (-)
 Telinga : Normotia, sekret (-/-)
 Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1/T1
Leher
 KGB : Tidak ada pembesaran KGB
 Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Thoraks
 Inspeksi : Bentuk dan gerakan dada simetris, ictus cordis tidak
tampak
 Palpasi : Vocal fremitus kiri dan kanan sama, ictus cordis teraba
 Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru, batas jantung normal
 Auskultasi : Vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-; BJ I-II reguler
murni, murmur -, gallop –

Abdomen
 Inspeksi : Perut tampak rata
 Auskultasi : Bising usus (+)
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak ada pembesaran
Ekstremitas
 Superior : Deformitas (-), udem (-/-), akral hangat (+/+), CRT < 2”
 Inferior : Deformitas (-), udem (-/-), akral hangat (+/+), CRT <2”

4
Status Dermatologis:

Regio : Genitalia (Perineum)

Deskripsi lesi : Terdapat vegetasi bertangkai, permukaan tidak rata, berbatas tegas, multiple,
ukuran miliar dan lentikular, berwarna merah keoklatan.

IV. RESUME
Perempuan usia 30 tahun dengan keluhan adanya benjolan di daerah kemaluan sejak
± 2 minggu sebelum masuk Rumah Sakit, pasien mengaku benjolan berukuran kecil
seperti biji jagung, dan berjumlah lebih dari satu. Keluhan ini disertai rasa gatal,
pasien mengatakan adanya keputihan berwarna putih susu.
Tanda Vital: Dalam batas normal
Pemeriksaan fisik: Tidak tampak kelainan
Status dermatologis: Terdapat vegetasi bertangkai, permukaan tidak rata, berbatas
tegas, multiple, ukuran miliar dan lentikular, berwarna merah kecoklatan.
V. DIAGNOSA BANDING
- Kondiloma akuminata
- Veruka vulgaris
- Karsinoma sel skuamosa

5
VI. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan dengan asam asetat 5%
- Pemeriksaan histopatologik
- Pemeriksaan pewaranaan gram dengan sediaan sekret vagina
- Pemeriksaan darah: HIV test

VII. DIAGNOSIS
Kondiloma akuminata

VIII. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa:
- Edukasi pasien bahwa penyakitnya merupakan penyakit infeksi menular
seksual, sehingga pasangannya juga harus dilakukan pemeriksaan
- Edukasi mengenai pengobatannya bahwa akan dilakukan setiap minggu
- Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan genitalia

Medikamentosa:

- Asam triklorasetat (trichloroacetic acid atau TCA) konsentrasi 80-90% oles


setiap minggu

IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Fungtionam : bonam
Quo ad Sanationam : bonam

6
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Kondiloma akumintum (bila banyak disebut sebagai kondiloma akuminata), atau kutil
kelamin (veneral warts) ialah lesi berbentuk papilomatosis, dengan permukaan verukosa,
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) tipe tertentu (terutama tipr 6 dan 11), terdapat
di daerah kelamin atau anus.1

EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini termasuk kelompok infeksi menular seksual (IMS), karena 98% penularan
melalui hubungan seksual. Sisanya dapat ditularkan melalui barang (fomites) yang tercemar
partikel HPV. Frekuensinya pada laki-laki dan perempuan sama. Tersebar kosmopolit dan
transmisi melalui kontak kulit langsung. 1

ETIOLOGI

Penyebab kondiloma akuminatum adalah human papilloma virus (HPV), yaitu virus
DNA yang tergolong dalam keluarga papovavirus. Sampai saat ini telah dikenal sekitar 100
genotipe HPV. Namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminatum,
tersering, atau 70-100%, oleh tipe 6 dan 11. Selain itu pernah pula ditemukan tipe 30, 44, 43,
44, 45, 51, 54, 55, dan 70. 1

Beberapa tipe HPV tertentu berpotensi onkogenik tinggi, yaitu tipe 16 dan 18, yang
paling dijumpai pada kanker serniks. Tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada kondloma
akuminatum dan neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan.3

GEJALA KLINIS

Penyakit ini terutama didapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di daerah
genitalia elsterna. Pada laki-laki tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus
koronarius, glans penis, di dalam meatus uretra, korpus, dan pangkal penis. Pada perempuan
didaerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada portio uteri. Dengan
semakin banyaknya hubungan seksual anogenital, semakin banyak pula ditemukan kondiloma
akuminatum di daerah anus dan sekitarnya. 1

7
Kondisi lembab, misalnya pada perempuan dengan flour albus atau pada laki-laki yang
tidak disirkumsisi, lesi kondiloma akuminta lebih cepat membesar dan bertambah banyak.
Selain itu, kondisi imunitas yang menurun, misalnya pada orang yang terinfeksi HIV atau
mengalami transplantasi orang tubuh, juga akan menambah cepat pertumbuhan kondiloma
akuminatum. Dalam keadaan hamil, akan menambah banyak lesi dan akan cepat sembuh
dengan ebrakhirnya kehamilan. Kondiloma akuminatum seringkali tidak menimbulkan
keluhan, namun dapat disertai rasa gatal. Bila terdapat infeksi sekunder, dapat menimbulkan
rasa nyeri, bau kurang enak, dan mudah berdarah.1

Bentuk klinis yang paling sering ditemukan berupa lesi seperti kembang kol, berwarna
seperti daging atau sama seperti mukosa. Ukuran lesi berkisar dari beberapa milimeter sampai
beberapa sentimeter. Tiap kutil dapat bergabung dan menjadi massa yang besar. Bentuk lain
berupa lesi keratotik, dengan permukaan kasar dan tebal, biasanya ditemukan di atas
permukaan yang kering, misalnya abtang penis. Lesi timbul sebagai papul atau plak verukosa
atau keratotik, soliter dan multipel. Lesi berbentuk kubah dengan permukaan yang arata dapat
ditemukan di tempat yang kering, sama halnya dengan lesi keratotik. Seringkali berkelompok
dengan warna seperti mukosa sampai merah jambu atau merah-kecokelatan. 1

A B

2
A. Multiple perianal condyloma acuminta.
2
B. Multiple condylomata acuminata pada batang penis.

8
PATOFISIOLOGI

Kondiloma akuminata dapat disebabkan kontak dengan penderita yang terinfeksi HPV.
Sampai saat ini dikenal lebih dari 100 macam jenis HPV, yang sering menyebabkan
kondiloma akuminata yaitu tipe 6 dan 11. HPV ini masuk melalui mikro lesi pada kulit,
biasanya pada daerah kelamin dan melakukan penetrasi pada kulit sehingga menyebabkan
abrasi permukaan epitel. Human Papilloma Virus adalah epiteliotropik; yang sifatnya
mempunyai afinitas tinggi pada sel-sel epitel. Replikasinya tergantung pada adanya
diferensiasi epitel skuamosa. Virus DNA (Deoxyribonucleic Acid) dapat ditemukan pada
lapisan terbawah dari epitel. Protein kapsid dan virus infeksius ditemukan pada lapisan
superfisial sel-sel yang berdiferensiasi. HPV dapat masuk ke lapisan basal, menyebabkan
respon radang. Pada wanita menyebabkan keputihan dan infeksi mikroorganisme. HPV
yang masuk ke lapisan basal sel epidermis dapat mengambil alih DNA dan mengalami
replikasi yang tidak terkendali. Fase laten virus dimulai dengan tidak adanya tanda dan
gejala yang dapat berlangsung sebulan bahkan setahun. Setelah fase laten, produksi virus
DNA, kapsid dan partikel dimulai. Sel dari tuan rumah menjadi infeksius dari struktur
koilosit atipik dari kondiloma akuminata (morphologic atypical koilocytosis of condiloma
acuminate) berkembang.1,4

Lamanya inkubasi sejak pertama kali terpapar virus sekitar 3 minggu sampai 8 bulan
atau dapat lebih lama.3 HPV yang masuk ke sel basal epidermis ini dapat menyebabkan
nodul kemerahan di sekitar genitalia. Penumpukan nodul merah ini membentuk gambaran
seperti bunga kol. Nodul ini bisa pecah dan terbuka sehingga terpajan mikroorganisme dan
bisa terjadi penularan karena pelepasan virus bersama epitel. 4

HPV yang masuk ke epitel dapat menyebabkan respon radang yang merangsang
pelepasan mediator inflamasi yaitu histamin yang dapat menstimulasi saraf perifer.
Stimulasi ini menghantarkan pesan gatal ke otak dan timbul impuls elektrokimia sepanjang
nervus ke dorsal spinal cord kemudian ke thalamus dan dipersepsikan sebagai rasa gatal di
korteks serebri. Pada wanita yang terinfeksi HPV dapat menyebabkan keputihan dan
disertai infeksi mikroorganisme yang berbau, gatal dan rasa terbakar sehingga tidak
nyaman pada saat melakukan hubungan seksual. 4,5

9
DIAGNOSIS
Kondiloma akuminata terutama didiagnosis secara klinis karena bentuknya yang khas.
Pada keadaan yang meragukan dalam dilakukan tes asam asetat. Lesi dan kulit atau mukosa
sekitarnya dibungkus dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan larutan asam asetat 5%
selama 3-5 menit. Setelah kain kasa dibuka, seluruh area yang dibungkus tadi, diperiksa dengan
kaca pembesar (pembesaran 4-8 kali). Hasil tes yang positif disebut sebagai posisti acetowhite,
terjadi warna putih akibat ekspresi sitokeratin pada sel suprabasal yang terinfeksi HPV. Bagian
sel ini mengandung banyak protein, dan warna putih terjadi akibat denaturasi protein. Lesi
HPV seringkali menunjukkan pola kapillar (punctuated capillary pattern) yang berbatas tegas.
Pada keadaan inflamasi, tes dapat menunjukka hasil positif namun dengan pola yang lebih difus
dan tidak berarturan. 1

DIAGNOSIS BANDING

1. Benign penile pearly papules: merupaka keadaan yang normal dijumpai pada 20% laki-
laki muda, muncul pada masa pubertas, lebih sering dijumpai pada keadaan tidak
disirkumsisi. Lesi seringkali asimtomatik, dijumpai terutama mengitari sulkus
koronarius. Keadaan ini tidak perlu diobati.
2. Veruka vulgaris: vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau
sama dengan warna kulit.
3. Kondiloma lata: merupakan salah satu bentuk lesi sifilis stadium II, berupa plakat yang
erosif dan basah, ditemukan banyak Spirosachaeta pallidum.
4. Karsinoma sel skuamosa: vegetasi berbentuk yang seperti kembang kol, mudah
berdarah, dan berbau
5. Karsinoma verukosa (Buschke – Lowenstein tumor atau giant condylomata); dianggap
sebagai lesi neoplastik yang bersifat invasif lokal, biasanya dihubungkan dengan HPV
tipe 16.

PENGOBATAN

Pilihan pengobatan kondiloma akuminata sebagian besar berpusat pada eliminasi tumbuhnya
lesi. Pilihan obat berdasarkan keadaan lesi, yaitu jumlah, ukuran dan bentuk, serta lokasi. Cara
pengobatan dapat dibagi atas pengobatan yang dilakukan oleh pasien (home-patient-applied
treatment) dan pengobatan oleh dokter (physician applied treatment).1

10
1. Kemoterapi
a. Tinktura podofilin 25%
Aplikasi dilakukan oleh dokter, tidak boleh oleh pasien sendiri. Kulit disekitarnya
dilindungi oleh vaselin agar tidak terjadi iritasi, dan dicuci setelah 4-6 jam. Jika
belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali pemberian jangan
melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala intoksikasi berupa
mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat napas, dan keringat yang disertai kulit
dingin. Dapat pula terjadi supresi sumsum tulang yang disertai trombositopenia dan
leukopenia. Obat ini jangan diberikan pada wanita hamil karena dapat terjadi
kematian fetus.
Cara pengobatan dengan podofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik pada lesi yang
baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau yang berbemtuk pipih.
b. Asam trikloasetat (trichloroacetic acid atau TCA) konsentrasi 80-90%
Obat ini juga dioleskan oleh dokter dan dilakukan setiap minggu. Pemberiannya
harus berhati-hati, karena dapat menimbulkan iritasi hingga ulkus yang dalam.
Boleh diberikan pada ibu hamil.
c. 5-fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim, dipakai terutama pada lesi di meatus krim,
dipakai terutama pada lesi di meatus uretra. Pemberiannya setiap hari oleh pasien
sendiri sampai lesi hilang. Pasien dianjurkan untuk tidak miksi selama 2 jam setelah
pengobatan.
2. Bedah listrik (elektrokauterisasi)
3. Bedah beku (N2, N2O cair)
4. Bedah skalpel
5. Laser karbondioksida
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut, bila dibandingkan
elektrokauterisasi.
6. Interferon
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (intramuskular atau intralesi) dan topikal
(krim). Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU secara intramuskular 3 kali
seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU injeksi intramuskular selama 6
minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2 x 106 unit injeksi intramuskular
selama 10 hari berturut-turut.
7. Imunoterapi

11
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resistensi terhadap pengobatan dapat
diberikan pengobatan bersama dengan imunostimulator.

PROGNOSIS
Walaupun sering mengalami residif, prognosis baik. Perbaiki faktor presdiposisi misalnya
higiene, flour albus, atau kelembaban pada laki-laki akibat tidak disirkumsisi, atau keadaan
imunosupresi.1

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Indriatmi W, Handoko RP. Kondiloma Akuminatum. Dalam: Menaldi SLSW,


Bramono K, Indriatmi, Editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh
Cetakan Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017. Hal. 481-
83.
2. Androphy EJ, Kirnbauer R. Human Papilloma Virus Infection. In: Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. editor. Fitzpatrick’s Dermatology In
General Medicine. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2012. p.2427.
3. Yanofsky VR, Patel RV, Golenberg G. Genital Warts. J Clin Aesthet Dermatol. 2012;
5(6). Available from: DOI: 10.1136/bcr-2013-0104625
4. Bakardzhiev I, Pehlivanov G, Stransky D, Gonevski M. Treatment of Candylomata
Acuminata and Bowenoid Papulosis With CO2 Laser and Imiquimod. J of IMAB-
Annual Procceding (Scientific Papers). 2013;18:246-9.
5. Leonard B, Kridelka F, Delbecque K, Goffin F, Demoulin S, Doyen J, et al. A Clinical
and Pathological Overview of Vulvar Condyloma Acuminatum, Intraephitelial
Neoplasia, and Squamous Cell Carcinoma. Bio Med Research Intern. 2014;: p. 1-12

13

Вам также может понравиться